Anda di halaman 1dari 11

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA HUTAN

MANGROVE LANTEBUNG DI DESA LANTEBUNG KELURAHAN


BIRA KECAMATAN TAMALANREA KOTA MAKASSAR

Andrianti, Gista1, Abdul Malik2, Ibrahim Abbas3


Jurusan Geografi/Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam/Universitas Negeri Makassar

Email: gistaandrianti244@gmail.com
mhsgeo.mlk@gmail.com
ibrahimabbas@unm.ac.id

ABSTRACT
This research aims to determinethe internal strategy factors that affect the development
of mangrove forest attractions lantebung in Lantebung Village Bira Subdistrict
Tamalanrea Makassar City and know the external strategy factors that affect the
development of mangrove forest attractions lantebung in Lantebung Village Bira
Subdistrict Tamalanrea Makassar City, as well as know the strategy of development of
mangrove forest attractions lantebung in Lantebung Village Bira District Tamalanrea
Makassar City. This research is qualitative descriptive research that is descriptive.
With the target of research 25 people based on the age level from 17 to 60 years by
selecting several informants who have criteria that have been determined by
researchers, namely the community, managers and visitors. This research data
collection technique is documentation, interview and observation techniques. The
analysis of this study was conducted by reducing data, presenting data, then drawing
conclusions and verification. The results showed that in Matrix Grand Strategy seen the
position of tourism sector development in Lantebung Tourism Object is in the position
of growth strategy that utilizes the strengths and opportunities that have. In the diagram
shows that the cutting point (1,72 ; 1,05 ) is in quadrant I, where the situation can be
done by increasing the growth of mangrove forest attractions lantebung.

Keywords : Strategy, Development, Mangrove Lantebung.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor strategi internal yang berpengaruh
terhadap pengembangan objek wisata hutan mangrove lantebung di Desa Lantebung
Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar dan mengetahui faktor strategi
eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan objek wisata hutan mangrove
lantebung di Desa Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar,
serta mengetahui strategi pengembangan objek wisata hutan mangrove lantebung di
Desa Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Penelitian
ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat deskriptif. Dengan sasaran
penelitian 25 orang berdasarkan tingkat umur dari 17 sampai 60 tahun dengan memilih
beberapa informan yang memiliki kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yakni
masyarakat, pengelola dan pengunjung. Teknik pengumpulan data penelitian ini ialah
teknik dokumentasi, wawancara dan observasi. Analisis penelitian ini dilakukan

1
dengan mereduksi data, melakukan penyajian data, kemudian menarik kesimpulan
serta verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Matrix Grand Strategy
terlihat posisi pengembangan sektor pariwisata di objek wisata Lantebung berada di
posisi strategi pertumbuhan yaitu memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki.
Dalam diagram menunjukkan bahwa titik potong (1,72 ; 1,05) berada pada kuadran I,
dimana situasi tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan objek
wisata hutan mangrove lantebung.

Kata Kunci : Strategi, Pengembangan, Mangrove Lantebung.

PENDAHULUAN

Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di
sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove
banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah yang
landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan
delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak
bermuara sungai pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal.
Manfaat hutan mangrove dapat diperoleh dari salah satu jasa yaitu jasa ekowisata.
Melirik pentingnya pariwisata sebagai sarana untuk mendukung suatu konservasi lingkungan
yang sesuai dengan kondisi dimana para wisatawan saat ini belum cukup peka terhadap masalah
lingkunga. Oleh karena itu, konsep-konsep pariwisata dikembangkan menjadi suatu inovasi-
inovasi yang baru dalam kepariwisataan. Salah satu konsep pariwisata yang sedang marak
adalah ekowisata, dengan berbagai teknik pengelolaan seperti teknik pengelolaan sumber daya
yang berbasiskan oleh masyarakat serta dilaksanaka secara terpadu. Pada konsep ini
pengelolaan melibatkan seluruh stakeholder. Tujuan utama berpedoman yaitu untuk pencapaian
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Pengembangan hutan mangrove sangat diperlukan untuk meningkatkan pendapatan
baik ekonomi maupun kondisi sosial masyarakat. Namun, semua hal tersebut tidak lepas dari
penilaian, pertimbangan dan analisis lingkungan yang baik untuk masyarakat tanpa harus
memberikan dampak buruk bagi hutan mangrove yang telah ada. Instrumen yang baik untuk
pengelolaan sumber daya adalah mengenai pengetahuan terhadap penilaian pada sumber daya
itu sendiri. Adanya konservasi hutan mangrove yang dikembangkan sebagai objek wisata tentu
memiliki penilaian terhadap sumber daya tersebut. Objek wisata hutan mangrove tentu masih
memerlukan pengembangan dari berbagai segi baik dari segi infrastruktur, fasilitas, maupun
manajerial sumber daya manusia (SDM) dalam meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.
Oleh sebab itu, wisatawan perlu dilibatkan dalam penilaian terhadap sumber daya alam sebagai
objek wisata yang dapat menentukan kesediaan seseorang untuk membayar pengembangan
objek wisata atau uang yang bersedia dikorbankan untuk mendapatkan kepuasan terhadap
pemanfaatan sumber daya.
Hutan mangrove lantebung adalah sebuah kawasan destinasi. Kondisi kawasan tersebut
yang cukup lebat dan menawarkan keindahan pesona hutan mangrove yang indah dengan latar
belakang pemandangan laut. Hamparan luas laut biru menjadi sebuah destinasi yang indah
untuk menikmati sunset pada sore hari. Hutan mangrove berdiri di pinggir pantai, sehingga
dapat menawarkan ornamen yang menyengarkan mata. Suasana hutan mangrove dipercantik
dengan sejumlah pernak-pernik warna yang dihiasi dari sisi kiri dan kanan serta terbuat dari
bahan kayu. Area hutan bakau membentang sepanjang dua kilometer dan tepat langsung
menghadap ke arah selatan selat Makassar.
Wisata hutan mangrove tersebut terdapat jembatan warna-warni di tengah rerimbunan
pohon mangrove memiliki warna yang kontras dengan area sekitarnya, sehingga membuat
jembatan terlihat sangat menarik. Jembatan yang terbuat dari kayu dan dicat dengan warna

2
pelangi menghubungkan pintu masuk di ujung hutan hingga ke dermaga di depan laut. Jembatan
sepanjang 270 meter dilengkapi dua pondok kecil di tengah jembatan sebagai tempat untuk
beristirahat. Pengunjung juga bisa beristirahat dan menikmati angin sepoi-sepoi yang sejuk,
sambil memulihkan energi kembali. Sembari istirahat pengunjung juga bisa merendamkan kaki
ke dalam air laut yang segar. Sedangkan mendekati bagian ujung, terdapat pusat informasi.
Pengembangan kawasan objek wisata tersebut tentu tidak lepas dari beberapa faktor
diantaranya faktor pendukung. Faktor pendukung dalam pengembangan wisata hutan mangrove
lantebung sebagai kawasan objek wisata antara lain dapat dilihat dari segi sarana dan prasarana
yang cukup memadai dan wisatawan yang ingin menyusuri laut dapat menyewa perahu kecil
dengan tarif yang sangat murah. Selain itu, kawasan ini dilengkapi dengan toilet, mushola,
warung makan dan rest area. Oleh karena itu, pengunjung yang datang dari wilayah yang jauh
tidak perlu bingung untuk beristirahat karena lelah selama diperjalanan. Rest area di hutan
mangrove ini sudah cukup nyaman untuk disinggahi. Fasilitas lain seperti tersedianya berbagai
toko souvenir menarik yang cocok dijadikan sebagai buah tangan, beragam pernaik-pernik yang
dibuat dari kerang-kerangan, tirai kerang, celengan yang dihiasi pasir warna-warni, bingkai foto
dan lainnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja faktor internal yang berpengaruh terhadap pengembangan objek wisata hutan
mangrove lantebung di Desa Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan Tamalate Kota
Makassar
2. Apa saja faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan objek wisata hutan
mangrove lantebung di Desa Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan Tamalate Kota
Makassar
3. Bagaimanakah strategi pengembangan objek wisata hutan mangrove lantebung di Desa
Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan Tamalate Kota Makassar
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui faktor internal yang berpengaruh terhadap pengembangan objek
wisata hutan mangrove lantebung di Desa Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan
Tamalate Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan objek
wisata hutan mangrove lantebung di Desa Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan
Tamalate Kota Makassar
3. Untuk mengetahui strategi pengembangan objek wisata hutan mangrove lantebung di
Desa Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

METODE

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan upaya pengembangan hutan mangrove
lantebung di desa lantebung kelurahan bira kota makassar melalui metode desktiptif. Metode
yang memberikan pemaparan secara akurat mengenai data-data yang ada dalam objek
penelitian. Metode deskriptif merupakan menggambarkan atau menjelaskan fenomena-
fenomena yang terjadi pada objek kajian. Penelitian turun langsung ke objek wisata hutan
mangrove lantebung kemudian melakukan wawancara dan observasi untuk mengetahui
bagaimana cara pengembangan objek wisata hutan mangrove lantebung di desa lantebung
kelurahan bira kota makassar.

3
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan
Tamalanrea Kota Makassar.

Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah subjek yang mempengaruhi kualitas serta
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti dan berjumlah 25 orang.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan langsung yang dilakukan oleh dua pihak dengan satu tujuan
yang telah ditetapkan.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati secara
langsung suatu keadaan atau pun situasi dari sebuah subjek penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi
dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data kemudian ditelaah.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari beberapa analisis yang berbeda, yaitu:
1) Analisis Interaktif
a) Redukasi Data
Redukasi data merupakan proses seleksi,pemfokusan,penyederhanaan dan abstraksi
data kasar yang ada dalam field note. Proses ini berlangsung sepanjang pelaksanaan
penelitian, yang dimulai dan bahkan sebelum pengumpulan data.
b) Penyajian Data
Tahap selanjutnya adalah penelitian melakukan penarikan kesimpulan. Dlam hal ini
penelitian menggunakan penyajian berupa teks deskriptif yang mendeskriptikan secara
rinci temuan penelitian.
c) Penarikan Kesimpulan
Merupakan suatu proses penjelasan dari suatu analisis (redukasi data), ketiga proses
analisis data tersebut merupakan satu kesatuan yang saling menjelaskan data
berhubungan erat.
2) Analisis SWOT
Analisis SWOT memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk
melaksanakan sebuah strategi, menolong para perencana untuk mengetahui apa yang bisa
dicapai dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
1. Lokasi Objek Wisata
Lokasi yang strategi yang jauh dari jalan raya dan pusat kota, pemandangan yang indah
dengan hamparan laut yang jernih serta pemandangan matahari terbenang yang terlihat jelas
dari objek wisata ini.

4
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wisata Hutan Mangrove Lantebung secara geografis terletak pada lintang 119⁰ 18’
29,89’’ - 119⁰ 32’ 31,01’’BT dan 5⁰ 30’ 18’’- 5⁰ 14’ 49’’ LS. Desa lantebung berada dalam
kota Makassar dengan luas wilayah 9,26 km2.

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian

2. Daya Tarik Wisata


Daya tarik wisata hutan mangrove lantebung adalah bentangan alam yang bervariasi
dari pantai, laut hingga ekosistem mangrove yang kaya dengan flora dan fauna serta
kehidupan masyarakat desa lantebung.
3. Aksesibilitas
Objek wisata hutan mangrove lantebung berjarak 13,8 km dari kota Makassar dan
berada pada kecamatan tamalanrea, untuk berkunjung ke objek wisata hutan mangrove
lantebung bisa menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat. Sebab
tidak adanya kendaraan umum yang bisa masuk kedalam objek wisata hutan mangrove
tersebut. Kondisi jalan menuju objek wisata tersebut sudah cukup baik meskipun jalanan
sedikit bergelombang namun masih bisa untuk dilalui oleh kendaraan.
4. Sarana Wisata
Tersedianya spot-spot foto yang bagus sebagai daya tarik utama wisata ini. terdapat
gazebo,warung,perahu yang bisa di sewa, toilet dan masjid. Wisata juga dapat menikmati
berfoto atau sekedar beristirahat dan bercengkeram bersama keluarga.
5. Promosi yang Kurang Efektif
Promosi yang masih tergolong kurang efektif karena kebanyakan wisatawan yang
datang hanya sekedar mengetahui tempat ini dari mulut ke mulut. Keterbatasan informasi
untuk mempromosikan dan mengenalkan pariwisata hutan mangrove kepada masyarakat luas.
6. Pemanfaatan Mangrove
Pemanfaatan mangrove mempunyai definisi sebagai hutan yang tumbuh di atas rawa-
rawa berair payau yang terletak di garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut

5
tepatnya di daerah pantai dan sekitar muara sungai. Pemanfaatan mangrove yaitu untuk
mencengah intrusi air laut, mencengah erosi dan abrasi pantai, sebagai pencengah dan
penyaring alami, sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa jenis satwa,
berperan dalam pembentukan pulau dan menstabilkan daerah pesisir.
7. Biaya yang Dikeluarkan
Faktor utama yang menyebabkan wisatawan datang berkunjung adalah biaya yang
dikeluarkan. Sejumlah pengunjung dan masyarakat sekitar merasa tidak keberatan dengan
harga tiket masuk yang terbilang murah dirasakan oleh sebagaian pengunjung dan sebanding
dengan fasilitas yang didapatkan.
8. Tenaga Profesional
Hutan mangrove memiliki tenaga kerja yang dapat dilihat dari salah satu fasilitas wisata
yang sudah tidak terawat seperti banyaknya sampah dan banyaknya lampu yang rusak, karena
kurangnya tenaga kerja yang akan memperhatikan dan mengelola wisata tersebut.
9. Penebangan Mangrove
Adanya penebangan pohon mangrove akan mengakibatkan perubahan fungsi
lingkungan dan merusak ekosistem laut serta erosi abrasi pantai.
10. Analisis SWOT
Strategi pengembangan objek wisata hutan mangrove yang didapat dari hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan solusi dalam pengambilan kebijakan untuk pengelolaan
kawasan hutan mangrove di masa yang akan datang.
11. Analisis Matriks SWOT
Pemilihan strategi tersebut disusun dalam bentuk matriks yang dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 4.1. Matriks SWOT Analisis Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Hutan
Mangrove Lantebug
Kekuatan Kelemahan
 Aksebilitas yang baik  Sarana dan prasarana wisata
 Keindahan panorama hutan yang kurang memadai
mangrove dan panorama  Tingkat pendidikan dan
matahari terbenam keterampilan masyarakat
 Kerjasama antara kelompok yang rendah
masyarakat dengan  Tempat informasi belum
pemerintah difungsikan dengan baik
 Partisipasi masyarakat yang  Tingkat pemahaman
tinggi dalam mengembangkan masyarakat dan pengunjung
pariwisata masih rendah mengenai
 Status kawasan lantebung hutan mangrove
sebagai kawasan konservasi  Perubahan cuaca yang tidak
perlindungan pesisir bisa ditebak (sering berubah-
ubah)
Peluang Strategi SO Strategi ST
 Ditetapkan sebagai  Memanfaatkan aksebilitas  Mengelola aksebilitas
kawasan ekowisata di dengan baik agar mudahnya dengan baik agar
dalam RPJD kota akses wisatawan serta pengunjung tidak lagi
Makassar tahun 2005- ditetapkan sebagai kawasasn membuang sampah
2025 ekowisata di dalam RPJD kota  Dengan adanya panorama
 Peranann teknologi Makassar Tahun 2005-2025. alam yang indah dan suasana
dalam mempromosikan  Mengelola potensi objek objek wisata yang
tempat wisata melalui wisata yang dimiliki memberikan kenyamanan
media sosial (panorama hutan mangrove yang dimiliki objek wisata
 Pengelolaan tempat dan panorama matahari hutan mangrove lantebung

6
wisata diberikan secara terbenam) dengan otonomi maka pengunjung tidak akan
penuh kepada kelompok daerah yang memberikan bosan dalam berkunjung.
pengelola kewenangan pemerintah Sehingga tidak terpengaruh
 Situasi keamanan dan daerah untuk mengelola dengan munculnya objek
kenyamanan yang potensi daerah masing- wisata baru serta persaingan
kondusif masing. antara objek wisata.
 Banyak kepiting bakau  Adanya kerjasama antara  Partisipasi pemerintah dan
yang hidup dan kelompok masyarakat dengan masyarakat dalam
berkembang pemerintah dalam pengelolaan mencengah terjadinya abrasi
tempat wisata yang diberikan pantai
secara penuh kepada
kelompok pengelola
 Peningkatan produk dan
permainan wisata dalam
pengembangannya sehingga
mampu menarik investor.
 Kawasan lantebung
merupakan kawasan
konservasi perlindungan
pesisir karna banyak kepiting
bakau yang hidup dan
berkembang
Ancaman Strategi WO Strategi WT
 Banyaknya buangan  Dengan otonomi daerah  Meningkatkan sarana dan
sampah dari diharapkan dapat memberikan prasaran wisata seperti
pengunjung keluasan pemerintah daerah tempat sampah agar
 Terjadi sedimentasi untuk mempromosikan potensi pengunjung tidak lagi
 Terjadi abrasi pantai yang dimiliki objek wisata membuang sampah.
 Perubahan iklim hutan mangrove lantebung  meningkatkan promosi dan
 Penebangan pohon  Sebagian tempat informasi memperbaiki program
belum di fungsikan dengan pengembangan lebih bagus
baik sedangkan pengelolaan untuk menarik pengunjung
tempat wisata diberikan secara sehingga siap untuk
penuh kepada pengelola menghadapi persaingan antar
 Tingkat pemahaman objek wisata
masyarakat dan pengujung  peningkatan kualitas tenaga
mengenai hutan mangrove kerja professional dalam
pengelolaan objek wisata
sehingga mengurangi
kerusakan lingkungan akibat
penebangan yang seenaknya
Sumber: Olahan Data Primer yang diolah, Maret 2021

Pembahasan
1. Faktor Internal
a) Lokasi Objek Wisata
Lokasi objek wisata merupakan tempat yang memiliki sumber daya wisata sehingga
mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Salah satu penyebab banyaknya
wisatawan yang datang ke hutan mangrove lantebung karena objek wisata tersebut

7
berada di Desa Lantebung Kota Makassar yang dikenal sebagai daerah objek wisata,
sehingga wisatawan bisa mengunjungi berbagai tempat wisata.
b) Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju hutan mangrove lantebung terbilang mudah dan cepat untuk
didapat, akan tetapi pengunjung yang tidak memiliki kendaraan pribadi akan kesulitan
untuk datang ke wisata hutan mangrove karena tidak adanya kendaraan umum yang
masuk ke dalam kawasan objek wisata hutan mangrove tersebut. Lokasi objek wisata
yang jauh dari pusat kota menjadi salah satu faktor internal yang berpengaruh terhadap
pengembangan objek wisata hutan mangrove lantebung dan lokasi tersebut yang
berada jauh dengan objek wisata lain.
c) Sarana Wisata
Sarana merupakan salah satu faktor utama dalam pengembangan suatu wisata karena
segala aktivitas wisatawan pada lokasi wisata membutuhkan sarana yang tersedia.
Akomodasi atau tempat beristirahat untuk pengunjung merupakan hal yang penting
bagi pengembangan pariwisata, pengunjung yang datang akan senang jika tempat yang
dikunjungi tersedia tempat istirahat yang nyaman apalagi mereka yang datang dari jauh
dengan tujuan berlibur dan tidak ada tempat saudara atau kerabat yang bisa dikunjungi.
d) Daya Tarik
Suatu wisata dapat menarik minat dan motivasi orang untuk berkunjung haruslah
memiliki daya tarik dan memiliki keunikan tersendiri di banding dengan wisata lain.
e) Promosi yang Kurang Efektif
Promosi pariwisata di Kelurahan Lantebung yang masih tergolong kurang efektif yang
terlihat dari belum adanya peningkatan arus kunjungan wisatawan di kelurahan
lantebung yang signifikan.
2. Faktor Eksternal
a) Pemanfaatan Mangrove
Pemanfaatan mangrove terbagi atas 2 yaitu manfaat langsung (direct use) dan manfaat
tidak langsung (inderct use). Manfaat langsung yang diminati masyarakat wilayah
pesisir yang memanfaatkan kayu mangrove untuk bahan bakar dan bahan bangunan,
pemanfaatan buah mangrove sebagai sumber benih, pemanfaatan daun mangrove
untuk pakan ternak kambing. Sementara pemanfaatan tidak langsung yaitu
pemanfaatan mangrove sebagai nur sery groung yaitu ikan, benur, kepiting, dan
karang. Pemanfaatan mangrove yang lain sebagai pelindung abrasi dan intrusi air laut.
b) Tenaga Kerja Profesional
Tenaga kerja merupakan komponen yang dibutuhkan untuk semua kegiatan usaha.
Manajemen yang baik dalam promosi, perencanaan, pemasaran dan pemasaran
maupun pengembangan produk agrowisata sangat mempengaruhi keberhasilan upaya
peningkatan arus kunjungan.
c) Biaya yang dikeluarkan
Biaya merupakan faktor utama yang dapay menarik pengunjung datang. Dimana biaya
yang dikeluarkan terbilang murah. Sejumlah pengunjung dan masyarakat sekitar tidak
keberatan dengan harga tiket yang terbilang murah oleh sebagian pengunjung dan
sebanding dengan fasilitas yang didapatkan di objek wisata.
d) Penebangan Mangrove
Mangrove merupakan hutan lingkungan yang tumbuh di bibir pantai, keberadaannya
dilindungi oleh undang-undang. Penebangan pohon mangrove akan mengakibatkan
perubahan fungsi lingkungan dan merusak ekosistem laut serta erosi dan abrasi pantai.
3. Strategi Pengembangan
a) Meningkatkan promosi objek wisata, pemasaran atau promosi dan inovasi kegiatan-
kegiatan pariwisata penting untuk dilakukan karena hal tersebut dapat menarik minat
wisatawan untuk berkunjung.

8
b) Meningkatkan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang menunjang seperti
membangun penginapan atau hotel dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya sehingga
menarik dan memberikan kenyamanan bagi pengunjung.
c) Memanfaatkan potensi yang ada yang dimiliki objek wisata lantebung mengingat
bertambahnya objek wisata lain dan persaingan-persaingan dengan objek wisata lain.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Dalam penelitian ini, faktor internal yang memperoleh kategori sangat tinggi adalah
aksebilitas yang baik, kerjasama antara kelompok masyarakat dan pemerintah, partisipasi
masyarakat yang tinggi dalam mengembangkan pariwisata, dan status kawasan lantebung
sebagai kawasan konservasi perlindungan pesisir. Sedangkan faktor eksternal yang
memperoleh kategori sangat tinggi yaitu banyaknya buangan sampah dari
pengunjung,terjadi sedimentasi dan penebangan pohon.
2. Strategi yang perlu dilakukan memanfaatkan potensi yang dimiliki Hutan Mangrove
Lantebung, mengingat tingginya persaingan antara objek wisata lain maka Hutan
Mangrove Lantebung memerlukan inovasi baru untuk berkembang yang lebih baik dan
menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah maupun masyarakat sekitar sehingga
memiliki daya saing yang lebih besar dari pada objek wisata lain.
3. Pengembangan Hutan Mangrove Lantebung memiliki potensi alam, kondisi keamanan
yang baik, fasilitas pendukung yang menarik. Upaya pengembangan potensi yang ada di
Hutan Mangrove Lantebung dengan penambahan dan peningkatan fasilitas, saran dan
prasaranaa serta pelestarian alam objek wisata. Pengembangan ini harus dilakukan terus
menerus sehingga mampu memberikan daya saing dengan objek wisata lain.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka dapat dikemukakan beberapa saran
yang mungkin dapat menjadi perhatian bagi semua pihak didalam pengembangan Hutan
Mangrove Lantebung sebagai daerah objek wisata, yaitu sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Makassar perlu terus meningkatkan promosi objek wisata yang berada di
Kota Makassar khususnya yang berada di Kelurahan Bira untuk membantu masyarakat
yang menjalankan usaha dibidang pariwisata. Selain itu jika jumlah wisatawan dapat
meningkat dari tahun ke tahun maka diharapkan pendapatam pariwisata dapat meningkat
juga. Namun pemerintah juga harus dapat membantu menambah promosi dan anggaran
setiap tahunnya.
2. Untuk menunjang pengembangan objek wisata, aksebilitas menuju ke objek dan daya tarik
wisata yang terdapat di objek wisata yang terdapat di objek wisata hutan mangrove
lantebung perlu di tingkatkan. karena saat ini kondisi sarana dan prasarana yang ada di
hutan mangrove lantebung masih belum memadai maka dari itu perlunya mengembangkan
dan membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan, dengan demikian wisatawan akan
lebih tertarik untuk berkunjung ke hutan mangrove lantebung.
3. Masyarakat sekitar objek wisata agar kiranya bekerja sama dalam menjaga hutan mangrove
lantebung agar kondisinya tetap terjaga dengan cara tidak membuang sampah sembarangan
dan menebang pohon mangrove. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran wisatawan untuk
menjaga lingkungan dan fasilitas yang disediakan.

9
DAFTAR RUJUKAN

Alfira, Rizky. (2014). Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata


Mangrove Pada Kawasan Suaka Margasatwa Mampie di Kecamatan Wonomulyo
Kabupaten Polewali Mandar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin Makassar.

Asriandy, Ian. (2016). Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Bissapu di
Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin.

Awaliah, Nailul Muna. (2019). Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Dengan


Analisis SWOT di Desa Segarajaya Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi
Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Elhaq, Imam Habibi, & Arif Satria. (2011). Persepsi Pesanggem Mengenai Hutan
Mangrove dan Partisipasi Pasenggem dalam Pengelolaan Tambak Mangrove
Ramah Lingkungan Model Empang Parit. Jurnal Transdisiplin Sosiologi,
Komunkasi dan Ekologi Manusia, Vol 05, No 01, Hal 97-103.

Icuk Rangga Bawono. 2007. Manajemen Stratejik Sektor Publik: Langkah Tepat Menuju
Good Govermance. Dosen Fakultas Ekonomi UNSOED Purwokerto.

Ismawati, Nur. (2018) Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Park
Pekalongan Dengan Analisis Swot di Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan
Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta

Kurniawati, Rima Yulia. (2018). Valuasi Ekonomi Pengembangan Objek Wisata Hutan
Mangrove Kabupaten Brebes. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro Semarang.

Malik Abdul, Abd Rahim, & Uca Sideng. (2019). Pariwisata dan Pengembangan
Ekowisata Mangrove Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Maryam, Selvia. (2011). Pendekatan Swot Dalam Pengembangan Objek Wisata


Kampoeng Djowo Sekatul Kabupaten Kendal. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.

Pauziah, Putri. (2017). Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Kecamatan Sungai


Apit Kabupaten Siak. Jom FISIP ,Vol 4, No 2.

Pradika, Angga. (2013). Strategi Pengembangan Objek Wisata Waduk Gunungrowo Indah
dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pati.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Pramudji. (2001). Ekosistem Hutan Mangrove dan Peranannya Sebagai Habitat Berbagai
Fauna Aquatik. Oseana, Vol 26, No 4 Hal 13-23.

Pratama, Firman Wira. (2017). Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata
Mangrove Pada Kawasan Wisata Tanaraje Kecamatan Labbakkang Kabupaten

10
Pangkep. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
Makassar.

Saifullah, Nuddin Harahap.(2013). Strategi Pengembangan Wista Mengarove di “Blok


Bedul” Taman Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Journal
Of Indonesian Tourism And Development Studies. Vol 1, No 2.

Saputra, Sarwo Edy, & Agus Setiawan. (2014). Potensi Ekowisata Hutan Mangrove di
Desa Merak Belantung Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal
Sylva Lestari, Vol. 2 No.2, Hal 49-60.

Saputra Rendi Angga, Andi Zulfikar & Fitria Ulfah. (2016). Strategi Pengembangan Dan
Pengelolaan Ekowisata Mangrove Kota Rebah Sei Carang Tanjungpinang
Kepulauan Riau. Jurnal umrah.

Sari Dani Atika. (2016). Respon Masyarakat Terhadap Kegiatan Konservasi Mangrove
(Studi Kasus Masyarakat Petani Tambak Kelurahan Mangunharjo Kecamatan
Tugu Kota Semarang). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Tatali, Aldy Adrianus, Ridwan Lasabuda, & Jardie A. Andaki, Bet E. S. Lagarense. (2018).
Strategi Pengembangan Pariwisata Pesisir di Desa Bentung Kabupaten Kepulautan
Sanghie Provinsi Sulawesi Utara. J Kabijakan Sosek Kp, Vol 8, No 1, Hal 53-62.

Utomo Bekti, Sri Budiastuti, & Chatarina Muryani. (2017). Strategi Pengelolaan Hutan
Mangrove di Desa Tanggul Tlare Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Jurnal
ilmu lingkungan, Vol 15, Hal 117-123.

Widagdo, Ridwan, & Sri Rokhlinasi. (2017). Dampak Keberadaan Pariwisata Religi
Terhadap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Cirebon.Al-Amwal, Vol 9, No 1.

Yunus, Murniati. (2015). Strategi Promosi Pengelola Taman Wisata Alam Lembah Hijau
Rumbia (LHR) di Jeneponto dalam Meningkatkan Minat Pengunjung. Skripsi.
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

11

Anda mungkin juga menyukai