Anda di halaman 1dari 109

TENTANG PENGARANG

Fyodor
Mikhaylovich
Dostoyevsky (1821
-1881) lahir di
Moskow sebagai
putra seorang dokter
militer. Pada umur 17
ia masuk Sekolah
Teknik Militer di St.
Petersburg. Tapi ia
tak sungguh-sungguh
tertarik pada
pekerjaan di bidang
teknik. Setelah lulus,
ia keluar dari
ketentaraan dan
mengabdikan
hidupnya untuk
sastra.yodor Mikhaylovich
Dostoyevsky (1821 -1881) lahir di
Moskow sebagai putra seorang
dokter militer. Pada umur 17 ia
masuk Sekolah Teknik Militer di St.
Petersburg. Tapi ia tak sungguh-
sungguh tertarik pada pekerjaan di
bidang teknik. Setelah lulus, ia
keluar dari ketentaraan dan
mengabdikan hidupnya untuk
sastra.

Pada 1846, novel pertamanya,


Orang-Orang yang Malang, meraih
sukses. Novel itu berkisah tentang
seorang pegawai negeri yang
sederhana dan dipuji karena tingkah
simpatik sang tertindas.
Tiga tahun berikutnya, menulis
novel lain dan selusin cerpen. Lalu
terjadilah bencana itu. Pada umur
dua puluh tujuh, ia diseret ke
pengadilan dan dihukum mati
karena bergabung dengan sebuah
kelompok sosialis yang

merupakan gerakan terlarang di


Rusia pada masa itu. Pada saat
terakhir vonis itu diubah menjadi
hukuman penjara di Siberia, Setelah
empat tahun menjalani hukuman, ia
dipaksa bergabung dengan militer.
Ia menikah pada ini. Pada tahun
1959 ia menerima amnesti penuh
dan kembali ke St. Petersburg. Di
sana ia meluncurkan sebuah
majalah bulanan bersama saudara
lelakinya, la pun mulai menulis
kembali.

Istri dan saudara lelakinya


meninggal dunia pada 1864.
Beberapa tahun masa sulit
menyusul.

Untuk membebaskan diri, dari para


penagih utang, Dostoyevsky kabur
ke luar negeri selama tujuh tahun.
Pada masa ini ia menjalani hidup
miskin, tetapi justru merupakan saat
produktif bagi penulisan karya
sastranya. Saat kembali ke Rusia
pada 1837, ia sudah terkenal di
dunia.

Karya-karya utamanya antara lain


Kejahatan dan Hukuman dan

Karamazov Bersaudara. Atas


kemampuannya menukik hingga ke
dalam batin tokoh-tokohnya dan
kemahirannya dalam menulis,
Dostoevsky dianggap sebagai salah
seorang novelis paling terkemuka
dalam sejarah.

PENGANTAR
PENERJEMAH
Proses pertemuan dengari sesuatu
yang asing—negeri-negeri yang
jauh, orang-orang dengan akar
budaya yang berbeda—entah itu
dalam konteks wacana maupun
pengalaman empirik, selalu
mengandung peluang bagi
terciptanya interaksi antar budaya.
Sebuah perbenturan yang
membuka-kemungkinan-
kemungkinan baru akan tercapainya
rasa saling pengertian dibalik
Segala perbedaan yang tersingkap.

Selain untuk lebih memperkenalkan


para pengarang terkemuka dunia di
masa lalu, seri terjemahan
kumpulan cerpen klasik ini disusun
sebagai Upaya untuk lebih
mengenal dan memahami budaya
lain dengan segala keunikan dan
persoalannya, tanpa terhalang oleh
sekat-sekat perbedaan bangsa,
budaya dan bahasa.

Lalu, apakah gunanya bagi kita


membaca cerpen-cerpen klasik di
zaman yang telah jauh melaju ini?

Sastra klasik bukanlah sebuah


genre. Istilah itu dipahami sebagai
kategorisasi terhadapi karya terbaik
yang pernah ditulis di suatu tempat
pada suatu masa. Karya sastra
klasik akan tetap abadi, tak peduli
kita membacanya atau tidak. Tidak
seperti karya-karya best-seller,
mereka tak terpengaruh oleh selera
kita. Setidak-tidaknya, mengutip
kalimat Italo Calvino, sastrawan
terkemuka Italia, dalam sebuah
esainya yang berjudul Mengapa
Membaca Karya Klasik? (1999),
"Alasan utama membaca karya
klasik adalah karena membacan ya
lebih baik daripada tidak
membacanya.''

MeIaIui teks-teks sastra, terkadang


kita disadarkan bahwa apa yang
terjadi jauh di ujung dunia sana
ternyata pada hakikatnya memiliki
makna yang relevan dengan apa
yang terjadi dekat di sini, dalam
kenyataan hidup kita sehari-hari,
entah itu bernama permasalahan
ketidakadilan, kisah cinta sepasang
anak manusia, maupun ilusi-ilusi
personal seorang individu. Semua
itu membalik kesadaran kita akan
adanya sebuah pijakan bersama di
balik perbedaan-perbedaan yang
tampak bahwa sesungguhnya kita
adalah satu dalam semesta
kemanusiaan.

Dalam buku ini, terkumpul cerpen-


cerpen Fyodor Dostoyevsky (1821-
1881), pengarang Rusia terkemuka
yang pernah dipenjara bertahun-
tahun oleh penguasa negerinya di
Siberia. Oleh para kritisi sastra, ia
digolongkan sebagai salah seorang
novelis beraliran eksistensialis.
Karya-karya utamanya antara lain
Kejahatan dan hukuman (telah
terjemahkan ke bahasa Indonesia)
dan Karamazov Bersaudara. Hingga
kini, Dostoyevsky dianggap salah
seorang novelis paling terkemuka
dalam sejarah.

Ditengah terbatasnya karya serupa,


semoga buku, ini sedikit banyak
dapat bermanfaat bagi
perkembangan sastra dan
kebudayaan kita secara luas.
Setidak-tidaknya, buku ini turut
memperkaya khazanah Iiteratur
sastra kita.

Salam dan selamat membaca.

Anton Kurnia

DAFTAR ISI
Tentang Pengarang — 5

Pengarang Penerjemah — 9

Maling yang JujuP— 15


Pohon Natal dan Sebuah
Pernikahan — 61

Petani Marey — 87

B
MALING YANG JUJUR
Apakah sedikit pengertian merupakan
karunia terbesar bagi semua orang?
Tokoh dalam kisah ini seperti tanpa
harapan. Hanya temannya Astafi yang
tetap mencoba membantunya. Apakah
ia mengetahui sesuatu dalam diri
Emelian yang tak bisa dilihat oleh
orang lain?
MALING YANG JUJUR

Suatu pagi saat aku hendak pergi


bekerja, Agrafena masuk ke
kamarku. Dia telah menjadi juru
masak dan pembantuku selama
enam tahun. Selama waktu itu, dia
tak pernah berkata padaku lebih
dari dua atau tiga patah kata setiap
hari. Dan kata-kata itu selalu
tentang makan malamku. Makanya
aku terkejut Saat dia memulai
sebuah percakapan.

"Saya harus bicara pada Anda,


Tuan" ujarnya, "tentang kamar
mungil itu. Saya kira Anda
sebaiknya menyewakannya."

"Kamar yang mana?" tanyaku .

"Yang di dekat dapur, tentu saja."

"Mengapa?"

"Memangnya untuk apa orang-


orang menyewakan kamar?''
ujarnya. "Untuk mendapat uang
tambahan, tentu saja."

"Tetapi siapa yang akan


menyewanya?"
"Seorang pemondok. Memangnya
siapa?"

"Tapi tak ada cukup ruang di situ


untuk Mungkinkah orang hidup di
tempat yang sesempit itu?"
tanyaku.

"Ia tak akan hidup di situ! la hanya


membutuhkan sekadar tempat
untuk tidur. la akan tinggal di kursi
dekat jendela."

"Memangnya kenapa? Kursi di


ruang tengah itu, tentu saja. la akan
duduk dekat jendela dan menjahit—
atau melakukan
hal-hal lainnya. Mungkin ia akan
duduk di kursi miliknya sendiri. la
bahkan memiliki sebuah meja milik
sendiri.

"Tapi, siapakah ia?"

"Seorang lelaki baik yang hanya


tahu satu atau dua hal saja tentang
dunia. Saya akan memasak
untuknya dan ia akan membayar 10
rubel uang perak setiap bulan untuk
tinggal di sini."

Akhirnya, setelah sekian banyak


pertanyaan, aku tahu apa yang
telah terjadi. Agrafena telah
bertemu dengan seorang lelaki tua.
Entah bagaimana lelaki tua itu
berbicara padanya agar
menerimanya sebagai seorang
pemondok. Kini aku tahu bahwa aku
tak akan merasakan kedamaian.
Sekali agrafena memiliki gagasan,
hal itu harus dilaksanakan. Kalau
tidak, aku tahu hidupku akan
menjadi tidak menyenangkan.

Aku ingat apa yang selalu terjadi di


masa lalu. Apabila segala sesuatu
tidak berjalan sebagaimana yang
dia inginkan, Agrafena akan
merajuk. Dia akan bertingkah
seperti itu hingga du atau tiga
minggu. Selama itu, makanan yang
disajikannya akan terasa tidak enak,
cucian tak dikerjakan dengan baik
dan lantai dibiarkan tetap kotor.
ltulah alasan aku setuju pada
rencana barunya—demi
kedamaianku sendiri.

Keesokan harinya pemondok baru


itu datang. Aku tidak merasa gusar
atas kehadiran orang lain di
rumahku yang mungil. Aku malah
merasa senang memiliki teman. Di
atas segalanya, aku memiliki
kehidupan yang amat sepi. Aku
nyaris tidak punya kawan dan
jarang pergi keluar rumah. Setelah
.sepuluh tahun hidupi seperti ini,
sayangnya aku malah menjadi
terbiasa.

Namun, 10 atau 15 tahun lagi


menjalani hidup seperti ini terdengar
tak menyenangkan. Kehadiran
seorang lelaki pendiam lagi di
rumah ini tampaknya adalah sebuah
berkah.

Agrafena berkata apa adanya.


Lelaki itu hanya tahu satu atau dua
hal saja tentang dunia ini. Aku bisa
mengatakan hal itu segera setelah
aku mengetahui bahwa ia adalah
seorang pensiunan tentara.
Astafi Ivanich, lelaki itu, adalah
salah Satu contoh serdadu yang
agak baik. Kami saling menyukai
sejak mula. Yang terbaik darinya
adalah bahwa ia pandai bercerita. la
menceritakan segala hal yang
terjadi dalam hidupnya. Dalam
kebosananku, seorang juru cerita
semacam itu adalah sebuah harta
karun. Suatu kali, ia menceritakan
padaku sebuah kisah yang tak akan
pernah kulupakaan. Namun,
sebelumnya, biarlah aku bercerita
tentang sebuah peristiwa yang
membuatnya bercerita padaku
tentang kisah itu.
***

Pada suatu hari, aku tinggal


sendirian di rumahku, astafi dan
Agrafena pergi untuk sejumlah
keperluan. Lalu tiba-tiba aku
mendengar seseorang masuk.
Kukira itu adalah orang asing. Saat
aku keluar kamar

menuju ruang tengah, aku melihat


seorang lelaki bertubuh pendek
berdiri di sana. Walaupun di Iuar
amat dingin, aku memperhatikan ia
tak memakai mantel.

"Apa keperluanmu?" tanyaku.


"Pegawai pemerintah bernama
Alexandrov tinggal di sini?"

"Tak ada yang bernama Alexandrov


di sini."

"Kata penjaga rumah ia tinggal di


sini," ujar tamu itu.

"Ia salah. Pergilah, kawan.


Pergilah!"

Tak lama setelah makan malam


esok harinya, aku mendengar
langkah aneh lagi di ruang tengah.
Ketika aku membuka pintu dan
melihat tamu yang kemarin datang,
Dengan tenangnya, di depan
mataku, ia mengambil mantel
pendekku dari rak dekat pintu. LaIu
ia mengepitnya dan berlari keluar
pintu membawa mantel itu!

Agrafena melihat semua ini dengan


mulut ternganga. Dia begitu kaget
sehingga tak sempat berbuat
apapun untuk menyelamatkan
mantel itu. Namun, Astafi segera
mengejar maling itu. Sepuluh menit
kemudian, dengan terengah-engah
ia kembali tanpa manteI itu. la
bilang maling itu lenyap seakan-
akan ditelan bumi.
"Sayang sekali, Astafi," ujarku. "Aku
berharap mantelku bisa kembali.
Kalau tidak, maling itu akan
membuatku mengalami kesulitan.

Astafi tampak sangat gusar dengan


apa yang telah terjadi. Aku sendiri
segera melupakan maling itu. Tapi
tampaknya Astafi tak bisa berhenti
memikirkan soal itu. Setiap saat, ia
menghentikan apa yang tengah
dikerjakannya. Sekali lagi ia akan
bercerita tentang bagaimana semua
itu terjadi.

Berkali-kali iamencoba menjelaskan


di mana ia berdiri saat mantel itu
dicuri dan bagaimana ia mencoba
untuk menangkap si maling. Lalu
sekali lagi ia akan kembali pada
pekerjaannya hanya untuk melamun
kembali sejenak kemudian.

Lalu aku meihat Astaifi berbicara


pada penjaga rumah. la
memarahinya karena tidak menjaga
rumah dengan lebih baik. la juga
memarahi Agrafena. Kemudian ia
mulai bekerja lagi. Aku
mendengarnya berbicara sendiri
beberapa lama. la terus bergumam
tentang bagaimana ia berdiri di
sebelah sini dan aku berdiri di sana.
Lalu ia terus berkata tentang
bagaimana mantel itu dicuri tepat di
depan mata kami. Maling itu hanya
berjarak dua langkah Dan mantel itu
digondol langsung dri
gantungannya! Dan seterusnya.

"Kita telah tertipu, Astafi," kataku


padanya pada suatu malam. Saat
aku berbicara, aku memberinya
segelas teh. Aku berharap, karena
aku sedang jenuh, agar ia bercerita
lagi tentang mantel yang hilang itu.
Kini, semua itu mulai terdengar lucu
bagiku.

"Ya kita ditipu, Pak! Hal itu masih


membuatku marah, biarpun barang
yang hilang itu bukan milikku.
Kupikir di dunia ini tak ada yang
lebih rendah daripada maling.
Seorang maling mencuri apa yang
didapat orang lain dengn kerja keras
bermandi keringat. la benar-benar
mencuri kerja keras dan waktu
Anda! Maling kotor!
membicarakanya membuatku
merasa muak! Memikirkan hal itu
membuatku marah! Bagaimana
Andai bisa tampak seperti tidak
terlalu menyesali soal itu?"

"Qh, maafkan aku, Astafi. Aku lebiih


suka barangku terbakar daripada
dicuri oleh maling. Itu
menggangguku."

'"Ya, terasa mengganggu jika


barang kita dicuri. Tapi tentu saja
ada bermacam-macam maling. Aku
misalnya, suatu kali pernah bertemu
dengan seorang maling yang jujur"

"Bagaimana itu?" tanyaku. "Maling


yang jujur? Bagaimana mungkin
seorang maling bersikap jujur,
Astafi?"

"Anda benar, Pak. Seorang maling


tidak bisa sungguh-sungguh
menjadi seseorang
yang jujur. Tidak mungkin ada hal
seperti itu. Aku hanya bermaksud
mengatakan bahwa ia sepertinya
orang yang jujur di mataku—
meskipun ia sudh mencuri. Aku
sangat menyesalkannya."

"Dan bagaimana itu bisa terjadi,


Astafi?"

"Ini terjadi dua tahun yang lalu di


sebuah kedai minum. Disana aku
bertemu dengan seorang miskin,
seorang lelaki murung bernama
Emelian. la menceritakan padaku
bahwa suatu hari ia mendapatkan
pekerjaan. Tetap ia kemudian
kehilangan pekerjaannya itu karena
kebiasaannya minum-minum. la
tampak amat menyedihkan! la
mengenakan pakaian yang sudah
tidak layak dipakai lagi sejak lama.
Saat itu aku bahkan meragukan
apakah ia mengenakan kaus di balik
mantelnya yang dekil atau tidak.
Seluruh barang miliknya sudah
dijual untuk minuman.

''Tetapi ia tidak kasar. Oh, tidak! Ia


adalah seorang lelaki yang baik dan
santun, sopan dan lembut kepada
semua orang. la tidak

pernah sekalipun meminta-minta.


Yah,aku bisa melihat tanpa
bertanya padanya bahwa lelaki
malang itu sedang sangat
membutuhkan minuman. Dan tentu
saja aku mentraktirnya satu kali
minum. Lalu, jam demi jam berlalu,
kami pun semakin akrab.

"Aku sangat bahagia


mengizinkannya menginap
denganku di malam itu. Lelaki itu
tampaknya baik dan aku tahu ia
membutuhkan tempat menginapi. Ia
masih menginap di malam kedua. Di
hari ketiga, ia tidak juga
meninggalkan ramah. Ia duduk di
tepi jendela di teras rumah
sepanjang hari. Tentu saja, ia
menginap lagi. Yah, kupikir aku
tidak akan bisa mengusirnya sejak
saat itu. Tidak ada yang bisa
kulakukan selain memberinya
makan dan tempat berteduh.

''Aku tak tahu harus melakukan apa


lagi padanya. Nuraniku tak
membiarkanku mengusirnya. Aku
merasa amat kasihan padanya, la
layaknya makhluk yang perlu
dikasihani. Dan ia tidak meminta
apa pun. la hanya duduk tenang
dan menatap mataku, seperti
seekor anjing kecil yang patuhi.
Begitulah akibat minuman pada
seseorang.

"Beberapa kali terpikir olehku untuk


menyuruhnya pergi. Lalu aku
mencoba membayangkan apa yang
akan dilakukannya setelah aku
memaksanya pergi. Aku bisa
bayangkan betapa ia akan
menatapku dengan pilu,
mengangkat bungkusan kecilnya
dan melangkah ke jalan raya. Pada
awalnya, tentu saja, ia akan
membenahi mantel lusuhnya, la
mungkin ingin menyembunyikan
bolong-bolong dan sobekannya.
Lalu ia akan membuka pintu dan
pergi dengan air mata mengalir.
"Maka aku tidak jadi menyuruhnya
pergi. Tapi tak. lama kemudian, aku
kehilangan pekerjaan. Lalu aku
harus menemukan pondokan yang
lebih murah. Aku pindah ke sebuah
kamar sewa di rumah seorang
perempuan tua. Sudah tiba
waktunya bagi Emelian untuk pergi
ke tempat lain. Di satu sisi aku
merasa senang terbebas darinya.

"Hari pertama setelah aku pindah,


aku mengunjungi seorang teman.
Ketika aku kembali malam itu,
siapakah menurut Anda yang kulihat
ada di depan rumah? Itulah
Emelianf duduk di sana dengan
bungkusan merahnya tergeletak di
sampingnya. la mengenakan mantel
mungilnya yang tipis, tengah
menantiku. Temanku yang tua dan
malang itu telah menguntitku!

"Lenganku menggantung tanpa


daya. Oh, pikirku, tiada yang bisa
kulakukan. Aku memikirkan soal itu
dalam benakku. Hanya
membutuhkan waktu sebentar
bagiku untuk memutuskan bahwa ia
tak akan mendatangkan banyak
masalah bagiku. Kamarku memang
kecil, tapi kami bisa mengaturnya.
"Tentu saja, ia harus diberi makan,
tapi itu tak akan memakan banyak
biaya. Aku memberinya sedikit roti
di pagi hari dan mungkin dengan
sedikit bawang agar rasanya lebih
enak. Untuk makan siang, aku
memberinya makanan serupa. Di
malam hari, kami berdua makan roti
dan bawang-dan jlka kami
beruntung, ditambah sup kubis, Aku
sendiri tidak banyak makam.
Emelian, yang peminum itu, nyaris
tak makan apapun. Yang
diinginkannya hanyalah vodka.

"Tetapi ketika aku berpikir untuk


menyuruhnya tinggal, aku
merasakan sebuah perasaan yang
ganjil. Seakan-akan kehidupan akan
menjadi lebih sulit bagiku kini jika
Emelian pergi. Maka aku
memutuskan untuk bersikap seperti
seorang ayah padanya. Entah
bagaimana caranya, aku akan
membuatnya mandiri. Lalu,
perlahan-lahan, aku akan
memintanya berhenti minum-
minum.

"Kupikir aku akan memulai dengan


mengajarinya bekerja-tapi tidak saat
itu juga. Biarlah ia bersenang-
senang dahulu. Pada saat itu, aku
akan mencoba mencari tahu
pekerjaan apakah yang akan ia
senangi. Anda harus tahu, Pak,
seseorang harus memiliki sebuah
keterpanggilan atas pekerjaan
tertentu agar ia bisa
mengerjakannya dengan baik.

Maka aku mulai memperhatikannya,


untuk mencari tahu apa yang bisa ia
lakukan.

"Tak lama aku mencoba bercakap-


cakap dengannya sedit dan
memberinya nasihat yang akrab.
Aku berkata, 'Emelian, seharusnya
kau menjaga dirimu lebih baik. Kau
seharusnya mencoba memperbaiki
diri. Berhentilah minum-minum.
lihatlah dirimu! Kau tampak kumuh.
Bajumu mirip gombal. Belum cukup
parahkah itu buatmu?'

"la mendengarkanku dengan kepala


tertunduk, la sudah sampai pada
tahap di mana minuman
memengaruhi lidahnya. Ia tak bisa
mengucapkan kata-kata tertentu.
jika aku berkata padanya tentang
mentimun, ia akan balik berkata
padaku tentang kacang. Selama
beberapa waktu ia tampak
menyimak. Lalu ia menghela napas
dalam-dalam.

"'Apakah yang membuatmu


menghela napas seperti itu,
Emelian?' tanyaku.

"'Oh, tidak ada apa-apa,' sahut


Emelian. 'Hanya saja hari ini aku
melihat dua orang

perempuan bertengkar di jalanan.


Salah seorang dari mereka
membalikkan keranjang berisi buah
beri milik perempuan yang lainnya
dengan sengaja. Lalu perempuan
yang kedua menginjak-injak buah
beri itu.'

"'Hm, lalu. memangnya ada apa


dengari Itu, Emelian?'
"'Oh, tidak ada apa-apa, Astafi. Aku
hanya ingin menceritakannya
padamu, itu saja."

"'Ah, Emelian!' batinku. 'Minuman


telah benar-benar membuatmu
kehilangan akal.'

"'Dan ada hal lain yang terjadi hari


ini,' lanjut Emelian. 'Seorang lelaki
menjatuhkan uang dijalan
Gorokhova-atau Jalan Sadova, ya?
Lalu, seorang petani (melihatnya
menjatuhkan uang itu dan berkata,
'Ah, ini hari keberuntunganku!" Tapi
seorang petani lin juga melihatnya.
Lelaki kedua berkata, "Tidak, Pak,
ini hari keberuntunganku! Akulah
yang pertama melihatnya!'"

"'Hm, Emelian?'

"'Lalu kedua petani itu berkelahi.


Polisi segera datang. la mengambil
uang itu dan mengembalikannya
pada pemiliknya. Lalu ia kembali
menghampiri kedua petani itu. la
mengancam akan membawa
mereka ke kantor polisi karena
mengganggu ketentraman!'

"'Ya—lalu ada pa dengan soal itu,


Emelian? Maksudku, apa
pentingnya cerita itu?'
"'Yah, tak ada -tapi orang-orang di
jalanan tertawa terbahak-bahak
karenanya.'

"'Oh, Emelian, Emelian! Mengapa


kau memedulikan apa yang
dilakukan oleh orang-orang di
jalanan? Pikirkanlah dirimu sendiri,
Emelian. Kau telah menjual jiwamu
untuk minuman. Tapi, apakah kau
tahu sesuatu, Emelian?'.

'"Apa, Astafi?'

"'Kau seharusnya mencari


pekerjaan. Itu benar, kau tahu.
Sudah ratusan kali kubilang bahwa
kau perlu mengasihani dirimu
sendiri!'

"'Tetapi pekerjaan macam apakah


yang menurutmu bisa aku
dapatkan, Astafi? Aku benar-benar
tidak tahu pekerjaan apa yang bisa
kulakukan. Di samping itu, kurasa
tidak akan ada orang yang mau
memberiku pekerjaan.'

"'Tidak sekarang, tentu saja. Saat


ini tidak ada seorang pun yang akan
memberimu pekerjaan, Emelian!
Kau ini seorang pemabuk!
Menurutmu mengapa kau sampai
kehilangan pekerjaan terakhirmu?'
"Pembicaraan kami tak membawa
hasil. Begitu juga upayaku untuk
mengubahnya. Emelian akan
mencoba menyimak perkataanku
dengan sopan. Tetapi tak lama
kemudian ia akan merasa bosan.
Begitu ia melihatku marah marah, ia
akan beranjak meninggalkanku dan
pergi sepanjang hari. Ketika ia
pulang pada malam hari, ia akan
benar-benar mabuk. Aku tak tahu
dari mana ia mendapat uang untuk
membeli vodka.

Mungkin ia ditraktir orang. Yang


kutahu aku tak ada sangkut paut
dengan itu.
"Akhirnya aku merasa harus angkat
bicara. 'Kini, dengarlah, Emelian,'
kataku, 'kau harus berhenti minum.
Lain kali jika kau pulang dalam
keadaan mabuk lagi, kau harus tidur
di tangga. Aku tidak akan
membukakan pintu untukmu!'

"Dua hari berikutnya, ia tinggal di


rumah. Ia paham bahwa aku
bersungguh-sungguh dengan
perkataanku. Tetapi pada hari
ketiga ia pergi lagi. Aku duduk
menunggunya, tapi ia tak juga
puIang . Sejujurny, aku juga merasa
cemas. Aku kasihan padanya. 'Apa
yang teJah kulakukan padanya?'
pikirku. 'Aku telah, membuatnya
takut. Ke manakah ia pergi?' Saat
malam tiba, ia belum juga pulang.
Pagi harinya aku pergi ke beranda.
Di sana ia tidur di atas tangga.
Kepalanya terbaring di anak tangga
bagian atas dan ia tertidur lelap di
sana. la pasti amat kedinginan.

"'Apa yang terjadi denganmu,


Emelian? Tempat yng aneh untuk
tidur!'

'Aku tahu kau marah sekali padaku


waktu itu, Astafi. Kau berjanji akan
membiarkanku tidur di atas tangga.
Maka aku tak berani masuk. Aku
tidur saja di sini.'

"Tentu saja aku sangat marah


padanya saat itu. Tetapi pada saat
yang sama aku juga merasa
kasihan padanya. 'Kau harus
mencari pekerjaan baru yang lebih
baik daripada mengawasi
mengawasi kapal terbang dari atas
tangga!' kataku padanya.

"'Tetapi pekerjaan macam apakah


yang bisa kudapatkan, Astafi?'
tanyanya dengan suara bergetar.

"'Kau setidak-tidaknya bisa belajar


untuk menjadi seorang penjahit.
Lihatlah mantelmu! Kau tidak
bahagia, sepertinya kau sengaja
membuatnya berlubang-lubang. Kau
juga ingin menyapu lantai
menggunakan mantelmu! Tidak
bisakah kau setidaknya mengambil
sebuah jarum dan benang dan

menjahitnya, hingga mantel itu


tampak pantas dipakai? Tetapi kau
tidak memedulikannya. Kau
hanyalah seorang pemalas tak
berguna dan seorang pemabuk!'

"Yah, dapatkah Anda


mempercayainya, Pak? la lalu
mengambiI jarum dan benang. Aku
sebetulnya tidak terlalu serius soal
itu— tapi ia jadi ketakutan. la
langsung melepaskan mantelnya
dan duduk untuk menjahitnya.
Tetapi tentu saja ia bahkan tidak
mampu memasukkan benang ke
dalam jarum. Matanya amat merah
dan dipenuhi air mata. Tangannya
bergetar hebat! la terus mencoba,
tetapi benang itu tidak juga bisa
masuk ke dalam ujung jarum, la
membasahi ujung benang itu,
menggulungnya di antara jari-
jemarinya dan menghaluskannya.
Tetapi sama sekali tidak berguna.
Akhirnya ia menyerah dan
menatapku.
"'Nah, Emelian,' kataku, 'kau jelas
menyodorkannya padaku! Jika ada
seseorang yang melihatmu seperti
ini, kau akan mati

karena malu. Aku hanya


mengatakan hal itu karena kesal
padamu. Aku tidak bermaksud
membuatmu berusaha melakukan
sesuatu yang tidak bisa kau
lakukan. Sekarang, biarkan saja itu.
Lupakanlah soal jahit-menjahit.
Hanya saja, cobalah untuk
menghindari masalah! Dan demi
kebaikanmu sendiri, jangan tidur

di lantai lagi. Jika kau


melakukannya, kau
mempermalukan aku di depan
tetangga-tetanggaku!'

"'Tapi apa yang harus kulakukan,


Astafi? Aku, tahu diriku ini seorang
pemabuk dan tak cocok untuk
pekerjaan apapun. Yang bisa
kuIakukan hanyalah membuatmu,
satu-satunya temanku marah. Aku
hanyalah pembuat masalah.'

"Lalu tiba-tiba bibirny yang membiru


gemetar. Air mata mengalir di
pipinya yang pucat dan ia menangis
tersedu-seduh. Emelian yang
malang! Aku merasa seolah-olah
seseorang menusuk jantungku
dengan sebilah pisau.

"Emelian,' kataku pada diriku


sendiri, 'aku tak pernah mengiramu
seperti itu. Siapa sangka kau
memiliki perasaan yang amat
halus?' Lalu aku berpikir, 'Tetapi
tiada gunanya mencoba
membantumu. Aku sebaiknya
berhenti melakukan sesuatu
padamu. Pergilah. lakukanlah apa
yang kau sukai.'

"Tapi mengapa aku harus


berpanjang-panjang soal- itu?
Semua itu, hanyalah menghabiskan
kata-kata belaka. Maksudku, aku
akan memberikan segala yang
kupunya jika tidak satu pun di
antaranya sungguh-sungguh pernah
terjadi!

"Saat itu, Pak, aku memiliki celana


untuk menunggang kuda berwarna
biru. Bahannya dari kualitas terbaik.
Celana itu dipesan oleh seorang
lelaki desa yang datang ke kota
kami. Saat aku selesai
membuatnya, ia akan
mengambilnya. Tetapi ia bilang
celana itu terlalu ketat. Maka aku
menyimpannya.
"Kurasa celana itu masih layak
dipakai. Kainnya bagus. Aku bisa
menjualnya seharga 15 rubeI atau
lebih-—h anya untuk bahannya. Jika
tidak, aku pun masih bisa
membuatnya menjadi celana yang
lain. Aku masih punya sisa kain
untuk dibuat rompi untukku sendiri.
Untuk seorang lelaki miskin
sepertiku, Pak, setiap sen harus
dihitung.

"Pada saat itu aku memperhatikan


bahwa Emelian telah tiga hari tidak
minum. Aku berpikit mungkin ia tak
punya uang atau ia sudah berhenti
minum. Aku tak tahan untuk tak
merasa kasihan padanya. Ia
tampak begitu menyedihkan dan
menderita dalam segala hal.

"Kini aku akan menyingkat cerita ini.


Pada suatu malam aku menemukan
Emelian duduk didepan jendela. Aku
tak terkejut melihat ia sedang
mabuk. Aha, pikirku, kini kau
melakukannya lagi!

"Lalu aku pergi untuk mengambil


sesuatu dari kopor tempatku
menyimpan pakaian. Ketika aku
membukanya, ternyata celana
biruku itu telah hilang. Aku mencari-
carinya, tapi tak juga ketemu. Saat
itu, seakan-akan ada sesuatu yang
menusuk jantungku! Aku bergegas
menemui perempuan tua pemilik
rumah untuk m enanyakan padanya
apakah dia mengambiI celana itu.

'''Oh, untuk apa celana biru seperti


itu bagiku? Aku tak mungkin
memakainya.Aku sendiri kehilangan
rok kemarin. Aku tak tahu ada di
mana barang itu.'

"'Apakah ada orang lain di sini?'


tanyaku.

"'Tidak ada,' katanya. 'Aku ada di


sini sepanjang waktu. Temanmu:
pergi sebentar tadi lalu kembali lagi.
Itu dia. Mengapa tak kau tanyakan
saja padanya?'

"Lalu aku menanyai Emelian.


"'Katakan padaku, EmeIian,' kataku,
'apakah kau mengambil celana
biruku dari dalam kopor? Kau ingat
celana itu, bukan? Celana yang
kubuat untuk lelaki dari desa.'

"'Tidak, Astafi,' katanya, 'aku tak


mengambilnya.'

"'Apa yang terjadi pada celana itu?'


pikirku. Aku mencarinya lagi, tapi
tak katemu
juga. Sepanjang waktu, Emelian
hanya duduk-duduk saja di kursi
depan jendela. Tiba-tiba aku
meliriknya. "Ah, baiklah,' pikirku.
Wajahku memerah dan aku mulai
murka. Tiba-tiba pandangan mataku
bersitatap dengan matanya.

"Tidak, Astafi, katanya. 'Aku tak


mengambil celana itu. Aku tahu kau
mengira bahwa akulah yang
mengambilnya. Tapi aku tak pernah
menyentuhnya.'

"'Lalu, di manakah celana itu?'

"'Aku tak tahu. Aku tak melihatnya'


"'Kalau begitu apa yang menurutmu
telah terjadi? Apakah menurutmu
celana itu bisa berjalan sendiri?'

'"Mungkin saja, Astafi. Yang kutahu,


aku tak menyentuhnya.'

"Aku tak bisa lagi berkata apapun.


Aku mengunci koporku dan pergi ke
jendela. Lalu aku menyalakan lampu
dan mulai bekerja. Aku sedang
membuat sebuah rompi . Seorang
pegawai pemerintah yang tinggal di
lantai bawah telah memesannya.
Tapi aku terbakar oleh amarah.
Lebih mudah bagiku jika celana
yang hilang itu terbakar menjadi
abu.

"Emelian pasti bisa menerka betapa


marahnya aku. Selalu begitu,Pak-
bila seseorang merasa bersalah.
Orang seperti itu bisa mencium
adanya masalah, seperti burung
bisa menerka akan datangnya
badai. Sekonyong-konyong ia
bangkit dan pergi ke tempat tidur. la
mulai mencari-cari sesuatu di lantai.
la terus berkata, "Tak ada di sini,
tak ada di sini. Di mana celana itu
berada?' Lalu, percaya atau tidak, ia
merangkak di bawah ranjang
dengan bertumpu pada tangan dan
lututnya!
"'Mengapa kau merayap di bawah
ranjang, Emelian,' tanyaku padanya.

"'Aku sedang mencari celana itu,


Astafi,' terdengar suara Emelian
dari bawah ranjang. "Mungkin ada di
bawah sini.'

"Mengapa kau bersusah payah


untuk orang sepertiku? Kau
mengotori lututmu dengan sia-sia.'

"'Mengapa, Astafi?' katanya. 'Aku


tak keberatan. Aku hanya berpikir
kalau kita mencarinya lebih lama,
siapa tahu celana itu akan
ketemu.'
"'Oh, begitu, ya?' ujarku.
'Dengarkan aku sebentar, Emelian.'

'"Ada apa, Astafi?'

"'Apakah kau yakin kau tidak


mencurinya-seperti yang dilakukan
oleh maling? Inikah ucapan terima
kasihmu atas semua yang telah
kulakukan untukmu?' Aku sangat
marah melihatnya merangkak di
kolong ranjang untuk mencari
sesuatu yang ia tahu persis tak
akan ada di sana.

"'Tidak, Astafi.' Cukup lama ia


merangkak di kolong ranjang. Lalu
ia merayap keluar, wajahnya jadi
seputih kain kafan. Ia berdiri di
depanku—sekarang pun aku
merasa tengah melihatnya-tampak
mengerikan.

"Lalu, dengan terbata-bata, ia


berkata, 'Tidak, Astafi. Aku tidak
mengambil celanamu.'

"Seluruh tubuhnya gemetar, jarinya


menunjuk dadanya. Suaranya
bergetar sehingga membuatku
merasa tidak nyaman.

Aku hanya duduk di sana seolah-


olah aku terpaku dikursi itu.
'"Baiklah,' sahutku pada akhirnya.
'Emelian, maafkan aku. Tampaknya
aku salah menuduhmu. Soal celana
itu—aku tak peduli celana itu hilang.
Kita bisa hidup tanpanya.
Syukurlah, kita masih punya tangan.
Kita tak perlu mencuri atau
mengemis. Kita bisa mencari
nafkah.'

"Emelian mendengarkanku. Dalam


diam ia terus berdiri di depanku
beberapa waktu. Lalu ia duduk dan
terus berdiam diri hingga sepanjang
malam. la masih duduk saat aku
beranjak tidur. Saat aku bangun di
pagi hari kulihat ia tidur di lantai. la
berselimut mantelnya yang
Compang-camping. Malam itu ia
merasa terlalu terhina untuk tidur
bersamaku di atas tempat tidur.

"Begitulah, Pak, sejak hari itu aku


tak menyukai orang itu. Sejujurnya
aku bahkan jadi membencinya
selama beberapa hari setelahnya.
Aku merasa seakan-akan putraku
sendiri telah merampokku atau
melakukan sesuatu yang amat
buruk padaku.

"Hingga dua minggu kemudian?


Emelian selalu pergi untuk minum-
minum setiap hari. la mabuk dari
pagi hingga malam. Selama dua
minggu itu ia tak mengucapkan
sepatah kata pun padaku.

"'Kurasa ia merasa amat tidak enak


—atau ia sedang mencoba
menghibur diri. Tapi pada akhirnya
ia berhenti minum-minum. Kurasa ia
sudah kehabisan uang. la lalu
duduk-duduk di muka jendela. Aku
ingat ia duduk!di sana selama tiga
hari tanpa berkata apa pun.

"Lalu pada, suatu hari ku Iihat ia


menangis. Betapa hebat ia
menangis! Banjir air mata mengalir
dari matanya. Begitulah, sangat tak
menyenangkan melihat seorang
lelaki menangis. Lebih parah lagi
bila lelaki itu setua

Emolian. Kesedihan dan


keputusasaannya terlihat
menyakitkan.

"'Ada apa, Emelian?' tanyaku.

"la mulai gemetar. Itu adalah kali


pertama aku berbicara lagi padanya
setelah berminggu-minggu.

'"Tak apa-apa, Astafii.'

" "Dengar, Emelian, kau harus


tabah. Lupakan soal celana itu. Aku
kembali merasa menyesal
untuknya.

"'Oh, bukan soal itu, Astafii. Aku


sedih bukan karena soal celana itu.
Aku hanya berpikir seharusnya aku
mencari pekerjaan.'

'"Tapi kerja macam apa, Emelian?'

"'Oh, apa saja. Mungkin aku bisa


menemukan pekerjaan seperti yang
dulu kulakukan. Aku tak ingin
membebanimu,Astaifi. Mungkin bila
aku mendapat pekerjaan, aku bisa
membayar segala pemberianmu.'
'"Jangan berkata bodoh, Emelian.
Anggaplah kau telah melakukan
sesuatu yang tak seharusnya kau
lakukan. Lalu, apa masa-lahnya? Itu
sudah usai. Lupakanlah! Mari kita
jalani segalanya seperti biasa—
seolah-olah tak ada yang pernah
terjadi.'

"Tidak,Astafi. Aku tahu kau masih


gusar soal itu. Tapi aku tak pernah
menyentuh celanamu.'

"'Yah, terserah kaulah, Emelian!'

"'Tidak, Astafi. Aku tahu aku tak


bisa lagi tinggal di sini. Kini aku
harus pergi.' Lalu ia bangkit dan
menyampirkan mantelnya di
bahunya.

'"Kau mau pergi ke mana?' tanyaku.


'Pikirkan soal itu. Apa yang kau
lakukan? Kau bahkan tak punya
pekerjaap.'

'"Selamat tinggal, Astafi. Jangan


cegah aku,' Sekali lagi ia mulai
menangis. 'Kini saatnya aku pergi
darimu. Kau tak lagi sama.'

"'Apa maksudmu? Aku masih sama.


Kau akan mati seperti bocah tak
berdaya jika kau hidup sendirian.'
"'Tidak, Astafi, kau telah berubah.
Setiap kali kau pergi, kau rriengunci
kopormu, Aku melihatnya dan itu
membuatku menangis. Tidak, lebih
baik aku pergi. Maafkan aku bila
aku telah melakukan sesuatu yang
membuatmu tidak senang selama
kita hidup bersama.'

"Begitulah, ia pergi pada hari itu


juga. Aku menunggunya sepanjang
malam. Tapi ia tak kembali juga tak
ada tanda-tanda kehadirannya pada
keesokan harinya dan hari
berikutnya.Aku begitu Cemas
sehingga tak bisa makan, minum
atau tidur. Kesedihan yang tak
terkira telah mencengkram hatiku.

"Pada hari keempat aku mulai


mencarinya. Aku pergi ke bar di
sekitar tempat itu. Tapi takseorang
pun melihatnya. Aku mulai berpikir
jangan-jangari ia mati di tepi pagar
rumah orang saat ia mabuk.
Akhirnya, aku pulang. Saat: itu aku
merasa setengah mati,

"Pagi-pagi buta pada hari kelima, ku


dengar pintu terkuak. Aku melihat
Emelian beranjak masuk. Wajahnya
bernoda kebiruan dan rambutnya
penuh lumpur. Tampaknya ia telah
tidur ditepi jalan. la menjadi makin
kurus. la melepaskan mantel
bututnya dan duduk di sampingku.

"Aku amat senang berjumpa


dengannya, tapi sekaligus sedih. la
tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya. Aku berpikir jik aku
telah melakukan kesalahan-lebih
baik aku mati dari pada harus
kembali. Tapi Emelian telah
kembali. Tentu saja, hatiku nyaris
serasa remuk melihatnya dalam
keadaan seperti itu. Aku mulai
mengajaknya bicara dengan ramah
dan mencoba menghiburnya.

""Emelian, aku senang kau pulang,


jika kau baru datang beberapa saat
lagi, mungkin aku sudah pergi. Aku
akan pergi mencarimu. Apakah kau
sudah makan?'

"'Ya, terima kasih, Astafi,' katanya.


'Aku sudah makan.'

'"AyoIah-benarkah? Ini, kawan, sup


kubis sisa kemarin. Rasanya enak
dan ada daging di dalamnya. Ini ada
juga roti dan bawang. Ayo,
makanlah,' kataku, 'Ini. bagus
buatmu.'

"Aku memberikannya padanya dan


ia memakannya dengan lahap. Aku
tahu ia belum makan sejak tiga hari
lalu. Rupanya rasa. lapar yang
mendorongnya kembali padaku!
Aku merasa kasihan pada kawanku
ini. Hatiku diliputi rasa iba saat aku
menatapnya.

"Aku pada diri sendiri,'Aku akan


membawakannya vodka agarb ia
senang. Kuakhiri saja urusan yang
dulu itu. Aku, tak punya masalah
lagi dengan kawanku yang malang
ini.' Aku bergegas pergi ke bar dan
kembali dengan membawa vodka.

'"Ini, Emelian,' ujarku, 'ayo kita


minum untuk kesehatan kita. Hari ini
adalah hari raya! Ayolah. Ini baik
bagimu.'

"la mengulurkan tangannya dan aku


memberinya segelas minuman. la
mengambilnya dan mencoba
mendekatkannya pada bibirnya.
Tapi ia menumpahkan vodka itu ke
lengan bajunya. Akhirnya, ia
berhasil mendekatkan gelas itu ke
bibirnya. Tapi tiba-tiba ia
meletakkannya di atas meja.

"'Mengapa kau tak minum Emelian?'

"'Astafi, kurasa aku tak akan minum


lagi.'
"'Kau akan berhenti minum untuk
selamanya, Emelian? Atau hanya
hari ini?'

"la tak menjawab. Sejenak


kemudian aku melihat ia
menyandarkan kepala di lengannya.
Aku bertanya padanya, 'Ada apa,
Emelian? Apakab kau sakit?'

"'Ya, Astafi. Kurasa aku sakit.'

"Aku memapahnya ketempat tidur


dan segera kutahu bahwa ia
memang sakit. Kepalanya panas
dan ia gemetar karena demam. Aku
duduk di dekatnya sepanjang hari.
Menjelang malam ia makin parah.
Aku membuatkannya makanan dari
daging sapi, mentega dan bawang.
Aku menambahinya dengan sedikit
roti. Lalu aku berkata? padanya,
"MakanIah.Ini akan membuatmu
agak baikan!'

"Tapi ia hanya menggelengkan


kepalanya. 'Tidak, Astafi,' ujarnya.
'Jika kau tak keberatan, aku tak
akan makan malam.'

"Lalu aku membuatkannya teh, tapi


ia juga tak mau meminumnya. Pada
pagi ketiga, aku menemui seorang
dokter yang kukenal. Dr.
Kostopravov pernah merawatku
sebelumnya. la datang ke kamarku
untuk memeriksa, Emelian.
Sesudahnya, ia hanya berkata
singkat.

'"Tak ada gunanya memanggilku,'


ujar dokter itu. 'la sudah terlalu
parah. Tapi Anda bisa memberinya
obat yang akan kutuliskan
resepnya.' Aku tak pernah
memberinya obat itu. Aku tahu
dokter itu pun merasa bahwa sudah
tak ada gunanya memberinya obat.
Lalu tibalah hari kelima.

"Emelian terbaring sekarat di


hadapanku. Aku duduk dekat
jendela menggenggam pekerjaanku.
Pemilik rumah sedang menyalakan
kompor. Tiada seorang pun di
antara kami yang berbicara. Hatiku
hancur melihat lelaki yang telah
dirusak oleh minuman keras ini. Aku
merasa seakan-akan putraku
sendiri yang akan mati. Aku tahu
Emelian terus menerus menatapku
sepanjang hari. la diam saja tetapi
aku merasa bahwa ia ingin
mengatakan sesuatu padaku. la
tampak sedang mengumpuIkan
keberanian untuk melakukannya.

"Akhirnya aku mendekat padanya.


Tampak kepedihan dalam matanya!
Saat ia melihatku menatapnya, ia
menundukkan pandangan matanya.

'"Aku ingin bertanya, Astafi,' ia


memulai.

"'Ada apa, Emelian?' tanyaku.

'"Jika kau membawa mantelku ke


tukang loak, berapa kira-kira
akan laku?'
"Aku tak tahu. Tapi mungkin tak
banyak. Barangkali tiga rubel.' Aku
mengatakan itu hanya untuk
menghiburnya. Aku tahu aku hanya
akan ditertawakan bila hendak
menjual mantel butut itu.

"'Astafi, menurutku kau bisa


mendapat lebih banyak. Mantel ini
terbuat dari kain yang bagus. Tentu
saja mereka akan memberimu lebih
dari tiga rubel untuk bahan sebagus
ini, bukan?'

"'Emelian, jika kau ingin menjualnya,


tentu kau boleh mengajukan harga
terlebih dulu.'

"Emelian terdiam sejenak lalu ia


memanggilku lagi.
"Astafi!'

"'Ada apa, Emelian?

"'juallah manteIku kalau aku mati.


Jangan kuburkan aku dengan
pakaian itu. Aku akan baik-baik saja
tanpanya. Mantel itu terbuat dari
bahan yang bagus. Cukup layak
dijual. Kau bisa mendapat beberapa
rubel.'

"Aku tak bisa mengatakan betapa


sedih aku mendengarnya. Aku tahu
ajalnya sudah dekat. Kami terdiam
kembali. Sekitar sejam berlalu.
Ketika aku menatapnya, kulihat ia
masih memandangku. Tetapi begitu
kami bertemu pandang, ia
menundukkan matanya.

"'Apakah kau mau minum,


Emelian?' tanyaku.

"'Ya, terima kasih, Astafi.'

"Aku memberinya minum dan ia


meminumnya.

"'Ada lagi yang kau mau, Emelian?'

"Tidak,Astafi. Aku tak mau apapun.


Hanya saja—"
'"Apa?'

'"Kau tahu.'

'"Apa yang kau mau, Emelian?'

"'Celana itu, Astafi. Akulah yang


mengambilnya.'
"'Aku yakin Tuhan akan
mengampunimu, Emelian. Kau akan
pergi dengan damai,' ujarku.

"Aku merasa tenggorokanku


tersekat. Aku bisa merasakan
mataku berkaca-kaca. Aku
memalingkan pandangan sejenak.
'"Astafi—'

"Aku menoleh dan melihat ia


hendak berkata lagi. la mencoba
duduk tegak dan bibirnya bergerak-
gerak. Lalu tiba-tiba ia menatapku
dengan mata berbelalak. Aku
melihat wajahnya makin memucat.
la seakan-akan hendak mengerut.
.Sejenak kemudian kepalanya
terkulai dan ia menghembuskan
napas terakhir. Lalu ia pun
menyerahkan jiwanya ke haribaan
Tuhan.

***
Fyodor adalah anak kedua dari
tujuh bersaudara yang dilahirkan
dari Mikhail dan Maria Dostoyevsky.
Tak lama setelah ibunya meninggal
karena tuberkulosis pada 1837, ia
dan saudaranya Mikhail dikirim ke
Akademi Teknik Militer di St.
Petersburg. Ayah mereka, seorang
ahli bedah militer yang sudah
pensiun, yang bekerja sebagai
dokter di Rumah Sakit Mariinsky
untuk orang-orang miskin di
Moskwa, meinggal pada 1839.
Meskipun tidak diketahui sebabnya,
orang yakin bahwa Mikhail
Dostoyevsky dibunuh oleh petani-
petaninya sendiri, yang konon
menjadi marah ketika Mikhail mabuk
dan kemudian melakukan
kekerasan. Mereka berusaha
menahannya, lalu menuangkan
vodka ke mulutnya hingga ia
tenggelam. Sebuah cerita lain
mengatakan bahwa Mikhail
meninggal karena sebab-sebab
alamiah, dan seorang tuan tanah
tetangganya menciptakan cerita
tentang pemberontakan petani ini
agar ia dapat membeli hartanya
dengan harga murah.

Dostoyevsky dikirim ke Akademi


Teknik Militer St. Petersburg dan
karena ia tidak begitu pandai dalam
matematika, mata pelajaran yang
dibencinya, ia pun tidak berhasil
baik di sekolah itu. Sebaliknya, ia
lebih memusatkan perhatian pada
sastra. Tokoh pujaannya adalah
Honore de Balzac dan pada 1843 ia
bahkan menerjemahkan salah satu
karya terbesar Balzac, Eugenie
Grandet ke dalam bahasa Rusia.
Sekitar waktu ini Dostoyevsky mulai
menulis fiksinya sendiri dan pada
1846, karyanya yang pertama,
sebuah novel pendek dalam bentuk
surat, Orang-orang Miskin,
mendapatkan sambutan hangat,
khususnya oleh kritikus liberal,
Vissarion Belinsky, dengan
pujiannya yang termasyhur,
"Seorang Gogol yang baru telah
muncul!"

Dostoyevsky ditangkap dan ditahan


pada 23 April 1849 karena terlibat
dalam kegiatan revolusioner
melawan Tsar Nikolai I. Pada 16
November tahun itu ia dijatuhi
hukuman mati karena kegiatan anti
pemerintahan yang terkait dengan
sebuah kelompok intelektual liberal,
Lingkaran Petrashevsky. Setelah
sebuah pura-pura dihukum mati—
matanya ditutup dan ia
diperintahkan berdiri di luar di udara
dingin sambil menunggu untuk
ditembak mati oleh sebuah regu
tembak, hukuman Dostoyevsky
diubah menjadi beberapa tahun
dikirim ke pembuangan untuk
bekerja paksa di sebuah kamp
penjara katorga di Omsk, Siberia.
Epilepsinya yang telah lama
diidapnya, kian meningkat selama
masa ini. Ia dibebaskan dari penjara
pada 1854, dan diwajibkan melayani
di Resimen Siberia. Dostoyevsky
menghabisi lima tahun berikutnya
sebagai seorang kopral (dan
belakangan letnan) di dalam Barisan
Batalyon Resimen ke-7 yang
ditempatkan di benteng
Semipalatinsk di Kazakhstan.
Ini adalah titik balik dalam
kehidupan pengarang ini.
Dostoyevsky meninggalkan
gagasan-gagasan idealnya semula
dan menjadi seorang Kristen dan
penentang keras nihilisme dan
sosialisme ateis. Ia belakangan
menjalin persahabatan yang aneh
dengan pengarang konservatif,
Konstantin Pobedonostsev. Ia mulai
menjalin hubungan, dan belakangan
menikah dengan Maria Dmitrievna
Isaeva, janda seornag kenalannya
di Siberia.

Pada 1860, ia kembali ke St.


Petersburg, dan di sana ia menulis
sejumlah jurnal sastra yang gagal
dengan kakaknya, Mikhail.
Dostoyevsky sangat terpukul oleh
kematian istrinya pada 1864, diikuti
tak lama kemudian oleh kematian
saudaranya. Dari segi keuangan ia
menjadi lumpuh karena utang
bisnisnya dan keharusan membiayai
janda kakaknya serta anak-
anaknya. Dostoyevsky tenggelam
dalam suatu depresi yang
mendalam, seringkali mengunjungi
tempat judi dan terus-menerus
kalah.

Dostoyevsky menderita kecanduan


judi yang parah dan akibat-
akibatnya. Menurut sebuah cerita
Kejahatan dan Hukuman,
kemungkinan novelnya yang paling
terkenal, diselesaikannya dengan
sangat tergesa-gesa karena
Dostoyevsky sangat membutuhkan
uang muka dari penerbitnya. Ia
praktis tidak punya uang
sepeserpun setelah habis-habisan
berjudi. Dostoyevsky menulis Si
Penjudi dalam waktku berbarengan
untuk memenuhi suatu perjanjian
dengan penerbitnya Stellovsky
yang, bila ia tidak menerima
karangan baru, akan mengklaim
semua hak cipta atas semua tulisan
Dostoyevsky.
Terdorong oleh keinginan untuk
melepaskan diri dari para
krediturnya di dalam negeri dan
mengunjungi kasino-kasino di luar
negeri, Dostoyevsky melakukan
kunjungan ke Eropa Barat. Di sana,
ia berusaha menjalin kembali
hubungan cintanya yang lama
dengan Apollinaria (Polina) Suslova,
seorang mahasiswi muda, setelah
beberapa tahun sebelumnya ia
pernah berhubungan. Namun
Suslova menolak lamarannya.
Dostoyevsky patah hati, namun tak
lama kemudian ia bertemu dengan
Anna Grigorevna, seorang penulis
steno berusia 20 tahun, yang
dinikahinya pada 1867. Periode ini
merupakan masa penulisan buku-
bukunya yang terbesar. Dari 1873
hingga 1881 ia membalas
kegagalan-kegagalan jurnalistiknya
sebelumnya dengan menerbitkan
sebuah jurnal bulanan penuh
dengan cerita pendek, sketsa, dan
artikel tentang peristiwa hangat —
Buku Harian Pengarang. Jurnal itu
merupakan sukses besar.
Dostoyevsky juga diketahui telah
memengaruhi serta dipengaruhi
oleh filsuf Rusia terkenal, Vladimir
Sergeyevich Solovyov, sebagian
malah menyatakan bahwa Solovyov
merupakan prototipe dari tokoh
Alyosha Karamazov.

Pada 1877 Dostoyevsky


menyampaikan eulogi utama pada
pemakaman sahabatnya, penyair
Nekrasov, sehingga menimbulkan
banyak kontroversi. Pada 1880, tak
lama sebelum ia meninggal, ia
memberikan pidato Pushkinnya
yang terkenal pada upacara
peresmian monumen Pushkin di
Moskwa.

Dalam tahun-tahun terakhirnya,


Fyodor Dostoyevsky tinggal lama di
resor Staraya Russa yang lebih
dekat ke St Petersburg dan lebih
murah daripada resor-resor
Jerman. Ia meninggal pada 28
Januari (O.S.), 1881 karena
pendarahan paru-paru yang
disebabkan oleh serangan epilepsi.
Jenazahnya dikebumikan di
Pemakaman Tikhvin di Biara
Alexander Nevsky, St. Petersburg,
Russia. Empat puluh ribu orang
Rusia meratapi dan menghadiri
penguburannya.

Pengaruh Dostoyevsky sangat luas


—dari Herman Hesse hingga Marcel
Proust, William Faulkner, Albert
Camus, Franz Kafka, Friedrich
Nietzsche, Henry Miller, Yukio
Mishima, Gabriel García Márquez
dan Joseph Heller—praktis tak
seorang pun penulis besar abad ke-
20 yang lolos dari bayang-
bayangnya yang panjang (beberapa
tokoh yang tidak terpengaruhi
sangat jarang, termasuk Vladimir
Nabokov, Henry James, Joseph
Conrad dan, dalam cara yang lebih
tersamar, D.H. Lawrence). Novelis
Amerika Ernest Hemingway juga
mengutip Dostoyevsky dalam buku-
buku otobiografinya, sebagai
pengaruh besar dalam karyanya.
Pada dasarnya Dostoyevsky adalah
seorang pengarang mitos (dan
dalam hal ini kadang-kadang ia
dibandignkan dengan Herman
Melville), dan ia telah menciptakan
sebuah karya yang sangat penting
dan boleh dikatakan mengandung
daya hipnotis yang dicirikan oleh
hal-hal berikut: suasana yang
sangat didramatisir (konklaf),
dengan tokoh-tokohnya, yang
seringkali dalam suasana skandal
dan meledak, dengan penuh
semangat terlibat dalam dialog-
dialog seperti Sokrates à la Russe
(gaya Rusia); pencarian akan
Tuhan, masalah Kkuasa Jahat dan
penderitaan orang-orang yang tidak
bersalah mengisi sebagian besar
novel-novelnya.
Tentang lingkaran Petrashevsky
bisa dibaca di wikipedia

Sumber tulisan : www.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai