Anda di halaman 1dari 71

TC UMJ PAJAK PERTAMBAHAN

BY: FALIH A
NILAI (PPN)
PENGERTIAN UMUM PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PPN ADALAH PAJAK ATAS


KONSUMSI BARANG ATAU JASA

DI DALAM DAERAH
PABEAN
OLEH
- ORANG PRIBADI; ATAU OLEH
- BADAN;

2
SKEMA UMUM PEMBELAJARAN PPN
LUAR DAERAH PABEAN

BARANG – EKSPOR BARANG –


IMPOR

DALAM DAERAH PABEAN


OBYEK PPN – BARANG
& JASA KENA PAJAK

PENGUSAHA KENA PAJAK PEMBELI BARANG & JASA

WILAYAH YURIDIS PENGENAAN & PEMUNGUTAN PPN & PPnBM


DAERAH PABEAN
Ps. 1 angka 1 UU PPN 1984

WILAYAH RI YANG DI DALAMNYA


BERLAKU UU No. 10 Th 1995
TENTANG KE PABEANAN

MELIPUTI WILAYAH

DARAT
RUANG UDARA
DAN
DI ATASNYA
PERAIRAN

TEMPAT-TEMPAT TERTENTU
DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
LANDAS KONTINEN

4
KARAKTERISTIK PPN (VAT)
1. Pajak Tidak Langsung
2. Pajak Objektif
3. Pajak atas konsumsi dalam negeri
4. Bersifat netral
5. Terutang pada setiap jalur distribusi maupun
produksi
6. Tidak menimbulkan pajak ganda dan tidak
kumulatif
7. Metode Faktur
8. Metode pengkreditan dengan indirect
5 substraction
PPN ADALAH PAJAK TIDAK LANGSUNG

SUATU JENIS PAJAK YANG BEBAN PAJAKNYA DILIMPAHKAN


KEPADA PIHAK LAIN
KEDUDUKAN PENANGGUNG JAWAB PEMUNGUTAN DAN
PENYETORAN PAJAK DENGAN KEDUDUKAN PEMIKUL BEBAN PAJAK
BERBEDA BANK PERSEPSI
PENYETORAN PPN
DENGAN SSP

BKP/JK PEMBELI/PENERIMA
PENJUAL/PENGUSAHA
P BARANG/JASA
BARANG/JASA PPN

PENANGGUNG JAWAB FAKTUR


PAJAK PEMIKUL BEBAN
PAJAK
SPT MASA
PPN
6
PPN ADALAH PAJAK OBJEKTIF
KEWAJIBAN PPN  DITENTUKAN OLEH ADANYA OBJEK PAJAK.
MENIMBULKAN DAMPAK REGRESIF.

PPN ADALAH PAJAK ATAS KONSUMSI DALAM NEGERI


PPN HANYA ATAS DIKONSUMSI DI DALAM DAERAH
PABEAN INDONESIA  DESTINATION PRINCIPLE

PPN BERSIFAT NETRAL


PPN DIKENAKAN BAIK ATAS KONSUMSI BARANG MAUPUN JASA
DALAM PEMUNGUTANNNYA, PPN MENGANUT DESTINATION PRINCIPLE

7
PPN TERUTANG PADA SETIAP JALUR DISTRIBUSI
PPN DIKENAKAN MULTI STAGE LEVEL

BAHA
N
INDUSTRI INDUSTRI INDUSTRI
BAKU BENANG TEKSTIL GARMEN

Penjualan  PK Penjualan  PK Penjualan  PK

Pembelian Pembelian
PM PM

KONSUMEN INDUSTRI PEDAGANG


AKHIR ECERAN BESAR

Penjualan  PK Penjualan  PK
Harga Beli + PPN
Pembelian Pembelian
PM PM
8
PPN TIDAK BERGANDA DAN TIDAK BERSIFAT KUMULATIF
PENGUSAHA AKTIVITAS NILAI TAMBAH HARGA JUAL PPN 10% SETOR KE KAS HARGA YANG
NEGARA DIBAYAR

Industri Benang Menyerahkan 1000 1000 100 100

Industri Tekstil Membeli benang - - - - 1000+100=1100

Menyerahkan 400 1000+400=1400 140 140-100=40 -


Tekstil

Industri Garmen Membeli Tekstil 1400+140=1540

Menyerahkan 350 1400+350=1750 175 175-140=35 -


Garmen

Pedagang Besar Membeli Garmen 1750+175=1925

Menyerahkan 300 1750+300=2050 205 205-175=30 -


Garmen

Pedagang Eceran Membeli Garmen 2050+205=2255

Menyerahkan 250 2050+250=2300 230 230-205=25 -


Garmen

KONSUMEN Membeli Garmen - - - 2300+230=2530

TOTAL 2300 230

9
PPN MENGGUNAKAN INDIRECT SUBSTRACTION METHOD

NILAI TAMBAH (ADDED VALUE)


ADALAH SUATU NILAI YG MERUPAKAN PENJUMLAHAN BIAYA PRODUKSI ATAU
DISTRIBUSI YANG MELIPUTI PENYUSUTAN, BUNGA MODAL, GAJI YANG
DIBAYARKAN, SEWA TELPON, LISTRIK DAN PENGELUARAN LAINNYA SERTA LABA
YANG DIHARAPKAN.
NILAI TAMBAH = HARGA JUAL – HARGA BELI
PAJAK YANG DIBAYAR PADA SAAT PEROLEHAN BARANG ATAU JASA KENA PAJAK
= PAJAK MASUKAN (INPUT TAX)
PAJAK YANG DIPUNGUT PADA SAAT PENYERAHAN BARANG ATAU JASA KENA
PAJAK = PAJAK KELUARAN (OUTPUT TAX)
BUKTI PEMUNGUTAN PPN : FAKTUR PAJAK, DAPAT DIBEDAKAN MENJADI FAKTUR
PAJAK KELUARAN DAN FAKTUR PAJAK MASUKAN.

10
GAMBARAN
OBJEK PPN
2. Impor BKP
4. Pemanfaatan BKP
Tdk berwujud
Luar Daerah Pabean 5. Pemanfaatan JKP

Daerah Pabean 6. Ekspor


Oleh PKP

PENGUSAHA BKP/JKP Pengusaha/


KENA PAJAK Siapapun
(PKP)
1. Penyerahan BKP
3. Penyerahan JKP
7. Penyerhn aktiva
sesuai Psl 16D 8. Melakukan kegiatan
oleh PKP membangun sendiri
Sesuai Psl. 16C

11
OBJEK PAJAK PPN
Diatur Dlm 3 Pasal

Pasal 4 UU PPN

Pasal 16C UU PPN

Pasal 16D UU PPN

12
RINCIAN OBJEK
PASAL 4
1. PENYERAHAN BKP DI DALAM DAERAH PABEAN YANG
DILAKUKAN OLEH PENGUSAHA ;
2. IMPOR BKP;
3. PENYERAHAN JKP DI DALAM DAERAH PABEAN YANG
DILAKUKAN OLEH PENGUSAHA;
4. PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD DARI LUAR
DAERAH PABEAN DI DALAM DAERAH PABEAN;
5. PEMANFAATAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN DI
DALAM DAERAH PABEAN;
6. EKSPOR BKP/JKP OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK.

13
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK

a) PENYERAHAN HAK ATAS BKP KARENA SUATU PERJANJIAN;


b) PENYERAHAN BKP KARENA SUATU PERJANJIAN SEWA BELI DAN
PERJANJIAN LEASING DGN HAK OPSI;
c) PENYERAHAN BKP KEPADA PEDAGANG PERANTARA ATAU MELALUI
JURU LELANG;
d) PEMAKAIAN SENDIRI DAN PEMBERIAN CUMA - CUMA;
e) PERSEDIAAN BKP DAN AKTIVA YANG MENURUT TUJUAN SEMULA
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN YANG MASIH TERSISA PADA
SAAT PEMBUBARAN PERUSAHAAN;
f) PENYERAHAN BKP DARI KANTOR PUSAT KE CABANG ATAU
SEBALIKNYA DAN PENYERAHAN BKP ANTAR CABANG;
g) PENYERAHAN BKP SECARA KONSINYASI;

14
BUKAN PENYERAHAN BKP:
a. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana diatur dalam KUHD;
b. penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;
c. penyerahan BKP dari pusat ke cabang dan antar cabang bagi PKP
yang telah memperoleh izin pemusatan tempat PPN terutang;
d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang
menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak;

15
PENYERAHAN JKP:
a. Setiap Pemberian Jasa Kena Pajak
b. Termasuk :
 Pemakaian Sendiri
 Pemberian Cuma Cuma

16
Pemakaian Sendiri
Tidak
Dilakukan
Pemungutan Penyerahan Terutang
OUTPUT
PPN PPN
(Tidak Dibuat
Produktif Faktur Pajak)

Pemakaian Dilakukan Penyerahan:


Sendiri pemungutan OUTPUT - Tidak Terutang PPN
BKP/JKP PPN - Dibebaskan PPN
(Terutang
PPN)

Konsumti Dilakukan
f pemungutan
PPN

Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dibuat Faktur Pajak, sepanjang digunakan untuk
melakukan penyerahan yang terutang PPN
17
BARANG KENA PAJAK (BKP)
Kaidah Umum:
Pada dasarnya semua barang dapat dikenakan pajak kecuali yang
ditetapkan sebagai jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan pajak

BEGERAK
BERWUJUD
TIDAK BERGERAK
BKP

TIDAK BERWUJUD

18
BUKAN BARANG KENA PAJAK
Atas penyerahan bukan BKP tidak terutang PPN:
 barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya
 barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak
 makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan dan sejenisnya; meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan
 Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

19
BARANG HASIL PERTAMBANGAN
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya, meliputi:
a. minyak mentah (crude oil);
b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi
langsung oleh masyarakat;
c. panas bumi;
d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu
permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit,
granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat,
opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk,
tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta
bijih bauksit.
20
BARANG KEBUTUHAN POKOK
Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh rakyat banyak meliputi:
a. beras; gabah; jagung; sagu; kedelai; garam, baik yang beryodium maupun
yang tidak beryodium;
b. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak
dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain,
dan/atau direbus;
c. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan,
diasinkan, atau dikemas;
d. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau
dikemas atau tidak dikemas;
e. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui
proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau
dikemas atau tidak dikemas; dan
f. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau
disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah. 21
JASA KENA PAJAK
Kaidah Umum
SEMUA JASA YANG DIKENAKAN PPN, KECUALI DITETAPKAN LAIN DI DALAM UU

JASA

setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau


perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang
dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan

22
BUKAN JASA KENA PAJAK
Atas penyerahan bukan JKP tidak terutang PPN:
 Jasa pelayanan kesehatan medis
 Jasa pelayanan sosial
 Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan
menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko
tempel.
 Jasa Asuransi
 Jasa keagamaan
 Jasa pendidikan
 Jasa kesenian dan hiburan
 Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau televisi
yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan dan
tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
 Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;

23
BUKAN JASA KENA PAJAK
 Jasa keuangan meliputi:
 jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu;
 jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada
pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;
 jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
berupa:
 sewa guna usaha dengan hak opsi;
 anjak piutang;
 usaha kartu kredit; dan/atau
 pembiayaan konsumen;
 jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan
fidusia; dan
 jasa penjaminan. 24
BUKAN JASA KENA PAJAK
Jasa tenaga kerja, meliputi :
 Jasa tenaga kerja;
 Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggungjawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut;
 Jasa penyelenggaraan latihan tenaga kerja.
Jasa perhotelan, meliputi :
 Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu
yang menginap;
 Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara pertemuan hotel, rumah penginapan,
motel, losmen dan hostel.
Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah,
Jasa penyediaan tempat parkir
25
Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
Jasa pengiriman uang dengan wesel pos, dan
PENGUSAHA KENA PAJAK
1. Orang Pribadi / Badan  dagang, industry, jasa yang
menyerahkan/ekspor BKP dan/atau JKP  wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
2. Pengusaha kecil tidak diwajibkan, namun diperbolehkan
untuk menjadi PKP.
3. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor
197/KMK.03/2013, Pengusaha Kecil adalah Pengusaha
yang menyerahkan BKP dan atau JKP s.d. Rp.
4.800.000.000,00
4. Konsekuensi PKP :
a) Memungut PPN dari pembeli
b) Membuat Faktur Pajak
c) Menyetorkan PPN
d) Melaporkan SPT Masa PPN

26
PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP
• Apabila pada suatu tahun buku, jumlah peredaran
bruto PKP tidak melebih atau memenuhi batas
minimal jumlah peredaran bruto yang ditetapkan,
PKP tersebut dapat mengajukan permohonan
pencabutan pengukuhan sebagai PKP paling
lambat satu bulan setelah akhir tahun buku.
• Setelah melakukan pemeriksaan, dalam jangka
waktu 2 bulan sejak surat permohonan diterima,
Dirjen Pajak harus memberikan keputusan.
• Lewat 2 bulan belum diberikan keputusan,
permohonan dianggap dikabulkan.

27
RINCIAN OBJEK

Dalam Pasal 16C: Dalam Pasal 16D:


Penyerahan aktiva oleh
Kegiatan membangun sendiri
Pengusaha Kena Pajak yang
yang dilakukan tidak dalam
menurut tujuan semula aktiva
kegiatan usaha atau
tersebut tidak untuk
pekerjaan oleh orang pribadi
diperjualbelikan
atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau Kecuali penyerahan tidak ada
digunakan pihak lain hubungan usaha dan sedan
serta station wagon
diatur Menteri Keuangan

28
KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
(PASAL 16C U PPN; PMK 163/PMK.03/2012)

BAIK PKP ATAU NON PKP YANG MELAKUKAN KMS BERUPA BANGUNAN BAIK DIPERGUNAKAN SENDIRI
MAUPUN PIHAK LAIN
KRITERIANYA ADALAH :
1. TIDAK DALAM RANGKA KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJAANNYA;
2. YANG DIBANGUN  TEMPAT TINGGAL ATAU TEMPAT KEGIATAN USAHA;
3. LUAS BANGUNAN 200 M2 ATAU LEBIH;
4. BANGUNAN BERSIFAT PERMANEN YANG KONSTRUKSI UTAMANYA TERDIRI DARI KAYU,
BETON, PASANGAN BATU BATA ATAU BAHAN SEJENIS; DAN ATAU BAJA

29
MEKANISME PPN SECARA UMUM

BANK PERSEPSI

PENYETORAN PPN
DENGAN SSP

BKP/JKP PEMBELI/PENERIMA
PENJUAL/PENGUSAHA BARANG/JASA – UMUM
BARANG/JASA PPN

PENANGGUNG JAWAB FAKTUR


PAJAK
PEMIKUL BEBAN
PAJAK

SPT MASA PPN

30
MEKANISME PPN SECARA KHUSUS – PEMUNGUT PPN

BANK PERSEPSI
PENYETORAN PPN
DENGAN SSP

SSP

PEMBELI/PENERIMA
BKP/JKP BARANG/JASA –
PENJUAL/PENGUSAHA
PIHAK WAPU
BARANG/JASA PPN

PENANGGUNG JAWAB FAKTUR PEMIKUL BEBAN


PAJAK PAJAK

SPT MASA PPN SPT MASA


PPN-PUT

31
MEKANISME PPN SECARA KHUSUS – IMPOR BKP
PENJUAL BARANG KENA
PAJAK (EKSPORTER)

BKP LUAR DAERAH PABEAN

BANK PERSEPSI
IMPORTER / PEMBELI
BARANG KENA PAJAK PPN PENYETORAN PPN
DENGAN SSPCP

PEMBAYAR PPN IMPOR DIREKTORAT JEND.


PEMBERITAHUN IMPOR
BARANG (PIB) & SSPCP BEA CUKAI

•LAPOR SPT MASA PPN KE KPP


• PPN IMPOR SEBAGAI PAJAK MASUKAN PEMUNGUT PPN
IMPOR
32
MEKANISME - VAT SELF ASSESMENT
PEMBAYARAN PPN SECARA KHUSUS – PEMANFAATAN JKP DAN BKP TIDAK BERWUJUD

PENGUSAHA / PENYEDIA
JASA KENA PAJAK

JKP LUAR DAERAH PABEAN

BANK PERSEPSI
PKP / PENGUSAHA
PENERIMA JASA KENA PPN
PAJAK PENYETORAN PPN
DENGAN SSP

PEMBAYAR PPN
PEMUNGUT PPN
ATAS JASA/BKP
TIDAK BERWUJUD
• LAPOR SPT MASA PPN KE KPP DARI LUAR
• SSP SEBAGAI PAJAK MASUKAN
DAERAH PABEAN
33
TARIF DAN PENGENAAN PPN
PPN dihitung dengan tarif 10% dari Dasar Pengenaan
Pajak, kecuali untuk ekspor BKP atau JKP (tertentu)
dikenakan dengan tarif 0%

DPP adalah:
 Nilai Ekspor
 Nilai Impor
 Harga jual
 Nilai penggantian
 Nilai lain  Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-
75/PMK.03/2010 stdd PMK-89/PMK.010/2010

34
DPP NILAI LAIN (1)
 Untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP dan pemberian cuma-
cuma BKP dan/atau JKP  Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor
 Untuk penyerahan film cerita  perkiraan harga jual rata-rata
 Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar  perkiraan
hasil rata-rata per judul film;
 Untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara  adalah
harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli
 Untuk penyerahan produk hasil tembakau  adalah sebesar harga
jual eceran
 Untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan  harga pasar wajar

35
DPP NILAI LAIN (2)
 Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang  harga
lelang
 Untuk penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan BKP antar cabang  harga pokok penjualan
atau harga perolehan
 Untuk penyerahan jasa pengiriman paket  10 % (sepuluh persen)
dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih
 untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata 
10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya ditagih.
 Untuk penyerahan barang hasil pertanidan dll  10 % (sepuluh
persen) dari nilai penyerahan  optional

36
DPP DAN TARIF PPN UNTUK KMS

DPP = 20% DARI SELURUH PENGELUARANYANG


BERKAITAN DENGAN KEGIATAN MEMBANGUN
SENDIRI SELAMA SATU BULAN TIDAK TERMASUK
HARGA PEROLEHAN TANAH.

• PPN TERUTANG

= 10% X 20% X BIAYA YANG DIKELUARKAN TIDAK


TERMASUK HARGA PEROLEHAN TANAH
= 2% X BIAYA YANG DIKELUARKAN TIDAK
TERMASUK HARGA PEROLEHAN TANAH

• PM YANG DIBAYAR SEHUBUNGAN DENGAN KMS TIDAK


DAPAT DIKREDITKAN.
37
FAKTUR PAJAK
1) Pasal 13 ayat (8) UU PPN
2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 38/PMK.03/2010
3) Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER-10/PJ./2010 dan
perubahannya PER-67/PJ./2010
4) Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER-13/PJ./2010 dan
perubahannya PER-65/PJ./2010 Peraturan Dirjen Pajak
Nomor: PER-14/PJ./2010
5) Pearturan Dirjen Pajak Nomor: PER-24/PJ/2012 dan
perubahannya
FAKTUR PAJAK
• Faktur Pajak harus dibuat pada:
– saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa
Kena Pajak;
– saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
– saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan; atau
– saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan tersendiri.
• Faktur Pajak gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
• FP Gabungan adalah Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan
yang dilakukan kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama
selama 1 (satu) bulan kalender

39
FAKTUR PAJAK

• Faktur Pajak paling sedikit memuat keterangan tentang:


1) Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
2) Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
3) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan
potongan harga;
4) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
5) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
6) Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
7) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
• DJP dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak (PER-10/PJ./2010 dan
perubahannya)
• Persyaratan dan keterangan yang harus dipenuhi dalam dokumen
tertentu diatur dengan Peraturan Dirjen Pajak (PER-10/PJ./2010 dan 40
FAKTUR PAJAK
• Faktur Pajak memenuhi persyaratan formal apabila diisi secara lengkap,
jelas, dan benar;
• PKP yang membuat Faktur Pajak yang tidak memenuhi persyaratan
formal, dikenai sanksi sesuai UU KUP
Sesuai Pasal 14 ayat (1) huruf e UU KUP, PKP penjual yang menerbitkan FP
tidak memenuhi syarat formal ke-2, atau PKP Pedagang Eceran tidak
memenuhi syarat formal ke-2 dan 7, tidak dikenai sanksi Pasal 14 ayat (4)
UU KUP
• PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak yang tidak memenuhi
persyaratan formal merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat
dikreditkan
• Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan
kepentingan PKP dan dalam hal diperlukan dapat ditambahkan
keterangan lain selain keterangan dimaksud Pasal 13 ayat (5) UU PPN
• Faktur Penjualan yang memuat keterangan sesuai dengan ketentuan FP
dan pengisiannya sesuai dengan tata cara pengisian keterangan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak  Faktur Pajak 41
Isu Faktur

Penggantian Penggantian atau pembatalan Faktur Pajak tidak


atau dibatasi jangka waktu tertentu, namun mengikuti
Pembatalan ketentuan UU KUP terkait pembetulan SPT.

1. PKP yang menerbitkan FP setelah melewati


Faktur Pajak jangka waktu 3 bulan sejak saat FP
yang seharusnya dibuat dianggap tidak menerbitkan
diterbitkan FP.
lebih dari 3 2. PKP yang menerima FP tersebut tidak dapat
bulan mengkreditkan PPN yang tercantum di
dalamnya.

42
KODE DAN NOMOR SERI FAKTUR PAJAK
. - .
Kode transaksi & status Kode cabang Kode tahun Nomor Seri

Jumlah Digit:
Penomoran FP
8 digit
Sesuai dengan
Ditentukan oleh PKP sendiri
Per-13/65

. - .
Kode transaksi & status Nomor Seri

Jumlah Digit:
Penomoran FP 13 digit
Sesuai dengan Ditentukan oleh sistem DJP, termasuk kode tahun akan dicreate
Per-24 oleh sistem DJP dan kode cabang dihapus.
KODE DAN NOMOR SERI FP
Kode Transaksi :
01-kepada Selain Pemungut PPN
02-kepada Pemungut Bendaharawan
03-kepada Pemungut PPN lainnya
04-yg mnggnkn DPP Nilai Lain kpd Selain Pemungut PPN
05- tidak dipergunakan lagi sejak 1 April 2010
06-penyerahan Lainnya kpd Selain Pemungut PPN, termasuk turis
asing
07-yang PPN-nya TDP kpd Selain Pemungut PPN
08-yg dibebaskan dari pengenaan PPN kpd Selain Pemungut
PPN
09-penyerahan Aktiva pasal 16 D kpd Selain Pemungut PPN
Kode Status :
0 – Normal
1 - Penggantian
44
PENGATURAN FP
Pasal 13 (5) UU PPN

a Identitas
Alamat
Sesuai dengan alamat yg
b Penjual/Pembeli sebenarnya

Menggambarkan keadaan
c Jenis BKP/JKP BKP/ JKP
sebenarnya
Dalam hal diketahui jumlah unit atau
satuan tertentu lainnya, maka harus Keterangan FP
dicantumkan
Lengkap
Meminta ke Tata cara ditentukan oleh
f Nomor Seri FP
DJP DJP

Identitas: Sesuai identitas yang sah


Nama - KTP & berlaku
g Penandatangan FP - SIM (fotocopy dilampirkan pada saat
pemberitahuan pejabat
- Passport penandatangan FP)
NOMOR SERI FAKTUR PAJAK
Nomor seri Faktur Pajak hanya dapat diberikan kepada PKP yang:
a. Telah dilakukan registrasi ulang PKP sesuai dengan Per-05 dan
perubahannya atau telah dilakukan verifikasi dalam rangka pengukuhan PKP.
b. Telah melakukan update alamat sesuai dengan kondisi yang sebenarnya,
apabila terjadi perubahan alamat .
c. Telah mengajukan surat permohonan kode aktivasi dan password.
d. Telah menerima surat pemberitahuan kode aktivasi dari KPP .
e. Telah menerima pemberitahuan password melalui e-mail.
f. Telah mengajukan surat permintaan nomor seri faktur pajak.
g. Telah memasukkan kode aktivasi dan password dengan benar pada saat
mengajukan permintaan nomor seri faktur pajak.
h. Telah menyampaikan SPT masa PPN untuk 3 (tiga) masa pajak terakhir
berturut-turut yang telah jatuh tempo pada tanggal surat permohonan nomor
seri faktur pajak disampaikan ke KPP.
KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN (1)

Kepatuhan penyampaian SPT masa PPN 3 bulan berturut-turut yang telah jatuh
tempo pada saat pengajuan permintaan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
4
April
Sudah lapor SPT Masa PPN bulan
Desember, Januari, dan Februari
18 Sep
Sudah lapor SPT Masa PPN bulan
Mei, Juni, dan Juli
KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN (2)

Kepatuhan penyampaian SPT masa PPN 3 bulan berturut-turut yang telah jatuh tempo pada saat
pengajuan permintaan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep


4
Sudah lapor SPT Masa PPN April
bulan Desember, Januari, dan
Februari
18 April
Sudah lapor SPT Masa PPN bulan
Desember, Januari, dan Februari
Permohonan Kode Aktivasi dan Password
Petugas
TPT di KPP
1
Surat 2
Surat pemberitahuan
permohonan kode aktivasi
kode aktivasi dikirim via pos Petugas
3 Seksi
Pelayanan
3 di KPP
Password di email
5
Pemberitahuan
PKP kempos di email

Direkam di
4 aplikasi di KPP

Surat
pemberitahuan Data base Registrasi
kode aktivasi Ulang PKP dan
kempos verifikasi Pengukuhan
PKP

Penerima
surat masuk
KPP
Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak
PKP
memasukkan2
kode aktivasi
dan password
1

surat 3
permintaan
nomor seri Petugas
Surat TPT di KPP
Pemberitahuan Data base
nomor seri kepatuhan 3
Faktur Pajak masa pajak
terakhir

PKP Data base


penomoran
Faktur Pajak
JUMLAH NOMOR SERI YANG DAPAT DIBERIKAN (1)

Jumlah Nomor Seri Faktur Pajak yang dapat diberikan kepada


PKP oleh DJP:
Perhitungannya by system
Nomor Seri yang dapat diberikan paling banyak:
1) 75 Nomor Seri untuk PKP baru atau PKP yang melaporkan SPTnya
secara manual/hardcopy; atau
2) 120% dari jumlah Faktur Pajak yang diterbitkan PKP selama 3 bulan
berturut-turut yang telah jatuh tempo pada saat pengajuan
permintaan untuk PKP yang melaporkan SPTnya secara elektronik
pada masa sebelumnya.
Dalam hal yang diminta PKP < dari formula/ketentuan maka PKP akan
menerima sejumlah yang diminta
JUMLAH NOMOR SERI YANG DAPAT DIBERIKAN (2)

Jumlah Nomor Seri Faktur Pajak yang dapat diberikan


kepada PKP
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
4 April
Sudah lapor SPT Masa PPN bulan
Desember, Januari, dan Februari

18 Sep
100 150 250 Sudah lapor SPT Masa PPN bulan
Maksimal diberi = 120% X (100+150+250) Mei, Juni, dan Juli
= 600 .
• Yang diminta >600: diberikan 600
55 25 0
nomor Maksimal diberi = 120% X (55+25+0)
• Yang diminta <600: diberikan sebesar = 96.
diminta
• Yang diminta >96: diberikan 96 nomor
• Yang diminta <96: diberikan sebesar
diminta
CATATAN PENTING 1

No Keterangan PER-24/PJ/2012
1 Otorisasi Nomor Seri FP diberikan oleh DJP dengan
pemberian mekanisme yang ditentukan oleh DJP
nomor seri
2 Syarat NSFP diberikan kepada PKP yang telah diregistrasi
diberikan ulang dan PKP baru yang telah diverifikasi dalam
nomor seri FP rangka pengukuhan PKP
3 Identitas PKP Keterangan FP mengenai alamat dan jenis
khususnya barang/jasa harus diisi sesuai dengan keterangan
alamat dan yang sebenarnya atau sesungguhnya
jenis
barang/jasa
4 Penunjukan dan Mengatur pejabat/pegawai penandatangan FP yang
Penandatangana berhak:
n FP - PKP wajib memberitahukan ke KPP surat
penunjukan penandatangan FP; dan
- fotokopi kartu identitas yang sah (dilegalisasi
oleh pejabat berwenang)
53
CATATAN PENTING 2

No Keterangan PER-24/PJ/2012
5 Urutan nomor - Nomor seri Faktur Pajak diberikan oleh DJP dengan blok nomor
seri Faktur urut
Pajak - Penggunaan nomor yang tidak urut tidak dikenakan sanksi
- Terdapat kewajiban pelaporan nomor yang tidak terpakai
6 Nomor Seri FP Seluruh Faktur Pajak dengan Nomor Seri FP yang sama /ganda
ganda (lebih termasuk Faktur Pajak Tidak Lengkap
dari satu)

7 Penerbitan FP - Menggunakan Nomor Seri yang sama


Pengganti - Hanya dilaporkan di SPT FP yang diganti

8 Pengkreditan FP yang tidak diisi dengan keterangan yang sebenarnya


FP atau sesungguhnya dan yang tidak mengikuti tata cara
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak ini tidak dapat dikreditkan oleh PKP
Pembeli
54
FAKTUR PAJAK BAGI PKP PE (1)

PKP PE adalah pengusaha yang kegiatan usahanya atau


pekerjaan utamanya melakukan usaha perdagangan dengan
cara sebagai berikut:

1. menyerahkan BKP melalui suatu tempat penjualan seperti


toko, kios, atau dengan cara penjualan yang dilakukan secara
langsung kepada konsumen akhir, atau dengan cara
penjualan yang dilakukan dari rumah ke rumah
2. Menyediakan BKP yang diserahkan di tempat penjualan
secara eceran tersebut, dan
3. Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului
dengan penawaran tertulis, kontrak atau lelang pada
umumnya bersifat tunai, dan pembeli pada umumnya datang
ke tempat penjualan tersebut langsung membawa BKP yang
dibelinya 55
FAKTUR PAJAK BAGI PKP PE (2)

Sesuai dengan PER-58/PJ./2010, maka:


• Faktur Pajak bagi PKP PE minimal berisi tentang:
1) Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP;
2) Jenis BKP, jumlah Harga Jual termasuk PPN, atau PPN
terpisah;
3) PPn BM;
4) Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak.
• Faktur Pajak yang diterbitkan dapat berupa: bon
kontan, faktur penjualan, segi cash register, kuitansi,
karcis dan sejenisnya
• Kode dan nomor seri ditentukan sendiri oleh PKP PE

56
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR PAJAK
PER-10/PJ./2010 DAN PER-67/PJ./2010

Dokumen Tertentu yang dipersamakan dengan Faktur Pajak:


a. PEB yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh DJBC dan dilampiri invoice;
b. SPPB yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;
c. PNBP yang dibuat/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan/atau
bukan BBM;
d. Bukti tagihan untuk penyerahan jasa telekomunikasi;
e. Tiket, tagihan Airway Bill, atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk
penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
f. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
g. Bukti tagihan penyerahan listrik;
h. Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud yang dilampiri invoice,
untuk ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud;
i. PIB dan dilampiri dengan SSP, SSPCP, dan/atau bukti pungutan pajak oleh DJBC,
untuk impor Barang Kena Pajak; dan
j. SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari
luar Daerah Pabean.
k. Bukti tagihan atas penyerahan air minum
l. Bukti tagihan atas jasa yang dilakukan perusahaan perantara efek
m. Bukti tagihan atas penyerhan jasa oleh perbankan
57
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR PAJAK
PER-10/PJ./2010 DAN PER-67/PJ./2010

 Keterangan minimal dalam dokumen tertentu huruf a–h, k,l dan m:


PER-10/2010 • Nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor atau penyerahan
dan • Nama pembeli BKP atau penerima JKP
perubahannya • Jumlah satuan barang apabila ada
• Dasar Pengenaan Pajak
• Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor

PPN yang tercantum dalam dokumen tertentu merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan sepanjang memenuhi persyaratan formal dan mencantumkan NPWP pembeli
BKP, penerima JKP, pihak yang melakukan impor BKP, atau pihak yang memanfaatkan
JKP dan/atau BKP tidak berwujud.

58
RETUR BKP / PEMBATALAN JKP

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.03/2010

• Ketentuan ini mengatur konsekuensi retur BKP / Pembatalan JKP adalah:


1. Bagi Penjual: mengurangi PK maupun PPn BM
2. Bagi Pembeli: mengurangi PM (bagi PKP) atau biaya dan harta (bagi PKP
maupun non PKP)
• Saat pengembalian BKP: saat BKP tersebut dikembalikan oleh Pembeli
• Saat pembatalan JKP: saat dilakukannya pembatalan seluruhnya atau sebagian
hak atau fasilitas atau kemudahan oleh Penerima Jasa
• Pengurangan PK atau PK dan PPnBM oleh PKP Penjual dan/atau PKP Pemberi
Jasa Kena Pajak dilakukan dalam Masa Pajak saat terjadinya pengembalian BKP
atau pembatalan JKP.
• Pengurangan PM, pengurangan harta, atau pengurangan biaya, oleh Pembeli atau
Penerima Jasa dilakukan dalam Masa Pajak saat terjadinya pengembalian BKP
atau pembatalan JKP

59
RETUR BKP / PEMBATALAN JKP

Nota Retur paling sedikit harus memuat Nota Pembatalan paling sedikit harus
memuat
nomor urut Nota Retur Nomor Nota Pembatalan

nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak Nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak
dari BKP yang dikembalikan dari JKP yang dibatalkan
nama, alamat, dan NPWP Pembeli nama, alamat, dan NPWP Penerima Jasa

nama, alamat, NPWP PKP Penjual nama, alamat, NPWP PKP Pemberi JKP

jenis barang, jumlah Harga Jual Barang jenis jasa dan jumlah Penggantian JKP
Kena Pajak yang dikembalikan yang dibatalkan
PPN atas BKP yang dikembalikan, atau PPN atas JKP yang dibatalkan
PPPnBM yang dikembalikan
tanggal pembuatan Nota Retur tanggal pembuatan Nota Pembatalan

nama dan tanda tangan yang berhak Nama dan tanda tangan yang berhak
menandatangani Nota Retur menandatangani Nota Pembatalan

60
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
BKP/
JKP
Brg/Jasa Brg/Jasa
PKP PT XYZ PKP PT ABC PEMBELI

Terutang Tdk Terutang Tdk Terutang Terutang

PM PK

Uncreditable Creditable Tak Dpt Faslts Dpt. Fasilitas

Cost Expense LB KB

Nihil

Kompensasi/Restitusi Disetor Dgn SSP PL. Akhir Bulan Berikutnya

61
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
• Masa yang sesuai dengan FP maupun 3 (tiga) masa berikutnya.
• Pengkreditan setelah 3 (tiga) bulan  pembetulan SPT Masa

•Pajak Masukan berikut tidak dapat dikreditkan:


1. Pajak Masukan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha;
2. Diperoleh sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan
4. Pajak Masukan yang tercantum pada Faktur Pajak yang tidak lengkap.;
5. Pajak Masukan terkait dengan penyerahan yang PPN-nya dibebaskan atau
tidak terutang
6. Pajak Masukan yang telah dibebankan sebagai biaya atau Pajak Masukan
yang ditemukan dalam pemeriksaan.

• Dalam hal Pajak Masukan tidak dapat diidentifikasikan dengan penyerahan


terutang dan tidak (termasuk dibebaskan), maka dikreditkan secara
proporsional:
1. Saat perolehan = berdasar perkiraan penggunaan
2. Perhitungan ulang akhir tahun = berdasarkan kenyataan atau realisasinya 62
PEDOMAN PAJAK MASUKAN
Ketentuan PMK Nomor 78/PMK.03/2010

Pengkreditan PM pada saat Perolehan BKP/JKP


Jumlah PM yang dapat dikreditkan dihitung dengan menggunakan pedoman
penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, yaitu:
P = PM x Z
dengan ketentuan:
P jumlah PM yang dapat dikreditkan;
PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;
Z persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak
terhadap penyerahan seluruhnya.

Penghitungan Kembali PM yang Dapat Dikreditkan:


Dilakukan setiap tahun (sesuai masa manfaat), diperhitungkan dengan PM yang dapat
dikreditkan pada suatu Masa Pajak paling lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya
tahun buku, dg rumus:

a. P’ = (PM/T) x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya > 1 tahun.

b. P’ = PM x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1 tahun. 63


PEDOMAN PAJAK MASUKAN

dengan ketentuan:

P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;


PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.
T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai
berikut:
- BKP berupa tanah dan bangunan  10 (sepuluh) tahun;
- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP  4 (empat) tahun;
Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang
Terutang Pajak terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;

64
PEDOMAN PENGKREDITAN PM BAGI OMSET TERTENTU
• Ketentuan PMK Nomor 74/PMK.03/2010
• Batasan :
1. PKP yang mempunyai peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi
Rp1,8 miliar, yaitu: mempunyai peredaran usaha dalam 2 (dua) tahun buku
sebelumnya tidak melebihi Rp1,8 miliar untuk setiap 1 (satu) tahun buku; atau
2. Wajib Pajak yang baru dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

catatan:
• Untuk dapat menggunakan mekanisme ini wajib menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lama saat batas waktu penyampaian SPT Masa pertama tahun
buku/sejak dikukuhkan
• Penggunaan pedoman ini harus taat asas selama setahun kecuali melebihi
batasan peredaran bruto

• Prosentase pedoman pengkreditan:


a. 60% (enam puluh persen) dari PK untuk penyerahan Jasa Kena Pajak; dan
b. 70% (tujuh puluh persen) dari PK untuk penyerahan Barang Kena Pajak.
65
PEDOMAN PENGKREDITAN PM BAGI USAHA TERTENTU

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2010


• Pedoman ini mengatur bahwa:
1. PKP yang melakukan Kegiatan Usaha Tertentu, wajib menggunakan
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan.
2. Kegiatan Usaha Tertentu adalah kegiatan yang semata-mata
melakukan:
• Penjualan Kendaraan bermotor bekas secara eceran; yaitu 90%
dari PK, atau
• Penjualan Emas perhiasan secara eceran, yaitu 80% dari PK
3. PKP Yang menggunakan pedoman pengkreditan PM tidak dapat
membebankan PPN yang telah dibayar atas perolehan BKP dan/atau
JKP sebagai biaya untuk penghitungan PPh.
4. Dalam hal terjadi retur, PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang
dikembalikan oleh pembeli mengurangi PPN yang terutang oleh PKP
penjual dalam Masa Pajak terjadinya pengembalian BKP dan/atau JKP
sepanjang Faktur Pajak atas penyerahan BKP dan/atau JKP tersebut
66
telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN
FASILITAS PPN
BKP/
JKP
Brg/Jasa Brg/Jasa
PKP PT XYZ PKP PT ABC PEMBELI

Terutang Tdk Terutang Tdk Terutang Terutang

PM PK

Uncreditable Creditable Tak Dpt Faslts Dpt. Fasilitas

Cost Expense LB KB

Nihil

Kompensasi/Restitusi Disetor Dgn SSP PL. Akhir Bulan Berikutnya

67
FASILITAS PPN
( Ps. 16B ayat (1) UU PPN 1984 )

PP
PAJAK TERUTANG DIBEBASKAN DARI
TDK DIPUNGUT PENGENAAN PAJAK

1. Kegiatan di kawasan/tempat tertentu di dlm daerah Pabean


2. Penyer. BKP/JKP tertentu
3. Impor BKP tertentu
4. Pemanfaatan BKP tdk berwujud atau JKP tertentu dari LDP

1. Mendorong ekspor yg merupakan prioritas nasional di Kaber/EPTE atau wil. Lain


2. Menampung kemungkinan perjanj. dg. neg. lain dlm bid. Perdag. & investasi
3. Meningkatkan kesehatan & kesejahteraan masyarakat.
4. Menjamin tersedianya peralatan TNI/POLRI.
5. Meningkatkan pendidikan & pembangunan tempat ibadah
6. Mengembangkan armada angkutan umum. 68
Ps. 16B ay (2) UU PPN

Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang


Kena Pajak dan atau perolehan Jasa Kena Pajak yang
atas penyerahannya tidak dipungut Pajak Pertambah-
an Nilai, dapat dikreditkan.

FP FP

PKP A PKP B
(INDUSTRI BENANG (INDUSTRI TEKSTIL PDKB
BENANG) TEKSTIL) (INDUSTRI
DPIL DPIL GARMEN)

PPN PPN TDP


PM DPT DI-
KREDITKAN

69
Ps. 16B ay (3) UU PPN 1984

Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang


Kena Pajak dan atau perolehan Jasa Kena Pajak yang
atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai, tidak dapat dikreditkan.
FP di-cap :
PPN Dibebaskan se-
FP
suai PP No. 143/2000

PKP A
(PERCETAK-
BR CETAKAN PKP B BUKU PELA PEM-
Bk. PELAJ./ JARAN/KITAB
AN) (PENERBIT) BELI
KITAB SUCI SUCI

PPN PPN = Nihil


PM TIDAK
DAPAT DIKRE-
DITKANKAN

70
SEKIAN

71

Anda mungkin juga menyukai