A. Agama Samawi
Agama Samawi adalah agama yang diturunkan (wahyu) dari Allah SWT melalui malaikat
Jibril dan disampaikan oleh Nabi/Rasul yang telah dipilih oleh Allah SWT untuk disebarkan
kepada umat manusia.
Ciri-ciri Agama Samawi, yaitu:
a. Agama ini memiliki kitab suci yang otentik (ajarannya bertahan/asli dari Tuhan)
b. Mempunyai nabi/rasul yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan lebih lanjut dari
wahyu yang diterima
c. Agama samawi/wahyu dapat dipastikan kelahirannya
d. Ajarannya serba tetap
e. Kebenerannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa, dan keadaan.
B. Agama Ardhi
Agama Ardhi adalah agama yang berkembang berdasarkan budaya, daerah, pemikiran
seseorang yang kemudian diterima secara global. Suatu faham yang berasal dari suatu tradisi,
adat istiadat yang dilestarikan. Serta tidak memiliki kitab suci dan bukan berlandaskan wahyu.
Ciri-ciri Agama Ardhi, yaitu :
a. Agama diciptakan oleh tokoh agama
b. Tidak memiliki kitab suci
c. Tidak memiliki nabi sebagai penjelas agama ardhi
d. Berasal dari daerah dan kepercayaan masyarakat
e. Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal pikiran penganutnya
f. Konsep ketuhanannya yaitu Panthaisme, dinamisme dan animisme.
2. As-Sunnah (Hadits)
Sunnah dalam bahasa berarti tradisi, kebiasaan adat-istiadat. Dalam terminologi Islam,
sunnah berarti perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad SAW (af’al, aqwal, dan
taqrir).
Dalam mengukur keotentikan suatu hadits (As-Sunnah), para ahli telah menciptakan suatu
ilmu yang dikenal dengan ”musthalah hadits”. Untuk menguji validitas dan kebenaran suatu
hadits, para muhadditsin menyeleksinya dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan
periwayat hadits tersebut bersesuaian dengan sanadnya
a. Macam-macam As-Sunnah:
1) Ditinjau dari bentuknya:
a) Fi’li (perbuatan Nabi)
b) Qauli (perkataan Nabi)
c) Taqriri (persetujuan atau izin Nabi)
2) Ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya:
a) Mutawatir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak
b) Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya) kepada
derajat mutawir
c) Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.
3) Ditinjau dari kualitasnya:
a) Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
b) Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi hafalan
pembawaannya yang kurang baik.
c) Dhaif, yaitu hadits yang lemah
d) Maudhu’, yaitu hadits yang palsu.
4) Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya
a) Maqbul, yang diterima.
b) Mardud, yang ditolak.
b. Kedudukan As-Sunnah:
1) As-Sunnah adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an
2) Orang yang menyalahi As-Sunnah akan mendapat siksa sebagaimana firmanNya dalam QS.
Al-Mujadilah, 58: 5
ٞ ت َولِ ۡل ٰ َكفِ ِرينَ َع َذ
ٞ اب ُّم ِه
ين ٖ ۚ َت بَيِّ ٰن
ِ ۢ َوا َك َما ُكبِتَ ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ۡبلِ ِهمۡۚ َوقَۡ^د أَنزَ ۡلنَٓا َءا ٰي
ْ ُإِ َّن ٱلَّ ِذينَ يُ َحٓا ُّدونَ ٱهَّلل َ َو َرسُولَهۥُ ُكبِت
٥
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan
sebagaimana kehinaan yang telah didapat oleh orang-orang sebelum mereka. Dan sungguh,
Kami telah Menurunkan bukti-bukti yang nyata. Dan bagi orang-orang yang
mengingkarinya akan mendapat azab yang menghinakan”.
3) Menjadikan As-Sunnah sebagai sumber hukum adalah tanda orang yang beriman, Allah
berfirman dalam QS. An-Nisa’,4: 65
ْ ض ۡيتَ َوي َُس ^لِّ ُم
وا ت َۡس ^لِ ٗيما َ َُوا فِ ٓي أَنفُ ِس ِهمۡ َح َر ٗجا ِّم َّما ق
ْ ك فِي َما َش َج َر بَ ۡينَهُمۡ ثُ َّم اَل يَ ِجد
َ فَاَل َو َربِّكَ اَل ي ُۡؤ ِمنُونَ َحتَّ ٰى يُ َح ِّك ُمو
٦٥
“Maka demi Tuhan-mu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau
(Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian
tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya”.
3. Ar-Ra’yu
Ar-Ra’yu dipakai apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di Al Quran
maupun Hadits, maka diperintahkan untuk berijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan
tetap mengacu kepada Al Quran dan Haditst. Ar-Ra’yu ada 6 macam yaitu : Ijma’, Qiyas,
Istihsan, Mushalat Murshalah, Sududz Dzariah, Istishab dan Urf.