Anda di halaman 1dari 2

BAB II

Sebelum kita membahas mengenai anestesi spinal saya akan membahas anatomi vertebrae
terlebih dahulu
ANATOMI
1. Secara anatomi tulang vertebrae dibagi menjadi 7 tulang servikal, 12 tulang torakal,
5 lumbar, dan 5 sakral serta coccyx berfungsi untuk mensupport tubuh dan
melindungi spinal cord dan saraf. Setiap tulang vertebrae memiliki bentuk dan
ukuran berbeda pada setiap level
2. Spinal cord merupakan jaringan saraf yang memanjang dari medulla oblongata di
batang otak melewati foramen magnum sampai dengan regio L1-L3 pada columna
vertebralis diikuti dengan adanya cauda equina. Sehingga ketika mau melakukan
anestesi spinal pada L3-L4 ATAU L4-L5
3. Spinal cord pada canalis spinalis diselubungi oleh meninges yang terdiri dari pia
mater, arachnoid mater dan dura mater dari dalam keluar. Diantara pia dan
arachnoid terdapat ruangan subarachnoid yang terisi CSF.
4. Bagian anterior dan posterior dari nerve roots/radix akan bergabung pada setiap
spinal level dan keluar melaui foramina intervertebralis dari C1-S5 yang akan
mempengaruhi dermatome (area pada kulit yang dipersarafi oleh serabut saraf
aferen dari satu spinal nerve/nerve root)

MEKANISME KERJA
1. Injeksi local anesthetic drug ke dalam CSF itu akan membasahi atau memandikan
dari radiks saraf.
2. Lalu obat tersebut akan menempel pada alpha subunit pada natrium channel pada
voltage gated natrium channel sehingga akan menghambat terjadinya depolarisasi
atau eksitasi dari saraf
3. Semakin pendek dan bermyelin akan semakin mudah terblok.

TEKNIK ANESTESI
1. Tuffier’s / jacoby’s line yaitu garis diantara iliac crest
2. Midline approach/paramedian approach

SPINAL ANESTESI
1. Kulit
2. Subkutis
3. Ligamentum supraspinosum
4. Ligamentum interspinosum
5. Ligamentum flavum (pop/loss of resistance sensation)
6. Epidural
7. Dura mater (pop)
8. Dura arachnoid membrane
9. Ruang subarachnoid
Vasopressor  Phenylephrine, ephedrine

CO = SV x HR
BP = SX x HR x PVR

Dynastat – precoxib sodium


Nasea  antiemetic
Petidin  meperidine  synthethic opioid

Kriteria diabetes mellitus


- Peningkatan GDP >126 mg/dl
- HbA1c >6,5%
- 3P (polyuria, polydipsia, polyphagia)
Tipe 1 Absolute insulin deficiency
Tipe 2 insulin resistance

DKA  Aktivitas insulin menurun membuat terjadinya katabolisme asam lemak menjadi
ketone bodies.
Goal 75-100 mg/dl/jam
IV insulin 0,1 units/kg/jam
0,9% saline (1-2L 1 jam pertama) diikuti 200-500ml/jam)
Jika glucose sudah 250mg/dl ditambah D50

Pasien dengan diabetes melitus:


1. preoperative  HbA1c, CXR takut ada diabetic autonomic neuropathy gabisa
compensate kalo ada perubahan volume intravascular karena bisa tachycardia dan
meningkatkan peripheral resistance  jadinya cardiovascularnya tidak stabil jadi
bisa hypotensi dan sudden cardiac death. Harus cek juga TMJ dan cervical spine
karena kalo hiperglikemia kronik bisa bikin glikosilasi dari protein jaringan dan
mobilitas terbatas dari sendi
2. Intraoperative  mencegah hipoglikemia,
3. Postoperative  monitoring blood glucose

Anda mungkin juga menyukai