Anda di halaman 1dari 86

Unit Pembelajaran

PROGRAM PENGEMBANGANKEPROFESIAN BERKELANJUTAN


(PKB)
MELALUIPENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA


SEKOLAH MENENGAH ATAS
(SMA)

TEKS CERITA SEJARAH


Penulis:
Enung Nurhayati, M.A., Ph.D.

Penyunting:
Rahmah Purwahida, S.Pd., M.Hum.

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI _________________________________ 101


DAFTAR GAMBAR_____________________________ 103
DAFTAR TABEL ______________________________ 104
DAFTAR GRAFIK _____________________________ 104
PENDAHULUAN ______________________________ 105
KOMPETENSI DASAR DAN PERUMUSAN IPK ________ 107
A. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi _____________________________ 107
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ______________________________________ 108
APLIKASI DI DUNIA NYATA ____________________ 111
SOAL-SOAL UN/USBN _________________________ 113
BAHAN PEMBELAJARAN _______________________ 115
A. Aktivitas Pembelajaran ___________________________________________________ 115
1. Aktivitas Pembelajaran Identifikasi Informasi dan Mengontruksi Nilai-
Nilai dari Informasi Teks Cerita Sejarah________________________________________ 115
2. Aktivitas Pembelajaran Analisis Kebahasaan dan Menulis Cerita Sejarah
Pribadi ____________________________________________________________________________ 120
B. Lembar Kerja Peserta Didik ______________________________________________ 127
1. Lembar Kerja Mengidentifikasi dan Mengontruksi Nilai-Nilai dari
Informasi Teks Cerita Sejarah ___________________________________________________ 127
2. Lembar Kerja Menganalisis Kebahasaan dan Menulis Cerita Sejarah __ 135
C. Bahan Bacaan _____________________________________________________________ 140
1. Pengertian Teks Cerita Sejarah ____________________________________________ 140
2. Fungsi Teks Cerita Rakyat _________________________________________________ 147
3. Struktur Teks Cerita Rakyat ____________________________________________ 150
4. Nilai-Nilai dalam Teks Cerita Rakyat _____________________________________ 157
5. Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Rakyat __________________________________ 159
6. Penulisan Teks Cerita Sejarah _____________________________________________ 163

101
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

PENGEMBANGAN PENILAIAN ____________________ 169


A. Pembahasan Soal-soal ___________________________________________________ 169
B. Pengembangan Soal HOTS _______________________________________________ 171
KESIMPULAN ________________________________ 181
UMPAN BALIK _______________________________ 183

102
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Teks Cerita Sejarah dan Teks Sejarah _________________________________ 111


Gambar 2 Paregreg Terbelahnya Singgasana Kerajaan Majapahit Karya
Wahyu ______________________________________________________________________ 128
Gambar 3 Novel Dyah Pitaloka Senja di Langit Majapahit Karya Hermawan
Aksan _______________________________________________________________________ 129
Gambar 4 Novel Gajah Mada Hamukti Palapa Karya Langit Kresna Hariadi ____ 132
Gambar 5 Buku Sejarah Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan ____ 133
Gambar 6 Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer _____________________ 134
Gambar 7 Novel Majapahit Bala Sanggrama karya Langit Kresna Hariadi _ 136
Gambar 8 Ken Arok Sumelang Gandring Karya Zaenal Fanani _______________ 138
Gambar 9 Novel Gajah Mada Perang Bubat Karya Langit Kresna Hariadi __ 143
Gambar 10 Struktur Teks Cerita Sejarah ______________________________________ 157
Gambar 11 Novel Majapahit Sandyakala Rajasawangsa _____________________ 162

103
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Contoh Struktur Teks Cerita Sejarah _________________________________ 151


Tabel 2 Kaidah BahasaTeks Cerita Sejarah ___________________________________ 162
Tabel 3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penulisan Teks Cerita Sejarah 165

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Konflik Sosial Pemicu Perang Bubat ........................................................... 150

104
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

PENDAHULUAN

Unit pembelajaran Teks Cerita Sejarah ini disusun berdasarkan empat


Kompetensi Dasar (KD) di kelas XII yang mengacu pada Permen 37 Tahun
2018. KD tersebut merupakan KD pasangan antara KD pengetahuan dengan
KD keterampilan. Pasangan KD pertama adalah KD pengetahuan nomor
3.3Mengidentifikasi informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian kejadian
yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi dalam cerita sejarah lisan atau
tulis. KD keterampilan nomor4.3 Mengontruksi nilai-nilai dari informasi cerita
sejarah dalam sebuah teks eksplanasi. Sedangkan pasangan KD yang kedua
adalah KD pengetahuan nomor 3.4 Menganalisis kebahasaan cerita atau novel
sejarah, dan KD keterampilan nomor 4.4 Menulis cerita sejarah pribadi dengan
memperhatikan kebahasaan.

Supaya tercapai kompetensi dari setiap KD-nya, maka masing-masing KD


dijabarkan ke dalam target kompetensi yang dilanjutkan pada penjabaran
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK). Masing-masing IPK dibagi menjadi
tiga bagian yaitu indikator penunjang, indikator inti/kunci, dan indikator
pengayaan. Indikator penunjang merupakan indikator yang disajikan sebagai
penunjang dari indikator inti. Indikator penunjang tersebut dirumuskan dari
level bawah indikator intinya, misal jika indikator inti berada di kognitif level
3(C3) maka indikator penunjang diambil dari C1-C2, sedangkan indikator
pengayaan diambil dari level atasnya, C4-C6. Demikian juga dengan indikator
inti berada di psikomotorlevel 3 (P3) maka indikator penunjang diambil dari
P1-P2, sedangkan pengayaannya diambil dari level atasnya, P4-P6.

Selanjutnya, untuk menggambarkan kebermanfaatan teks cerita sejarah


dalam kehidupan sehari hari, maka dibahaslah dalam Aplikasi di Dunia Nyata.
Hal itu disajikan untuk mengantarkan kepada peserta didik bahwa Teks Cerita
Sejarah aplikasinya ada di kehidupan nyata. Aplikasi tersebut bisa diambil

105
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

kebermanfaatannya untuk nilai-nilai kehidupan seperti edukasi/didaktis,


rekreasi, dan lain sebagainya.

Selain kebermanfaatan untuk nilai-nilai kehidupan, disusunnya unit


pembelajaran Teks Cerita Sejarah di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMA)
juga untuk membantu penyajian bahan soal Ujian Nasional (UN). Hal demikian
bisa nampak dari soal-soal yang muncul di UN tiap tahunnya. Dalam unit
pembelajaran ini, soal-soal UN diambil dari tiga tahun terakhir, 2016, 2017,
dan 2019.

Untuk mempermudah pembelajaran, di dalam unit ini disediakan bahan


pembelajaran berupa: (1) aktivitas pembelajaran, (2) lembar kerja peserta
didik, dan (3) bahan bacaan. Aktivitas pembelajaran disusun sintaknya sesuai
jumlah KD yang tersedia (4 KD) yang dipasangkan menjadi dua aktivitas
pembelajaran. Keempat aktivitas pembelajaran tersebut berbasis pendekatan
saintifik dengan model-model yang sesuai dengan karaktersitik KD-nya,
discovery learning. Adapun lembar kerja peserta didik juga disesuaikan dengan
lembar aktivitas sebanyak dua bentuk. Sedangkan bahan bacaan disusun
berdasarkan kebutuhan materi yang bisa mempermudah perserta didik
mendapatkan informasi terkait KD-KD yang terdapat di Teks cerita Sejarah.

Setelah disajikan bahan pembelajaran, selanjutnya disusun unit


Pengembangan Penilaian, terdiri dari dua bahasan, yaitu (1) pembahasan soal-
soal Ujian Nasional (UN), dan (2) pemgembangan soal Higher Order Thingkin
Skill (HOTS). Dalam pembahasan soal-soal UN diambil dari tiga tahun terakhir
(2016, 2017, dan 2018) yang ada relevansinya dengan Teks Cerita Sejarah.
Sedangkan untuk pengembangan soal HOTS dirancang dari kisi-kisi soal UN
dengan memperhatikan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) pengayaan
dari KD pengetahuannya.

Sebagai akhir dari unit pembelajaran Teks Cerita Sejarah, dibuatlah penguatan
berupa simpulan dan umpan balik. Diharapkan dengan penyajian unit
pembelajaran Teks Cerita Sejarah ini dapat membantu mempermudah peserta
didik dalam pembelajarannya. Terima kasih.

106
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

KOMPETENSI DASAR DAN PERUMUSAN IPK

A. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi

Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar


kelas XII:

No Kompetensi Dasar Target Kompetensi Kelas

3.3 Mengidentifikasi informasi,  Mengidentifikasi XII


yang mencakup orientasi, informasi, yang mencakup
rangkaian kejadian yang orientasi, rangkaian
saling berkaitan, komplikasi kejadian yang saling
dan resolusi dalam cerita berkaitan, komplikasi dan
sejarah lisan atau tulis resolusi dalam cerita
sejarah lisan

 Mengidentifikasi
informasi, yang mencakup
orientasi, rangkaian
kejadian yang saling
berkaitan, komplikasi dan
resolusi dalam cerita
sejarah tulis

4.3 Mengontruksi nilai-nilai dari Mengontruksi nilai-nilai dari XII


informasi cerita sejarah informasi cerita sejarah
dalam sebuah teks eksplanasi dalam sebuah teks
eksplanasi

3.4 Menganalisis kebahasaan Menganalisis kebahasaan XII


cerita atau novel sejarah cerita atau novel sejarah

4.4 Menulis cerita sejarah pribadi Menulis cerita sejarah XII


dengan memperhatikan pribadi dengan
kebahasaan memperhatikan kebahasaan

107
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

IDIKATOR PENCAPAIAN INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI (IPK) KOMPETENSI (IPK)
PENGETAHUAN KETERAMPILAN

3.3 Mengidentifikasi informasi, 4.3 Mengontruksi nilai-nilai dari


yang mencakup orientasi, informasi cerita sejarah dalam
rangkaian kejadian yang sebuah teks eksplanasi
saling berkaitan, komplikasi
dan resolusi dalam cerita
sejarah lisan atau tulis

IPK Pendukung: IPK Pendukung:

3.3.1 Menentukan informasi yang 4.3.1 Mendata nilai-nilai dari


mencakup orientasi, informasi cerita sejarah
rangkaian kejadian yang dalam sebuah teks eksplanasi
saling berkaitan, komplikasi 4.3.2 Merancang nilai-nilai dari
dan resolusi dalam cerita informasi cerita sejarah
sejarah lisan atau tulis dalam sebuah teks eksplanasi
3.3.2 Mendaftarkan informasi,
yang mencakup orientasi,
rangkaian kejadian yang
saling berkaitan, komplikasi
dan resolusi dalam cerita
sejarah lisan atau tulis
3.3.3 Menjelaskan informasi yang
mencakup orientasi,
rangkaian kejadian yang
saling berkaitan, komplikasi

108
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

dan resolusi dalam cerita


sejarah lisan atau tulis
IPK Kunci: IPK Kunci:

3.3.3 Mengidentifikasi informasi, 4.3.3 Mengontruksi nilai-nilai dari


yang mencakup orientasi, informasi cerita sejarah dalam
rangkaian kejadian yang sebuah teks eksplanasi
saling berkaitan,
komplikasi dan resolusi
dalam cerita sejarah lisan
atau tulis

IPK Pengayaan: IPK Pengayaan:

3.3.4 Menentukan informasi dari 4.3.4 Mengontruksi kembali nilai-nilai


dua teks yang berbeda, dari informasi cerita sejarah
teks cerita sejarah yang lainnya dalam sebuah teks
dengan teks sejarah eksplanasi

3.4 Menganalisis kebahasaan 4.4 Menulis cerita sejarah pribadi


cerita atau novel sejarah dengan memperhatikan
kebahasaan

IPK Pendukung: IPK Pendukung:

3.4.1 Menentukan kebahasaan 4.4.1 Merancang cerita sejarah pribadi


cerita atau novel sejarah dengan memperhatikan
3.4.2 Mengklasifikasikan kebahasaan
kebahasaan cerita atau 4.4.2 Mengumpulkan data-data cerita
novel sejarah sejarah pribadi dengan
3.4.3 Mencirikan kebahasaan memperhatikan kebahasaan
cerita atau novel sejarah

109
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

IPK Kunci: IPK Kunci:

3.4.4 Menganalisis kebahasaan 4.4.3 Menulis cerita sejarah pribadi


cerita atau novel sejarah dengan memperhatikan
kebahasaan

IPK Pengayaan: IPK Pengayaan:

3.4.5 Memaknai kebahasaan 4.4.4 Menulis kembali teks cerita


cerita atau novel sejarah sejarah berdasarkan
pengalaman tokoh/peristiwa
lainnya dengan
memperhatikan kebahasaan

110
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

APLIKASI DI DUNIA NYATA

Gambar 1 Teks Cerita Sejarah dan Teks Sejarah

Apakah Saudara pernah membaca atau mendengar cerita pada masa lampu
atau asal-usul suatu benda? Cerita tersebutlah yang dinamakan dengan teks
cerita sejarah. Teks cerita sejarah adalah teks yang di dalamnya menjelaskan
atau menceritakan tentang fakta atau kejadian masa lalu yang menjadi asal
muasal sesuatu yang memiliki nilai sejarah.

Para penikmat cerita sejarah pada tahun 80-an itu akan mengenali nama-nama
legendaris untuk generasi pertama, seperti S.H. Mintardja penulis Naga Sasra
Sabuk Inten dan Api di Bukit Menoreh, atau Hermawan Pratikto melalui
karyanya Bende Mataram (1964), dan Asmaraman Sukowati Kho Ping Ho yang
sangat piawai membanggun kisah dunia persilatan berlatar negeri Tiongkok
meski penulis sendiri tidak pernah mengunjungi negeri tersebut. Mereka
semua adalah suhu cerita silat yang kini telah meninggal dunia. Generasi
selanjutnya kedua adalah Arswendo Atmowiloto, tetapi tidak tahu karena
mengapa selepas menciptakan novel Senopati Pamungkas (2003), tidak
pernah lagi kelihatan karyanya.

111
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Sepeninggalan mereka, ranah cerita sejarah seperti ruang datar, tidak ada lagi
karya baru yang menjawab kerinduan para pembaca. Geliat itu kembali
muncul setelah novel pentalogi Gajah Mada yang dirilis Langit Kresna Hariadi
pada tahun 2004. Sejak itulah penulis-penulis, baru bermunculan
menawarkan novel-novel berlatar sejarah Nusantara dalam banyak varian
tema (Nurhayati, 2014: 25-26). Serial pentalogi novel Gajah Mada bersanding
dengan novel sejarah lainnya, seperti Nagabumi (2009) karya Seno Gumira
Ajidarma, Mahkota yang Terbelah karya Wid Kusuma (2011), Pangerang
Dipenogoro Menggagas Ratu Adil karya Remy Sylado (2007), Pendekar
Sendang Drajat karya Viddy AD Daery, Sabda Palon karya Damar Shashangka,
Naga Bhumi Mataram: Mengungkap Jati Diri karya El Pramono (2012), The
True History of Majapahit karya Gamal Kamandoko (2009), Geger Perang
Bubat Gajah Madakah Dalang Semua Petaka Itu karya Wahyu Haryono (2013),
Ratu Kalinyamat karya Murthado Hadi (2010), La Galigo karya Dul Abdul
Rahman (2012), hingga kisah para wali.

Kepopulerannya novel-novel berlatar sejarah Nusantara menunjukkan bahwa


minat para pembaca terhadap cerita sejarah sangat tinggi. Akan tetapi selalu
muncul diskursif teks cerita sejarah tentang persoalan fakta dan fiksi yang
diramu pengarangnya. Permasalahannya terletak pada fakta yang
digambarkan dalam teks cerita sejarah itu, apakah indentik dengan kondisi
sebenarnya, atau identik dengan kondisi yang diimpikan, atau justru menolak
sama sekali. Sedangkan jika teks cerita sejarah yang temanya lebih banyak
diangkat dari fakta sejarah, maka sangat mungkin sebagian pembaca ada yang
beranggapan dan memperlakukan teks cerita sejarah itu sebagai teks sejarah.

112
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

SOAL-SOAL UN/USBN

Berikut di bawah ini contoh soal Ujian Nasiona topik teks cerita sejarah pada
Komptensi Dasar (KD) 3.3 Mengidentifikasi informasi, yang mencakup
orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi
dalam cerita sejarah lisan atau tulis. KD tersebut terdapat di kelas XII. Soal itu
disajikan sebagai sarana berlatih bagi peserta didik untuk menyelesaikan
jawabannya. Selain itu, soal dapat dijadikan acuan untuk membuat
pengembangan soal yang lebih tinggi pada teks cerita sejarah.
Analisis Soal UN 2017

NO SOAL TAHUN
UN Nomor 1-2 Tahun 2017 2017

Cermati paragraf berikut untuk menjawab soal nomor 1


dan 2

(1) Keterbukaan batik banyuwangi terhadap perwajahan baru,


warna,dan motif menunjukkan watak orang Banyuwangiyang
sangat peryaca diri meramu aneka pengaruh untuk kemudian
diakui sebagai identitas diri. (2) Tabrak budaya ini juga terlihat
pada ramuan kulinernya, seperti rawon malang dicampur dengan
pecel madiun menjadi rawon pecel. (3) Orang Banyuwangi
sangat terbuka menerima budaya luar untuk diolah menjadi
budaya Banyuwangi. (4) Sinkretisme budaya yang juga tampak
di batik banyuwangi ini menjadi sesuatu yang mutlak terjadi
karena Banyuwangi hingga kini memang dihuni beragam suku.
(5) Kedatangan beragam suku bangsa untuk tinggal menetap di
Banyuwangi antara lain di mulai pada penjajahan Belanda. (6)
Belanda mendatangkan buruh perkebunan dari Jawa dan
Madura.

1. Kalimat utama paragraf tersebut adalah nomor .....


A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)

113
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

2. Makna istilah sinkretisme pada paragaf tersebut adalah proses


....

A. pencampuran berbagai daerah


B. adaptasi dariberbagai teknologi
C. perpaduan dari berbagai aliran
D. interaksi masyarakat di daerah

Identifiaksi

Level Kognitif C-4

Indikator yang bersesuaian 3.4 Menganalisis kebahasaan teks cerita sejarah

Diketahui Teks cerita sejar

Ditanyakan Kebahasaan teks cerita sejarah

Materi yang dibutuhkan Pemahaman kebahasaan teks cerita sejarah

114
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

BAHAN PEMBELAJARAN

A. Aktivitas Pembelajaran

Unit Teks Cerita Sejarah ini mencakup dua aktivitas pembelajaran secara
berpasangan sesuai dengan jumlah KD yang tersedia. Pasangan KD pertama
ialah KD pengetahuan pertama “mengidentifikasi informasi yang mencakup
orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi
dalam cerita sejarah lisan atau tulis”, berpasangan dengan KD keterampilan
pertama “mengontruksi nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah
teks eksplanasi”. Sedangkan pasangan KD kedua ialah KD pengetahuan kedua
“menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah” berpasangan dengan KD
keterampilan kedua ”menulis cerita sejarah pribadi dengan memperhatikan
kebahasaan”. Kedua aktivitas pembelajaran tersebut berbasis pendekatan
saintifik dengan model yang sesuai dengan karaktersitik KD-nya, model
discovery learning.

1. Aktivitas Pembelajaran Identifikasi Informasi dan Mengontruksi


Nilai-Nilai dari Informasi Teks Cerita Sejarah

Tujuan aktivitas:

a. Peserta didik diharapkan dapat mengidentifikasi informasi yang


mencakup orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi
dan resolusi dalam cerita sejarah lisan atau tulis
b. Peserta didik diharapkan dapat mengontruksi nilai-nilai dari informasi
cerita sejarahdalam sebuah teks eksplanasi
Kegiatan Pendahuluan
1. Pendidik mengucapkan salam dan bersama-sama berdoa sebelum
pembelajaran dimulai.
2. Mengaitkan materi dengan pengalaman peserta didik atau dengan tema
sebelumnya.

115
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

3. Pendidik menyampaikan kompetensi dasar, tujuan, dan garis besar


kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Inti

Pemberian Rangsangan (Stimulation)

1. Pendidik menayangkan video cerita Mahapatih Gajah Mada dapat diunduh


pada link berikut:
https://www.bing.com/videos/search?q=cerita+gajah+mada&view=deta
il&mid=95FB92234AD8C239B72695FB92234AD8C239B726&FORM=VI
RE
2. Peserta didik bertanya jawab tentang isi video yang ditampilkan.
Pertanyaan diarahkan pada apa yang disaksikan, apa penyebabnya,
bagaimana mengatasinya, apa saja fakta dan pendapat yang tersaji dalam
video tersebut. Setiap peserta didik difasilitasi untuk mengajukan
pendapat dengan alasan dan bukti yang mendukung.
3. Pendidik meminta peserta didik menemukan hubungan antara video yang
disaksikan tersebut dengan teks yang akan dipelajari.
4. Pendidik memberikan resume untuk memperjelas hubungan video
tersebut dengan teks cerita sejarah yang akan dipelajari.
5. Peserta didik merespon pertanyaan-pertanyaan membangun konteks
berkaitan dengan teks cerita sejarah yang diajukan oleh pendidik:
a. Apakah yang kalian ketahui tentang teks cerita sejarah?
b. Topik sejarah apa saja yang biasa ditemui dalam teks cerita sejarah?
d. Pentingkah teks cerita sejarah dalam kehidupan? Mengapa?

Identifikasi Masalah(Problem Statemen)

116
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

1. Peserta didik di bagi menjadi delapan kelompok, masing-masing


beranggotakan 4 orang atau kelompok disesuaikan dengan jumlah peserta
didik.
2. Pendidik membagikan teks cerita sejarah sebagai teks model. Teks yang
diberikan pada semua kelompok adalah sama.
3. Peserta didik membaca dan mencermati teks model yang dibagikan.
Selanjutnya mengidentifiasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
berhubungan dengan mengidentifikasi dan mnegontruksi niali-nilai
informasi dari teks cerita sejarah.
4. Dari sekian banyak pertanyaan yang diajukan anggota kelompok, maka
dipilih beberapa hal yang akan dibahas pada pembelajaran ini.
5. Pendidik membantu peserta didik mengerucutkan masalah yang
berkembang dalam bentuk pertanyaan
6. Pendidik melakukan pengamatan dan memberikan penilain proses dan
sikap peserta didik.

Pengumpulan Data(Data collection)

1. Pendidik membagikan contoh cuplikan teks cerita sejarah dan teks


sejarah pada setiap kelompok.
2. Masing-masing kelompok mendapatkan tugas membaca, mengamati dan
mendikusikan teks cerita sejarah dan teks sejarah.
3. Peserta didik mendiskusikan hasil pencermatan teks dan mencatat data
yang revan, pendapat, dan informasi penting yang terdapat pada teks.
4. Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk menanyakan hal-hal yang
belum dipahami berdasarkan hasil pengamatan teks yang didiskusikan
bersama kelompoknya.

Pengolahan Data (Data processing)

117
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pendidik membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


1. Setelah membaca dan mencermati teks cerita sejarah yang dibagikan,
peserta didik mengidentifikasi informasi isi teks dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan identifikasi yang terdapat pada LKPD 1.1.
2. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari hasil diskusi,
pengamatan, dan pengumpulan data teks cerita sejarah, peserta didik
mendata sejumlah informasi yang terdapat pada teks.
3. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari hasil diskusi,
pengamatan, dan pengumpulan data teks cerita sejarah, peserta
mendata informasi tiap cuplikan teks cerita sejarah
4. Peserta didik mendikusikan dan menentukan informasi struktur teks
cerita sejarah. Hasil diskusi dituliskan pada LKPD 1.2 .
5. Peserta didik menentukan informasi dari dua teks yang berbeda, teks
cerita sejarah dengan teks sejarah dari teks yang didiskusikan.
Peserta didik mengerjakan pada LKPD 1.3.
6. Peserta didik mendata dan merancang nilai-nilai dari informasi teks
cerita sejarah melalui penjelasan keterkaitannya dengan kehidupan
nyata. Peserta didik mengerjakan pada LKPD 1.4.
7. Peserta didik secara individu mengontruksi nilai-nilai dari informasi
cerita sejarah dalam sebuah teks eksplanasi dikerjakan pada LKPD 1.5
8. Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk menanyakan hal-hal yang
belum dipahami berdasarkan hasil pengolahan infomasi yang
dilakukan
9. Peserta didik menempelkan hasil dikusi mengenai identifikasi
informasi (jawaban dari uraian pertanyaan identifikasi dan data hasil
identifikasi) dan mengontruksi nilai-nilai dari teks cerita sejarah ke
dalam kertas manila dan menempelkannya di dinding pajangan. Hasil
kontruksi juga ditempelkan di karton manila bersama hasil identifikasi
isi teks.

118
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

10. Urutan tempat pajangan diselang-seling antara cuplikan teks cerita


sejarah yakni Gajah Mada Hamukti Palapa karya Langit Kresna Hariadi
(2007) dan teks sejarah, yakni Gajah Mada Sistem Politik dan
Kepemimpinan karya Enung Nurhayati (2018).

Pembuktian (Verification)

1. Setiap kelompok bergantian secara berpasangan mepresentasikan hasil


pekerjaan kelompoknya. Presentasi dilakukan di tempat pemajangan
karya.
2. Kelompok lain mencatat hal-hal yang penting, lalu mengajukan petanyaan
dan saran kepada kelompok penyaji.
3. Kelompok penyaji memberikan tanggapan dan sanggahan secara
berkelompok. Seluruh anggota kelompok berkontribusi menjawab
pertanyaan dari kelompok lain.
4. Secara individu peserta didik mencatat semua hasil diskusi kelompok,
baik presentasi kelompoknya maupun hasil presentasi kelompok lain.
Untuk melengkapi data yang diperlukan, peserta didik jalan berkeliling
mengamati dan mencermati hasil kerja kelompok yang dipajang.
5. Pendidik memberikan penguatan-penguatan dan resume kecil terhadap
semua persoalan yang didiskusikan.

Penarikan Simpulan (Generalization)

1. Berdasarkan hasil pembelajaran, stimulus, identifikasi, pengumpulan


data,pengolahan data, dan ferifikasi, peserta membuat resume materi
sebagai berikut:
a. Hasil identifikasi informasi isi cuplikan teks cerita sejarah yakni
Gajah Mada Hamukti Palapa karya Langit Kresna Hariadi (2007) dan

119
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

teks sejarah, yakni Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan


karya Enung Nurhayati (2018).
b. Hasil kontruksi nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah
teks eksplanasi.
2. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi pembelajaran yang diberikan
oleh pendidik untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
Kegiatan Penutup
1. Pendidik dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran tentang
mengidentifikasi dan mengontruksi nilai-nilai dari informasi cerita
sejarah.
2. Peserta didik dan pendidik melakukan refleksi terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan.
3. Pendidik menyampaikan tugas membaca materi untuk pertemuan
selanjutnya yaitu menganalisis kebahasaan serta menulis teks cerita
sejarah dengan memperhatikan kebahasaannya.
4. Peserta didik mengakhiri kegiatan pelajaran dengan mengucapkan rasa
syukur dan mengucapkan terima kasih kepada pendidik.

2. Aktivitas Pembelajaran Analisis Kebahasaan dan Menulis Cerita


Sejarah Pribadi

Tujuan aktivitas:

a. Peserta didik dapat menganalisis kebahasaan teks cerita sejarah atau novel
sejarah
b. Peserta didik dapat menulis cerita sejarah pribadi dengan memperhatikan
kebahasaan.

Kegiatan Pendahuluan
1. Peserta didik mengucapkan salam dan bersama-sama berdoa sebelum
pembelajaran dimulai.

120
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

2. Mengaitkan materi dengan pengalaman peserta didik atau dengan materi


sebelumnya.
3. Pendidik menyampaikan kompetensi dasar, tujuan dan garis besar
kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Inti

Pemberian Rangsangan (Stimulation)

1. Pendidik memberikan stimulus berupa penayangan video cerita sejarah


RA Kartini dapat diunduh pada link berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=LHvzflCLVxo
2. Beberapa peserta didik diminta untuk mengemukakan pendapat
mengenai cerita sejarah RA. Kartini. Misalnya, keteladanan RA Kartini
dalam dunia pendidikan dan sebagainya.
3. Pendidik membagikan model cuplikan teks cerita sejarah Majapahit
Bala Sanggrama karya Langit Kresna Hariadi (2013: 243-246) dan Ken
Arok Sumelang Gandring karya Zaenal Fanani (2015: 1-3).
4. Peserta didik mendiskusikan teks cerita sejarah berdasarkan
pertanyaan pancingan, misalnya: Apakah jenis teks yang dibahas tadi?
Mengapa? Apa saja unsur kebahasaanya?
5. Peserta didik mencermati penjelasan pendidik bahwa hal yang
didiskusikan tersebut berupa teks cerita sejarah, cirinya cerita rekaan
yang mengandung unsur-unsur sejarah, isi informasi mengandung
sejarah.
6. Peserta didik merespon pertanyaan-pertanyaan membangun konteks
berkaitan dengan teks cerita sejarah yang diajukan oleh pendidik:
a. Saudara tentu sudah memahami pengertian teks cerita sejarah dari
pelajaran yang lalu. Apa sajakah hal yang membangun teks cerita
sejarah tersebut?

121
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

b. Bagaimana struktur unsur kebahasaanya?


c. Perlukah Saudara menguasai keterampilan menulis teks cerita
sejarah? Mengapa?

Identifikasi Masalah(Problem Statemen)

1. Peserta didik dibagi menjadi delapan kelompok, masing-masing


beranggotakan 4 orang.
2. Pendidik membagikan dua cuplikan teks cerita sejarah Majapahit Bala
Sanggrama karya Langit Kresna Hariadi (2013: 243-246) dan Ken Arok
Sumelang Gandring karya Zaenal Fanani (2015: 1-3) sebagai teks model.
3. Peserta didik membaca dan mencermati dua cuplikan teks model yang
dibagikan.
4. Peserta didik merumuskan beberapa pertanyaan dalam kelompok masing-
masing.
5. Pendidik berkeliling kelompok mengarahkan pertanyaan pada KD yang
dipelajari yakni menganalisis kebahasaan, dan menulis teks cerita sejarah
dengan memperhatikan kebahasaannya.
6. Setiap kelompok menyajikan pertanyaan yang mereka rumuskan
selanjutnya secara pleno ditentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan
dibahas dalam pembelajaran.
7. Pendidik melakukan pengamatan selanjutnya memberikan penilaian
proses dan sikap peserta didik.

Data collection (pengumpulan data)


1. Peserta didik membentuk kelompok kecil beranggotakan dua orang
(berpasangan).
2. Pendidik membagikan teks cerita sejarah pada setiap pasangan. Masing-
masing pasangan mendapatkan dua judul teks cerita sejarah Majapahit

122
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Bala Sanggrama karya Langit Kresna Hariadi (2013: 243-246) dan Ken
Arok Sumelang Gandring karya Zaenal Fanani (2015: 1-3) sebagai model.
3. Setiap pasangan mencermati teks yang dibagikan selanjutnya
mendiskusikan kebahasaan teks cerita sejarah.
4. Setiap pasangan mendata dan mencatat hal-hal penting berkaitan dengan
struktur teks dan kaidah kebahasaan pada dua teks yang dibagikan.
5. Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk menanyakan hal-hal yang
belum dipahami.

Pengumpulan Data (Data collection)

1. Pendidik membagikan lembar kerja Peserta didik (LKPD) untuk aktifitas


yakni (1) menganalisis kebahasaan teks cerita sejarah dan (2) menulis
teks cerita sejarah dengan memperhatikan kebahasaan.
2. Setelah membaca dan mencermati teks yang dibagikan, secara
berpasangan peserta didik menganalisis kebahasaan teks cerita sejarah.
3. Peserta didik menuliskan hasil analisis kebahasaan teks cerita sejarah
pada LKPD 2.1.
4. Peserta didik menjelaskan makna kebahasaan teks cerita sejarah yang
dibaca. Peserta didik mengerjakan latihan pada LKPD 2.2.
5. Peserta didik menentukan dan memaknai kebahasaan teks cerita sejarah
yang dibaca. Peserta didik mengerjakan latihan pada LKPD 2.3.
6. Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk menanyakan hal-hal yang
belum dipahami mengenai kaidah kebahasaan teks cerita sejarah.

Pengolahan Data (Data processing)

1. Peserta didik dan pendidik mendiskusikan mengenai tata cara penulisan


teks cerita sejarah yang baik, tahap demi tahap.

123
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

2. Peserta didik membaca bahan bacaan tentang langkah-langkah


menyusun teks cerita sejarah.
3. Peserta didik menyimak penguatan dari pendidik mengenai langkah-
langkah menyusun teks cerita sejarah yang tepat.
4. Secara berpasangan peserta didik mendiskusikan topik yang akan
disajikan dalam teks cerita sejarah berdasarkan pengalaman pribadi
5. Secara berpasangan peserta didik merancang tahapan pra-teknis untuk
penulisan teks cerita sejarah berdasarkan pengalaman pribadi. Peserta
didik mengerjakan latihan ini pada LKPD 2.4.
6. Secara berpasangan peserta didik merancang tahapan persiapan teknis
dan teknis menyusun teks cerita sejarah berdasarkan pengalaman
pribadi. Peserta didik mengerjakan latihan ini pada LKPD 2.5.
7. Secara individu peserta didik menyusun teks cerita sejarah berdasarkan
kerangka tulisan yang sudah disusun. Peserta didik mengerjakan latiha
ini pada LKPD 2.6.
8. Secara berpasangan peserta didik menanggapi teks cerita sejarah yang
dibuat oleh pasangan masing-masing.
9. Peserta didik mengisi format penilaian teks cerita sejarah yang sudah
disiapkan oleh pendidik.
10. Pendidik berkeliling mengamati peserta didik dan memberikan penilaian
proses.

Pembuktian (Verification)

1. Setiap kelompok bergantian secara berpasangan mepresentasikan hasil


pekerjaan kelompoknya. Presentasi dilakukan dengan melakukan
kunjungan ke kolompok lain. Misalnya kelompok 1 ke kelompok 2
kelompok 3 ke keompok 4 dan seterusnya. Kelompok yang dikunjungi
mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya berupa analisis
kebahasaan teks cerita sejarah di kelompoknya masing-masing

124
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

2. Kelompok lain mencatat hal-hal yang penting, lalu mengajukan minimal


satu petanyaan dan saran kepada kelompok penyaji.Kelompok penyaji
memberikan tanggapan dan sanggahan secara berkelompok.
3. Secara individu peserta didik mencatat semua hasil diskusi kelompok,
baik presentasi kelompoknya maupun hasil presentasi kelompok lain.
4. Beberapa pasang kelompok membentuk kelompok baru beranggotakan 8
orang. Setiap kelompok membuat bahan presentasi berupa ptt. Isi materi
ptt adalah paparan hasil diskusi mengenai kebahasaan.
5. Setiap kelompok bergantian mempresentasikan bahan tayang yang telah
mereka buat melalui LCD. Kelompok lain memberikan masukan-masukan,
sanggahan dan kritikan.
6. Pendidik memberikan penguatan-penguatan dan resume kecil terhadap
semua persoalan yang didiskusikan.
7. Peserta didik mengumpulkan hasil pekerjaan mengenai analisis
kebahasaan kepada kepada pendidik.
8. Beberapa kelompok membacakan teks cerita sejarah yang mereka tulis.
9. Peserta didik lain memberikan tanggapan kritikan, saran, masukan
terhadap teks cerita sejarah yang ditulis. Tanggapan, kritik, saran, dan
masukan difokuskan pada unsur kebahasaan yang merupakan ciri teks
cerita sejarah.
10. Peserta didik mengumpulkan karya teks cerita sejarah kepada pendidik,
selanjutnya pendidik menilai dan menyeleksi beberapa naskah yang layak
untuk diterbitkan di majalah dinding atau bahkan mengirim ke media
massa, baik cetak maupun elektronik. Selain itu, pendidik dapat
meramunya menjadi buku kumpulan teks cerita sejarah dan dicetak atau
dibuat dalam bentuk e-book.

Penarikan Simpulan (Generalization)

125
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

1. Berdasarkan hasil pembelajaran, stimulus, identifikasi, pengumpulan


data, pengolahan data, dan verifikasi, peserta membuat resume materi
sebagai berikut:
a. Hasil analisis kebahasaan teks cerita sejarah.
b. Menulis teks cerita sejarah berdasarkan pengalaman pribadi dengan
memperhatikan struktur teks dan unsur kebahasaan.
2. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi pembelajaran yang diberikan
oleh pendidik untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.

Kegiatan Penutup
1. Pendidik dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran tentang
menganalisiskebahassan dan menulis teks cerita sejarah berdasarkan
pengalaman pribadi dengan memperhatikan kebahasaan.
2. Peserta didik dan pendidik melakukan refleksi terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan.
3. Pendidik menyampaikan tugas memperkaya kemampuan menulis teks
cerita sejarah berdasarkan pengalaman pribadi dengan memberikan
tugas menulis teks cerita sejarah berdasarkan tokoh atau peristiwa
sejarah lainnya.
4. Peserta didik mengakhiri kegiatan pelajaran dengan mengucapkan rasa
syukur kepada Tuhan YME dan mengucapkan terima kasih kepada
pendidik.

126
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

B. Lembar Kerja Peserta Didik

1. Lembar Kerja Mengidentifikasi dan Mengontruksi Nilai-Nilai dari


Informasi Teks Cerita Sejarah

Tujuan
Pada akhir kegiatan ini, peserta diharapkan dapat mengidentifikasi
informasi dan mengontruksi nilai-nilai dari informasi teks cerita sejarah.

Petunjuk Kegiatan
a. Kerjakanlah tugas secara berkelompok.
b. Setiap kelompok bertugas membaca teks cerita sejarah.
c. Setiap kelompok membaca dan mendata informasi yang terdapat
cuplikan dua teks, teks cerita sejarah dengan teks sejarah yang
tersedia pada bahan ajar ini dengan cermat!
d. Secara individu, peserta didik mengontruksi nilai-nilai dari informasi
teks cerita sejarah yang sudah didata dan dirancang dalam sebuah
teks eksplanasi.

1.1 LKPD Menentukan Isi Informasi Teks Cerita Sejarah Gemuruh


Paregreg Terbelahnya Singgasana Kerajaan Majapahitkarya Wahyu
H.R. (2013: 329)
Tetapi sebetulnya yang membuat gusar pihak Kadaton Kulon adalah
hubungan Kedaton Wetan dan Dinasti Ming Cina. Sebagaimana diketahui,
semenjak Kaisar Yung Lo berkuasa, Cina mulai melebarkan sayap
kekuasaannya. Serangan militer Majapahit ke Swarnabhumi tahun 1397
setelah menghancurkan Dharmasraya lalu memindahkan ibu kota ke
Palembang berjalan mulus tanpa gangguan Cina, karena pada waktu itu Cina
sedang mengalami situasi dalam negeri yang sulit. Pada waktu itu Kaisar
Hung Wu sering sakit-sakitan dan mulai ada kasak-kusuk mengenai
pergantian kekuasaan. Kematian Kaisar Hung Wu pada tahun 1398
mengakibatkan pemberontakan di dalam negeri. Oleh karena itu, setelah
Kaisar Yung Lo berkuasa ia segera mengubah kebijakan politik luar
negerinya menjadi agresif. Ia tidak ingin Majapahit menjadi jaya seperti
dulu lagi. Sekarang adalah saatnya Cina bangkit memimpin dunia. Perlahan

127
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

namun pasti, pengaruhnya mulai terasa menggerogoti kekuasaan negeri-


negeri selatan.

Gambar 2 Paregreg Terbelahnya Singgasana Kerajaan Majapahit Karya Wahyu

Untuk mengukur kemampuan menentukan isi informasi dari teks cerita


sejarah, peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berada dalam
kolom di bawahnya!

1. Kapankah dan di manakah latar waktu cerita dalam kutipan teks cerita
sejarah tersebut dibuat?
........................................................................................................................................
2. Peristiwa apa saja yang dikisahkan?
......................................................................................................................................
3. Siapa saja tokoh yang terlibat dalam penceritaan?
.......................................................................................................................................
4. Apakah latar waktu, tempat, tokoh, dan peristiwa sudah dikenal atau
belum?
......................................................................................................................................
5. Di bagian apa saja yang menandakan bahwa teks tersebut tergolong ke
dalam teks cerita sejarah?
.........................................................................................................................................

1.2 LKPD Menjelaskan dan Mengidentifikasi Informasi dari Struktur Teks


Cerita Sejarah
Bacalah cuplikan teks cerita sejarah Dyah Pitaloka Senja di Langit
Majapahit karya Hermawan Aksan (2005: 315-321) berikut ini.

128
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Gambar 3 Novel Dyah Pitaloka Senja di Langit Majapahit Karya Hermawan Aksan

Langit yang menaungi Negeri Sunda tetap kelabu, mega-mega ikut berduka,
dan gerimis turun tatkala menghadap Bunisora serombongan utusan dari
Majapahit Wilwatikta. Ketiga pemimpin urusan itu, masing-masing Sang
Dharmmadhyaksa Ring Kacaiwan (kepala agama Siwa), Dharmmadhyaksa
Ring Kasogatan (kepala agama Buddha), dan Dharmmadhyaksa Ring
Waisnawa (kepala agama Wisnu), yang disertai pengiring masing-masing,
disambut gembira Mangkubumi Bunisora dan para pangagung negeri.
Para utusan menyampaikan surat prabu Hayam Wuruk yang tertulis di
lembar-lembar lontar.
Bunisora mengurai empat lembar surat lontar Prabu Hayam wuruk.
Prabu Hayam Wuruk bercerita tentang kesalahpahaman antara Mahapatih
Gajah Mada dan utusan Negeri Sunda sehingga terjadi perang di Tegal
Bubat. Semua orang Negeri Sunda, termasuk Prabu Maharaja Linggabuana
dan sang putri Dyah Pitaloka, gugur. Jumlahnya 93 orang. Di pihak lain,
Majapahit kehilangan 1.274 prajuit dan perwira, 9 ekor gajah, dan 18 ekor
kuda.
Raja Majapahit juga memohon maaf atas segala kesalahan dan perbuatan
yang telah dilakukan oleh para senapati dan pasukannya, seraya berharap
semoga gugurnya sang Prabu Maharaja tidak membawa celaka dan
melenyapkan kesentosaan hidup penduduk Negeri Majapahit.
Karena itu, Sri Rajasanagara Hayam Wuruk berjanji dengan sepenuh hati
kepada wakil raja Sunda, yaitu Mangkubumi Bunisora dan segenap
pangagung kerajaan, angkatan perang, keluarga raja, serta penduduk di
seluruh wilayah Negeri Sunda, bahwa Majapahit tidak akan menyerang
Negeri Sunda dan tidak ingin menguasainya. Sebaliknya, Negeri Sunda
diharapkan tidak melakukan serangan balasan kepada Majapahit dan
menganggap peristiwa Bubat itu sebagai peristiwa yang sudah lewat.
Majapahit ingin bekerja sama dan bersahabat dengan Negeri Sunda,
masing-masing sebagai negera merdeka yang tidak akan bertentangan.
Majapahit berjanji tidak akan menyakiti hati penduduk Negeri Sunda untuk
kedua kalinya.
Mangkubumi Bunisora Suradipati dan para petinggi serta keluarga raja
terpaku tanpa kata setelah membaca surat Raja Wilwatikta.
Air mata pun tertahan lagi tumpah bersama-sama.
Mereka merasakan duka sangat dalam.

129
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Mangkubumi Suradipati segera mengutus dutanya pergi ke Wilwatikta,


mengambil jenazah Prabu Maharaja, putri Dyah Pitaloka, para kesatria, dan
semua prajurit Negeri Sunda yang gugur di Palagan Bubat.
Ketika berhari-hari kemudian semua jenazah tiba di istana, permaisuri Nay
Lara Lisning dan Mangkubumi Suradipati hanya bisa menatap nanar, dan
kemudian sama-sama terisak tak mampu menahan lagi duka yang tak
terkira.
“Hina sekali perilaku Sang Patih Gajah Mada, sama sekali tak punya rasa
kasihan,” batin Mangkubumi Suradipati.
Tubuh Prabu Maharaja yang tanpa nyawa itu tetap memancarkan bau
harum kembang empat puluh rupa.
Dan di wajah sang putri Dyah Pitaloka masih tersungging senyum yang
penuh cinta.
Besoknya, semua jenazah dibakar dengan upacara keagamaan yang
khidmat.
Jenazah Prabu Maharaja dibakar di atas tumpukan kayu cendana yang
wanginya semerbak memenuhi udara. Sesudah itu, jenazah sang putri Dyah
Pitaloka. Disusul yang lain-lainnya.
Mengelilingi lapangan upacara, ribuan penduduk Negeri Sunda
menyaksikan dengan penuh duka.
Selain menggemparkan di negeri sendiri, peristiwa Bubat juga menjadi
heboh bagi negeri-negeri lain di Nusantara sehingga Prabu Maharaja
Linggabuana menjadi masyhur. Karena itulah, semua yang mengetahui dan
mengenalinya memberikan gelar kepada Prabu Maharaja Linggabuana
sebagai Prabu Wangi. Namanya wangi semerbak ke segenap pelosok
wilayah Nusantara, sebagai raja yang berani membela martabat negeri dan
rakyatnya, dan gugur sebagai bunga Negeri Sunda.
Sementara itu, sang Dyah Pitaloka terus dikenang sebagai sumber ilham di
sepanjang zaman.
Di istana Majapahit, Sri Rajasanagara jatuh sakit yang lama, karena kahyun
ira masteri lawan Dyah Pitaloka tan siddha, akibat duka dan penyesalan, tak
tercapai hasratnya mempersunting Dyah Pitaloka tercinta. Ayah sang
Prabu, Kertawardana, ibunya Tribhuanattunggadewi, dan adik-adiknya, Bre
Lasem dan sang suami Raja Mataram Rajasawardana serta Bre Pajang dan
sang suami Raja Paguhan Prabu Singawardana, yakin bahwa nama buruk
Majapahit akibat peristiwa Bubatlah yang membuat Sri Rajasanagara sakit
parah. Semua akibat prakarsa dan ulah Mahapatih Gajah Mada. Mereka
memutuskan bahwa Gajah Mada harus ditangkap guna mendapatkan
hukuman yang setimpal.
Namun, rencana keluarga keraton dapat diketahui terlebih dulu oleh kaki
tangan Mahapatih Gajah Mada. Karena itu, ketika pasukan Bhayangkara
Majapahit tiba di puri tempat tinggalnya, Mahapatih Gajah Mada lolos, tanpa
seorang pun yang mengetahui tempat persembunyiannya.
Gajah Mada, pahlawan terbesar sepanjang sejarah Majapahit Wilwatikta,
orang pertama yang mempersatukan seluruh Nusantara, kemudian hanya
menjadi orang buruan. Rusak susu sebelanga karena nila setitik. Namanya
menjadi tercela karena terlalu mementingkan cita-cita besarnya tanpa
memiliki satu hal yang tak kalah besar.

130
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Cinta.
Bardasarkan cuplikan teks cerita sejarahtersebut, lakukan kegiatan
penjelasan dan pengidentifikasian struktur teks cerita sejarah ke dalam
kolomberikut ini.

Kutipan Novel Sejarah Struktur Keterangan


....................................................... ...........................................................
Orientasi
....................................................... ...........................................................
....................................................... Pengungkapan ...........................................................
....................................................... peristiwa ...........................................................
....................................................... Menuju konflik ...........................................................
....................................................... (rising action) ...........................................................
....................................................... ...........................................................
Puncak Konflik
....................................................... ...........................................................
....................................................... ...........................................................
Resolusi
....................................................... ...........................................................
....................................................... ...........................................................
Koda
....................................................... ...........................................................

1.3. LKPD Menentukan Informasi dari Dua Teks yang Berbeda, Teks Cerita
Sejarah dengan Teks sejarah
Bacalah cuplikan Teks Cerita Sejarah Gajah Mada Hamukti Palapa karya
Langit Kresna Hariadi (2007)

Gajah Mada Hamukti Palapa

131
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 4 Novel Gajah Mada Hamukti Palapa Karya Langit Kresna Hariadi

“Aku bersumpah untuk tidak akan beristirahat,” Gajah Mada berteriak.


“Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring
Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ing Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali,
Sunda, Palembang, Tumasek, samana ingsun amukti palapa.”
Senyap pendapa Bale Maguntur mendengar sumpah yang disaksikan
matahari yang panas menggila. Sumpah itu terlampau mengerikan bagi
sahabat-sahabat Gajah Mada karena betapa keras kerja yang harus
dilakukan untuk mewujudkan. Namun, orang seperti Gagak Bongol,
Aditiawarman, dan bahkan Pancaksara yang memahami pikiran Gajah Mada
bisa memahami dan menganggapnya sangat masuk akal (Hariadi,
2007:677-681).

Selanjutnya, bacalah cuplikan teks sejarah Gajah Mada Sistem Politik


dan Kepemimpinan karya Enung Nurhayati

Sumpah Palapa Manifestasi Sistem Politik Gajah Mada

Gajah Mada mengucapkan sumpah palapa dengan ikhlas oleh karenanya dia
amat marah ketika diejek sewaktu mengucapkan sumpahnya itu di
balairung Majapahit. Kesungguhan sumpah Gajah Mada terlihat dari
perbuatannya dalam melaksanakan program politik penyatuan Nusantara,
karena hakikatnya, sumpahnya itu merupakan pengumuman resmi tentang
program politik pemerintahan yang dipimpinnya. Gajah Mada bisa
dinyatakan sebagai pemimpin di dalam menentukan dan melaksanakan
program politik pemerintahan, karena dia sebagai Mahapatih
Amangkhubumi Majapahit yang semasa itu kerajaan dipimpin oleh seorang
Rani Tribhuwanottunggadewi. Berikut kutipan dari Serat Pararaton yang
menjelaskan sumpah Gajah Mada (Brandes, 1920: 36 dalam kutipan
Nurhayati, 2018:40).

132
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Sira Gajah mada patih amangkhubumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah
Mada: “Lamun huwus kalah nuṣantara isun amukti palapa; lamun kalah ring
Gurun, ring Seran, Taňjung pura, sira Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali,
Suṇḍa, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”. Sira sang mantri
samalungguh ring panangkilan pěpěk. Sira Kěmbar apaměleh, sira Jabung
terewes, sira Lěmbu pětěng gumuyu. Tumurin sira Gajah mada matur ing
talampakan bhaṭara ring Koripan, runtik sira kataḍahan kabuluhan denira
arya Tadah. Akweh doṣanira Kěmbar, sira Warak ingilakěn, tan ucapěn sira
Kěmbar, sami mati.

Gambar 5 Buku Sejarah Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan


Karya Enung Nurhayati

Berdasarkan kedua cuplikan teks yang berbeda tersebut, tentukanlah


informasi dari teks cerita sejarah dengan teks sejarah dengan mengisi
kolom berikut.

No Teks Cerita Sejarah Teks Sejarah


(Gajah Mada Hamukti Palapa) (Gajah Mada Sistem Politik dan
Kepemimpinan)

1 ...................................................................... ......................................................................
2 ...................................................................... ......................................................................
3 ...................................................................... ......................................................................
4 ...................................................................... ......................................................................
5 ...................................................................... ......................................................................

133
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

1.4. LKPD Mendata dan Merancang Nilai-Nilai dari Informasi Teks


Cerita Sejarah

Bacalah kutipan novel sejarah Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer


karya Pramoedya Ananta Toer (2011a) berikut ini.

Jadi aku hendak bercerita tentang buangan yang lain lagi, tentang sejumlah
orang yang terbuang hanya karena mereka itu perawan remaja yang
diinginkan. Cerita ini aku himpun dari teman-teman yang pernah bertemu
dengan mereka, baik langsung atau tidak.
Pada senja hari 16 Agustus 1969 kami, sekitar 800 orang, telah berada di
atas Kapal “Adri” 15, meninggalkan Pelabuhan Sodong, Nusa Kambangan.
Kapal berangkat. Kami berangkat ke pembuangan di Pulau Buru. Besok
adalah 17 Agustus 1969, ulang tahun proklamasi ke-24. Ada di antara kami
yang waktu belum lahir(Toer, 2011a:46).

Gambar 6 Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer


Karya Pramoedya Ananta Toer

Berdasarkan cuplikan teks cerita sejarah tersebut, lakukanlah pendataan nilai-


nilai dari informasi teks cerita sejarah keterkaitannya dengan kehidupan saat
ini.
N Nilai-nilai dalam Keterkaitannya
Kutipan Novel
o Novel dengan kehidupan

1. .............................................. ............................................ ...............................................

2. .............................................. ............................................ ..............................................

3. dst. dst. dst.

134
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

1.5. LKPD Mengontruksi Nilai-Nilai dari Informasi Teks Cerita Sejarah


dalam sebuah teks eksplanasi

Berdasarkan hasil pengerjaan LKPD 1.4. peserta didik selanjutnya secara


individu mengontruksi nilai-nilai dari informasi teks cerita sejarah dalam
sebuah teks eksplanasi.

………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………

2. Lembar Kerja Menganalisis Kebahasaan dan Menulis Cerita Sejarah

Tujuan
Pada akhir kegiatan ini, peserta diharapkan dapat menganalisis
kebahasaan dan menulis cerita sejarah pribadi dengan memperhatikan
kebahasaan.

Petunjuk Kegiatan

a. Kerjakanlah tugas secara berkelompok.


b. Setiap kelompok bertugas membaca teks cerita sejarah.

135
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

c. Setiap kelompok membaca dan menganalisis kebahasaan yang


terdapat cuplikan teks cerita sejarah yang tersedia pada bahan ajar
ini dengan cermat!
d. Secara individu peserta didik menulis teks cerita sejarah pribadi
dengan memperhatikan kebahasaan.

2.1. LKPD Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Bacalah cuplikan teks cerita sejarah Majapahit Bala Sanggrama karya Langit
Kresna Hariadi (2013: 245).

Gambar 7 Novel Majapahit Bala Sanggrama karya Langit Kresna Hariadi

Ranggalawe bingung, Nambi juga bingung, mereka tak segera menyadari


kenapa musuh berteriak-teriak tak menentu.
“Ada apa dengan mereka?” tanya Ranggalawe.
Banyak Kapuk mendekati dan mengajaknya menengadah.
Ranggalawe bertanya, “Apa itu?”
“Asap istana terbakar.”
Seketika copot jantung Ranggalawe sebagaimana betapa pucat pasi Nambi
ketika kesadaran yang semula belum sempurna itu telah utuh.
Adalah Raden Wijaya yang tiba-tiba merasa berada di puncak ketakutannya,
dengan tanpa menimbang ia berlari sekencang-kencangnya balik arah
menuju kudanya. Anak Dyah Lembu Tal itu memiliki banyak alasan untuk
amat sangat mencemaskan tak hanya Sri Kertanegara, cemas pada
keselamatan nasib para istrinya, juga ibunya. Nun di utara sana, amat jelas
betapa asap yang membumbung itu berasal.

136
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Analisislah kaidah kebahasaan novel sejarah tersebut dengan mengisi kolom


kerja berikut ini!

No Kaidah Bahasa Kutipan


teks

1. Penggunaan konjungsi yang ..................................................................


menyatakan urutan waktu ..................................................................
2. Penggunaan kata kerja material ..................................................................
3. Penggunaan kata kerja mental ...............................................................
4. Penggunaan dialog ...............................................................
5. Penggunaan kata sifat ...............................................................

2.2 LKPD Menjelaskan Makna Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Untuk semakin meningkatkan pemahaman kebahasaan yang digunakan dalam


teks cerita sejarah, jelaskanlah makna ungkapannya dengan cara mengisi
kolom berikut ini.

1. Kuda Swabaya harus menghindarkan diri dari penilaian tidak


memiliki jiwa samapta (Hariadi, 2008:70).
Samapta artinya:
2. Panda kasih itu mengatakan begini: “pageto bakal aya goncangan
pribumi. Bakal aya muara ambang jiwa, areuy ku cai getih, taya
panyesa,” kata Pendeta Kalihan Jati (Permana, 2009:246).
Panda kasih artinya:

2.3 LKPD Menentukan dan Memaknai Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Bacalah cuplikan teks cerita Sejarah Ken Arok Sumelang Gandring karya Zaenal
Fanani di bawah ini.

Hanya beberapa orang yang mengetahui rahasopaya di saat-saat terakhir,


menjelang Kebo Idjo dan Maharesi Mpu Gandring memasuki istana
Pakuwon. Dan lebih sedikit lagi yang mengetahui keberadaan Ken Arok di
bangsal Puri Agung, malam itu. Ken Arok berharap, semua itu menjadi
rahasia yang tetap terjaga, selamanya.

137
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 8 Ken Arok Sumelang Gandring Karya Zaenal Fanani

Kini, Ken Arok telah menggenggam Tumapel. Ia telah melewati sejarahnya


dengan sempurna. Ken Arok bukan hanya berhasil mencuri hati Ken Dedes,
tapi juga menemukan siasat yang tepat untuk meretas antyesti Kebo Idjo
dan Maharesi Mpu Gandring. Ken Arok tidak bisa membayangkan
seandainya malam itu gagal memasuki Puri Agung atau terlambat
menghabisi Tunggul Ametung. Tentu perjalanan sejarah akan berbeda
(Fanani, 2009:1).

Tentukan dan maknailah ungakapan kebahasaan yang mengandung makna


kias dari teks cerita sejarah tersebut dengan mengisi kolom berikut

No Ungkapan Penjelasan Makna


1 Rahasopaya

2 Antyesti

2.4 LKPD Merancang Tahapan Pra-teknis untuk Penulisan Teks Cerita Sejarah

Buatlah rancangan tahapan pra-teknis untuk penulisan teks cerita sejarah.


Untuk memudahkan pengerjaan latihannya, gunakan kolom berikut.
No Tahapan Keterangan
Tema:
..........................................................................................
Pertimbangan:
Cerita/Tema/bah

a. Pemahaman terhadap materi?


Pemilihan

an baku

1 ...........................................................................................
Ketersediaan referensi?
..........................................................................................
b. Perbandingan buku-buku sejenis?
..........................................................................................

138
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

2 Referensi/ a. Bagaimana cara pengumpulan referensi/data?


data ..........................................................................................
Autentik/kelegalan data?
.........................................................................................
b. Adakah kontroversi?
..........................................................................................
3 Riset Acuan legalitas faktual?
lapangan( ..........................................................................................
optional) Penemuan-penemuan baru?
..........................................................................................

4 Referensi/ Bagaimana cara pengumpulan referensi/data?


data ..........................................................................................
Autentik/kelegalan data?
..........................................................................................
Adakah kontroversi?
..........................................................................................
5 Diskusi Siapa nara sumber?
(optional) ..........................................................................................
6 Jadwal Kapan jadwalnya dari tahapan pra-teknis hingga
tuntas penulisan?
..........................................................................................
Tentukan kapan deadline?
..........................................................................................

2.5 LKPD Merancang Tahapan Persiapan Teknis dan Teknis Penyusun Teks
Cerita Sejarah

Lanjutkanlah latihan ke tahapan persiapan teknis dan teknis menyusun teks


cerita sejarah dengan cara mengisi kolom berikut.

N Tahapan Keterangan
o
1 Pembatasan Apa saja yang akan menjadi tema besarnya?
tema ................................................................................................

Sudut pandang pertama atau ketiga?


Sudut ................................................................................................
2 Bagaimana penokohannya?
pandang
................................................................................................

139
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tokoh sisipan?
1. ..........................................................................................
2. ..........................................................................................
dst.
3 Tokoh-tokoh
Tokoh imajinasi?
1. ..........................................................................................
2. ..........................................................................................
dst.
Bab 1 dan deskripsi singkat?
................................................................................................
Bab 2 dan deskripsi singkat?
Pembagian
4 ................................................................................................
bab
Bab 3 dan deskripsi singkat?
................................................................................................
dst...
Penentuan konflik:
Tujuan konflik?
................................................................................................
Penghalang Konflik?
................................................................................................
Awal konflik/sumber konflik?
5 Konflik ................................................................................................
Perjalanan konflik?
................................................................................................
Puncak konflik?
................................................................................................
Penyelesaian konflik?
................................................................................................

2.6 LKPD Menulis Teks Cerita Sejarah


Kembangkanlah dari kedua latihan tersebutdalam sebuah penulisan teks
cerita sejarah minimal 20 halaman! Masa pengerjaan satu bulan. Ukuran huruf
12, time new roman, 1,5 spasi.

C. Bahan Bacaan

1. Pengertian Teks Cerita Sejarah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:263), cerita diartikan sebagai


tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa,
kejadian, dan sebagainya); karangan yang menuturkan perbuatan,
pengalaman, atau penderitaan orang; kejadian dan sebagainya (baik yang

140
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka); lakon yang


diwujudkan atau dipertunjukkan dalam film (sandiwara, wayang, dan
sebagainya); kias omong kosong; dongengan (yang tidak benar). Dalam Kamus
Istilah Sastra (2007:47) cerita diartikan sebagai prosa yang membentangkan
peristiwa yang dialami atau seseorang, baik dalam bentuk rekaan maupun
dalam bentuk kenyataan. Adapun kata sejarah Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:1241) diartikan sebagai asal-usul (keturunan) silsilah; kejadian dan
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat; pengetahuan
atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dalam
masa lampau; ilmu sejarah.

Berdasarkan pengertian cerita dan sejarah tersebut, cerita sejarah dimaknai


pengertiannya sebagai cerita rekaan yang mengandung unsur-unsur sejarah.
Bentuk dari cerita itupun beragam, diantaranya cerita pendek, cerita jenaka,
cerita nyata, cerita fantastik, cerita rakyat, cerita picisan, cerita rekaan,
termasuk juga fiksi mini, novel dan roman. Untuk selanjutnya, contoh-contoh
teks cerita sejarah dalam unit ini, lebih banyak menggunakan contoh yang
diambil dari cuplikan novel sejarah yang merupakan bagian dari teks cerita
sejarah.

Menurut Kamus Istilah Sastra (2007:138), novel sejarah merupakan novel


yang bahan ceritanya digubah dari peristiwa nyata dalam sejarah bangsa pada
suatu zaman. Novel sejarah dapat dikategorikan sebagai novel ulang (rekon).
Berdasarkan jenisnya, novel ulang terdiri atas tiga jenis, yakni rekon pribadi,
rekon faktual (formasional), dan rekon imajinatif. Rekon pribadi adalah novel
yang memuat kejadian yang penulisnya terlibat secaralangsung. Rekon faktual
(informasional) adalah novel yang memuat kejadian faktual seperti
eksperimen ilmiah, laporan polisi, danlain-lain. Rekon imajinatif adalah novel
yang memuat kisah faktual yang dikhayalkan dan diceritakan secara lebih
rinci. Dari tiga jenis itulah maka novel sejarah tergolong ke dalam rekon
imajinatif. Artinya, novel tersebut didasarkan atas fakta-fakta sejarah yang

141
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

kemudian dikisahkan kembali dengan sudut pandang yang lain yang tidak
muncul dalam fakta sejarah.

Fenomena kehidupan yang diangkat pengarang ke dalam novel sejarah akan


berdasarkan pengalamannya sendiri. Sehingga, fakta sejarah yang dipaparkan
adalah fakta sejarah yang sudah diseleksinya dan dianggap penting
dituangkan dalam novel sejarahnya. Oleh karena itu, fakta sejarah yang berada
dalam novelnya tersebut, sudah tidak lagi sama persis dengan keadaan fakta
yang sebenarnya. "Dunia sejarah" yang ada dalam novelnya merupakan "dunia
sejarah" yang bersumber dari pengalaman pengarang yang sudah mengalami
proses penghayatan, tafsiran dan pemaknaan pengarang itu sendiri. Kemudian
fakta sejarah yang sudah diolah tersebut dituangkan dalam medium bahasa
yang dicampur dengan imajinasinya sehingga terasa keindahannya. Atau
dengan kata lain, fenomena-fenomena itu diangkat kembali oleh pengarang
menjadi wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis,
interpretasi, refleksi, imajinasi, penilaian, dan sebagainya) dalam bentuk novel
sejarah (Nurhayati, 2014:28).

Dengan demikian, fakta yang berada dalam novel adalah fakta yang bersifat
fiksional (fact in fiction). Menurut Maman Mahayana (2005:360) fakta yang
diberikan tidak lagi persis sama dengan fakta yang terjadi. Oleh karena, fakta
tersebut telah mengalami penghayatan, pemaknaan, penilaian, lalu memasuki
pemprosesan dan rekayasa (khayalan atau imajinatif), memasukkan
intelektual, membina sebuah dunia yang koheren, mencipta sebuah kehidupan
khayalan, dan menawarkan nilai-nilai kemanusiaan (moral, etika, norma,
tradisi, ideologi).

Sebagai contoh untuk melihat bagaimana fakta sejarah, sosial budaya


masyarakat dan pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, penilaian serta
imajinasi pengarang masuk pada novel sejarah, sehingga melalui pembacaan
ragam pembaca novel sejarah itu, ada yang menempatkan pada posisi karya
sastra dan ada pula yang menempatkan pada posisi karya sejarah, berikut

142
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

perhatikan petikan sebuah novel Gajah Mada Perang Bubat karya Langit
Kresna Hariadi (2006c:64-65) dan penjelasannya di bawah ini.

“Berita paling hangat saat ini adalah Sang Hyang Wekasing Suka mulai berpikir
untuk memiliki seorang istri. Tugasku hanya mengawal perjalanan yang akan
ditempuh Paman Patih Maduratna yang ditugasi Sang Pager Antimun untuk
melihat secara langsung putri Prabu Maharaja Linggabuana yang katanya cantik
luar biasa,” Kuda Swabaya menjelaskan.

Gambar 9 Novel Gajah Mada Perang Bubat Karya Langit Kresna Hariadi

Ruang tengah rumah Pradhabasu itu kemudian menjadi hening. Jika ada hati
yang mendadak bergolak adalah hati milik Dyah Pretiwi yang tiba-tiba merasa
tidak nyaman setelah mendengar berita itu. Namun, Dyah Pretiwi pintar
menyembunyi warna hatinya hingga ayah dan ibunya sama sekali tidak tahu ada
pergolakan macam apa di hati anak gadisnya itu. Satu-satunya yang mengetahui
isi hati Dyah Pretiwi hanya kakaknya karena hanya kepada Kuda Swabaya, Dyah
Pretiwi bersikap terbuka.
“Raden Tetep merasa sudah waktunya memiliki seorang istri?” tanya
Pradhabasu.
Kuda Swabaya tidak mengangguk, tetapi membalas tatapan ayahnya.
“Apa itu berarti anak gadis Raja Sunda Galuh itu yang telah menjadi pilihan Sang
Prabu Sri Rajasanegara? Pradhabasu kembali bertanya.
Tak hanya ibunya yang segera ingin tahu jawaban dari pertanyaan itu, Dyah
Pretiwi tak kurang rasa penasarannya.
“Beberapa utusan telah dikirim ke beberapa negara bawahan dan beberapa
negara sahabat Majapahit atas perintah Ibu Suri Sri Gitarja
Tribhuanatunggadewi. Para utusan itu telah pulang dengan membawa lukisan
para gadis anak para raja dan para gadis anak para pendeta. Namun, hingga
sejauh ini belum ada satu pun yang memenuhi selera Sang Prabu Janeswara. Jika
anak Raja Sunda yang bernama Dyah Pitaloka Citraresmi itu masih juga belum
membangkitkan selera Dalang Tirtaraju, tak ada salahnya Gagak Ketawang itu
kita undang kemari supaya melihat kecantikan Dyah Pretiwi. Siapa tahu adikku
yang paling cantik di pedukuhan ini bisa meraih kedudukan sebagai permaisuri
Raja Majapahit.”

Dalam kutipan novel sejarah tersebut pengarang menggunakan julukan-


julukan Hayam Wuruk yang semuanya terdapat dalam Kitab Pararaton

143
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

(Brandes, 1920:35) misalnya Sang Hyang Wekasing Suka. Julukan lainnya, Pati
Antimun yaitu nama julukan Prabu Hayam Wuruk di kalangan para wanita.
Julukan Raden Tetep untuk nama kecil Prabu Hayam Wuruk. Gelar resmi
Abiseka Prabu Hayam Wuruk yaitu Sri Rajasanegara. Begitu pula nama
panggilan yang diberikan kepada Hayam Wuruk di kalangan pemuka agama
Siwa yaitu Janeswara. Julukan yang diberikan kepada Hayam Wuruk ketika
mendalangyaitu julukan Tirtaraju. Dan pengarang juga menyebut Hayam
Wuruk dengan nama Gagak Ketawang, peran yang biasa diambil Prabu Hayam
Wuruk dalam tari banyol.

Dalam kutipan novel sejarah tersebut, terdapat penamaan Putri Sunda dengan
menggunakan nama Dyah Pitaloka Citraresmi. Nama ini, merupakan nama
Sekar Kedaton Sunda Galuh anak Prabu Maharaja Linggabuana, buah
perkawinannya dengan Dewi Lara Linsing. Muhammad Yamin (1993)
menyebut Dyah Pitaloka Citrasymi, sementara Purwadi (2004) menyebutnya
Dyah Pitaloka Citrasemi.

Selanjutnya masih berdasarkan cuplikan novelsejarah tersebut, Langit Kresna


Hariadi menggunakan nama tempat Sunda Galuh. Walaupun dalam Tjarita
Parahijangan (1968) tidak menyebutkan tentang ibu kota Kerajaan Galuh,
baik sebagai kerajaan maupun pusat pemerintahan disebut Galuh saja. Akan
tetapi, penyebutan Bojong Galuh dapat ditemukan berasal dari sumber
sekunder, seperti Wawacan Sajarah Galuh (1977) berupa tradisi lisan yang
hidup di sekitar lokasi. Bojong Galuh terletak di sebidang tanah yang kini
berubah menjadi hutan dengan luas 25,5 ha, pada pertemuan sungai Cimuntur
dan sungai Citanduy, di tepi jalan raya Ciamis-Banjar km 17. Sekarang, tempat
itu disebut sebagai situs Karangkamulyan. Penyebutan Sunda Galuh
digunakan untuk membedakan dengan Kerajaan Sunda Pakuan yang beribu
kota di Pakuan dengan keraton bernama Sri Bima Punta Narayana Madura
Suradipati.

144
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Dari gambaran tersebut, setidaknya terkandung kebenaran faktual yang telah


mengalami penghayatan, pemaknaan, penilaian, pengolahan dan rekayasa
sehingga fakta yang disajikan tidak lagi sama dengan fakta sejarah yang
terjadi. Dengan demikian, novel sejarah Gajah Mada Perang Bubat sebagai
produk sosial-budaya merupakan sebuah kreativitas imajinasi pengarang
yang mereferensi kepada dunia nyata (peristiwa Perang Bubat, sejarah
Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda, dan sosial-budaya masyarakat Jawa
sebagai tempat penciptaan novel sejarah Gajah Mada Perang Bubat). Melalui
kepekaan literer Langit Kresna Hariadi, fenomena peristiwa Perang Bubat,
sejarah kerajaan Majapahit, sejarah kerajaan Sunda, dan fenomena sosial-
budaya masyarakat Jawa tersebut mengalami penghayatan, pemaknaan,
penilaian, pengolahan, dan rekayasa Langit Kresna Hariadi, sehingga dia
berusaha membentuk sebuah dunia baru sebagai refleksi dunia yang
sebenarnya, berupa novel sejarah Gajah Mada Perang Bubat. Sementara itu,
novel sejarah Gajah Mada Perang Bubat dianggap sebuah karya fiksi atau
nonfiksi, jika masyarakat (pembaca) mempermasalahkan nilai-nilai
kebenaran setiap pernyataan yang diungkap dalam novel tersebut. Berikut
uraian analisis terhadap novel Gajah Mada Perang Bubat sebagai realitas dan
imajinasi di atas, dapat dipetakan dalam bagan di bawah ini (Nurhayati, 2014
28-32).

Tabel 1 Novel Gajah Mada Perang Bubat sebagai Produk Realitas dan Imajinasi Langi Kresna

Fakta Sosial-Budaya Jawa


Fiksi/teks cerita sejarah

- Fenomena
Perang Bubat
- Kerajaan
Majapahit Penghayatan
- Kerajaan Sunda

Pemaknaan
Novel GMPB

Pembaca
Penilaian
Langit Kresna
Hariadi
Nonfiksi/teks sejarah

Pengolahan

Rekayasa

145
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai fakta dalam teks cerita
sejarah dan fakta dalam teks sejarah, perhatikan tabel berikut.

Tabel 2 Perbedaan Fakta dalam Tek CeritaSejarah dengan Teks Sejarah


diadopsi dari teori Maman S. Mahayana (2005:362)
No Teks Cerita Sejarah Teks Sejarah
1. Merekam masa lalu, mencatat masa Merekam masa lalu
kini, meramal masa depan
2. Merekontruksi secara subjektif Merekontruksi secara objektif
3. Menyusun struktur secara koheren Menyusun peristiwa secara
kronologis
4. Peristiwa yang disampaikan Disajikan secara sistematik
disesuaikan dengan kebutuhan sesuai prosedur
cerita
5. Fakta bersifat fiksional, tidak harus Fakta bersifat faktual, harus bisa
bisa diverifikasi dan berada dalam diverifikasi dan berada dalam
keadaan serba mungkin satu kemungkinan, benar atau
salah
6. Memanfaatkan imajinasi secara Memanfaatkan imajinasi untuk
maksimal untuk membangun menyusun peristiwa secara
koherensi sistematik, koheren, dan logis
7. Mengangkat peristiwa individual Mengangkat peristiwa besar.
Peristiwa individual atau sosial
yang berdampak masal atau
berpengaruh besar
8. Bahasa konotatif (implisit) dan Bahasa denotatif dan mono-
multi-interpretasi interpretasi

146
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Setelah mencermati penjelasan mengenai perbedaan dan persamaan antara


fakta dalam teks cerita sejarah dan fakta dalam teks sejarah, maka teks cerita
sejarah dapat ditempatkan pada proporsinya. Fakta dalam teks cerita sejarah
tidak perlu diperlakukan sebagai fakta sosiologis dan fakta sejarah. Di dalam
teks cerita sejarah, fakta bersifat fiktif, karena peristiwa yang semula fakta
telah berubah menjadi fiksional, sehingga kebenaran fakta merupakan
kebenaran fiksional, bukan kebohongan faktual. Teks cerita sejarah yang tidak
terlepas dari kreasi khayalan pengarangnya, jika dijadikan sebagai sumber
sejarah, maka sukar untuk dipertanggungjawabkan secara faktual.

2. Fungsi Teks Cerita Rakyat

Teks cerita sejarah bisa dibuat sebagai alegoris peristiwa-peristiwa dan tokoh-
tokoh sejarah tertentu pada masa kini. Teks cerita sejarah bisa dijadikan
media untuk membentuk penulisan kembali fakta sejarah atau peristiwa-
peristiwa masa lalu, walaupun dalam hasilnya bisa menyimpangi fakta
sejarah, karena fakta sejarah sudah berubah menjadi fakta fiksional. Bentuk
penulisannya tersebut merupakan kreativitas pengarang dalam
menyampaikan gagasan-gagasannya. Dengan kata lain, teks cerita sejarah
yang menggunakan sekaligus menyimpangi fakta sejarah, bukanlah teks
sejarah. Akan tetapi, pada “takaran tertentu” teks cerita sejarah bisa dijadikan
alternatif untuk mengetahui sejarah dari peristiwa-peristiwa masa lampau.
Dengan demikian, teks cerita sejarah bisa berfungsi sebagai media
penyampaian pengetahuan dan fungsi sejarah (memberikan kesadaran waktu,
pelajaran yang baik, memperkokoh nasionalisme, sumber inspirasi, dan
sarana rekreatif). Berikut penjelasan fungsi teks cerita sejarah yang bisa
digunakan sebagai penyampaian pengetahuan dan fungsi sejarah.

Pertama,teks cerita sejarah berfungsi sebagai media edukasi. Teks cerita


sejarah berfungsi sebagai media edukasi yaitu: pendidikan moral, pendidikan
penalaran, pendidikan politik, pendidikan kebijakan.Teks cerita sejarah
berfungsi sebagai media pelajaran berupa gambaran kehidupan dari sejarah.

147
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Dari gambaran kehidupan itulah ada pengalaman yang bisa dijadikan bahan
pembelajaran, bisa dijadikan rujukan untuk penyelesaian problem kehidupan
dalam segala aspek seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya. Karena, pada
dasarnya problem-problem kehidupan manusia hampir sama, yang berbeda
adalah detail dan intensitasnya. Cara mengatasi dan memberikan tanggapan
terhadap masalah, baik secara intelektual maupun secara emosional, juga
tidak terlalu berbeda.

Dengan demikian, dari teks cerita sejarah bisa mengarahkan pembacanya


untuk mengembangkan potensi dirinya. Dari teks cerita sejarah bisa
menunjukkan kesalahan pada masa lampau, baik kesalahan sendiri maupun
kesalahan orang lain, sedangkan pengalaman yang baik justru harus ditiru dan
dikembangkan. Sehingga kedepan dalam menjalani kehidupannya tidak
berdasarkan coba-coba saja (trial and error), bisa berusaha menghindari
kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

Dalam hal ini, teks cerita sejarah dapat digunakan sebagai teladan kehidupan
atau dapat disebut sebagai teori The examplar theory of history. Teks cerita
sejarah dapat memberikan nilai atau norma yang dapat dijadikan pedoman
bagi kehidupan sehari-hari. Demikian seperti dalam pepatah bangsa Romawi
kuno diungkapkan: Historia vitae magistra, yang berarti sejarah adalah guru
kehidupan. Supaya bisa hidup dengan lebih baik orang harus berguru kepada
sejarah.

Kedua, teks cerita sejarah berfungsi sebagai media inspirasi. Teks cerita
sejarah bisa menjadi inspirasi bagi masa depan pembacanya, karena selain
bisa merekonstruksi terhadap masa lampau, bisa juga memberikan prediksi
terhadap masa depan berdasarkan tren yang ada selama ini. Sebagai contoh,
sistem politik dan kepemimpinan Gajah Mada dapat dijadikan tema untuk
menulis teks cerita sejarah. Sehingga melalui teks tersebut bisa diadopsi
sistem politik dan gaya kepemimpinan Gajah Mada untuk digunakan oleh para
pemimpin bangsa dalam mempersatukan berbagai etnik dan agama pada

148
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

zaman sekarang. Dengan demikian, tokoh Gajah Mada dalam teks cerita
sejarah tersebut bisa menjadi tokoh inspiratif dalam mempersatukan
keberagaman bangsa.

Ketiga, teks cerita sejarah berfungsi sebagai media rekreasi. Teks cerita sejarah
bisa memberi suatu hiburan segar dengan gaya penulisan yang hidup dan
komunikatif. Teks cerita sejarah bisa “menghipnotis” pembaca supaya merasa
leluasa membacanya. Penulisan fakta sejarah ditulis dalam bentuk teks cerita
sejarah merupakan daya tarik yang menyenangkan pembacanya. Sehingga
membaca teks cerita sejarah telah menjadi bagian dari kesenangan dan
dirasakan sebagai suatu keperluan, yaitu keperluan untuk rekreasi. Teks cerita
sejarah dibaca akan membawa pembacanya untuk berimajinasi ke masa
lampau. Dalam hal ini, teks cerita sejarah menjadi pemandu (guide) bagi orang
yang ingin melihat peristiwa atau situasi suatu daerah di masa lampau.

Keempat, teks cerita sejarah berfungsi sebagai media pemantik pentingnya


mempelajari sejarah. Jika teks cerita sejarah bisa menarik minat pembacanya
untuk senantiasa membacanya, maka teks tersebut bisa membawa kesadaran
bagi pembaca akan pentingnya mempelajari segala hal yang bertema sejarah.
Sekurang-kurangnya karena ada dua kepentingan yang diperoleh: bagaimana
sejarah itu dapat menolong kita untuk hidup? (how can history help us make a
living?) dan bagaimana sejarah itu dapat menolong kita menjadi pribadi yang
lebih baik? (how can history help us become better person?). Oleh karena,
sejarah sebagai pengalaman manusia memberikan berbagai alternatif untuk
memilih begitu banyak cara hidup (a multitude of ways). Dari pengetahuan
tentang sejarah tersebut dapat ditemukan konsep ’’know other peoples, know
yourself.’’ Setiap orang adalah produk masyarakat dan masyarakat adalah
produk masa lampau, ialah produk sejarah. Dengan mempelajari sejarah yang
dituangkan dalam teks cerita sejarah, pembaca akan mampu menghindari
berbagai kesalahan dan kekurangan masyarakat masa lampau untuk

149
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

kemudian memperbaiki masa depan.Berikut fungsi teks cerita sejarah bisa


dipetakan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3 Fungsi Teks Cerita Sejarah


Fungsi Teks Cerita Sejarah

Media Edukasi
Jadi teladan kehidupan, historia vitae magistra
Media Inspirasi
Jadi sumber inspirasi, merekonstruksi terhadap masa lampau dan memberikan prediksi
terhadap masa depan

Media Rekreasi
Jadi pemandu (guide) bagi orang yang ingin melihat peristiwa atau situasi suatu
daerah di masa lampau

Media Stimulus
Jadi stimulus pentingnya mempelajari sejarah

3. Struktur Teks Cerita Rakyat

a. Struktur Teks Cerita Sejarah


Perhatikanlah contoh analisisstruktur konflik novel sejarah Gajah Mada
Perang Bubat yang dikutip dari tesis Konflik Sosial Dalam Perang Bubat Versi
Langit Kresna Hariadi dan Aan Merdeka Permana: Kajian Sosiologi Sastra
(Nurhayati, 2011) berikut ini.

Grafik 1 Konflik Sosial Pemicu Perang Bubat


dalam Novel Gajah Mada Perang Bubat Karya Langit Kresna Hariadi

Grafik Konflik Sosial Pemicu


Perang Bubat dalam Novel
GMPB

Konflik Kerajaan Majapahit &


Kerajaan Sunda (Perang Bubat)

Konflik Pernikahan Sekar Kedaton

Konflik Amukti Palapa

Konflik Percintaan Akibat Perang Bubat & Strategi


Penyelesaian Perang Bubat

Akibat Konflik
Pra Konflik Konfrontasi Krisis & Pasca Konflik

(sumber grafik dari Nurhayati, 2011:245)

150
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Selanjutnya, secara rinci perhatikanlah kutipan-kutipan novel sejarah Gajah


Mada Perang Bubat karya Langit Kresna (2006c) yang dirincikan ke dalam
struktur teks cerita sejarah.

Tabel 4 Contoh Struktur Teks Cerita Sejarah


Kutipan Novel Sejarah Struktur Keterangan
Langit merah darah menandai Berisi penjelasan
Sanicara mulai merasa tatapan
matanya berkabut. Genangan darah tentang setting waktu
di depannya tidak berasal dari
perang wangsa Barata dalam dan situasi cerita yang
kecamuk barisan Pandawa dan
Kurawa, tetapi apalah bedanya. Orientasi akan diceritakan yaitu
Setidaknya, demikian Sanicara pada masa kerajaan
merasakan dadanya yang terbelah,
jantungnya yang terbelah, dan Majapahit
kepalanya yang pecah (Hariadi,
2006:1).

... “Ibu Suri Tribhuanatunggadewi Pada bagian ini penulis


Jayawisnuwardhani
memerintahkan kepada Patih menyajikan peristiwa
Maduratna untuk pergi ke Sunda.
Tuan Putri Ibu Suri mendengar dimulai dari kehendak
bahwa Prabu Maharaja
Linggabhuana, Raja Sunda Galuh
Majapahit yang ingin
memiliki seorang anak gadis yang memperistri putri
kecantikannya gilang-gemilang.
Aku ingin kau menemani Patih Sunda, sedangkan
Maduratna ke istana Surawisesa,
ucap Gajah Mada datar. Gajah Mada

Kanuruhan Gajah Enggon terkejut, mempunyai ambisi


pengungkapan
“Aku?”
lain terhadap Sunda
peristiwa
“Ya,” jiwa Gajah Mada sambil yang tentunya
mengangguk. “Aku ingin
mengetahui sikap dan keadaan bertentang dengan
kerajaan Sunda Galuh dari orang
yang bisa aku percaya. Aku tak Sumpah Palapa
ingin mendapatkan gambaran dari
orang lain. Lebih dari itu, aku ingin
kau mewakili aku berbicara
langsung dari hati ke hati dengan
Sang Prabu Maharaja Linggabuana.
Kau akan ditemani Ma Panji Elam
dan teman-temannya.”... (Hariadi,
2006:41-41).

151
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pertama tahap prakonflik Dinamika konflik dalam


yaitu konflik pencintaan novel berkembang, dari
Dyah Pitaloka dengan tokoh tahap prakonflik hingga
asing, Saniscara yang kelak puncak konflik.
menjadi penghalang untuk
ketulusan diterimanya
lamaran Prabu Hayam
Wuruk.
Dyah Pitaloka Citraresmi
menengadah dan
mengalungkan tangan ke leher
kekasih yang dicintainya itu.
Saniscara gugup ketika tiba-tiba
gadis itu dengan kuat
memeluknya. Saniscara makin
tidak mengerti ketika dengan
sangat gugup, Dyah Pitaloka
bertindak lebih jauh. Dalam
keadaan yang demikian, Dyah Menuju konflik
Pitaloka tidak lagi berpikir soal
adanya batas yang boleh dan (rising action)
yang tidak boleh, yang patut
dilakukan dan yang belum
pantas (Hariadi, 2006: 381-
382).

Tahap kedua yaitu


konfrontasi, yaitu konflik
Amukti Palapa di kalangan
Kerajaan Majapahit:
“Jika aku boleh memilih,’ kata
Gajah Mada datar, “aku lebih
senang Sang Prabu tidak
mengawini anak Raja Sunda itu.
Perkawinan itu akan
menyebabkan terhambatnya
langkah-langkah yang harus
diambil dan dipandang perlu.
Perempuan atau istri bagiku
merupakan sebuah kelemahan
yang harus dihindari.” (Hariadi,
2006:340).

152
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Tahap ketiga konflik


pernikahan Sekar Kedaton:
“Bagaimana kalau hamba
menolak?” Tanya Dyah Pitaloka.

Pertanyaan itu mengagetkan


ayahnya, menyebabkan
Permaisuri terhenyak, juga
menyebabkan Mangkubumi
Suradipati bingung(Hariadi,
2006:357)

1. Peristiwa konflik yang Puncak konflik yang


bersumber dari berita mengarah terjadinya
kebohongan penundaan Perang Bubat,
waktu kedatangan bersumber dari berita
rombongan Sunda yang bohong yang disebar
dibawa anak buah Gajah oleh patih bawahan
Mada, semula determinan Gajah Mada
konflik yang digunakan
Langit Kresna Hariadi
adalah determinan pada
tingkat perbedaan Puncak Konflik
aspirasi.
Kesengajaan berita
bohong yang disebarkan
oleh Langit Kresna Hariadi
melalui tokoh ciptaannya
patih bawahan Gajah
Mada, mengakibatkan
terjadi kesalahpahaman
antara Kerajaan Majapahit
dengan Kerajaan Sunda.

153
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

2. Kesalahpahaman itu tidak


bisa dihentikan walaupun
telah menghadirkan
penengah konflik dari
para pemuka agama, pada
peristiwa ini, Langit
Kresna Hariadi
menciptakan
ketidakadaan alternatif
yang dapat diterima
semua pihak.
1. Bentuk strategi
penyelesaaian konflik
yang digunakan pada
konflik ini adalah strategi
pemecahan masalah
(problem solving), karena
melalui tokoh pemuka
agama, pengarang
mencoba menghadirkan
penengah yang dapat Resolusi
dipercaya kedua belah
pihak.
2. Upaya perdamaian yang
dihadirkan oleh
pengarang ternyata
dihentikan, karena
pengarang memunculkan
tokoh lain dengan atas
nama pihak pendukung

154
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Gajah Mada untuk


memastikan sikap Sunda
supaya tunduk terhadap
Majapahit. Dalam
peristiwa ini, pengarang
tidak memberikan
alternatif yang dapat
diterima semua pihak.
Pengarang memilih
strategi contending dalam
bentuk Perang Bubat.
3. Konflik Perang Bubat yang
tak bisa dihindari ini,
rombongan Sunda
menjadi korban perang,
seluruh rombongan tewas.
Akan tetapi untuk tokoh
Dyah Pitaloka, dengan
cara bunuh diri
menggunakan kujang.
Dan, untuk apa memerintahkan Pada bagian akhir
kepada para penari bedaya untuk
tetap berlatih menari? Haruskah novel, penulis
geliat indah gerakan tari itu
disuguhkan kepada Prabu yang memberikan
Koda
sedang dililit duka? (Hariadi,
2006:441)
pernyataan tentang
semua peristiwa yang
terjadi.

Berdasarkan pemaparan contoh struktur teks cerita sejarah tersebut, maka


teks cerita sejarah mempunyai struktur teks yang sama dengan struktur novel

155
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

lainnya yaitu orientasi, pengungkapan peritiwa, menuju konflik/rising action,


komplikasi, evaluasi/resolusi dankoda.
1. Pengenalan situasi cerita (exposition,orientasi)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan setting cerita baik waktu,
tempat maupun peristiwa. Selain itu, orientasi juga dapat disajikan
dengan mengenalkan para tokoh, menata adegan dan hubungan
antartokoh.
2. Pengungkapanperistiwa
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai
masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para
tokohnya.
3. Menuju konflik (risingaction)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun
keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya
kesukaran tokoh.
4. Puncak konflik (turning point,komplikasi)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling
besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan
nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil
menyelesaikan masalahnya atau gagal.
5. Penyelesaian (evaluasi,resolusi)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian
tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah
mengalami peristiwa puncak itu. Pada bagian ini pun sering pula
dinyatakan wujud akhir dari kondisi ataupun nasib akhir yang dialami
tokoh utama.
6. Koda
Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita, yang
fungsinya sebagai penutup. Komentar yang dimaksud bisa disampaikan
langsung oleh pengarang atau dengan mewakilkannya pada seorang

156
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

tokoh. Hanya saja tidak setiap novel memiliki koda, bahkan novel-novel
modern lebih banyak menyerahkan kesimpulan akhir ceritanya itu
kepada para pembacanya. Mereka dibiarkan menebak-nebak sendiri
penyelesaian ceritanya.

Gambar 10 Struktur Teks Cerita Sejarah


Pengenalan
Puncak konflik Penyelesaian
situasi cerita Pengungkapan Menuju konflik
(turning point, (evaluasi, Koda
(exposition, peristiwa (rising action
komplikasi) resolusi)
orientasi)

4. Nilai-Nilai dalam Teks Cerita Rakyat

a. Nilai dalam Teks Cerita Sejarah


Teks cerita sejarah yang baik selalu mengandung nilai (value). Nilai tersebut
dikemas secara implisit dalam alur, latar, tokoh, dan tema. Nilai yang
terkandung dalam teks cerita sejarah antara lain: nilai budaya, nilai agama,
nilai moral, dan nilai praktis lainnya. Berikut ini contoh nilai sosial yang
berkaitan dengan tata pergaulan antarindividu dalam masyarakat terdapat
dalam teks cerita sejarah.

Meski lambat, Bekel Gajah Mada dan Jayanegara terus bergerak makin jauh
meninggalkan Kotaraja. Sebisa-bisa Bekel Gajah Mada berusaha
menghindar jika berpapasan dengan orang. Jika perlu bersembunyi lebih
dahulu. Namun, setelah melewati Bulak Panjang, sebuah perkampungan
menghadang di depan. Para penduduk di kampung itu rupanya telah
mendengar apa yang terjadi di istana. Didorong oleh keinginan untuk
menjaga dan mengamankan pedukuhan mereka sendiri, para pemuda dan
bebahu pedukuhan mengadakan penjagaan (Hariadi, 2007a:269).

Nilai sosial yang terdapat dalam kutipan di atas ialah gotong royong. Dalam
masyarakat Jawa Gotong-royong lebih dikenal dengan istilah “bebahu” atau
“sambatan”. Gotong royong adalah suatu bentuk sosialisasi dengan melakukan
pekerjaan secara sukarela, melakukan pekerjaan secara bersama-sama,
melibatkan beberapa atau banyak orang. Suatu bentuk kerjasama yang sudah
dibangun oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Bentuk kerjasama gotong
royong ini mempunyai tujuan supaya dapat menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan cepat terselesaikan.

157
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

b. Keterkaitan Nilai-nilai dalam Teks Cerita Sejarah dengan Kehidupan


Manusia

Selanjutnya untuk mengetahui keterkaitan nilai-nilai dalam teks cerita sejarah


dengan kehidupan manusia, terlebih dahulu harus memahami bahwa karya
sastra sebagai dokumen sosial budaya. Teks cerita sejarah sebagai karya
sastra merupakan penulisan kembali cerita masa lalu yang dilakukan
pengarangnya dengan mencampurkan antara fakta dan realita. Pengarang
masa kini menciptakan kembali cerita masa lampau dalam bentuk teks cerita
sejarah oleh kondisi sosial-budaya masyarakatnya. Dalam hal ini, masyarakat
yang dimaksudkan adalah masyarakat yang sesuai dengan tempat penciptaan
teks cerita sejarahnya. Oleh karena itu, teks cerita sejarah dapat dijadikan
wahana untuk menyampaikan pesan-pesan, yang pada umumnya pesan-pesan
tersebut berupa nilai-nilai yang terdapat pada lingkungan sosial budaya
masyarakatnya.

Perhatikan contoh kutipan novel sejarah berikut ini. Nilai pengetahuan yang
dikaitkan dengan pengembangan karakter kepemimpinan.

Telik sandi itu menjadi tegang. Beberapa bulan lampau Bekel Gajah Mada
pernah bercerita tentang seseorang yang memiliki kemampuan ketajaman
mata hati, kemampuan meramal berbagai hal yang berkaitan dengan masa
yang masih belum terjadi. Bekel Gajah Mada sedemikian membanggakan
orang itu hingga disebutnya sebagai orang berkemampuan weruh sak
durunge winarah. Mungkinkah Gajah Mada menyembunyikan Jayanegara di
tempat itu? (Hariadi, 2007:354-355).

Arti secara harfiah dari nilai pengetahuan weruh sak durunge winarah adalah
kemampuan melihat sesuatu yang belum terjadi. Arti ini sering dikonotasikan
secara ‘klenik’ (kegiatan perdukunan dengan cara-cara yang sangat rahasia
dan tidak masuk akal, tetapi dipercayai oleh banyak orang), namun dalam
ranah keilmiahan harus dimaknai hal tersebut secara rasional. Weruh sak
durunge winarah yaitu kemampuan memandang masa depan dengan jelas,
terarah, terukur dan terencana. Kemampuan memandang jauh ke depan atau
sering disebut penginderaan jauh, disebut juga dengan istilah visi.

158
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Dalam tataran kemampuan pribadi seorang pemimpin seperti Gajah Mada


harus memiliki visi yaitu mampu memandang sesuatu yang tak mampu
dipandang oleh orang lain. Dengan demikian untuk menumbuhkan semangat
eksplorasi kepemimpinannya, oleh Gajah Mada diperlukan setidaknya 4
hal: kesadaran sebagai pemimpin, tanggung jawab akan kepemimpinan yang
diamanahkan, kepercayaan diri dalam memimpin dan kepedulian terhadap
orang-orang yang dipimpinnya. Oleh karena seorang pemimpin seperti Gajah
Mada merupakan bagian dari komunitas dan tertuntut untuk merambah ke
dalam kancah sosial kemasyarakatan secara luas yang dampak implementasi
dari kebijakannya akan sangat luas bagi masyarakat.

Gajah Mada sebagai Mahapatih Majapahit selayaknya memiliki kemampuan


“weruh sadurunge winarah” yaitu kemampuan menangkap indikasi-indikasi
terjadinya sesuatu dan mengkritisinya secara mendalam untuk dapat diambil
tindakan dengan cepat dan tepat (tanggap ing sasmita). Sikap tanggap ing
sasmita yang dimiliki oleh Gajah Mada lebih powerfull dibanding risk
management. Karena sesungguhnya ajaran hidup luhur yang dimiliki Gajah
Mada itu merupakan global frame work dari risk management yang bermula
dari identifying, measuring, analysing, monitoring, controlling, reporting dan
communicating. Keseluruhan komponen tersebut berjalan secara simultan,
saling correlated, aggreegated, dan integrated dalam sistem. Inilah yang di-
drive dan di–empower oleh budi pekerti, yaitu cipta, rasa dan karsa sebagai
perintah. Pun demikian bagi para pemimpin zaman sekarang dituntut untuk
memiliki kemampuan weruh sak durunge winarah.

5. Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Rakyat

Unsur kebahasaan yang digunakan dalam teks cerita sejarah tentu akan
berbeda dengan teks lainnya. Dalam bahan bacaan ini, akan dipelajari kaidah
kebahasaan teks cerita sejarah serta makna kias yang terdapat di dalamnya.
Berikut dua kegiatannya.

159
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

a. KaidahBahasa di dalam Teks CeritaSejarah

Kaidah bahasa di dalam teks cerita sejarah mempunyai kekhasan tersendiri


dibanding dengan teks lainnya. Hal itu dipengaruhi oleh bahan baku teks cerita
sejarah yang berupa fakta/peristiwa sejarah. Beberapa kaidah kebahasaan
yang berlaku pada teks cerita sejarah adalah sebagai berikut.

1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau. Contoh:

Perjalanan sejarah berlangsung sangat panjang dan tak diketahui di mana


ujungnya. Ada dua wangsa yang tercatat dan keberadaan mereka ditandai
dengan keturunan Syailendra dan garis keturunan Sanjaya silih berganti
menyelenggarakan pemerintahan. Agama Hindu dan Buddha marak
mewarnai kehidupan segenap rakyatnya. Hukum ditegakkan, negara dalam
keadaan gemah ripah loh jinawi (Hariadi, 2007:1).

2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi


kronologis, temporal), sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
Contohnya:

Gajah Mada melihat apa yang terjadi itu merupakan pengulangan peristiwa
lama yang telah terjadi di mana-mana. Agama Syiwa dan Buddha yang banyak
penganutnya, sering kali terlibat pertikaian. Itulah sebabnya, ada Tripaksa.
Ternyata, itu pun masih belum cukup. Ketika berada di Galing, Gajah Mada
mendapati sebuah agama baru bernama Islam. Agaknya, cakupan Tripaksa
harus ditata ulang. Baru dua jenis agama saja telah menimbulkan banyak
sekali masalah, bagaimana jika agama Islam yang mulai berkembang dan
meminta jauh perhatian itu juga meminta ruang pengaturan (Hariadi,
2008c:336).

4. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu tindakan


(kata kerja material), contoh:

Seorang prajurit Singasari yang robek perutnya dengan usus terburai keluar,
apalagi usus itu ada yang robek, yakinlah prajurit itu kematian akan segera
datang menjemput. Sadar kematian akan tiba, prajurit itu justru memejamkan
mata dan membaca puja mantra, berdoa menurut keyakinan agama Syiwa
yang dianut (Hariadi, 2007:389).

5. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung


sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang, contoh:
mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan,
menanyakan, menyatakan, menuturkan.

160
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Dalam perbincangan berdua, perbincangan yang dilakukan dari hati ke hati


Prabu Hayam Wuruk dan permaisurinya itu akhirnya mengambil sebuah
keputusan yang disepakati bersama, bahwa untuk menjaga perasaan kerabat
keluarga, untuk menjaga perasaan Ibu Suri Sri Gitarja dan Ibu Suri Dyah
Wiyat, untuk menjaga perasaan Sri Kertawardana dan mertua laki-lakinya,
Sri Wijayarajasa Hyang Parameswara, rahasia besar itu harus dijaga rapat-
rapat. (Hariadi, 2013:92).

6. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang


dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental). Contoh:
merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengatakan,
menganggap.
Senyap menggerataki Tatag Rambat Bale Guntur, udara mengombak perlahan
bagai gerak lembaran kain yang dibentangkan, tetapi kian bergolak seperti
permukaan laut saat angin dengan kuat menjamahnya. Pembicaraan yang
terjadi itu menyihir dengan kuatnya. Tak seorang pun yang berbicara atau
berbisik karena mereka merasa rugi bila kehilangan jejak alur pembicaraan
antara Raja dan tamunya. Apa yang disampaikan Raja sungguh sangat aneh
dan menarik (Hariadi, 2013:127).

7. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda
(“….”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
“Dari mana agama itu berasal?” Tanya Gajah Mada.
“Dari tanah Arab,Tuan, ”jawab Tradung. ”Yang mengajari kami adalah para
pedagang dari tanah Arab yang berniaga sampai tempat ini.
Islam mengajarkan kepada kami untuk menyembah Allah, Allah Subhanahu
wata’ala.”
Gajah Mada mengerutkan keningnya.
“siapa itu? semacam Dewa?” Tanya Gajah Mada penasaran (Hariadi,
2008c:314).
8. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk
menggambarkan tokoh, tempat, atausuasana.Berikut contoh kata-kata
yang menggambarkan suasana tempat Karautan yang ditulis oleh Langit
Kresna Hariadi sebanyak 6 halaman dalam novelnya Majapahit
Sandyakala Rajasawangsa (2012:1).

161
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 11 Novel Majapahit Sandyakala Rajasawangsa


Karya Langit Kresna Hariadi

Dalam keadaan terpaksa pun orang tak akan melintasi apalagi jika tidak
terpaksa.
Karautan pernah berkeadaan itu. Karautan yang pernah menjadi tempat
tinggal Ken Arok adalah tempat yang menakutkan karena di sanalah berbagai
binatang buas tinggal. Ular saling membelit dengan ular atas nama warna
berbeda bahkan saling terkam terhadap jenis yang sama, dari ukuran yang
paling kecil dengan panjang sekilan atau yang raksasa yang berkesanggupan
membelit seekor harimau hingga tidak mampu bernapas. Karautan juga
menjadi tempat tinggal ribuan jenis binatang yang lain, yang bisa ditandai
dari jerit teriakannya. Apabila anjing hutan menyalak bersahutan, setidaknya
ada dua alasan yang menjadi penyebabnya. Pertama, mereka tiba-tiba
berserobok dengan binatang yang lebih besar dan berbahaya. Kedua, mereka
melihat hantu. Melihat hantu bukanlah hal yang aneh bagi anjing-anjing liar
itu, tetapi tetap saja kegaduhan terjadi (Hariadi, 2012:1).

Berikut tujuh bentuk kaidah bahasa teks cerita sejarah jika dipetakan
dalam bagan.

Tabel 5 Kaidah BahasaTeks Cerita Sejarah

Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau


Kaidah Bahasa Teks Cerita Sejarah

Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan


waktu
Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan
sesuatu tindakan
Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai
cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang

Banyak menggunakan kata kerja mental

Menggunakan banyak dialog

Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language)

162
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

a. Makna Kias dalam Teks Cerita Sejarah

Teks cerita sejarah juga banyak menggunakan kata atau frasa yang
bermakna kias. Kata dan frasa yang bermakna kias itu terkadang banyak

diambil dari bahasa daerah atau disesuaikan dengan cerita sejarah itu
berasal. Kata atau frasa bermakna kias ini digunakan penulis untuk
membangkitkan imajinasi pembaca saat membacanya serta memperindah
cerita. Perhatikan contoh cuplikan teks cerita sejarah berikut ini.

“Kauperoleh keterangan Panji Watang akan melakukan apa?” bertanya Gajah


Mada tidak sabar.
“Mereka akan menyerang istana langsung melalui Purawaktra. Mereka
menggunakan Garudanglayang. Sepenginanglagi mereka akan segera sampai”.
Bekel Gajah Mada benar-benar pucat (Hariadi, 2008:62).

Istilah sepenginang tersebut mempunyai makna untuk menunjukkan waktu


yang sebentar sama seperti sebentarnya orang yang sedang makan sirih
(nginang), maksudnya tidak terlalu lama; sekejap saja.

Selain menggunakan kata atau frasa bermakna kias, teks cerita sejarah juga
banyak menggunakan peribahasa baik yang berbahasa daerah maupun
berbahasa Indonesia. Penggunaan kata, ungkapan, atau peribahasa daerah ini
digunakan oleh penulis untuk memperkuat latar waktu, tempat, suasana
kejadian cerita dan lainnya. Perhatikan contoh berikut ini. Perhatikan contoh
berikut ini.
Dengan amat bangga dan dipenuhi rasa takjub, mereka menyaksikan tubuh-tubuh
yang bergelimpangan. Empat orang pengikut dan pendukung tindakan Kiai
Wiragati itu merasa, betapa hebat peristiwa itu. Dalam keadaan macam itu,
sungguh betapa mudah untuk menghancurkan Majapahit, semudah mijat wohing
ranti (Hariadi, 2007b:234).

Arti dari peribahasa mijat wohing ranti ialah semudah memencet buah tomat.
Maksudnya, pekerjaan yang sangat mudah yang anak kecil juga mampu
melakukannya.

6. Penulisan Teks Cerita Sejarah

163
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tidak semua penulis mampu membuat teks cerita sejarah, karena pemilihan
diksi dan lain hal yang disesuaikan dengan setting peristiwa sejarah tersebut.
Diperlukan riset yang mendalam bagi penulis teks cerita sejarah tersebut
supaya yang ditulis tidak menyimpang jauh dari sejarah asalnya dan
mempunyai nilai tinggi dari sudut kesejarahan. Menjadi penulis teks cerita
sejarah berarti telah menjadikan dirinya sebagai penulis yang
mengrekonstruksi fakta sejarah setelah melalui proses penilaian pribadi.
Sehingga teks cerita sejarah yang diciptakannya telah mengandungi unsur-
unsur subjektif dari penulis itu sendiri. Maka untuk mempertanggujawabkan
kebenaran fakta sejarah yang terjadi dalam teks cerita sejarah tersebut akan
mengalami ketidaksesuaian, namun paling tidak fakta itu ada, hampir
mendekati.

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi dalam penulisan teks cerita
sejarah, di antara ialah: pertama, latar belakang sosial-budaya tempat
penciptaan novel tersebut lahir. Maksudnya yaitu di mana tempat lahir novel
tersebut, maka sosial budaya akan mempengaruhi ke dalam novelnya.
Misalnya, novel sejarah Gajah Mada Perang Bubat karya Langit Kresna Hariadi
lahir dilatarbelakangi oleh sosial budaya Jawa, maka berbeda hasilnya dengan
novel sejarah Perang Bubat karya Aan Merdeka Permana yang berlatar
belakang sosial-budaya Sunda. Padahal, kedua novel tersebut sama-sama
mengangkat Perang Bubat sebagai bahan baku penulisannya. Akan tetapi latar
belakang sosial-budaya tempat penciptaan Jawa dengan Sunda (seperti
bahasa, agama, falsafah, seni, daur hidup, dan lain sebagainya) tersebut
mempengaruhi isi novelnya.

Faktor kedua yang mempengaruhi dalam penulisan novel sejarah yaitu latar
belakang sosial-budaya pengarangnya. Latar belakang sosial-budaya
pengarang tersebut ialah latar belakang sosial-budaya pengarang (asal sosial,
pendidikan, pekerjaan/perjalanan karir, kelamin, dan umur serta
perkembangan karya-karyanya), latar belakang psikologis pengarang, latar

164
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

belakang kebahasaan dan kesastraan pengarang, dan proses kreatifitas


pengarang (sebelum, saat, dan sesudah mengarang). Kesemua latar belakang
tersebut akan mewujud dalam bentuk penghayatan, pemaknaan, penilai,
pengolahan, dan rekasaya pengarang dalam menulis novel sejarahnya.
Sehingga dengan kelihainya pengarang memanfaatkan fakta peristiwa sejarah
itu untuk diwujudkan dalam bentuk novel sejarah bisa seakan-akan benar
faktanya. Novel sejarah bisa disejajarkan dengan teks sejarah oleh
pembacanya. Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan teks
cerita sejarah jika dipetakan dalam tabel.

Tabel 6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penulisan Teks Cerita Sejarah

Falsafah

Budaya
Bahasa

Agama

Seni

dsb.
Asal sosial
Fakta Sejarah &
Bahan Baku

Realitas

Agama
LatarBelakang Sosial-Budaya Tempat Penciptaan
Pendidikan

Psikologis

Pekerjaan Penghayatan
Penulis Teks Cerita

Kesastraan Pemaknaan
Teks
Sejarah

Kebahasaan
Penilaian Cerita
Proses kreatif Sejarah
Pengolahan

dsb.
Rekayasa

Seperti halnya penulis Zaenal Fanani memiliki kekhasan tersendiri dalam


menulis teks cerita sejarah. Melalui wawancara via surel
(zhen@rocketmail.com), Zaenal Fanani menjelaskan proses kreatif penulisan
novel sejarahnya. Sebelumnya ia memperkenalkan sebagai pengarang novel
yang lahir di Malang, 7 Maret 1962. Dalam kurun waktu 1990-1997, Zaenal
Fanani menulis serial silat: Pendekar Mata Keranjang 19 episode (Jakarta:

165
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Cinta Media), Joko Sableng 103 Episode (Jakarta: Cinta Media, ditayangkan di
SCTV 1998), Pendekar Seribu Bayangan 18 episode (Surabaya: Karya Anda).
Dan hingga tahun 2018 lebih dari 30-an novel yang diterbitkan oleh Zaenal
Fanani. Selanjutnya menurut Zaenal Fanani, ada tiga tahapan proses kreatif
Zaenal Fanani dalam menulis teks cerita sejarah.

1. Tahapan Pra-Teknis:

1. Penggalian gagasan/ide – bisa dilakukan dengan mengunjungi toko


buku, browsing internet, menghadiri seminar atau mengikuti event-
event literasi.
2. Pemilihan cerita/tema/bahan baku. Dari beberapa tema yang
didapatkan saat penggalian gagasan, dipilih satu tema dengan
mempertimbangkan:
a. Pemahaman terhadap materi.
b. Ketersediaan referensi.
c. Perbandingan buku-buku sejenis.
3. Pengumpulan referensi/data, bisa diakses melalui buku-buku,
browsing internet, dan mengunjungi perpustakaan. Referensi yang
dicari perlukan:
a. Autentik, legal dan sempurna sehingga tidak menimbulkan writers
block akibat minimnya referensi.
b. Tidak banyak mengandung kontroversi/silang pendapat sehingga
tidak ditekan dilematis untuk memilih salah satu pendapat.
4. Melakukan riset lapangan (optional) dengan mengunjungi situs sejarah
yang hendak ditulis. Riset ini menjadi acuan untuk:
a. Legalitas faktual.
b. Mendapatkan gambaran/setting lokasi sekaligus mengetahui
geografi, dan sejarah budayanya.
c. Menemukan hal-hal baru yang tidak terdata dalam referensi.

166
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

5. Melakukan diskusi/share (optional) dengan orang-orang yang


berkompeten di bidangnya. Dari diskusi ini diharapkan mendapatkan:
a. Tambahan data.
b. Masukan dan saran.
c. Pemecahan problem/kendala.
6. Membuat jadwal penulisan dan menentukan deadline. Jadwal
dilaksanakan dengan disiplin, sementara deadline tergantung
ketebalan halaman naskah.
II. Persiapan Teknis
1. Membuat outline untuk menjaga sirkulasi cerita tidak keluar dari frame.
Agenda outline:
a. Membatasi tema. Membatasi tema sesuai cerita agar tidak
memasuki ranah di luar konteks.
b. Menentukan sudut pandang tulisan. Sudut pandang orang pertama,
orang ketiga atau sudut pandang campuran (tidak dianjurkan)
c. Memilih tokoh-tokoh yang hendak dimunculkan.
d. Membagi naskah dalam berapa bab.
e. Membuat deskripsi singkat per-bab.
III.Tahapan Teknis
Menuangkan Gagasan.
a. Menjabarkan deskripsi dalam setiap bab sesuai outline dengan
memaksimalkan diksi – memilih kata, mengolah dan menciptakan
manuver agar tepat dalam pembacaan dan pengertiannya hingga
mendapatkan dramatisasi tertentu.
b. Membangun konflik.
Konflik merupakan merupakan kontruksi lahirnya plot cerita.
Konflik dilahirkan oleh karakter tokoh, setting dan psikologis para
tokoh. Membenturkan antarkarakter tokoh merupakan akses
terbaik untuk memulai membangun konflik. Karena novel sejarah
telah memiliki tokoh, kita tinggal mengekplorasi karakter setiap

167
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

tokoh yang hendak kita munculkan dengan membangun karakter


setiap tokohnya.

Konflik memiliki 3 elemen penting, yakni:

 Tujuan. Memahami tujuan konflik. Misalnya: penyelamatan,


membongkar konspirasi, menemukan tempat rahasia.
 Keinginan. Mengekplorasi keinginan para tokoh sehingga
muncul motivasi dari setiap tokoh dalam menjalankan peran
masing-masing.
 Penghalang. Inti sebuah konflik adalah penghalang. Di sinilah
arena memasukkan imajinasi ke dalam konteks cerita/fakta
sejarah.
c. Membangun karakter tokoh. Beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian dalam membangun karakter tokoh adalah:
 Membedakan secara mencolok antara karakter tokoh utama,
tokoh antagonis dan tokoh pendamping dalam dialog dan
ketika menghadapi masalah.
 Menjadikan salah satu karakter tokoh sebagai cara
penyelesaian dari konflik cerita.
 Mempertahankan karakter tokoh dalam keseluruhan naskah
tulisan. Konsistensi dimulai dari cara berpikir, style, reaksi
menghadapi masalah dan gaya bahasa dalam dialog.
 Membedah gambaran tokoh melalui pertanyaan, dialog, setting
atau tokoh-tokoh pendamping (bukan dari narasi teks).
 Menciptakan tokoh yang unik dan berbeda. Memasukkan
kebiasaan-kebiasaannya: menyibakkan sisi rambut,
memiringkan wajah dan lain-lain yang menjadi ciri khas.
 Menghindari unsur tak logis, tokoh terlalu sempurna/tidak
mempunyai kelemahan.
d. Mengatur suhu konflik. Membuat ketegangan demi ketegangan
secara perlahan dan menanjak. Mengusahakan penyelesaian konflik
tidak secepat kilat dengan bantuan tangan Tuhan.

168
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

PENGEMBANGAN PENILAIAN

Unit Pengembangan Penilaian ini terdiri dari dua bahasan, yaitu (1)
pembahasan soal-soal Ujian Nasional (UN), dan (2) pemgembangan soal
Higher Order Thingkin Skill (HOTS). Dalam pembahasan soal-soal UN diambil
dari tiga tahun terakhir (2016, 2017, dan 2018) yang ada relevansinya dengan
Teks Cerita Sejarah. Sedangkan untuk pengembangan soal HOTS dirancang
dari kisi-kisi soal UN dengan memperhatikan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK) pengayaan dari KD pengetahuannya

A. Pembahasan Soal-soal

UN Nomor 1-2 Tahun 2017

Cermati paragraf berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2

(1) Keterbukaan batik banyuwangi terhadap perwajahan baru, warna,dan


motif menunjukkan watang orang Banyuwangiyang sangat peryaca diri
meramu aneka pengaruh untuk kemudian diakui sebagai identitas diri. (2)
Tabrak budaya ini juga terlihat pada ramuan kulinernya, eperti rawon malang
dicampur dengan pecel madiun menjadi rawon pecel. (3) Orang Banyuwangi
sangat terbuka menerima budaya luar untuk diolah menjadi budaya
Banyuwangi. (4) Sinkretisme budaya yang juga tampak di batik banyuwangi ini
menjadi sesuatu yang mutlak terjadi karena Banyuwangi hingga kini memang
dihuni beragam suku. (5) Kedatangan beragam suku bangsa untuk tinggal
menetap di Banyuwangi antara lain di mulai pada penjajahan Belanda. (6)
Belanda mendatangkan buruh perkebunan dari Jawa dan Madura.

169
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

9. Kalimat utama paragraf tersebut adalah nomor .....

A. (1)

B. (2)

C. (3)

D. (4)

E. (5)

Jawaban A

Pembahasan

Pada kalimat nomor satu merupakan kalimat utama karena termasuk paragraf
deduktif. Setelah kalimat utama maka selanjutnya adalah kalimat penjelas.
Maka jawabannya yaitu A.

10. Makna istilah sinkretisme pada paragaf tersebut adalah proses ....

A. pencampuran berbagai daerah

B. adaptasi dariberbagai teknologi

C. perpaduan dari berbagai aliran

D. interaksi masyarakat di daerah

Jawaban A

Pembahasan

Jika dilihat dari kamus elektronik KBBI sinkretisme memiliki arti perpaduan
dari beberapa (aliran) yang berbeda untuk mencari keerasian, keseimbangan,
dan sebagainya. Maka jawabannya adalah A

170
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

B. Pengembangan Soal HOTS

Pengembangan soal kemampuan berpikir tingkat tinggi ata yang disebut


Higher Order Thinking Skills (HOTS) bisa Saudara lakukan dengan melihat
indikator pencapaian kompetensi atau indikator kunci yang harus dicapai,
yaitu minimal proses berpikir ranah analisis (C4) atau level 3 (penalaran).
Level penalaran merupakan level HOTS, karena untuk menjawab soal-soal
pada level 3 peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan
menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki
logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah
kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran mencakup
dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mengkreasi (C6). Contoh soal di bawah ini sudah termasuk soal HOTS karena
sudah level 3 (level Penalaran). Untuk menambah pemahaman, Saudara
diharapkan dapat mengembangkan soal HOTS yang setingkat dengan contoh
soal di bawah ini.

Mata Pelajaran :Bahasa Indonesia


Jenis sekolah : SMA
Kelas : XII
Kompetensi Lingkup Indikator Nomor Bentuk
No. Materi Level
Dasar Materi Soal Soal Soal
1 2 3 4 5 6 7 8
1 3.3Mengident Teks cerita Informa Disajikan 1 L3 Pilihan
ifikasi sejarah si teks dua teks, Ganda
informasi, cerita teks cerita
yang sejarah sejarah dan
mencakup teks
orientasi, sejarah,
rangkaian peserta
kejadian yang dapat
saling mengidenti
berkaitan, fikasi
komplikasi perbedaan
dan resolusi informasi
dalam cerita yang
terdapat

171
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

sejarah lisan dari dua


atau tulis teks yang
berbeda

2 4.3 Teks cerita Nilai- Disajikan 2


Mengontruksi sejarah nilai dari
contoh
nilai-nilai teks nilai dari
dari cerita inrfomasi
informasi sejarah teks cerita
cerita sejarah sejarah
dalam sebuah yang
teks terdateks
eksplanasi puisi,
peserta
dapat
menjelaska
n amanat
yang
terdapat
dalam
puisi.
3 3.4 Teks cerita Kebahas Disajikan 3 P3 Esai
Menganalisis sejarah aan teks teks puisi,
kebahasaan cerita peserta
cerita atau sejarah dapat
novel sejarah menganalis
is unsur-
unsur
pembangu
n puisi
4 4.4 teks cerita rancang Disajikan 4
Menulis cerita sejarah an rancangan
sejarah penulisa penulisan
pribadi n teks teks cerita
dengan cerita sejarah
memperhatik sejarah berdasarka
an n
kebahasaan pengalama
n tokoh
dan
peristiwa
lainnya

172
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Kartu Soal 1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMA Kurikulum : 2013


Kelas : XII Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Nama Penyusun :

Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Buku Sumber :
Pemahaman
Aplikasi √ Penalaran

3.3Mengidentifikasi RUMUSAN BUTIR SOAL


informasi, yang
mencakup
Cermati kedua kutipan teks, teks pertama berupa
orientasi,
rangkaian kejadian teks cerita sejarah yang dikutip dari novel sejarah
Nomor Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi. Teks kedua
yang saling Soal
berkaitan, berupa teks sejarah dari buku Tradisi Majaphit,
komplikasi dan 1 Histori, Monarki, dan Kultur karya Enung Nurhayati.
resolusi dalam
cerita sejarah lisan Gajah Mada (karya Langit Kresna Hariadi)
atau tulis
“Obat apa ini?” bertanya Gajahmada. “Kau
LINGKUP MATERI benar-benar membuat obat untuk
Teks cerita sejarah menyembuhkan bukan? Bagaimana caramu
membuktikan ini bukan racun?”
Ra Tanca menjawab pertanyaan itu dengan
MATERI menuangkan seduhan obat itu ke telapak tangan
kirinya dan menjilatnya, dengan cara itu Tanca
Informasi yang Kunci yang kebal terhadap berbagai jenis racun itu ingin
terdapat dalam Jawaban mengatakan, jika obat yang diraciknya itu
teks cerita sejarah mengandung racun maka Ra Tanca yang
A mencicipi tentu akan mati.

INDIKATOR SOAL
Disajikan dua teks,
teks cerita sejarah
dan teks sejarah,
peserta dapat
mengidentifikasi
perbedaan
informasi yang
terdapat dari dua
teks yang berbeda
Namun, terbelalak setelah beberapa jenak
Jayanegara meminum obat itu. Matanya
membeliak dan tercekik. Rajadewi dan

173
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tunggadewi terpekik, para Ibu Ratu terperangah


amat kaget. Gajah Mada merasa isi dadanya akan
meledak, dengan beringas ia meringkus Ra Tanca.
“Racun yang kauminumkan kepada
Baginda?” teriak Gajahmada (Hariadi, 2006:571-
576).

Tradisi Majapahit, Histori, Monarki, dan Kultur


Karya Enung Nurhayati

Menurut Serat Pararaton (Brandes,


1920:34) Jayanagara meninggal dunia dibunuh
Tanca pada Saka 1250 (1328 Masehi). Begitu pula
dalam pemberitaan Kakawin Nagarakrtagama
pupuh 48/3, Jayanagara meninggal dunia pada
tahun Saka 1250. Ini kutipan pupuh 48/3 (Riana,
2009: 239):“riɳ çakakala windu çara suryya saɳ
nrpati mantukiɳ haripadha, çighra siran
dhinarmma ri dalem purarccanira wisnuwimbha
parama, len ri çila petak mwangi bubat padha
pratima wisnumurttyanupama, riɳ sukhalila taɳ
sugata wimbha çobhitanamoghasiddi
sakala”.Artinya, ”Tahun Saka Bulatan Memanah
Surya (1250) beliau meninggal dunia. Segera
dikebumikan di dalam pura berlambang arca
Wisnuparama. Di Sila Petak dan Bubat dibangun
arca Wisnu sangat indah. Di Sukalila terpahat arca
Budha sebagai penjelmaan Amogasidi”
(Nurhayati, 2016: 115).

174
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Berdasarkan kedua cuplikan teks tersebut, sama-


sama memaparkan kematian Raden
Jayanegara.Tetapi terdapat juga perbedaan cara
penyampaian informasinya, yaitu …

Teks I Cerita Sejarah Teks II Sejarah

A Informasi yang Informasi yang


disampaikan disampaikan
mengunakan bahasa menggunakan bahasa
denotatif dan mono- konotatif dan multi-
interpretasi interpretasi
b Informasi berupa Informasi berupa
fakta bersifat bersifat fakta bersifat
fiksional
faktual
c Informasi Informasi
direkontruksi secara direkontruksi secara
subjektif objektif

d Informasi peristiwa Informasi peristiwa


disusun sesuai disusun secara
kebutuhan kronologis
pengarangnya

175
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kartu Soal 2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMA Kurikulum : 2013


Kelas : XII Bentuk Soal : Uraian
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Nama Penyusun :

KOMPETENSI Buku Sumber Pengetahuan/


DASAR : Pemahaman
Aplikasi √ Penalaran

4.3 RUMUSAN BUTIR SOAL


Mengontruksi
Cermatilah cuplikan teks cerita sejarah Anak Semua
nilai-nilai dari
informasi Bangsa Karya Pramoedya Ananta Toer berikut ini.
Nomor
cerita sejarah Soal
Sayang sekali aku tak pernah menonton lakon
dalam sebuah
2 wayang Bharatayuddha. Belum pernah kutemui
teks
ada dalang berani memainkannya. Saking
eksplanasi
ruwetnya. Dan keruwetan itu meninggalkan kesan
LINGKUP
MATERI gaib, juga perubahan “imbangan kekuasaan”
Teks Cerita sekarang.
Sejarah
Buatlah kontruksi nilai sastra dari cerita sejarah
MATERI tersebut ke dalam teks eksplanasi!
Nilai-nilai Kunci
yang Jawaban
terkandung
dalam teks
cerita sejarah
INDIKATOR
SOAL
Disajikan
cuplikan teks
cerita sejarah
yang
mengandung
nilai-nilai,
peserta didik
dapat
mengontruksi
nilai-nilai ke
dalam teks
eksplanasi

176
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Kartu Soal 3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMA Kurikulum : 2013


Kelas : XII Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Nama Penyusun :

KOMPETENSI Buku Sumber Pengetahuan/


DASAR : Pemahaman
Aplikasi √ Penalaran

3.4 RUMUSAN BUTIR SOAL


Menganalisis
Nomor
kebahasaan Soal Cermati cuplikan teks cerita sejarah berikut ini
cerita atau
novel sejarah 3 Nyaris semua wilayah yang membentang dari
LINGKUP arah matahari terbit ke arah matahari
MATERI tenggelam telah berhasil disatukan di bawah
Teks Cerita panji-panji Majapahit, bendera gula kelapa,
Sejarah cihna grinsing lobheng lewih laka, dan dasar
negara yang dituangkan dalam Kitab Undang-
Undang Pratigundala (Hariadi, 2008:46).
MATERI
Makna dari kata cihna grinsing lobheng lewih
Kaidah Kunci
Kebahasaan Jawaban lakayang terdapat dalam cuplikan tersebut adalah
Teks Cerita
A …
Sejarah
INDIKATOR a. Diidentikkan dengan lambang Negara Garuda
SOAL Pancasila. Lambang ini berupa gambar buah
Disajikan maja, terletak di tengah-tengah kain yang
cuplikan teks dibatik bercorak geringsing berwarna merah
cerita sejarah, b. Kain batik grinsing yang digunakan sebagai
peserta dapat bendera Majapahit
memaknai c. Lambang berupa kain batik dan buah maja
kebahasaannya d. Lambang Garuda Pancasila yang digunakan
Majapahit yang di kemudian hari digunakan
sebagai lambing Negara Indonesia.

177
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kartu Soal 4
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMA Kurikulum : 2013


Kelas : XII Bentuk Soal : Uraian
: Bahasa
Mata Pelajaran Nama Penyusun :
Indonesia
KOMPETENSI Buku Sumber Pengetahuan/
DASAR : Pemahaman
Aplikasi √ Penalaran

4.4 RUMUSAN BUTIR SOAL


Menulis teks
Peristiwa dan tokoh sejarah sebagai bahan baku
cerita sejarah
berdasarkan Nomor penulisan sejarah:
pengalaman Soal
pribadi dengan 1. Sejarah pramuka di Indonesia
4 2. Sejarah Dewan Kesenian Jakarta
memperhatikan
kebahasaan 3. Peristiwa reformasi tahun 1998
LINGKUP MATERI 4. Sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia
Teks Cerita Tulislah teks cerita sejarah dengan memilih satu
Sejarah peristiwa dan tokoh tersebut sebagai bahan
MATERI
bakunya. Teks sejarah ditulis dalam lima halaman
Penulisan teks Kunci
cerita sejarah Jawaban

INDIKATOR SOAL
Disajikan
beberapa
peristiwa atau
tokoh yang bisa
memantik
untuk menjadi
bahan baku
penulisan teks
cerita sejarah

178
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

Aspek penilaian:

Soal Aspek yang dinilai Skor

2 Peserta didik mengontruksi nilai-nilai dari informasi cerita 4


ke dalam teks eksplanasi sangat tepat dengan pembelajaran
mengontruksi teks cerita sejarah

Peserta didik mengontruksi nilai-nilai dari informasi cerita 3


ke dalam teks eksplanasi tepat dengan pembelajaran
mengontruksi teks cerita sejarah

Peserta didik mengontruksi nilai-nilai dari informasi cerita 2


ke dalam teks eksplanasi kurang tepat pembelajaran
mengontruksi teks cerita sejarah

Peserta didik mengontruksi nilai-nilai dari informasi cerita 1


ke dalam teks eksplanasi tidak tepat dengan pembelajaran
mengontruksi teks cerita sejarah

179
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Soal Aspek yang dinilai Skor

4 Peserta didik menulis teks cerita sejarah dengan 4


memperhatikan kebahasaan sangat tepat dengan
pembelajaran mengontruksi teks cerita sejarah

Peserta didik teks cerita sejarah dengan memperhatikan 3


kebahasaan tepat dengan pembelajaran mengontruksi teks
cerita sejarah

Peserta didik teks cerita sejarah dengan memperhatikan 2


kebahasaan kurang tepat pembelajaran mengontruksi teks
cerita sejarah

Peserta didik teks cerita sejarah dengan memperhatikan 1


kebahasaan tidak tepat dengan pembelajaran mengontruksi
teks cerita sejarah

180
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

KESIMPULAN

Secara umum pembelajaran pada unit Tek Cerita Sejarah ini mengarahkan
pada bagaimana peserta didik dapat meningkatkan pengetahuannya dalam
mengidentifikasi informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian kejadian
yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi dalam cerita sejarah lisan atau
tulis, dan menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah. Selain itu,
pembelajaran pada unit Teks Cerita Sejarah ini juga untuk mengarahkan pada
bagaimana peserta didik dapat meningkatkan keterampilan dalam
mengontruksi nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah teks
eksplanasi, dan menulis teks cerita sejarah berdasarkan pengalaman pribadi
dengan memperhatikan kebahasaan. Teks Cerita sejarah adalah cerita rekaan
yang mengandung unsur-unsur sejarah. Bentuk dari cerita itupun beragam,
diantaranya cerita pendek, cerita jenaka, cerita nyata, cerita fantastik, cerita
rakyat, cerita picisan, cerita rekaan, termasuk juga fiksi mini, novel dan roman.
Untuk selanjutnya, contoh-contoh teks cerita sejarah dalam unit ini, lebih
banyak menggunakan contoh yang diambil dari cuplikan novel sejarah yang
merupakan bagian dari teks cerita sejarah.

Supaya pencapaian tujuan maksimal, unit Teks Cerita Sejarah ini


mengembangkan dua aktivitas, yaitu aktivitas pertama, pengidentifikasian
informasi teks dan pengontruksian nilai-nilai yang terdapat dalam informasi
dari teks cerita sejarah. Kedua aktivitas menganalisis kebahasaan teks cerita
sejarah dan menulis teks cerita sejarah berdasarkan pengalaman pribadi
dengan memperhatikan kebahasaan. Model pembelajaran yang digunakan
dalam kedua aktivitas tersebut menggunakan model discovery learning. Pada
setiap aktivitas terdapat juga lembar kerja peserta didik (LKPD) yang dapat
membantu memberikan pengalaman pembelajaran tentang mengidentifikasi
informasi, mengontruksi nilai-nilai informasi ke dalam teks eksplanasi,

181
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

menganalisi kebahasaan, dan menulis teks cerita sejarah dengan


memperhatikan kebahasaan.

Unit Teks Cerita Sejarah ini juga didukung dengan bahan bacaan yang
membahas empat materi yaitu: (1) pengertian teks cerita sejarah, (2) fungsi
teks cerita sejarah, (3) struktur teks cerita sejarah, (4) nilai-nilai yang terdapat
dalam teks cerita sejarah (5) kaidah kebahasaan teks cerita sejarah, dan (5)
penulisan teks cerita sejarah. Pada materi pengertian, fungsi, struktur, dan
nilai-nilai yang terdapat dalam teks cerita sejarah peserta diharapkan mampu
membangun konteks dan pemodelan dengan cara menggali informasi terkait
pengertian dan fungsi informasi pada teks cerita sejarah tersebut dan
mengontruksi nilai-nilai teks cerita sejarahnya ke dalam bentuk teks
eksplanasi. Pada materi kebahasaan teks cerita sejarah peserta diarahkan
untuk memahami kebahasaan dalam rangka untuk memudahkan saat menulis
teks cerita sejarah.

Pada unit Teks Cerita Sejarah ini juga disajikan pengembangan penilaian.
Pendidik diharapkan mampu mengembangkan soal HOTS sesuai dengan KD,
IPK, materi yang disajikan. Rangkaian pembelajaran pada unit ini dapat
membantu pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran dan penilaian
HOTS.

182
Unit Pembelajaran
TEKS CERITA SEJARAH

UMPAN BALIK

Isilah umpan balik/refleksi pembelajaran pada tabel berikut!


1. Apakah manfaat yang Bapak dan Ibu peroleh dalam mengidentifikasi teks
puisi ketika pembelajaran di kelas?

2. Apakah manfaat yang Bapak dan Ibu peroleh dalam mendemonstrasikan


puisi ketika pembelajaran di kelas?

3. Apakah manfaat yang Bapak dan Ibu peroleh dalam menelaah puisi ketika
pembelajaran di kelas?

4. Bagaimana cara Bapak dan Ibu dalam menulis teks puisi ketika
pembelajaran di kelas?

5. Apakah masalah yang Bapak dan Ibu hadapi selama melaksanakan kegiatan
pembelajaran teks puisi? Bagaimana cara Bapak dan Ibu untuk mengatasi
hal tersebut?

183
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

184

Anda mungkin juga menyukai