Anda di halaman 1dari 13

PROFIL PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH

MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA BERPIKIR

HERI SANTOSO
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
Program Studi Magister Pendidikan Matematika
e-mail: herinesa@yahoo.com
Abstrak: Pembelajaran matematika seharusnya memperhatikan faktor penalaran siswa. Dengan
demikian akan memudahkan guru dalam membantu memahamkan siswa sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar matematikanya. Perbedaan penalaran siswa kemungkinan besar dipengaruhi oleh gaya
berpikir mereka. Dalam menyampaikan materi matematika kepada siswanya, guru harus kreatif
mengkondisikan agar siswa dapat segera siap mengikuti pembelajaran. Selain itu diharapkan mampu
mengakomodasi perbedaan gaya berpikir siswa agar tercapai hasil pembelajaran yang maksimal.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan bersifat eksploratif. Subjek diambil dari siswa SMA yang
masing-masing memiliki gaya berpikir Monarki, Hierarki, Oligarki, dan Anarki. Selanjutnya untuk
menguji kredibilitas data, dilakukan triangulasi waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dalam
memahami masalah, siswa monarki mengumpulkan fakta-fakta yang tertulis dalam soal dengan
membacanya secara serius. Dia memberikan argumen yang logis. Dia menjelaskan permasalahan sambil
sesekali melihat lembar soal. Dia hanya mempunyai satu strategi untuk memecahkan masalah. Dalam
merencanakan pemecahan masalah, dia mengumpulkan fakta dengan memikirkan hal lain yang
menurutnya berhubungan dengan masalah. Dia menganalogikan masalah ini dengan soal-soal pada fisika
serta memperkirakan bahwa masalah ini dapat pecahkan dengan rumus tersebut. Dia menjelaskan garis
besar langkah-langkah strategi tersebut, dengan membuat sketsa dan model matematikanya. Dia memberi
alasan dengan tepat. Dalam melaksanakan rencana, dia menguji dugaannya dengan melaksanakan
pemecahan masalah sesuai dengan rencana. Dia melakukan penghitungan dengan benar. Dia memberikan
penjelasan dengan jelas dan lancar. Dalam memeriksa solusi yang diperoleh, dia menguji jawaban
dengan mengecek kebenaran pekerjaan tiap langkah, dan membalik keadaan bahwa jika data-data yang
telah diketahui sebagai data yang ditanya serta hasil yang diperoleh data yang diperoleh sebagai data yang
diketahui. Dia memberikan simpulan didukung dengan alasan-alasan yang logis. (2) Dalam memahami
masalah, siswa hierarki mengumpulkan fakta-fakta berupa hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan
dengan membaca teks soal sambil membuat catatan. Dia memberikan argumen yang logis. Dia
berargumen bahwa data yang diketahui cukup untuk memecahkan masalah tersebut. Dia menjelaskan
dengan runtut dan lancar sambil melihat catatan kecil yang dibuatnya. Dalam merencanakan pemecahan
masalah, dia mengumpulkan fakta-fakta lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dari
fakta yang didapat, dia analogikan soal-soal fisika tentang kecepatan dengan masalah tersebut. Dia
memberi penjelasan dengan lancar dan runtut. Dia memberikan dugaan bahwa masalah tersebut akan
terpecahkan. Dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah, dia menguji dugaannya dengan
melaksanakan rencana pemecahan yang telah dibuatnya. Dia melakukan penghitungan dengan benar. Dia
memberi penjelasan dengan runtut dan benar. Dia memberi alasan dengan tepat pada setiap langkah yang
telah dia lakukan dengan benar. Di akhir, dia membuat simpulan berupa solusi yang diperoleh didasarkan
pada keyakinan akan kebenaran proses yang telah dia lakukan. Dalam memeriksa kembali solusi yang
diperoleh, dia menguji dugaanya dengan mensubtitusikan hasil yang didapat ke dalam persamaan yang
ada. dia membuat simpulan dengan benar. (3) Dalam memahami masalah, siswa oligarki mengumpulkan
fakta-fakta pada soal dengan membacanya berulang-ulang. Dia memberi alasan yang logis. Dia
menjelaskan ulang masalah tersebut dengan tidak lengkap. Dia menduga bahwa data-data yang diketahui
cukup untuk memecahkan masalah, tetapi dia tidak memberikan alasan yang logis. Dalam merencanakan
pemecahan masalah, dia mengumpulkan fakta lain yang menurutnya dapat digunakan untuk memecahkan
masalah, yaitu konsep FPB dan rumus kecepatan. Dia menjelaskan langkah-langkah garis besar strategi
yang dibuatnya. Dia tidak menjelaskan rencana pemecahan yang kedua. Dia menduga bahwa kedua
strateginya dapat memecahkan masalah. Dia melakukan perhitungan dengan benar. Dalam memeriksa
kembali, dia memeriksa ulang pekerjaanya. Yakin terhadap hasil yang diperoleh karena pemeriksaan
ulang yang dia lakukan terhadap pekerjaanya yang menggunakan strategi rumus kecepatan, dia rasa
benar. Selain itu, metode satunya juga diperoleh hasil yang sama. (4) Dalam memahami Masalah, siswa
anarki mengumpulkan fakta berupa data-data yang diketahui dan yang ditanyakan dengan sedikit
kesulitan. Dia memberi alasan dengan tepat. Dia bergumen bahwa data yang diketahui sudah cukup untuk
memecahkan masalah dengan alasan dia sudah memecahkan masalah tersebu dalam pikirannya. Dia
menjelaskan masalah tersebut dengan lancar. Dalam merencanakan pemecahan masalah, dia tidak
mencari fakta lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, juga tidak membuat analogi dari
soal-soal lain. Dia menjelaskan strateginya dengan jelas, singkat dan penuh keyakinan. Dia menduga
bahwa strateginya dapat memecahkan masalahnya. Dalam menyelesaikan masalah, Dia mensketsa
kejadian-kejadian penting dalam masalah tersebut, sesuai dengan urutan waktunya. Dia melakukan
perhitungan singkat pada setiap langkahnya. Penulisannya banyak menyalahi aturan. Dia memeriksa
solusi yang diperoleh dengan memeriksa kembali semua pengerjaannya. Dia yakin hasil yang didapatnya
benar. Dia tidak memberi penjelasan langkah-langkah memeriksa ulang. Dia hanya memandang sekilas
pekerjaannya kemudian yakin benar. Dia menyimpulkan bahwa hasil yang didapatnya adalah benar-benar
solusi masalah tersebut.

Kata Kunci: Penalaran, Pemecahan Masalah, Gaya Berpikir.

Pendidikan merupakan usaha sadar informasi/pengetahuan/konsep-konsep


untuk menyiapkan peserta didik melalui yang telah dimiliki dengan informasi
kegiatan bimbingan, pengajaran dan baru. David P Ausubel menyatakan hal
latihan bagi peranannya pada masa yang berikut sebagaimana yang dikuti Bell
akan datang. Pendidikan dapat (dalam Shadiq, 2011:3): “…, if the
dilaksanakan di banyak tempat, learner’s intention is to memorise it
misalnya: di lingkungan keluarga, verbatim, i,e., as a series of arbitrarily
masyarakat maupun di lembaga- related word, both the learning process
lembaga pendidikan. and the learning outcome must
Pelaksanaan pendidikan di lembaga necessarily be rote and meaningless”.
pendidikan tidak terlepas dari Hal ini berarti bahwa jika seseorang
pelaksanaan proses belajar mengajar. berkeinginan untuk mempelajari sesuatu
Proses belajar mengajar pada intinya tanpa mengaitkan hal satu dengan yang
bertumpu pada suatu persoalan, yaitu lain yang sudah diketahuinya, maka
bagaimana guru dan siswa dapat baik proses maupun hasil
melakukan proses pembelajaran yang pembelajarannya dapat dinyatakan
efektif sehingga dapat mencapai hasil sebagai hafalan dan tidak bermakna
sesuai tujuan. Proses belajar yang sama sekali bagi dirinya. Tugas gurulah
efektif ditandai dengan kenyamanan untuk memberi kemudahan bagi para
dalam proses pembelajaran, ketepatan siswanya sehingga mereka dapat dengan
waktu dalam perolehan materi serta mudah mengaitkan pengalaman atau
prestasi yang memuaskan. pengetahuan barunya dengan
Keberhasilan pembelajaran pengetahuan yang relevan yang sudah
matematika ditandai dengan adanya ada dalam pikirannya atau struktur
peningkatan pemahaman matematika kognitifnya.
siswa. Peningkatan pemahaman Untuk dapat melaksanakan tugas
matematika siswa dapat diketahui dari tersebut, guru harus mengidentifikasi
peningkatan kemampuan matematika potensi yang dimiliki siswa kemudian
siswa. Kemampuan siswa akan meningkatkannya. Salah satunya yaitu
meningkat jika siswa dapat melakukan mengidentifikasi dan meningkatkan
pembelajaran bermakna. penalaran siswanya. Dengan
Pembelajaran bermakna adalah mengetahui penalaran siswanya, guru
proses belajar dengan mengaitkan diharapkan dapat merencanakan serta

1
melaksanakan pembelajaran yang tepat siswa kesulitan dalam memecahkan
sehingga terlaksana pembelajaran yang masalah matematika, serta guru juga
optimal. kesulitan memahami dan mengarahkan
Permendiknas No. 22 tahun 2006 pemikiran dan keinginan siswanya,
(Depdiknas, 2006) menyatakan bahwa mengingat objek yang dikaji dalam
pelajaran matematika Sekolah matematika bersifat abstrak. Oleh
Menengah Atas bertujuan agar para karena itu, dirasa perlu, guru
siswa SMA: mengetahui bagaimana penalaran
1. Memahami konsep matematika, peserta didik dalam menyelesaikan
menjelaskan keterkaitan masalah tersebut, sehingga tahu
antarkonsep dan mengaplikasikan kesalahan dan kesulitannya serta bagian
konsep atau algoritma secara luwes, mana yang belum dimengerti.
akurat, efisien, dan tepat, dalam Menurut Meikeljon (dalam
pemecahan masalah. Djamarah, 2010:41), tidak seorangpun
2. Menggunakan penalaran pada pola yang dapat menjadi seorang guru yang
dan sifat, melakukan manipulasi sejati (mulia) kecuali bila dia
matematika dalam membuat menjadikan dirinya sebagai bagian dari
generalisasi, menyusun bukti, atau anak didik yang berusaha memahami
menyusun gagasan dan pernyataan semua anak didik. Guru yang dapat
matematika. memahami tentang kesulitan anak didik
3. Memecahkan masalah yang meliputi dalam hal belajar dan kesulitan lainnya
kemampuan memahami masalah, di luar masalah belajar, yang bisa
merancang model matematika, menghambat aktivitas belajar anak
menyelesaikan model dan didik, maka guru tersebut akan
menafsirkan solusi yang diperoleh. disenangi anak didiknya.
4. Mengkomunikasikan gagasan Djamarah (2010:62) mengatakan
dengan simbol, tabel, diagram, atau bahwa kesiapan guru untuk mengenal
media lain untuk memperjelas karakteristik siswa dalam pembelajaran
keadaan atau masalah. merupakan modal utama penyampaian
5. Memiliki sikap menghargai bahan belajar dan menjadi indikator
kegunaan matematika dalam suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin Peserta didik mempunyai karakter
tahu, perhatian, dan minat dalam yang berbeda-beda, salah satu yang
mempelajari matematika, serta sikap membuat perbedaan tersebut adalah
ulet dan percaya diri dalam gaya berpikirnya. Oleh karena itu, untuk
pemecahan masalah. lebih memahami penalaran peserta
didik, akan lebih baik jika guru
Berdasarkan beberapa tujuan yang mengetahui gaya berpikirnya, sehingga
telah disebutkan di atas, dapat diketahui dapat menentukan sikap dan gaya
bahwa dengan pengajaran matematika pembelajaran yang sesuai.
sekolah, siswa diharapkan mampu Berdasarkan pendapat beberapa
menggunakan penalaran dan pakar tersebut, dapat dikatakan bahwa
memecahkan masalah. Oleh karena itu, memahami karakter siswa merupakan
aspek penalaran dan pemecahan suatu keharusan. Salah satu karakter
masalah harus benar-benar diperhatikan penting, yang berhubungan erat dengan
oleh guru. proses belajar matematika adalah
Berdasarkan pengalaman penulis penalaran dan gaya berpikir.
sebagai guru, seringkali menemukan
Sebagaimana telah dijelaskan Gaya berpikir merupakan
sebelumnya, penalaran merupakan karakteristik siswa yang cukup
unsur penting dalam pembelajaran berpengaruh terhadap proses
matematika karena selain penalaran pembelajaran. Hal ini disebabkan,
digunakan dalam memecahkan masalah, dalam pembelajaran, siswa berinterkasi
penalaran juga menjadi tujuan dengan guru dan siswa lain. Di samping
pembelajaran matematika. English itu siswa juga menerima banyak
(2004:13) menyatakan, “The traditional informasi dari sumber belajar.
view of mathematical reasoning as Sedangkan gaya berpikir merupakan
superior computational and analytical cara yang cenderung dilakukan siswa
skill has been revised to accommodate dalam memproses maupun
processes that are important in today’s menggunakan informasi untuk
era. These include gathering evidence, menanggapi berbagai situasi
analyzing data, making conjectures, lingkungannya. Siswa mempunyai gaya
constructing argument, drawing and berpikir yang berbeda-beda, sehingga
validating logical conclusion, and berpengaruh pada bagaimana mereka
proving assertions”. Hal ini berarti, menghadapi atau menyelesaikan tugas-
penalaran matematika tidak hanya tugas atau masalah-masalah yang
kemampuan berhitung dan analisis, diberikan guru. Beberapa siswa
melainkan juga mencakup beberapa mungkin tidak tertarik untuk
proses, antara lain: mengumpulkan menyelesaikan tugas, atau bahkan selalu
bukti, analisis data, membuat dugaan, menentang dengan apa yang
membangun argumen, menarik dikehendaki guru. Hal ini bukan berarti
simpulan, mensahihkan simpulan yang kemampuan mereka rendah, tetapi gaya
logis, serta membuktikan kebenaran berpikir mereka yang cenderung
pernyataan dengan tegas. Lebih lanjut, berbeda atau tidak sesuai dengan cara
Russel (dalam English:13) guru mengajar.
menambahkan bahwa penalaran Sternberg (2009:20) mengemukakan
matematika memuat perkembangan, beberapa jenis gaya berpikir.
pembenaran, dan penggunaan Penggolongan jenis gaya berpikir
generalisasi matematika yang mengarah tersebut didasarkan pada fungsinya,
pada keterkaitan pengetahuan bentuknya, tingkatannya, dan
matematika dalam bidang matematika. jangkaunnya. Berdasarkan fungsinya,
Hal ini berarti penalaran matematika gaya berpikir dibedakan menjadi
selalu menggunakan pengetahuan- Legislative, Judicative, dan Executive.
pengetahuan dan aturan-aturan yang ada Berdasarkan bentuknya, gaya berpikir
dalam matematika. dibedakan menjadi Monarki, Hierarki,
Berdasarkan uraian di atas, dalam Oligarki, dan Anarki. Berdasarkan
penelitian ini , yang dimaksud dengan tingkatnya, gaya berpikir dibedakan
penalaran adalah penalaran matematika, menjadi Global dan Local. Sedangkan
yaitu proses berpikir logis, yang berdasarkan jangkaunnya, gaya berpikir
memuat aktivitas mengumpulkan fakta, dibedakan menjadi Internal dan
memberikan argumen, menyusun dan External.
menguji konjektur, menghitung, Seseorang dengan gaya Monarki
membuat analogi dan generalisasi, adalah pemikir dan pengendali tunggal.
memberikan penjelasan dengan model, Mereka tidak menerima masalah lain
fakta, sifat, dan hubungan serta menarik selama masalah yang sedang
simpulan. dipecahkan belum selesai. Dia juga
enggan untuk melakukan hal yang tidak banyak waktu yang diberikan pada
disukainya. Jika mereka menjadi atasan, masing-masing tugas yang perlu
tidak menerima alasan apapun jika ada diselesaikannya.
kegagalan anak buahnya. Anak dengan Seseorang dengan gaya berpikir
gaya ini sering menghadapi Anarki cenderung menolak sistem,
permasalahan di sekolah. Biasanya khususnya yang kaku atau disiplin, dan
mereka ingin melakukan sesuatu yang menyerang balik terhadap sistem yang
lain dari apa yang sedang dia lakukan, dia anggap membatasinya. Walaupun
dan mungkin berpikir tentang hal lain seorang Anarki mungkin mempunyai
sambil mereka diharuskan melakukan adaptasi yang buruk terhadap dunia
keinginan guru. Kadang, mereka bisa sekolah dan kerja, khususnya
suka sebuah kegiatan yang awalnya lingkungan yang mengekang, mereka
tidak mereka sukai sebab kegiatan sering mempunyai potensial yang besar
tersebut berhubungan dengan hal yang dan lebih kreatif dibanding orang-orang
mereka sukai. Misalnya, seorang anak lain yang tidak suka dengannya karena
sangat suka terhadap olahraga, tetapi Anarki cenderung mengambil sedikit
tidak suka membaca, bisa menjadi anak dari sini dan sedikit dari sana. Mereka
yang suka membaca karena diberi sering meletakkan beragam informasi
majalah olahraga. Seorang anak yang dan ide dalam sebuah cara yang kreatif.
gemar memasak tetapi tidak suka Masalah bagi guru dan orang tua adalah
matematika, dapat diberikan materi bagaimana membantu memanfaatkan
matematika yang berhubungan dengan kreatifitasnya, dan mencapai disiplin
resep makanan. pribadi dan organisasi yang diperlukan
Seseorang dengan gaya berpikir untuk segala jenis kreatifitas. Jika ini
Hierarki mempunyai tujuan yang dapat dilakukan, maka mungkin dia
tersusun dan menghargai adanya akan sukses pada hal-hal yang orang
prioritas, sadar bahwa semua tujuan lain gagal.
tidak selalu dapat dipenuhi, atau Profil Penalaran Siswa Dalam
setidaknya terpenuhi sama baiknya. Dia Menyelesaikan Masalah Matematika
cenderung lebih menerima kerumitan Ditinjau Dari Perbedaan Gaya Berpikir
dibandingkan dengan seorang dengan adalah gambaran apa adanya mengenai
gaya berpikir Monarki, serta dapat penalaran siswa dalam memecahkan
melihat masalah-masalah dari beberapa masalah matematika. Siswa-siswa
sudut pandang sehingga dapat tersebut masing-masing bergaya pikir
menyusun prioritas dengan benar. monarki, hierarki, oligarki, dan anarki.
Seseorang dengan gaya berpikir Sedangkan pemecahan masalahnya
Oligarki seperti seorang Hierarki yang sesuai dengan pemecahan masalah
mempunyai keinginan untuk Polya yang memuat tahap memahami,
menyelesaikan beberapa masalah dalam merencanakan pemecahan masalah,
satu waktu. Perbedaannya, seorang melaksanakan rencana, dan mengecek
Oligarki cenderung termotivasi oleh ulang solusi yang diperoleh.
beberapa hal, beberapa tujuan sering
bersaing berdasarkan kepentingannya.
Sering, orang tersebut merasa tertekan
dalam menghadapi tuntutan pada waktu
dan akalnya (kemampuannya). Dia
tidak selalu yakin apa yang harus
dikerjakan terlebih dahulu, atau berapa
METODE PENELITIAN Dari hasil TIGB tersebut,
dipilih satu siswa monarki, satu
Jenis Penelitian siswa hierarki, satu siswa
oligarki dan satu siswa anarki
Penelitian ini termasuk jenis yang mempunyai kemampuan
penelitian deskriptif eksploratif matematika cenderung sama.
dengan analisis data pendekatan
kualitatif yang data utamanya Teknik Pengumpulan Data
berupa kata-kata yang Instrumen untuk mengetahui
dirangkaikan menjadi kalimat. profil berpikir geometris siswa
Metode kualitatif dipilih karena merupakan pedoman wawancara
profil penalaran siswa berlatar berbasis tugas yang digunakan
alamiah dan instrumen utama untuk mendapatkan informasi
penelitian adalah peneliti lebih dalam tentang penalaran
sendiri. Artinya data yang siswa dalam memecahkan
dianalisis di dalamnya berbentuk masalah matematika. Adapun
deskriptif dan tidak berupa prosedur pengambilan data yang
angka-angka seperti halnya pada dilakukan sebagai berikut:
penelitian kuantitatif. Analisis 1) Menggambar bangun segiempat
tentang penalaran dilakukan Pada kegiatan ini siswa diminta
secara mendalam pada empat untuk menggambar bangun
siswa yang memiliki perbedaan segiempat sebanyak mungkin yang
gaya berpikir. mereka ketahui.
2) Mengidentifikasi bangun segiempat
Subjek Penelitian Pada kegiatan ini siswa diminta
untuk mengidentifikasi dan
Subjek dalam penelitian ini mengenali ciri serta pengertian
adalah siswa SMA yang masing- segiempat. Merangkai hubungan ciri
masing memiliki gaya berpikir dua bangun segiempat berdasarkan
monaki, hierarki, oligarki dan gambar bangun segiempat yang
anarki. Penentuan tersebut telah disediakan dan meminta
ditentukan dengan berpedoman kepada siswa untuk mengemukakan
pada hasil tes identifikasi gaya alasannya.
berpikir (TIGB) yang telah 3) Membuat diagram hubungan antar
dikembangkan oleh Sternberg. bangun segiempat
Instrumen tersebut terdiri atas Pada kegiatan ini siswa diminta
pernyataan-pernyataan yang untuk membuat diagram hubungan
menggambarkan karakter antar bangun segiempat berdasarkan
seseorang, kemudian subjek pengertian atau definisi segiempat
diminta untuk memberi skor 1 yang mereka buat.
s.d 7 berdasarkan kesesuaian
pernyataan tersebut dengan Teknik Analisis Data
dirinya. Setelah itu, hasilnya
ditentukan dengan kriteria Teknik analisis data yang
penilaian yang juga tersedia dilakukan dengan tahapan
dalam intrumen yang telah sebagai berikut (1) Menelaah
dikembangkan Sternberg seluruh data yang tersedia dari
tersebut. berbagai sumber, yaitu
wawancara, hasil dari kegiatan antarbangun segiempat
menganalisis proses berpikir berdasarkan gaya belajar.
geometris siswa. Telaah diawali
dengan transkripsi data yang Prosedur Penelitian
terdiri dari kelompok pertanyaan
dan jawaban, (2) mengadakan Prosedur penelitian yang digunakan
reduksi data yaitu suatu bentuk oleh peneliti terdiri atas empat tahap
analisis yang memuat proses yaitu: (1) Tahap perencanaan yaitu:
menggolongkan, membuang Merancang instrumen penelitian yaitu
yang tidak perlu, dan meliputi tes level pemahaman geometris
mengorganisasikan data mentah van Hiele, tes gaya belajar dan soal
yang diperoleh dari lapangan. yang berhubungan dengan proses
Reduksi data dilakukan pada berpikir geometris siswa pada materi
data hasil rekaman. Data dipilih hubungan antarbangun segiempat; (2)
sesuai kebutuhan untuk Tahap pelaksanaan yaitu (a) Penentuan
menjawab rumusan masalah dan subjek penelitian berdasarkan hasil tes
hasilnya ditulis dalam kutipan diagnosa untuk mengetahui gaya belajar
transkrip data hasil wawancara. visual-spatial dan auditory-sequential;
(3) Penyajian data di sini (b) Subjek mengerjakan soal setelah itu
meliputi klasifikasi dan subjek diwawancarai agar peneliti
kategorisasi. Data yang telah mengetahui gambaran proses berpikir
direduksi akan disajikan secara geometris siswa dalam memahami
tertulis secara terorganisasi hubungan antarbangun segiempat; (3)
dengan baik, sehingga Tahap analisis data dengan cara: (a)
mempermudah untuk menarik Menganalisis hasil pekerjaan siswa dan
kesimpulan, (4) Melakukan hasil wawancara siswa; (b)
pemeriksaan keabsahan data Mendeskripsikan hasil analisis data; (4)
atau validasi data dengan cara Tahap pembuatan laporan.
dengan triangulasi waktu. Data
atau informasi yang diperoleh HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui wawancara pada
Pada penelitian ini data yang
pengecekan pertama
dianalisis terdiri dari hasil wawancara
dibandingkan dengan data atau
berbasis tugas terkait dengan
informasi yang diperoleh
pemahaman siswa dalam memahami
melalui wawancara pada
hubungan antar bangun segiempat yang
pengecekan kedua. (5)
dilakukan di rumah dan di sekolah
Penarikan simpulan didasarkan
subjek. Bentuk wawancara berbasis
pada hasil analisis terhadap data
tugas yang diberikan terdiri atas
yang telah terkumpul, baik yang
beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut
diperoleh dengan menggunakan
adalah sebagai berikut:
tes tertulis maupun yang
1. Menggambar bangun segiempat
diperoleh dari hasil wawancara.
Pada kegiatan ini siswa diminta
Selanjutnya penarikan
untuk menggambar bangun
kesimpulan pada penelitian
segiempat sebanyak mungkin yang
ditujukan untuk merumuskan
mereka ketahui.
profil berpikir geometris siswa
2. Mengidentifikasi bangun segiempat
dalam memahami hubungan
Pada kegiatan ini siswa diminta
untuk mengidentifikasi dan
mengenali ciri serta pengertian Pada kegiatan ini siswa diminta
segiempat. Merangkai hubungan ciri untuk membuat diagram hubungan
dua bangun segiempat berdasarkan antar bangun segiempat berdasarkan
gambar bangun segiempat yang pengertian atau definisi segiempat
telah disediakan dan meminta yang mereka buat.
kepada siswa untuk mengemukakan
alasannya. Pengambilan data dilakukan
3. Membuat diagram hubungan masing-masing dua kali untuk setiap
antarbangun segiempat subjek. Penjelasan lebih rinci dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1 Jadwal Pengambilan Data untuk Setiap Subjek


Subje Pengambilan Data
No Asal Sekolah
k I II
1. ZA SMP N 7 Watampone 14 Pebruari 2012 28 Pebruari 2012
2. AL SMP N 1 Watampone 18 Pebruari 2012 10 Maret 2012

Data penelitian disimpan dengan memudahkan proses transkripsi maka


menggunakan recorder, hal ini dilakukan pengkodean yaitu subjek
bertujuan agar peneliti dapat merekam penelitian diinisialkan dengan dua huruf
semua wawancara yang terjadi pada kapital dari masing-masing nama
saat pengambilan data terhadap subjek subjek, dibelakang huruf kapital diikuti
penelitian. Data penelitian tersebut akan angka. Adapun data hasil wawancara
ditranskrip untuk memudahkan peneliti berbasis tugas setiap subjek pada
dalam menganalisa. Untuk pengambilan data sebagai berikut.

Tabel 2 Profil Berpikir Geometris Siswa SMP Level Deduksi Informal Dalam
Memahami Hubungan Antarbangun Segiempat Gaya Belajar Auditory-Sequential

KEGIATAN Profil Auditory-Sequential


Menggambar Siswa menggambar berbagai macam bentuk segiempat yang
Bangun Datar berbeda yang tak hingga jumlahnya dengan memperhatikan atribut
Segiempat bentuk gambar, ukuran sisi dan besar sudut.
Mengidentifikas 1. Siswa mengidentifikasi beberapa model jajargenjang berbeda
i Jajargenjang dengan memperhatikan atribut ukuran bangun dan panjang sisi.
2. Siswa mengidentifikasi ciri yang sama dari beberapa bangun
jajargenjang dengan memperhatikan atribut dua pasang sisi yang
berhadapan sejajar dan sama panjang dan tidak memiliki sudut
siku-siku.
3. Jika mengacu pada definisi jajargenjang merupakan segiempat
yang dua pasang sisi berhadapan sejajar, atau dua pasang sisi
berhadapan sama panjang, atau sepasang sisi yang berhadapan
sejajar sama panjang, maka atribut yang diberikan subjek untuk
membangun definisi jajargenjang akurat.
Mengidentifikas 1. Siswa mengidentifikasi beberapa model persegipanjang berbeda
i Persegipanjang dengan memperhatikan atribut ukuran bangun dan panjang sisi.
2. Siswa mengidentifikasi ciri yang sama dari beberapa bangun
persegipanjang yaitu memiliki memiliki dua pasang sisi yang
berhadapan sejajar dan sama panjang dan memiliki sudut siku-
siku.
3. Jika mengacu pada definisi persegipanjang merupakan
jajargenjang yang satu sudutnya siku-siku maka atribut yang
diberikan subjek untuk membangun definisi persegipanjang tidak
akurat.
Mengidentifikas 1. Siswa mengidentifikasi beberapa model belahketupat berbeda
i belahketupat dengan memperhatikan atribut panjang sisi.
2. Siswa mengidentifikasi ciri yang sama beberapa bangun
belahketupat yaitu semua sisinya sama panjang, sisi yang
berdekatan sama panjang, tidak memiliki sudut siku-siku,
memiliki dua pasang sisi yang berhadapan sejajar dan sama
panjang.
3. Jika mengacu pada definisi belahketupat merupakan bangun
segiempat yang keempat sisinya sama panjang maka atribut yang
diberikan subjek untuk membangun definisi belahketupat
berlebih.
Mengidentifikas 1. Siswa mengidentifikasi beberapa model persegi berbeda dengan
i persegi memperhatikan atribut besar bangun.
2. Siswa mengidentifikasi ciri dari beberapa model bangun persegi
yang sama yaitu, semua sisi sama panjang dan membentuk sudut
siku-siku, sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.
3. Jika mengacu pada definisi persegi merupakan belahketupat yang
satu sudutnya siku-siku atau segiempat yang keempat sisinya
sama panjang dan satu sudutnya siku-siku, maka definisi yang
diberikan subjek tidak akurat.
Mengidentifikas 1. Siswa mengidentifikasi beberapa model trapesium berbeda
i Trapesium dengan memperhatikan atribut panjang sisi dan ukuran bangun.
2. Siswa mengidentifikasi ciri dari beberapa model bangun
trapesium yaitu memiliki satu pasang sisi yang berhadapan sejajar
dan sisi yang sejajar tersebut tidak sama panjang.
3. Jika mengacu pada definisi trapesium merupakan segiempat yang
sisi berhadapannya sejajar atau segiempat yang belahketupat yang
hanya sepasang sisi berhadapan sejajar, maka definisi yang
diberikan subjek akurat.
Mengidentifikas 1. Siswa mengidentifikasi beberapa model trapesium berbeda
i layang-layang dengan memperhatikan atribut panjang sisi dan ukuran bangun.
2. Siswa mengidentifikasi ciri dari beberapa model bangun layang-
layang yaitu sisi yang berdekatan sama panjang, sisi yang
berhadapan tidak sama panjang, dan tidak membentuk sudut siku-
siku.
3. Jika mengacu pada definisi layang-layang merupakan bangun
segiempat yang dua pasang sisi berdekatan sama panjang dan sisi
tersebut tidak tumpang tindih, maka definisi yang diberikan
subjek sudah akurat.
Membuat Siswa membuat diagram hubungan antarbangun segiempat dimana
Diagram jika dilihat dari sudut pandang analitis terjadi penyusutan hubungan
Hubungan Antar dari 15 hubungan antarbangun segiempat yang mungkin menjadi 5
Bangun hubungan yang mungkin. Penyusutan ini terjadi karena terdapat
Segiempat genus yang digunakan, tetapi bukan genus proksimum, secara
sederhana dapat digambarkan seperti pada Gambar berikut.

Terdapat 21 kemungkinan hubungan antarbangun segiempat


jajargenjang, persegipanjang, belahketupat, persegi, layang-layang,
dan trapesium. Berdasarkan definisi analitis yang dibuat oleh siswa,
dari 21 hubungan antarbangun segiempat hanya terdapat 7
hubungan yang mungkin yang disajikan oleh siswa, hal ini
disebabkan oleh definisi trapesium adalah segiempat yang memiliki
sisi yang hanya sepasang sisi yang sejajar. Siswa mengenali 2
definisi akurat dari 6 definisi akurat yang mungkin. Siswa membuat
6 definisi analitis dari 8 yang mungkin dan 4 diantaranya akurat.

Tabel 3 Profil Berpikir Geometris Siswa SMP Level Deduksi Informal Dalam
Memahami Hubungan Antarbangun Segiempat Bergaya Belajar Visual-Spatial

KEGIATAN Profil Visual-Spatial


Menggambar Siswa menggambar berbagai macam bentuk segiempat yang
Bangun Datar berbeda yang tak hingga jumlahnya dengan memperhatikan atribut
Segiempat posisi, ukuran, bentuk gambar dan besar sudut.
Mengidentifikasi 1. Siswa mengidentifikasi beberapa model jajargenjang berbeda
Jajargenjang dengan memperhatikan atribut ukuran bangun dan posisi.
2. Siswa mengidentifikasi ciri yang sama beberapa bangun
jajargenjang dengan memperhatikan atribut sisi yang berhadapan
sejajar dan sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar.
3. Jika mengacu pada definisi jajargenjang merupakan segiempat
yang dua pasang sisi berhadapan sejajar, atau dua pasang sisi
berhadapan sama panjang, atau sepasang sisi yang berhadapan
sejajar sama panjang, maka atribut yang diberikan subjek untuk
membangun definisi jajargenjang akurat.
Mengidentifikasi 1. Siswa mengidentifikasi beberapa bangun persegipanjang berbeda
Persegipanjang dengan memperhatikan atribut posisi dan ukuran bangun.
2. Siswa mengidentifikasi ciri yang sama dari beberapa bangun
persegipanjang yaitu mempunyai sudut siku-siku, sisi yang
berhadapan sejajar dan sama panjang
3. Jika mengacu pada definisi persegipanjang merupakan
jajargenjang yang satu sudutnya siku-siku maka atribut yang
diberikan subjek untuk membangun definisi persegipanjang
akurat.
Mengidentifikasi 1. Siswa mengidentifikasi beberapa bangun belahketupat berbeda
belahketupat dengan memperhatikan atribut ukuran bangun.
2. Siswa mengidentifikasi ciri yang sama beberapa bangun
belahketupat yaitu sisi yang berhadapan sama panjang,
diagonalnya saling tegak lurus, mempunyai sudut yang
berhadapan sama besar.
3. Jika mengacu pada definisi belahketupat merupakan bangun
segiempat yang keempat sisinya sama panjang maka atribut yang
diberikan subjek untuk membangun definisi belahketupat tidak
akurat.
Mengidentifikasi 1. Siswa mengidentifikasi bangun persegi berbeda. Atribut yang
persegi digunakan adalah ukuran bangun persegi dan posisi bangun
2. Siswa mengidentifikasi ciri yang sama dari beberapa model
bangun persegi yaitu keempat sisinya sama panjang, sisi
berhadapan sejajar dan sama panjang, diagonal-diagonalnya
saling tegak lurus, sudutnya sama besar yaitu sudut siku-siku.
3. Jika mengacu pada definisi persegi merupakan belahketupat
yang satu sudutnya siku-siku atau segiempat yang keempat
sisinya sama panjang dan satu sudutnya siku-siku, maka definisi
yang diberikan subjek tidak akurat.
Mengidentifikasi 1. Siswa mengidentifikasi bangun trapesium berbeda. Atribut yang
Trapesium digunakan adalah jenis trapesium, posisi dan ukuran bangun
trapesium.
2. Siswa mengidentifikasi ciri yang sama dari beberapa model
bangun trapesium yaitu sisi yang berhadapan sejajar dan sisi
yang sejajar tersebut tidak sama panjang.
3. Jika mengacu pada definisi trapesium merupakan segiempat
yang sisi berhadapannya sejajar atau segiempat yang hanya
sepasang sisi berhadapan sejajar, maka definisi yang diberikan
subjek akurat.
Mengidentifikasi 1. Siswa mengidentifikasi bangun layang-layang berbeda. Atribut
layang-layang yang digunakan adalah ukuran bangun dan posisinya.
2. Siswa mengidentifikasi ciri yang sama dari beberapa model
bangun layang-layang yaitu sisi yang berdekatan sama panjang,
sudut yang berhadapan sama besar, dan diagonalnya saling tegak
lurus.
3. Jika mengacu pada definisi layang-layang merupakan bangun
segiempat yang dua pasang sisi berdekatan sama panjang dan
sisi tersebut tidak tumpang tindih, maka definisi yang diberikan
subjek sudah akurat.
Membuat Siswa membuat diagram hubungan antarbangun segiempat dimana
Diagram jika dilihat dari sudut pandang analitis terjadi penyusutan hubungan
Hubungan Antar dari 15 hubungan antarbangun segiempat yang mungkin menjadi 12
Bangun hubungan yang mungkin. Penyusutan ini terjadi karena terdapat
Segiempat genus yang digunakan, tetapi bukan genus proksimum, secara
sederhana dapat digambarkan seperti pada Gambar berikut.

Terdapat 21 kemungkinan hubungan antarbangun segiempat


jajargenjang, persegipanjang, belahketupat, persegi, layang-layang,
dan trapesium. Berdasarkan definisi analitis yang dibuat oleh siswa,
dari 21 hubungan antarbangun segiempat hanya terdapat 15
hubungan yang mungkin yang disajikan oleh siswa, hal ini
disebabkan oleh definisi trapesium adalah segiempat yang memiliki
sisi yang hanya sepasang sisi yang sejajar. Subjek mengenali 4
definisi akurat dari 6 definisi akurat uang mungkin. Siswa membuat
12 definisi analitis dari 12 yang mungkin dan 8 diantaranya akurat.

SIMPULAN 21 hubungan antar bangun


segiempat hanya terdapat 7
Dari hasil penelitian dapat hubungan yang mungkin. Selain itu,
disimpulkan bahwa: subjek hanya cenderung
1. Siswa bergaya belajar auditory- menggunakan 3 atribut pada
sequential adalah: Jika dilihat dari kegiatan menggambar dan
sudut pandang definisi analitis yang mengidentifikasi bangun segiempat
dibuat oleh subjek, subjek yang yaitu bentuk gambar, ukuran sisi
bergaya belajar auditory-sequential dan sudut.
hanya menyajikan 5 hubungan 2. Siswa bergaya belajar visual-spatial
antarbangun segiempat yang adalah: Jika dilihat dari sudut
mungkin dari 15 hubungan pandang definisi analitis yang
antarbangun segiempat yang dibuat oleh subjek, subjek yang
mungkin. Penyusutan ini terjadi bergaya belajar visual-spatial
karena terdapat genus yang menyajikan 12 hubungan
digunakan oleh subjek, tetapi bukan antarbangun segiempat yang
genus proksimum. Berdasarkan mungkin dari 15 hubungan
pengertian yang dikenali subjek antarbangun segiempat yang
bahwa trapesium adalah segiempat mungkin. Hal ini terjadi, karena
yang sepasang sisinya sejajar dan karena ada genus yang dipakai
layang-layang ialah segiempat yang tetapi bukan genus proksimum.
sisi berdekatannya sama panjang, Berdasarkan pengertian yang
maka hasil ini dapat dimaknai dikenali subjek bahwa trapesium
bahwa subjek dapat membuat adalah segiempat yang sepasang
pengertian secara analitis, maka dari sisinya sejajar dan layang-layang
ialah segiempat yang dua pasang hubungan yang mungkin. Selain itu,
sisinya yang berdekatannya sama subjek cenderung menggunakan 4
panjang, maka hasil ini dapat atribut pada kegiatan menggambar
dimaknai bahwa subjek membuat dan mengidentifikasi bangun
pengertian secara analitis., maka segiempat yaitu atribut posisi,
dari 21 hubungan antar bangun ukuran, bentuk gambar dan sudut.
segiempat, hanya terdapat 18

SARAN subjek pada penelitian ini


menggambar bangun segiempat
Berdasarkan hasil penelitian ini, dengan memulai dari gambar yang
maka beberapa saran perlu disampaikan sangat familiar bagi mereka atau
sebagai berikut: yang sering mereka temui dan
1. Dari hasil penelitian dapat diketahui kenali seperti persegipanjang dan
bahwa, secara umum ada perbedaan persegi. Begitupula pada saat
antara profil berpikir geometris van kegiatan merangkai hubungan antar
Hiele siswa auditory-sequential dan bangun segiempat kecenderungan
visual-spatial. Dapat dikatakan itu pun terjadi kembali. Mereka
bahwa siswa auditory-sequential cenderung memulai dari bangun
kurang dapat memahami hubungan persegipanjang dan
antarbangun segiempat dengan baik menghubungkannya dengan bangun
dan kurang bisa memperhatikan atau persegi. Hal ini mengindikasikan
mengidentifikasi hubungan tersebut bahwa proses pembelajaran di
baik persamaan dan perbedaan dari sekolah terutama untuk materi
suatu bangun segiempat. Oleh bangun datar segiempat, guru hanya
karena itu, peneliti menyarankan sering mengajarkan siswanya mulai
agar para pendidik memperhatikan dari bangun datar persegipanjang
perbedaan gaya belajar dan tahap atau persegi sehingga siswapun
perkembangan kognitif siswa dalam hanya sangat familiar dengan kedua
pembelajaran, khususnya dalam bangun tersebut. Oleh karena itu,
memahami hubungan antar bangun peneliti juga menyarankan kepada
segiempat dan jika mungkin seorang pendidik untuk mengajar materi
pendidik lebih memperhatikan siswa segiempat tidak hanya mulai dari
bergaya belajar siswa auditory- persegi atau persegipanjang tapi
sequential visual-spatial. memulai segiempat lain seperti
2. Pada kegiatan menggambar bangun jajargenjang, belahketupat, layang-
segiempat ada kecenderungan kedua layang dan trapesium.

Anda mungkin juga menyukai