Anda di halaman 1dari 7

Model Distribusi Menurut Kaldor

Harrod-Domar mendasarkan modelnya pada asumsi yang ketat mengenai rasio


tabungan pendapatan yang konstan. Model kardol merupakan satu usaha untuk menjadikan
rasio tabungan modal sebagai suatu variabel di dalam proses pertumbuhan. Model ini
didasarkan dalam fungsi “fungsi tabungan klasik” yang menyatakan bahwa tabungan adalah
sama dengan rasio antara keuntungan dan pendapatan nasional, dalam hal ini, S= P/Y

ASUMSI

Professor N. Kaldor membangun modelnya atas dasar asumsi berikut

1) ada “situasi pekerjaan penuh (full employment) sehingga kesalahan output atau
pendapatan(Y) adalah tertentu ”.
2) pendapatan atau output nasional hanya terdiri dari upah (W), dan keuntungan (P). W
mencakup buruh kasar dan gaji, sedangkan P mencakup pendapatan pengusaha dan
pendapatan pemilik harta.
3) kecenderungan marjinal menabung para pekerja lebih besar daripada para pemilik
modal sedang kecenderungan marjinal menabung para pekerja lebih kecil
dibandingkan Para pemilik modal.
4) rasio investasi output (I/Y) adalah variabel bebas.
5) ada unsur persaingan tidak sempurna atau kekuatan monopoli.

MODEL

Dengan SW sebagai keseluruhan tabungan yang disisihkan dari upah, dan SP sebagai
keseluruhan tabungan dari keuntungan, kita peroleh :

Y=W+P

Tetapi I=S

Dan S = Sw + Sp

Dimana : Y = pendapatan nasional

W = wage income

P = profit
sp P = hasrat menabung dari laba yang diterima

sw = hasrat menabung dari upah yang diterima

Karena Investasi adalah tertentu (given) dan dengan mengasumsikan fungsi-fungsi


tabungan proporsional sederhana, yaitu

Sw = swW dan Sp = spP, kita peroleh persamaan:

I = spP + swW = spP + sw (Y – P) karena W sama dengan Y – P

= (sp – sw)P + swY

Dari rasio investasi terhadap pendapatan nasional

I ( sp−sw ) P+ swY I P
= , atau =(sp−sw) + SW
Y Y Y Y

dan dari (1) rasio keuntungan terhadap pendapatan nasional, dapat diperoleh dengan cara di
bawah ini :

P I
( sp−sw )❑ = −sw
Y Y

P 1 I sw
= × −
Y sp−sw Y sp−sw

Jadi berdasarkan kecenderungan Marjinal menabung para penerimaan upah dan Para pemilik
modal tersebut , peranan keuntungan di dalam pendapatan nasional tergantung pada rasio
investasi terhadap keseluruhan keluaran. Jika ada kenaikan rasio investasi pendapatan I/Y,
kenaikan itu akan menaikkan peranan keuntungan di dalam pendapatan nasional P/Y,
sepanjang sp>sw. Ini dilukiskan dalam diagram Profesor Peterson, dengan sedikit perubahan.

Dengan tingkat pendapatan pekerjaan penuh Yo, rasio tabungan pendapatan dan rasio
investasi pendapatan masing-masing adalah S/Yo dan I/Yo. Perekonomian berada dalam
keseimbangan dengan rasio keuntungan pendapatan tetap seperti terlukis dalam garis vertikal
PP. Jika terjadi kenaikan dalam pendapatan, fungsi-fungsi S/Y dan I/Y bergeser ke atas ke
S/Y dan I/Y. Tetapi peranan keuntungan dalam pendapatan nasional tetap konstan,
sebagaimana ditunjukkan dengan garis PP. Dalam hal I/Y diri bergeser keatas sedang fungsi
tabungan pendapatan tetap berada di tingkatS/Yo, akan terjadi kenaikan inflasioner dibidang
harga ini akan menaikkan rasio keuntungan pendapatan, dengan demikian mendorong fungsi
tabungan pendapatan ke s/Y1. Apabila hubungan antara fungsi-fungsi I/Y dan S/Y seperti itu
lanjut terus perekonomian akan dapat mempertahankan dirinya dalam suasana pekerjaan
penuh dan P/Y akan tetap konstan.

I/P,S/p P S/Y1
S/Y2
I/Y1

I/Y2

0 P P/Y

Nilai interpretative model ini , menurut kaldor , tergantung pada sikapnya


menganggap investasi , atau tempatnya rasio investasi terhadap keluaran I/Y, suatu variabel
bebas varian terhadap perubahan dalam sp dan sw. Bersama-sama dengan asumsinya tentang
pekerjaan penuh, hal ini menunjukkan bahwa tingkatan harga dalam kaitannya dengan tingkat
upah uang ditentukan oleh permintaan. Uraikan dalam tingkat investasi akan menaikkan
tingkat permintaan dan penawaran. Akibatnya, peranan keuntungan di dalam pendapatan
nasional akan meningkatkan, tetapi mengurangi konsumsi nyata. Sebaliknya, merosotnya
investasi akan mengurangi keseluruhan permintaan, menimbulkan jatuhnya harga dan batas
keuntungan( profit - margins), tetapi meningkatkan konsumsi nyata. “Dengan
mengasumsikan harga sebagai fleksibel (atau lebih tepat batas untuk yang fleksibel) maka
sistem tersebut stabil dalam situasi pekerjaan penuh.”

Sebagaimana telah ditunjukkan, model ini bekerja jika kecenderungan menabung


tidak sama,sp=sw.sp>sw merupakan syarat kestabilan. Jika sp lebih kecil daripada sw,
turunnya harga akan menyebabkan merosotnya permintaan dan turunnya harga secara
kumulatif. Begitu juga kenaikan harga akan bersifat kumulatif.

Lebih lanjut, “derajat kestabilan” sistem tersebut tergantung pada perbedaan


kecenderungan Marginal menabung, pada 1 (sp-sw), yang oleh kaldor didefinisikan sebagai
koefisien kepekaan pembagian pendapatan. Jika perbedaan antara kedua kecenderungan
itu(sp dan sw) kecil koefisiennya(1/ap-sw) agar besar dan perubahan sedikit saja di dalam
rasio investasi output (1/Y) akan menyebabkan perubahan yang relatif besar di dalam
distribusi pendapatan (P/Y), dan sebaliknya. Kecenderungan Marginal menabung sebagian
dari upah adalah nol (sw = 0), besarnya keuntungan adalah sama dengan besarnya investasi
1
dan konsumsi pemilik modal, yaitu P= I Inilah yang disebut “windows cruise” dimana
SP
kenaikan SP konsumsi pengusaha menaikkan pendapatan total mereka dengan jumlah yang
persis sama.

Akan tetapi jika I/Y dan sp diasumsikan konstan sepanjang masa, peranan upah juga
akan konstan. Dengan kata lain, begitu keluaran perorang naik, upah nyata akan naik secara
otomatis. Dalam hal kecenderungan menabung dari upah, sw, positif(sw > 0), keuntungan
total akan jatuh ke Sw (jumlah tabungan para pekerja). Apabila tabungan pekerja berkurang,
keuntungan total naik lebih besar daripada perubahan dalam investasi, dan sebaliknya.
Profesor menjelaskan hal ini dengan bantuan Contoh angka. Misalkan sp sama dengan 50
persen,sw 10 persen dan I/Y 20 persen, nilai P/Y sebagaimana persamaan (2) di atas akan
menjadi

1 10 1 1
× 20− = × 20− =25 persen
50−10 50−10 40 4

Jika I/Y menjadi 21 persen, P/Y akan meloncat ke 27, 5%. Pada pihak lain, jika sw =
0 dan nilai-nilai variabel lain tetap sama, P/Y agar menjadi 40%. Tetapi naikkan I/Y ke 21%
hanya akan meningkatkan P/Y menjadi 42%. Rumus tersebut menganggap kecenderungan
Marginal sama dengan kecenderungan rata-rata.

Dengan mengonsumsi rasio investasi output(I/Y) sebagai variabel bebas, faktor-faktor


penentunya dapat digambarkan dengan menggunakan terminologi harrodian dalam arti
tingkat pertumbuhan kapasitas output (G) contoh Sio modal output (v) :

I
=Gv *
Y

Dalam keadaan “ pekerjaan penuh terus menerus” G harus sama dengan tingkat
pertumbuhan alamiahnya harrod Gn. Karena persamaan Hara tingkat pertumbuhan yang
diperlukan I/Y = S, kita dapat mengubah persamaan (1) di atas:

I P
=( sp−sw ) + sw
Y Y

Profesor kaldor berkesimpulan: “antara tingkat pertumbuhan yang dibutuhkan dan


yang natural, dengan demikian, tidaklah bebas satu sama lain; jika batas untungnya fleksibel,
yang pertama Agam menyesuaikan dirinya dengan yang disebut terakhir melalui perubahan
berikutnya di dalam P/Y. ”

Akan tetapi profesor kaldor menunjukkan bahwa di dalam perekonomian kapitalis


tidak akan terjadi kecenderungan inheren suatu tingkat pertumbuhan yang mulus (Smooth).
Di dalam kenyataan, penyebab gerakan siklis adalah ketidak harmonisan antara tingkat
pertumbuhan yang diperlukan dan yang alamiah tersebut.

1
Terhadap persamaan pokok (2) kaldor dapat ditambahkan dua pembatasan, itu sw<
Y

1 1
Dan sp> Pembatasan sw< mengesampingkan kasus keseimbangan dinamis dengan
Y Y

1
peranan keuntungan yang bersifat negatif, dan SP > Mengesampingkan kasus
Y
keseimbangan dinamis dengan peranan upah yang negatif. Jika pembatasan pertama tidak
terpenuhi, sistem tersebut akan memasuki keadaan keterbelakangan yang kronis. Begitu juga,
jika yang kedua tidak terpenuhi, sistem itu akan mengirim ke keadaan inflansi yang kronis.
Model galdot dimaksudkan untuk bekerja dalam batasan-batasan ini dan menunjukkan
Bagaimana distribusi pendapatan dan tingkat keuntungan, melalui perjalanan waktu, akan
membantu sistem tersebut berada dalam keseimbangan.

PENILAIAN

Model tersebut menunjukkan bahwa peranan keuntungan terhadap pendapatan P/Y,


tingkat keuntungan terhadap investasi, dan tingkat upah nyata W/L, adalah fungsi-fungsi I/Y,
iya sebaliknya ditentukan secara bebas dari P/Y atau W/L. Tetapi hal ini hanya benar dengan
syarat-syarat tertentu. Pertama, apa nyata tidak boleh berada di bawah tingkat biaya hidup
minimal tertentu. Kedua, (peranan keuntungan tidak dapat jatuh ke bawah tingkat ambang
risiko (risk premium rate), yang merupakan tingkat keuntungan minimum yang diperlukan
untuk menarik investasi. Ketiga,Peranan keuntungan tidak boleh berada di bawah “derajat
tingkat monopoli”, yaitu tingkat keuntungan minimum tertentu dalam penjualan (turn Over )
akibat dari persaingan tidak sempurna, perjanjian kolusif, dan sebagainya. Yang kedua dan
ketiga ini, karena bersifat alternatif, mana yang lebih tinggi dia yang akan berlalu. Akhirnya,
rasio model - keluaran harus tidak tergantung pada tingkat keuntungan. Karena kalau tidak
maka,I/Y itu sendiri akan tergantung pada tingkat keuntungan.
Apabila syarat ini terpenuhi akan terjadilah disitu kecenderungan inheren ke arah
pertumbuhan dan ke arah keadaan pekerjaan penuh. Akan tetapi, dalam jangka pendek
peranan keuntungan dan upah cenderung akan konstan karena P/Y dan W/I (tingkat upah
nyata) tidak gampang menurun sebagai akibat konstantanya I/Y.

Kelemahan lain model kaldor ialah bahwa model ini memberikan semua keuntungan
kepada para pemilik modal dan dengan demikian berarti bahwa keseluruhan tabungan para
pekerja dialihkan kepada pemilik modal sebagai hadiah. Ini jelas tidak masuk akal sama
sekali, dengan keadaan seperti itu tak seorangpun akan mau menabung.

Model kaldor mengabaikan pengaruh kemajuan teknik pada distribusi. Kendati


dengan mengandaikan bahwa para pekerja sama sekali tidak menabung upahnya (sw=0), hal
ini tidak mungkin menaikkan keuntungan total para pengusaha persis sejumlah itu melalui
apa yang disebut “widow's Cruse”. Pada kenyataannya kemajuan teh yang membantu
meningkatkan keuntungan itu.

Menurut Profesor meade, teori distribusi kaldor lebih cepat tepat dipergunakan untuk
menjelaskan inflasi jangka pendek daripada pertumbuhan jangka panjang. Cara
membenarkan kritiknya demikian: “misalkan dalam kondisi pekerjaan penuh paham
memutuskan untuk lebih mempergunakan uangnya untuk pengembangan modal. Melalui
multiplikasi, hal ini terang dapat menyebabkan inflasi permintaan kenaikan tabungan yang
sama besar dengan kenaikan pada investasi sebelumnya.... Tidakkah penguasa dalam batas
tertentu terpaksa mengambil tindakan untuk mengoreksi atau mengimbangi inflasi investasi
sebelumnya?”

Akhirnya, seperti halnya model teoritis pertumbuhan ekonomi kontemporer, model ini
mengasumsi fungsi produksi yang tidak memungkinkan penggantian antara faktor-faktor.
Dengan demikian model ini memberikan gambaran yang kaku mengenai kemajuan ekonomi.

Kita dapat mengakhiri disini dengan pendapat Profesor sen: “model distribusi kaldor
didasarkan pada sejumlah asumsi yang ketat. Tidaklah mudah untuk mengawinkan model
makro ini dengan asumsi tentang perilaku individu, dan untuk mengkombinasikannya dengan
usaha memaksimumkan keuntungan perlu syarat bahwa (a) harapan harapan tidak terpenuhi
yang mungkin benar, tetapi juga, bahwa, (b) hal ini tidak akan menimbulkan umpan balik
dalam pengambilan keputusan di bidang usaha, adalah tidak begitu benar.... Apa yang kurang
jelas ialah Apakah model culture memberikan alternatif yang memuaskan atau memberikan
alternatif lain yang Justru lebih buruk (jump from the frying pan into the fire).”1

1
JHINGAN,M.L,Ekonomi Pembangunan dan Peencanaan(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2014),hal. 246-251.

Anda mungkin juga menyukai