Anda di halaman 1dari 20

24

BAB III
SENSOR

3.1 Pengertian Sensor


Sensor adalah alat untuk mendeteksi atau mengukur sesuatu yang digunakan
untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi
tegangan dan arus listrik. Sensor itu sendiri terdiri dari transduser dengan atau
tanpa penguat atau pengolah signal yang terbentuk dalam satu sistem pengindera.
Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan
yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah
oleh controller sebagai otaknya.

3.2 Macam – Macam Sensor pada Mesin Toyota Kijang 7K-E

Tabel. 3.1. Sensor pada Mesin Toyota Kijang 7K-E

No. Sensor atau Signal Fungsi Spesifikasi


1. Throttle Position Mengontrol jumlah udara Fully close
Sensor yang masuk ke dalam mesin 1-2 = 200-600 W
dan mendeteksi posisi 1-3 = 2300 W
Throttle Valve 2-3 = 400-8500 W
Fully open
1-2 = infinitive
1-3 = 2300 W
2-3 = 4000-8500 W
2. Vaccum Sensor Mendeteksi tekanan pada 3,3 – 3,9 V
intake manifold 4,5 – 5,5 V
3. Intake Air Mendeteksi temperature 20oC = 2000-3000 W
Temperature udara yang masuk ke dalam
Sensor mesin
25

4. Water Temperature Mendeteksi temperatur air 80oC = 200-400 W


Sensor pendingin
5. Oxygen Sensor Mendeteksi atau mensensor -
jumlah sisa oksigen dalam
gas buang
6. Knock Sensor Untuk mendeteksi atau -
memonitor detonsi di dalam
ruang bakar.
7. Idle speed sensor Mengatur putaran idle mesin 20oC = 30-34 W
8. Starter Signal Memberi masukan pada
ECU bahwa mesin sedang
distart, masukan tegangan ini
6 V atau lebih
diperoleh dari tegangan
terminal ST dari ignition
switch
9. Ignitional Signal Memberi masukan pada
ECU terhadap perubahan
tegangan primary pada
ignition coil, supaya ECU 0,2 – 1,0 V
dapat menentukan saat
penginjeksian sesuai
kecepatan mesin

Mesin Toyota Kijang 7K-E menggunakan system K-EFI. Sistem K-EFI


mengontrol aliran udara dalam intake manifold dan kemudian melakukan
penghitungan jumlah udara yang masuk kedalam mesin dan memberikan signal
masukan ke ECU. Seperti diterangkan diagram dibawah ini.
26

INJECTION

INTAKE MANIFOLD

VACCUM SENSOR ENGINE INJECTOR

ENGINE RPM
ECU FUEL

Gambar 3.1. Diagram Sistem EFI

3.2.1 Throttle Position Sensor


Throttle position sensor dipasang pada throttle shaft yang terdapat pada
throttle body, berfungsi untuk mengontrol jumlah udara yang masuk dan
mendeteksi posisi throttle valve dan dirubah menjadi signal tegangan ke Electronic
Control Unit (ECU) untuk menentukan posisi mesin pada putaran idling, bekerja
dengan beban berat atau ringan.

Gambar. 3.2. Throttle Position Sensor

3.2.2 Vaccum Sensor


Vaccum Sensor dipasang pada Air Intake Chamber yang dihubungkan oleh
selang dan diberi filter. Vaccum sensor bekerja mendeteksi tekanan didalam intake
manifold sebagai tegangan untuk di kirim ke ECU yang kemudian ECU
27

menentukan volume injeksi berdasar pada tegangan ini. Tekanan yang sebenarnya
ini sebanding dengan udara yang dialirkan ke dalam intake manifold dalam satu
Siklus. Volume udara yang masuk dapat ditentukan dengan mengukur tekanan
intake manifold. Tekanan intake manifold ini disensor oleh silicon chip. Sifat dari
silicon chip ini seperti tekanan yang terbentuk di dalam chip dirubah ke dalam
bentuk resisten, yang mana akan dideteksi secara elektrikal oleh IC yang ada di
dalam sensor.
Data yang dihasilkan oleh vaccum sensor akan menjadi signal masukan ke
Electronic Control Unit (ECU).

Gambar 3.3. Vaccum Sensor

Gambar 3.4. Rangkaian Kelistrikan Vaccum Sensor


28

3.2.3 Air Intake Temperature Sensor


Air Intake Temperature Sensor berfungsi mendeteksi temperature udara
masuk. Sama seperti water temperature sensor dilengkapi dengan thermistor dan
dipasangkan pada kotak saringan udara. Volume dan kepadatan udara berubah
dengan berubahnya temperatur. Untuk itu jumlah injeksi bahan bakar harus
berubah bersamaan dengan berubahnya temperature udara yang masuk ke dalam
mesin.
Komputer menggunakan temperatur 20oC sebagai standart. Jumlah injeksi
berkurang bila temperature di atas 20oC dan bertambah nilai temperatur di bawah
20oC dalam hal ini perbandingan udara dan bahan bakar dijamin ketetapannya
walau bagaimanapun keadaan temperaturnya.

Gambar 2.14. Air Intake Temperatur Sensor

Gambar 3.5. Rangkaian Kelistrikan Air Intake Temperatur Sensor


29

3.2.4 Water Temperature Sensor


Water temperature sensor berfungsi untuk mendeteksi temperatur pendingin
dengan sebuah thermistor yang diubah ke dalam signal tegangan dan mengirim
signal ke Electronic Control Unit (ECU). Sensor air pendingin ini menggunakan
thermistor tipe Negative Temperature Coefficient (NTC). Negative Temperature
Coefficient (NTC) bersifat apabila temperature air pendingin bertambah maka
tahanannya akan naik.
Berdasarkan pada sinyal dari sensor, komputer menambah jumlah injeksi
bahan bakar untuk menambah kemampuan pengendaraan selama bekerja dalam
keadaan dingin.

Gambar 2.13 Water Temperatur Sensor

Gambar 3.6. Rangakaian Kelistrikan Water Temperatur Sensor


30

3.2.5 Oxygen Sensor


Oxygen Sensor terpasang pada exhaust manifold fungsinya adalah mensensor
jumlah sisa oksigen dalam gas buang dan kemudian diubah menjadi tegangan
variabel yang merupakan signal inputan bagi Electronic Control Unit (ECU).
Oxygen Sensor akan membantu Electronic Control Unit (ECU) untuk menentukan
campuran udara bahan bakar sesuai AFR (air Fuel Ratio).
Sensor Oxygen mensensor apakah AFR kaya atau kurus terhadap AFR
teoritis. Sensor oksigen ini ditempatkan di dalam exhaust manifold yang terdiri dari
elemen yang terbuat dari zirconium dioxide (ZrO2, semacam material keramik).
Elemen ini dilapisi lapisan tipis platina pada bagian dalam dan luarnya. Ambient
air (udara disekitar) yang dimasukkan ke bagian dalam sensor dan luar sensor
terkena gas buang (exhaust gases).

Gambar 3.7. Posisi Peletakan Oxygen Sensor

Jika konsentrasi pada bagian dalam permukaan elemen ZrO2 perbedannya


lebih besar dari temperatur permukaan bagian luar sat temperatur tinggi (400oC
atau lebih tinggi), elemen ZrO2 membentuk tegangan. Bila campuran udara dan
bahan bakar sedikit, terdapat banyak oksigen didalam gas buang, jadi ada sedikit
perbedaan antara konsentrasi oxygen pada bagian dalam dan luar sensor elemen.
31

Sehingga tegangan yang terbentuk oleh elemen Zr02 rendah (mendekati 0 V).
Sebaliknya, bila campuran udara dan bahan bakar kaya, ogygen yang besar didalam
dan di luar sensor dan tegangan yang terbentuk oleh elemen-elemen ZrO2 besar
(kurang lebih 1 V)
Platina (yang melapisi elemen) bertindak sebagai catalyst, menyebabkan
oxygen di dalam gas buang bereaksi dengan CO. Mengurangi volume oxygen dan
meningkatkan sensitas sensor.
ECU menggunakan signal Ox untuk menambah atau mengurangi volume
injeksi agar dapat mempertahankan AFR.

3.2.6 Knock Sensor


Knock Sensor dipasang pada dinding silinder mesin. Knock sensor digunakan
untuk memonitor detonasi didalam ruang pembakaran. Detonasi terjadi ketika
bahan bakar terbakar lebih dahulu sebelum busi meletikkan bunga api. Ledakan ini
disebut juga preignition. Detonasi dapat disebabkan oleh beberapa kondisi antara
lain waktu pengapian kurang tepat, karbon yang menumpuk di ruang pembakaran,
busi yang digunakan tidak sesuai dengan karakter mesin, bahan bakar yang
digunakan nilai oktanya terlalu rendah.
Untuk memaksimalkan efisiensi mesin knock sensor digunakan untuk
mengirimkan signal inputan kepada Electronic Control Unit (ECU). Jika terjadi
detonasi Electronic Control Unit (ECU) akan menyesuaikan pemilihan waktu
pengapian waktu pengapian (ignition timing sampai detonasi berhenti).
Knock sensor bekerja berdasarkan signal yang dibangkitkan oleh frekuensi
ketukan mesin, frekuensi yang dihasilkan tersebut terlebih dahulu direkam oleh
piezoelectric ceramic disc didalam knock sensor. Disc tersebut menyerap
gelombang getaran dari detonasi yang terjadi dan menyalurkan tekanan atau
gelombang tersebut ke metal diafragma didalam knock sensor. Tekanan ini
menekan kristal didalam disc dan disc itu akan menghasilkan suatu signal tegangan
yang sebanding dengan frekuensi ketukan yang terjadi berkisar dari 0 sampai 1
Volt.
32

Gambar 3.8 Knock Sensor

3.2.7 Throttle Position sensor


Solenoid rotary jenis katup ISC ditempatkan pada throttle ini berfungsi
mendeteksi apakah pedal gas diinjak atau tidak dengan menggunakan saklar
sentuh. Udara yang menuju katup ISC mem-by pass katup throttle. Dengan cara
ini, volume udara masuk yang mem-by pass katup throttle diatur untuk mengatur
putaran mesin. ECU mengoperasikan katup ISC pada putaran idle-up dan
memberikan umpan balik untuk mencapai target putaran idling.

3.2.8 Ignition Signal


Signal dari primary ignition Coil penting untuk Electronic Control Unit
(ECU). Sinyal ini digunakan untuk mengkalkulasi penentuan awal volume bahan
bakar yang diinjeksikan dan penghentian bahan bakar (fuel cut off). Perubahan
pada tegangan primer pada ignition coil dideteksi dan dikirim ke Electronic
Control Unit (ECU) sebagai suatu signal.
Sinyal ini penting buat untuk Electronic Control Unit (ECU) menentukan saat
pengapian dan putaran mesin.
33

Gambar 3.9 Rangkaian Ignition Signal

3.2.9 Starter Signal (STA)


Signal STA ini digunakan jika poros engkol mesin diputar oleh motor starter.
Selama mesin distart aliran udara lambat dan suhu udara rendah, sehingga
penguapan bahan bakar tidak baik (campuran akan kurus). Untuk meningkatkan
kemampuan start mesin (agar mesin mudah hidup) diperlukan campuran mesin
yang kaya. Signal STA akan digunakan untuk menambah volume injeksi selama
mesin di start.
Sinyal ini memberi informasi ke komputer untuk menstart mesin dan berguna
untuk memekatkan campuran selama mesin distart.

Gambar 3.10 Rangkaian Starter Signal


34

3.3 Pemeriksaan Sensor


3.3.1 Throttle Position Sensor
3.3.1.1 Cara Pemeriksaan Sensor
a. Pemeriksaan Secara Visual
Pemeriksaan secara visual ini dilakukan dengan melihat keadaan
fisik Throttle Position Sensor, keadaan soketnya dan kabel – kabel
konektornya. Pemeriksaan keadaan fisik wajib dilakukan, sebelum
melakukan pemeriksaan dengan alat ukur.
b. Pemeriksaan pada check connector
1. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menghubungklan terminal
TE1 dan E1 dengan SST 09843-18020 .

Gambar 3.11 check connector


2. Memutar ignition switch ON.
c. Pemeriksaan Dengan Alat Ukur

Gambar 3.12 Urutan Posisi Terminal Throttle Position Sensor

1. Menyiapkan multitester set pada skala kilo ohm.


2. Mengukur tahanan Throttle Position Sensor pada saat katup
throttle di buka secara tiba-tibadari kondisi tertutup.
35

3.3.1.2 Hasil Pemeriksaan


a. Hasil Pemeriksaan Secara Visual
Keadaan fisik, soket dan kabel – kabel Throttle Position Sensor baik
serta mampu bergerak dengan normal.
b. Pemeriksaan pada check connector
Setelah terminal TE1 dan E1 terhubung dan mesin dalam keadaan
hidup maka check engine akan menyala dan memberikan kode dengan
kedipan normal, lampu akan berkedip secara bergantian ON dan OFF
dengan interval waktu 0,26 detik.
c. Hasil Pemeriksaan dengan Alat Ukur

Tabel 3.2. Hasil pemeriksaan throttle position sensor


Terminal Katup throttle Tahanan
VC – E2 - 2.5 K ohm
VTA – E2 Tertutup penuh 0.2 K ohm
Terbuka penuh 2.0 K ohm

3.3.2 Vaccum Sensor


3.3.2.1 Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat keadaan fisik Vacuum Sensor
keadaan soket dan kabel – kabel konektornya. Menghubungkan terminal TE1 dan
E1 pada check connector menggunakan SST 09843-18020, kemudian
memposisikan ignition switch ON.
3.3.2.2 Hasil Pemeriksaan
Keadaan fisik, soket dan kabel – kabel Vacuum Sensor dalam keadaan
normal serta terhubung dengan baik. Setelah terminal TE1 dan E1 terhubung dan
mesin dalam keadaan hidup maka check engine akan menyala dan memberikan
kode dengan kedipan normal, lampu akan berkedip secara bergantian ON dan OFF
dengan interval waktu 0,26 detik.
36

3.3.3 Intake Air Temperature


3.3.3.1 Cara Pemeriksaan
a. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat keadaan fisik Intake Air
Temperature Sensor keadaan soket dan kabel – kabel konektornya
b. Pemeriksaan pada check connector
1. Dengan menghubungkan terminal TE1 dan E1 pada check
connector menggunakan SST 09843-18020.
2. Memutar ignition switch ON.
c. Cara Pemeriksaan dengan Alat Ukur

Gambar 3.13 Cara Pengukuran Air Intake Temperature Sensor dengan


menggunakan Ohmmeter
Langkah Pemeriksaan Air Intake Temperature Sensor
1. Menyiapkan multitester set pada skala ohm meter
2. Menyiapkan bejana yang berisi air
3. Menyiapkan thermometer dan heater
4. Mengukur tahanan diantara terminal-terminal Air Intake Temperature
Sensor

3.3.3.2 Hasil Pemeriksaan


a. Hasil Pemeriksaan Secara Visual
Keadaan fisik soket dan kabel – kabel Air Intake Temperature Sensor
baik serta mampu bekerja dengan baik.
37

b. Pemeriksaan pada check connector


Setelah terminal TE1 dan E1 terhubung dan mesin dalam keadaan hidup
maka check engine akan menyala dan memberikan kode dengan
kedipan normal, lampu akan berkedip secara bergantian ON dan OFF
dengan interval waktu 0,26 detik.
c. Hasil Pemeriksaan dengan Alat Ukur

Tabel 3.3. Hasil pemeriksaan Air Intake Temperature Sensor


Temperature udara masuk Tahanan
20 oC 2 K ohm
80 oC 0,9 K ohm

Setelah dilakukan pengukuran dengan alat ukur ternyata ada perbedaan


hasil pengukuran dengan tabel. Perbedaan hasil tersebut bisa
dikarenakan adanya perubahan resistansi dari sensor tersebut.
Perubahan resistensi pada sensor ini bisa mempengaruhi jumlah
penginjeksian bahan bakar yang masuk kedalam mesin.

3.3.4 Water Temperature Sensor


3.3.4.1 Cara Pemeriksaan
a. Cara Pemeriksaan Secara Visual
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat keadaan fisik Water
Temperature Sensor keadaan soket dan kabel – kabel konektornya.
b. Pemeriksaan pada check connector
1. Dengan menghubungkan terminal TE1 dan E1 pada check
connector menggunakan SST 09843-18020.
2. Memutar ignition switch ON.
c. Cara Pemeriksaan dengan Alat Ukur
Langkah Pemeriksaan Water Temperature Sensor
1. Menyiapkan multitester set pada skala ohm meter
38

2. Mengukur tahanan diantara terminal-terminal Water


Temperature Sensor.

Gambar 3.14 Cara Pengukuran Water Temperatur Sensor

3.3.4.2 Hasil Pemeriksaan


a. Hasil Pemeriksaan Secara Visual
Keadaan fisik, soket dan kabel –kabel Water Temperature Sensor baik
serta mampu bekerja dengan normal.
b. Pemeriksaan pada check connector
Setelah terminal TE1 dan E1 terhubung dan mesin dalam keadaan
hidup maka check engine akan menyala dan memberikan kode dengan
kedipan normal, lampu akan berkedip secara bergantian ON dan OFF
dengan interval waktu 0,26 detik.
c. Hasil Pemeriksaan dengan Alat Ukur

Tabel 3.4. Hasil pemeriksaan Water Temperature Sensor


Temperature pendingin mesin Tahanan
20 oC 2 K ohm
80 oC 0,2 K ohm
39

3.3.5 Idle Speed Control Valve


3.3.5.1 Cara Pemeriksaan

a. Cara Pemeriksaan Secara Visual


Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat keadaan fisik Idle Speed
Sensor keadaan soket dan kabel – kabel konektornya.
b. Pemeriksaan pada check connector
1. Dengan menghubungkan terminal TE1 dan E1 pada check
connector menggunakan SST 09843-18020.
2. Memutar ignition switch ON.

Gambar 3.15. Idle Speed Control Valve

3.3.5.2 Hasil Pemeriksaan


b. Hasil Pemeriksaan Secara Visual
Keadaan fisik, soket dan kabel –kabel Idle Speed Sensor baik serta
mampu bekerja dengan normal.
b. Pemeriksaan pada check connector
Setelah terminal TE1 dan E1 terhubung dan mesin dalam keadaan
hidup maka check engine akan menyala dan memberikan kode dengan
kedipan normal, lampu akan berkedip secara bergantian ON dan OFF
dengan interval waktu 0,26 detik. Setelah 5 detik akan terjadi
40

perubahan putaran mesin yang awalnya 800 rpm menjadi 1000 rpm
setelah check connector E1 di hubungkan dengan TE1.

3.4 Pemeriksaan Dan Perawatan Sensor – Sensor Mesin Toyota Kijang


7K-E.
3.4.1 Throttle Position Sensor
3.4.1.1 Spesifikasi
( Lihat halaman 24 )
3.4.1.2 Waktu Perawatan
Waktu untuk melakukan adalah 40.000 Km atau 8 kali ganti oli mesin.
3.4.1.3 Pemeriksaan Dan Perawatan
a. Melepas soket Throttle Position Sensor dengan menggunakan tangan.
b. Memeriksa tahanan Throttle Position Sensor (lihat pada halaman 34).
Bila tahanannya sudah tidak sesuai dengan spesifikasi gantilah
Throttle Position Sensor.
c. Pasang kembali soket Throttle Position Sensor dengan menggunakan
tangan.

3.4.2 Vacuum Sensor


3.4.2.1 Spesifikasi
( Lihat halaman 24 )
3.4.2.2 Waktu Perawatan
Waktu untuk melakukan adalah 40.000 Km atau 8 kali ganti oli mesin.
3.4.2.3 Pemeriksaan Dan Perawatan
a. Lepas soket vacuum sensor dengan menggunakan tangan
b. Memeriksa vacuum sensor (lihat halaman 35) dalam hal ini hal
pemeriksaan yang dilakukan hanya memeriksa secara visual. Bila
ada hal yang tidak beres pada sensor selama masih bisa diperbaiki,
maka dilakukan perbaikan. Kalau tidak bisa maka sensor harus
diganti.
41

3.4.3 Intake Air Temperature Sensor


3.4.3.1 Spesifikasi
( Lihat halaman 24 )
3.4.3.2 Waktu Perawatan
Waktu untuk melakukannya adalah 40.000 Km atau 8 kali ganti oli mesin.
3.4.3.3 Pemeriksaan Dan Perawatan
a. Melepas Intake Air Temperature Sensor dari Air Filter.
b. Memeriksa Intake Air Temperature Sensor (Lihat halaman 36 ) Bila
tahanannya sudah tidak sesuai dengan spesifikasi, maka gantilah
Intake Air Temperature Sensor.
c. Pasang kembali Intake Air Temperature Sensor ke Air Filter

3.4.4 Water Temperature Sensor


3.4.4.1 Spesifikasi
( Lihat halaman 24 )
3.4.4.2 Waktu Perawatan
Waktu untuk melakukannya adalah 40.000 Km atau 8 kali ganti oli mesin.
3.4.4.3 Pemeriksaan Dan Perawatan
a. Melepas Water Air Temperature Sensor dari block mesin dengan
menggunakan kunci, tapi lepas terlebih dahulu lepas soketnya.
b. Memeriksa Water Air Temperature Sensor (lihat halaman 37) Bila
tahanannya sudah tidak sesuai dengan spesifikasi, maka gantilah
Water Air Temperature Sensor.
c. Pasang kembali Water Air Temperature Sensor ke block mesin lalu
kencangkan dengan kunci dan pasang kembali soketnya.

3.4.5 Idle Speed Sensor


3.4.5.1 Spesifikasi
( Lihat halaman 24 )
3.4.5.2 Waktu Perawatan
Waktu untuk melakukannya adalah 40.000 Km atau 8 kali ganti oli mesin.
42

3.4.5.3 Pemeriksaan Dan Perawatan


a. Melepas soket Idle Speed Sensor
b. Memeriksa Idle Speed Sensor (lihat halaman 39) Bila tahanannya
sudah tidak sesuai dengan spesifikasi, maka gantilah Idle Speed
Sensor.
c. Pasang kembali soket ke Idle Speed Sensor .
25

Anda mungkin juga menyukai