Anda di halaman 1dari 8

Catatan Preskas Kondiloma Akuminata

Selamat pagi dr. Michael dan teman-teman, saya Dearestha dan Karlina akan
mempresentasikan laporan kasus kami mengenai kondiloma akuminata

Berikut adalah ilustrasi kasusnya


1. Identitas pasien
2. Anamnesis & keluhan utama
3. RPS:
- Benjolan pertama kali muncul 1 bulan lalu, hanya berjumlah satu dan berukuran
sebesar ujung jarum pentul, tidak ada nyeri ataupun gatal.
- Lalu sekitar 2 minggu kemudian benjolan tersebut semakin membesar, meluas,
bertambah banyak dan dikatakan berbentuk seperti kulit yang tumbuh dengan
permukaan kasar, dan mulai terasa nyeri dan gatal.
- Rasa nyeri skala 7 dari 10, terjadi hilang timbul dan disertai rasa panas pada kulit
seperti terbakar, terutama jika benjolan mengalami gesekan dengan celana
dalam atau celana jeans, serta semakin nyeri saat BAK.
- Benjolan tersebut tidak mudah berdarah dan pasien mengaku tidak pernah
menggaruk bagian yang gatal. Benjolan pada area lain seperti wajah, mulut,
tangan, kaki, dan dubur disangkal pasien. Pasien juga menyangkal pernah
memiliki benjolan serupa pada kemaluan.

NEXT

- Pasien mengaku ada rasa nyeri saat berkemih dengan urin berwarna kuning
jernih tanpa darah.
- Pasien mengaku cairan vagina berwarna putih bening, konsistensi sedikit kental,
volume normal, tidak gatal, namun berbau tidak sedap seperti lebih apek.
- Pasien belum pernah menerima vaksin kanker serviks.
- Pasien juga mengeluhkan adanya demam sejak 3 hari lalu, sempat diukur 38,2
derajat celcius yang hilang timbul terutama saat malam hari dan rasa tidak enak
badan.
- Keluhan lain seperti batuk, sakit tenggorokan, mual, muntah, atau diare
disangkal.

NEXT

- Pasien saat ini belum menikah, tidak aktif berhubungan seksual, tetapi mengaku
pernah mengalami pemerkosaan pada tahun 2011.
- Pasien juga mengalami penurunan berat badan sebanyak 8 kg dalam 1 bulan
terakhir.
- Akan tetapi pola makan pasien tetap teratur yang cenderung banyak, suka
konsumsi cemilan, menyangkal sedang dalam program diet
- Pasien menyangkal adanya faktor stres psikologis berlebih akan tetapi pasien
mengaku sering khawatir dan berpikiran buruk mengenai benjolan pada area
kemaluannya.
- Rasa mudah, sesak napas, nyeri perut, konstipasi disangkal pasien.
NEXT

4. RPD: Baca slide


5. RPK : Baca slide

NEXT

6. Riwayat alergi dan pengobatan: baca slide

NEXT

7. Riwayat ekonomi, social dan kebiasaan: Baca slide

NEXT

8. Pada riwayat seksual dan reproduksi: Baca slide

NEXT

9. Masuk ke dalam pemeriksaan fisik


10. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis,
dengan berat badan 1 bulan lalu 83kg dan saat ini 75kg dengan tinggi badan 155cm
sehingga indeks massa tubuh pasien 31,21 kg/cm2  masuk ke dalam kriteria
obesitas
11. Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal

NEXT

12. Pada status generalis mata, telinga, hidung, tenggorokan dan leher dalam batas
normal tidak ditemukan adanya lesi ataupun benjolan

NEXT

13. Pemeriksaan thorax tidak dilakukan


14. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal
15. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah dalam batas normal

NEXT

16. Untuk status dermatologis  pada ad regio labia mayor dextra tampak lesi vegetasi
bertangkai multiple dengan permukaan verukosa

NEXT
BAB II
17. Masuk ke dalam etiologi dan faktor risiko  baca slide

NEXT

18. Berikut adalah patofisiologi kondiloma akuminata


19. HPV itu sendiri merupakan sebuah virus DNA rantai ganda
20. Dimana seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa transmisi HPV dapat
melalui hubungan seksual atau kontak langsung dengan lesi kondiloma akuminata
21. Selain ketika epitel kulit dan mukosa terjadi adanya mikroabrasi atau robekan
sangat kecil, virus HPV akan masuk atau penetrasi
22. Sehingga DNA virus yang masuk akan sampai ke stratum basalis dan menginfeksi
23. DNA virus tetap dalam fase laten selama beberapa bulan, menghasilkan masa
inkubasi dengan periode 1 bulan sampai dengan 2 tahun
24. Genom dari HPV mengandung onkogen yang mengkode protein untuk menstimulasi
proliferasi sel.
25. Protein ini memungkinkan virus untuk bereplikasi melalui DNA polimerase dari host
cell.
26. Sehingga seiring dengan bertambahnya jumlah host cell yang terinfeksi oleh virus
HPV, bagian lapisan basal, spinosis dan granular epidermis menebal sehingga
menyebabkan akantosis dan tampak seperti kutil (warts).
27. Pada umumnya kondiloma akuminata membutuhkan waktu 3-4 bulan untuk
terbentuk, tetapi pada individu yang sehat dengan respon imun yang baik dapat
menghentikan proses replikasi virus.

NEXT

28. Diagnosis banding pada kasus ini adalah kondiloma lata, vulvar intraepithelial
neoplasia (VIN) dan akrokordon/skin tag yang akan dibahas satu per satu

NEXT

29. Kondiloma lata (KL) merupakan salah satu manifestasi klinis dari penyakit sifilis
sekunder (SII) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.
30. Lesi biasanya muncul 2-6 bulan setelah infeksi sifilis primer atau 3-12 minggu setelah
muncul chancre primer atau 6-8 minggu setelah penyembuhan chancre.
31. Daerah predileksi lesi KL dapat terjadi pada labia, perianal serta daerah intertriginosa
seperti aksila, sela-sela jari tangan dan kaki serta lipatan payudara.
32. Pada sifilis sekunder, dapat disertai gejala konstitusi seperti anoreksia, penurunan
berat badan, malaise, nyeri kepala, demam tidak tinggi dan atralgia.
33. Gejala yang penting untuk membedakan Sifilis sekunder dengan penyakit kulit yang
lain adalah kelainan kulit pada sifilis sekunder biasanya tidak gatal akan tetapi pada
40% kasus dapat ditemukan rasa gatal.
34. Lesi kulit pada sifilis sekunder dapat berupa kutil berbentuk papul, nodul atau plak
berwarna putih keabuan yang erosif, basah dan memiliki permukaan halus
35. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan nontreponemal
yaitu VDRL dan treponemal yaitu TPHA untuk screening, ataupun pemeriksaan
mikroskopik
36. Pada kasus Ibu SN, pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 8 kg, adanya
rasa tidak enak badan atau malaise, dan demam
37. Hal yang dapat membedakan KA pada pasien dengan diagnosis banding KL dapat
dilihat dari lesi klinis, pada pasien lesi berupa vegetasi bertangkai multipel dengan
permukaan verukosa sedangkan pada KL gambaran lesi umumnya tampak papul atau
plak, datar, berbatas tegas dengan atau tanpa adanya erosi pada permukaan.
38. Selain itu pada KA lesi tampak kering sedangkan pada KL lesi tampak lembab.
39. Pada pemeriksaan laboratorium menggunakan mikroskop pada lesi KL juga akan
menunjukkan adanya bakteri Treponema pallidum.
40. Akan tetapi, meskipun diagnosis KA sudah dapat ditegakkan melalui anamnesa dan
pemeriksaan fisik, diagnosis banding KL belum dapat sepenuhnya disingkirkan
karena belum melakukan pemeriksaan serologis VDRL dan TPHA ataupun
pemeriksaan mikroskopik dari lesi pasien.

NEXT

41. Diagnosis banding yang kedua adalah Vulvar Intraepithelial Neoplasia (VIN)
42. VIN adalah sebuah kondisi prakanker dan merupakan prekursor dari karsinoma sel
skuamosa dari vulva  dimana istilah VIN harus terbatas pada lesi prakanker tingkat
tinggi dari vulva
43. Hal ini berarti terjadi adanya perubahan pada sel vulva yang bukan kanker, akan
tetapi memiliki potensi berkembang menjadi keganasan.
44. Proses ini terjadi selama bertahun-tahun dan umumnya membutuhkan waktu lebih
dari 10 tahun.
45. VIN sendiri diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu VIN tipe biasa (usual type) atau
uVIN, VIN yang terdiferensiasi atau dVIN dan VIN tidak terklasifikasi.
46. Dimana kita akan membahas lebih banyak pada usual type VIN
47. Secara prevalensi uVIN terjadi pada wanita dengan usia lebih muda ataupun yang
aktif secara seksual
48. Dan memiliki hubungan dengan infeksi HPV terutama virus HPV tipe 16,18, dan 31
49. Dengan Faktor risiko yaitu merokok, pergaulan bebas, infeksi HPV dan keadaan
imunosupresi.
50. Lalu 50% kasus juga berhubungan dengan ditemukannya cervical intraepithelial
neoplasia.
51. Gejala VIN dapat berupa rasa gatal terus menerus, nyeri (vulvodynia), rasa terbakar
atau kesemutan pada vulva yang semakin memburuk saat berkemih, nyeri berkemih
(dysuria) dan nyeri saat berhubungan seksual.
52. Secara klinis VIN paling sering ditemukan pada introitus vagina dan labia mayor
dengan presentasi bermacam-macam, salah satunya adanya bentuk papul seperti
kutil (wart-like papules).
53. Pada pemeriksaan biopsi VIN akan ditemukan gambaran histopatologi berupa
proliferasi yang dimulai dari sel basal sampai ke epitel dari skuamosa
54. Diagnosis banding ini dipikirkan karena:
- Secara faktor risiko pasien merupakan wanita usia muda yang memiliki risiko
terinfeksi virus HPV.
- Pasien juga pernah memiliki riwayat mengalami pemerkosaan 11 tahun yang lalu,
dipikirkan bahwa hal ini mengarah ke proses berkembangnya VIN dimana VIN
membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk akhirnya dapat bergejala.
- Hal ini didukung juga dengan gejala VIN yang serupa dengan gejala yang
dirasakan pasien yaitu rasa gatal terus menerus, nyeri (vulvodynia), rasa terbakar
pada vulva yang semakin memburuk saat berkemih dan adanya disuria.
- Secara presentasi klinis VIN juga dapat berupa papul seperti kutil (wart-like
papules) yang serupa dengan lesi pasien dan letak lesi pada labia mayor.
- Akan tetapi dalam membedakan VIN dan KA dapat dilihat dari gambaran
histopatologi nya, histologi KA akan menunjukkan tampakan hiperkeratosis dan
akantosis, sehingga diagnosis banding ini belum dapat disingkirkan karena pasien
belum melakukan pemeriksaan biopsi lesi.

NEXT

55. Diagnosis banding yang ketiga adalah akrokordon atau polip fibroepitelial atau
dikenal juga dengan skin tag  merupakan neoplasma jinak yang tumbuh pada
permukaan kulit
56. Akrokordon sering kali berhubungan dengan seseorang yang mengalami obesitas,
diabetes, ketidakseimbangan hormonal, dislipidemia atau pada wanita hamil.
57. Untuk daerah predileksinya biasanya tumbuh pada area sekitar leher, aksila dan
daerah selangkangan atau yang sering mengalami gesekan akan tetapi lesi ini tidak
menular
58. Secara manifestasi klinis lesi dapat terasa nyeri dan gatal ketika bergesekan dengan
pakaian. Dengan tampakan lesi kecil, konsistensi lunak, lesi bertangkai yaitu terlihat
timbul pada permukaan kulit (raised) dengan tangkai sempit, tampak seperti balon
lunak, bisa soliter atau multiple dengan berwarna seperti kulit atau hiperpigmentasi,
59. Diagnosis banding ini dipikirkan oleh karena:
- bentuk lesi pasien berupa lesi vegetasi bertangkai yang terasa nyeri serta gatal
terutama saat mengalami gesekan dengan celana dalam atau celana jeans, hal ini
mirip dengan manifestasi klinis dari akrokordon
- dan hal ini didukung juga dengan faktor risiko akrokordon yang ada pada pasien
yaitu pasien masuk kedalam kategori obesitas dan adanya ketidakseimbangan
hormonal yang ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur dengan
siklus setiap 2-3 bulan sekali.
- Akan tetapi diagnosis banding akrokordon dapat disingkirkan oleh karena
gambaran klinis lesi akrokordon tampak seperti balon lunak dengan permukaan
rata, bertangkai sempit dan walaupun dapat timbul secara multipel akan tetapi
mereka tidak bergabung menjadi satu lesi besar, berbeda dengan KA dimana
papul-papul tersebut dapat bergabung menjadi satu lesi besar yang membentuk
gambaran seperti kembang kol.

NEXT
60. Masuk ke dalam tata laksana dari kondiloma akuminata  jadi tujuan pengobatan
adalah menghambat replikasi virus, pencegahan penularan virus, menghambat
pertumbuhan lesi dan eradikasi lesi.
61. Pengobatan sebenarnya dapat ditunda karena lesi dapat sembuh secara spontan
dalam hitungan bulan sampai tahun.
62. Pengobatan akan diberikan jika lesi bergejala menetap lebih dari 2 tahun atau untuk
tujuan kosmetik
63. Secara non medikamentosa pengobatan pada pasien berupa:
 Edukasi tentang penyakit bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang dapat
menular terutama saat berhubungan seksual, sehingga tidak melakukan
hubungan seksual selama masih terdapat kutil pada kelamin
 Edukasi menjaga kebersihan atau higiene daerah genital dengan baik.
 Menjaga pola makan dan hidup sehat untuk meningkatkan sistem imun
tubuh.
 Mencari tenaga profesional (dokter) untuk memberikan terapi terkait kondisi
tersebut

Untuk edukasi dan pencegahan akan dijelaskan lebih lanjut dibelakang

64. Secara medikamentosa pilihan pengobatan harus mempertimbangkan keadaan lesi,


yaitu jumlah, ukuran, bentuk dan lokasi.
65. Cara pengobatan berdasarkan European guideline for the management of anogenital
warts tahun 2019, membagi pengobatan menjadi 2 yaitu yang dapat dilakukan oleh
pasien (home patient applied treatment) dan pengobatan oleh dokter (physician-
applied treatment)
66. Modalitas yang diberikan berupa topikal, destruktif, pembedahan dan sistemik

NEXT

67. Berikut adalah tabel rangkuman pilihan terapi kondiloma akuminata:


- Pada topikal terdapat …
- Yang bersifat destruktof yaitu Trichloroacetic acid atau TCA yang diberikan
dengan konsentrasi tergantung lokasi lesi, dimana semakin dekat dengan mukosa
maka konsentrasi TCA yang digunakan lebih rendah.  pada pasien pengobatan
yang dipilih adalah tetes TCA 80% setiap 1 minggu, hal ini dipilih oleh karena TCA
memilki tingkat pembersihan yang cukup tinggi yaitu sebesar 70% dengan risiko
berulang kecil yaitu 18% ataupun morbiditas yang rendah.
- Selain itu pasien juga diberikan gentamicin 0,1% ointment sebanyak 2 kali sehari
yang oles tipis-tipis untuk mencegah atau mengobati jika terjadi infeksi
sekunder. 
- Selain itu teknik pembedahan juga dapat menjadi modalitas jika terapi lainnya
gagal dilakukan, yaitu dapat menggunakan cryotherapy, elektrokauterisasi,
bedah eksisi atau laser karbon dioksida
- Tata laksana sistemik menggunakan interferon 

NEXT
68. Secara garis besar prognosis dari kondiloma akuminata baik karena dapat
disembuhkan akan tetapi sangat menantang dalam mengobatinya
69. Karena penyakit ini sering kali sehingga membutuhkan beberapa perawatan
(multiple of treatments) atau tata laksana kombinasi.
70. Akan tetapi dari semua hal tersebut, hal yang paling utama yang harus diperbaiki
adalah faktor predisposisinya yaitu higiene, fluor albus (keputihan), atau kelembaban
pada laki-laki yang tidak disirkumsisi serta keadaan imunosupresi.
71. Pada pasien ini prognosis penyakitnya baik karena pasien sangat kooperatif dalam
menceritakan keluhan dan perjalanan penyakit, aktif mencari bantuan tenaga
profesional, dan memiliki komitmen untuk melakukan pengobatan

Fq Dea:
1. Kalo orang yang udah kena kondiloma akuminata / kutil kelamin ini, harus vaksin
HPV lagi ga? Kalo iya, untuk apa?
Jika seseorang sudah terinfeksi HPV dan terbentuk kutil kelamin, vaksin HPV tetap
diberikan. Vaksin HPV tidak dapat digunakan untuk menyembuhkan pasien, akan
tetapi vaksin dapat melindungi pasien dari tipe HPV lainnya yang belum terkena,
tanpa dilakukan pemeriksaan genomic kita tidak tahu yang mennjadi penyebab kutil
kelamin pasien HPV tipe berapa, bisa 6 bisa 11 atau lainnya, sehingga vaksin tetap
diberikan, di Indonesia vaksin HPV ada 2, yaitu yang berisi 2 strain (16 dan 18) untuk
kanker serviks dan yang berisi 4 strain (6, 11, 16, 18) yang mencangkup untuk kutil
kelamin.
Kalau di amerika ada nine-valent HPV vaccine (9vHPV) untuk  HPV types 6, 11, 16, 18,
31, 33, 45, 52, and 58

2. Kalo seseorang sudah pernah terinfeksi virus HPV dan sudah sembuh, apakah infeksi
sudah hilang atau dormant? Apakah masih dapat menularkan ke orang lain?
Virus HPV dapat menyebabkan infeksi yang persistent, ini berarti saat seseorang
yang terinfeksi HPV, virus terus bereplikasi dan memperbanyak diri pada area yang
terinfeksi. Tetapi hal ini berbeda dengan virus herpes yang hidup diam-diam didalam
sel ganglion, dimana sistem imun tubuh manusia sudah memiliki kemampuan untuk
membersihkan virus HPV dari tubuh sehingga ketika sistem imun berhasil
membersihkan virus HPV maka, virus tersebut sudah tidak ada sehingga tidak
menularkan lagi.

Podofilin vs podofilotoksin:
Efek samping obat-obatan:
1. Podofilotoksin  eritema, erosi, nyeri, kontraindikasi pada kehamilan
2. Podofilin  karena akan diserap dan bersifat toksik, dimana gejala intoksikasi
berupa mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas dan keringat disertai
kulit dingin. Podofilin juga tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena bersifat
teratogenik dan menyebabkan kematian fetus. 
3. Imquimod cream  16 minggu  inflamasi local pada area yang diberikan obat, ada
eritema, gatal, rasa panas, lebih parah bisa terbentuk blister
4. Sinecatecins  antiproliferasi  gatal dan eritema (muncul 2 setelah penggunaan
obat)
5. TCA  bersifat korosif  sehingga harus kasih proteium jelly pada sekitarnya 
iritasi, nyeri, rasa terbakar dan terbentuk ulkus yang dalam

Anda mungkin juga menyukai