Anda di halaman 1dari 6

1. Bagainana mekanisme mendengar (Fx) (Sherwood, LZ., 2014.

Fisiologi Manusia dari Sel


ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC)

Suara dibentuk dari benda yang bergetar. Gelombang suara terdiri dari regio-regio yang
bertekanan tinggi dan rendah. Mendengar merupakan proses di mana telinga
mentransformasikan vibrasi suara ke dalam impuls saraf dan diinterpretasikan oleh otak sebagai
suara.

Kita memiliki 3 regio berbeda pada telinga, yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar
berfungsi untuk mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga, lalu ke
membrane timpani. Membran timpani akan bergetar ke dalam dan luar seiring dengan adanya
daerah bertekanan tinggi dan rendah dari gelombang suara. Membran timpani melekat pada
osikel, yaitu maleus, inkus dan stapes. Maleus melekat pada membrane timpani, dan stapes
melekat pada tingkap oval. Karena luas membrane timpani lebih besar dari pada tingkap oval,
maka terjadi peningkatan tekanan pada tingkap oval dari pada yang diterima oleh membrane
timpani. Tekanan ini penting, supaya dapat mendorong cairan dalam telinga bagian dalam yang
memiliki resistensi lebih besar dari pada udara.
Gerakan stapes yang seperti piston ini menyebabkan gelombang tekanan pada kompartemen atas.
Getaran dari skala vestibuli, mengelilingi sampai skala timpani bertujuan untuk mengurangi
energi suara. Gerakan stapes ini juga menyebabkan defleksi pada membrane basilaris.

Gerakan ini menyebabkan cilia dari sel rambut menekuk, dan membuka kanal kation berpintu
mekanis. Masuknya ion kalium akan mendepolarisasi sel rambut, dan meneruskan impuls saraf,
lalu mengirimnya ke nervus koklearis, dan akhirnya dipersepsikan di otak.

2. Cara mencegah kehilangan pendengaran ? (Bisa menjawab cara menjaga kesehatan


pendengaran) (Sherwood, LZ., 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:
EGC, NHS. 5 Ways to Prevent Hearing Loss. https://www.nhs.uk/live-well/healthy-body/-5-
ways-to-prevent-hearing-loss-/. Diakses pada 12-03-2021)

- Menghindar dari suara-suara keras. Kekuatan suara diukur dalam decibel. Jika manusia
mendengar lebih dari 100 dB (lepas landas pesawat jet), maka dapat merusak secara permanen
perangkat sensorik pendengaran.

- Berhati-hati saat mendengarkan musik. Saat mendengarkan music dengan earphone, jangan
naikkan volume lebih dari 60%. Jangan menggunakan earphone lebih dari satu jam.

- Melindungi pendengaran selama aktivitas dengan suara keras seperti pada acara olahraga, pesta
dan lain-lain. Kita bisa mencoba beristirahat dari kebisingan setiap 15 menit.

- Mengetes pendengaran telinga. Kita bisa menemui dokter untuk melakukan tes pendengaran
misalnya setahun sekali.
3. Tes pendengaran ? (Bisa menjawab cara menjaga kesehatan pendengaran) (Clinical Key.
https://www.clinicalkey.com/#!/content/book/3-s2.0-B9780323522991000024?scrollTo=
%23hl0007245. Diakses pada 14-03-2021, Clarke, R amd Munir, N. 2013. Ear Nose and
Throat at a Glance. Wiley-Blackwell)

Melakukan tes pendengaran merupakan cara menjaga kesehatan pendengaran. Terdapat tes
weber dan rine.

Rine test dan weber test.

Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada gangguan pendengaran konduktif atau gangguan
pendengaran sensorineuronal. Secara sederhananya saja, gangguan pendengaran konduktif
mencakup telinga luar dan tengah, sedangkan gangguan pendengaran sensorineuronal mencakup
koklea dan C.N VIII.

Terdapat 2 jenis konduksi, yaitu konduksi udara (AC) dan konduksi tulang (BC). Cara kita
mendapatkan konduksi udara ini, kita mengambil garpu tala, lalu menggetarkannya. Setelah itu
kita tempatkan di sebelah telinga, sehingga gelombang suara akan melewati area konduksi dan
akhirnya ke koklea (area sensorineuronal). Pada konduksi tulang, kita dapat meletakkan garpu
tala yang sudah digetarkan di tulang mastoid, sehingga pasien dapat mendengar, tetapi langsung
ke koklea. Jadi pasien mendengar lewat konduksi tulang dan secara langsung ke koklea.

- Rinne test
Di sini, kita akan membandingkan konduksi udara dengan konduksi tulang.
Pertama, kita meletakkan garpu tala yang sudah bergetar di sebelah telinga pasien untuk
memeriksa konduksi udara. Setelah itu kita letakkan pada tulang mastoid pasien untuk
memeriksa konduksi tulang. Jika sudah, maka kita akan menanyakan pasien, jika
konduksi suara lebih besar dari konduksi tulang, maka dihasilkan rinne test positif
(normal/gangguan sensorineuronal). Jika konduksi tulang lebih besar dari konduksi
udara, maka rine test negatif. Komduksi tulang lebih besar dari konduksi udara artinya
pasien tersebut lebih peka mendengar lewat tulang dari pada lewat telinga, tetapi
sensorineuronal normal, karena pasien masih dapat mendengar. Jadi konduksi tulang
yang lebih besar menandakan gangguan konduksi suara.
- Weber test
Pada tes ini, petugas kesehatan meletakkan garpu tala yang bergetar di dahi pasien. Di
sini kita mengetes konduksi tulang pasien. Setelah itu kita perlu menanyakan apakah
suara yang didengar lebih dominan di telinga kanan/kiri atau seimbang. Jika seimbang
maka dinamai “Weber central”, jika dominan kanan “Weber kanan”, jika kiri “Weber
kiri”. Jika seorang pasien memiliki gangguan sensorikneuronal (koklea) pada telinga
kanan, maka suara yang didengar dites ini lebih condong ke telinga kiri. Jika seoang
pasien memiliki gangguan pada area konduksi pada telinga kanan, maka telinga kanan
akan lebih mendengar pada tes Weber ini, karena telinga kanan akan berkompetisi pada
suara suara dari luar, tetapi telinga kiri tidak.

4. Benda asing di telinga ? (Bisa menjawab struktur dalam telinga) (Clarke, R amd Munir,
N. 2013. Ear Nose and Throat at a Glance. Wiley-Blackwell)

- Kotoran telinga

Kotoran telinga itu normal, terbuat dari campuran keratin (kulit yang terkelupas), sekresi kelenjar
sebasea dan kelenjar apokrin. Kotoran telinga bermigrasi keluar dari gendang telinga. Orang tua,
anak dan yang lainnya perlu diberitahu supaya memasukkan hairclip, pulpen, kertas tisue dan
yang semacamnya ke dalam telinga. Telinga dapat membersihkan diri sendiri, jika seseorang
mengotak-atik tidak hati-hati, dapat menyebabkan otitis eksterna.

- Benda asing di telinga

Biasanya anak-anak meletakkan benda-benda kecil seperti manik-manik, krayon dan


semacamnya ke dalam telinga. Hal ini dapat menyebabkan otitis eksterna dan harus dikeluarkan.
Irigasi telinga terkadang dapat membantu.
5. Jenis alat bantu dengar ?
A. Di-belakang-telinga (BTE): Alat bantu dengar jenis ini memiliki wadah plastik
yang dikenakan pada belakang telinga, dihubungkan dengan penutup plastik di
telinga luar. Bagian elektroniknya berada pada belakang telinga. Suara merambat
melalui alat bantu dengar ini melalui penutup telinga/earmd, dan masuk ke
telinga. BTE ini digunakan disegala usia dan gangguan pendengaran ringan-berat.

B. Di-dalam-telinga (ITE): Seperti pada gambar di bawah, alat ini terletak di dalam
telinga bagian luar. Kasing yang menahan perangkat elektroniknya terbuat dari
plastik keras. Beberapa ITE memiliki telecoil. Telecoil merupakan kumparan
magnet, memungkinkan pengguna menerima suara dari sirkuit ini, bukan dari
mikrofonnya. Telecoil memudahkan orang bercakap-cakap melalui telepon. ITE
tidak dipakai untuk anak kecil, karena kasingnya perlu diganti seiring
pertumbuhan telinga.

C. Kanal: Jenis ini masuk ke kanal telinga, terdapat 2 jenis, yaitu di-dalam-kanal
(ITC) dibuat supaya sesuai dengan anatomi telinga seseorang dan jenis
sepenuhnya-dalam-kanal (CIC), yang hampir tersembunyi dalam liang telinga.
Keduanya digunakan untuk gangguan pendengaran ringan-sedang.
D. Implan koklea: Dapat menjadi pilihan jika alat bantu dengar tidak dapat
membabtu lagi. Prosesor yang ada di belakang telinga menangkap suara,
mengirimkannya ke penerima yang ditanam di bawah kulit. Penerima/receiver
akan mengirimkan sinyal ke elektroda yang ditanam di koklea, lalu diteruskan
melalui saraf dan ditafsirkan di otak.

Sumber :
Clarke, R amd Munir, N. 2013. Ear Nose and Throat at a Glance. Wiley-Blackwell
Mayo Clinic. 2020. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/cochlear-implants/about/pac-
20385021#:~:text=A%20cochlear%20implant%20is%20an,helped%20by%20using
%20hearing%20aids. Diakses pada 16-03-2021
National Institute of Deafness and Other Communication Disorders. 2017.
https://www.nidcd.nih.gov/health/hearing-aids. Diakses pada 16-03-2021

Anda mungkin juga menyukai