Anda di halaman 1dari 4

UAS ARBITRASE PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SEMESTER GENAP 2020-2021


Senin, 21 Juni| 2021

Nama : Vira Wijaya


NRP : 120118356
Kelas Pararel : A
No. Absen : 23

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURABAYA
JUNI TAHUN 2021
Ditentukan pada Pasal 60 UU No. 30 tahun 1999 Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa bahwa putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Pada
pelaksanaan putusan arbitrase dilaksanakan sesuai dengan hukum yang berlaku di wilayah
negara permohonan eksekusi diajukan serta tidak bertentangan dengan kesusilaan dan
ketertiban umum. Permasalahan yang timbul terkait pelaksanaan putusan arbitrase di Indonesia
salah satunya yaitu mengenai kepastian hukum atas putusan arbitrase seperti sejauhmana
putusan arbitrase dapat dilaksanakan di Indonesia dan upaya hukum apa yang dapat digunakan
para pihak terhadap putusan arbitrase tersebut. Dalam pembahasan pelaksanaan putusan
arbitrase di Indonesia sendiri akan di bedakan menjadi 2 (dua) yaitu putusan arbitrase Nasional
dan putusan arbitrase Internasional. 1

Putusan Arbitrase Nasional adalah putusan arbitrase yang diputuskan di wilayah


Indonesia dan menggunakan aturan hukum yang berlaku di Indonesia, tanpa mempersoalkan
2
para pihak yang bersengketa. Pelaksanaan putusan arbitase nasional diatur dalam Pasal 59
hingga Pasal 65 UU Arbitrase. Pada intinya Pasal 59 UU No. 30 tahun 1999 mengatur
mengenai putusan arbitrase yang berupa salinan otentik wajib diserahkan dan didaftarkan oleh
arbiter atau kuasanya ke Panitera Pengadilan Negeri dengan jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal putusan diucapkan, selain itu juga perlu disertakan
salinan otentik pengangkatannya sebagai arbiter. sesuai dengan Pasal 1 Ayat (4) UU No. 30
tahun 1999, Pengadilan Negeri (yang selanjutnya disebut PN) yang dituju merupakan dimana
wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal termohon, jika tidak dilakukannya pendaftaran
tersebut maka putusan asrbitrase tidak dapat dilaksanakan. Selanjutnya putusan arbitrase akan
di lakukan pencatatatan dan penandatanganan yang mana akan menjadi akta pendaftaran
sebagai satu-satunya dasar bagi pelaksanaan putusan arbitrase. Berdasarkan Pasal 61 UU No.
30 tahun 1999 Ketua PN akan mengeluarkan perintah putusan pelaksanaan arbitrase atas
permohonan pihak yang bersengketa, iika ada pihak yang berkepentingan tidak melaksanakan
putusan arbitrase secara sukarela. Jangka waktu Perintah pelaksanaan putusan arbitrase
tersebut maksimal 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan eksekusi didaftarkan kepada
Panitera PN. Sebelum dikeluarkannya perintah pelaksanaan arbitrase, Ketua PN akan
memeriksa apakah putusan arbitrase telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 62 ayat (2) UU
No. 30 tahun 1999, jika permohonan pelaksanaannya ditolak maka tidak ada upaya hukum lagi.
Perintah pelaksanaan ditulis pada salinan otentik putusan arbitrase.

1
Hulman Panjaitan, Pelaksanaan Putusan Arbitrase Di Indonesia, Vol. 4 No. 1 April 2018, hal.30

2
Hendhy Timex, Pelaksanaan Dan Pembatalan Putusan Arbitrase - Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-
Jun/2013. Hal. 81
Terkait ketentuan dan tata cara pelaksanaan putusan arbitrase internasional, Indonesia telah
meratifikasi Konvensi New York 1958 melalui Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 1
Tahun 1990, dengan adanya Perma ini memungkinkan putusan arbitrase internasional dapat
dilaksanakan di Indonesia. Namun setelah dikeluarkannya UU No. 30 tahun 1999, maka
tatacara pelaksanaan putusan arbitrase internasional yang diatur dalam Perma No. 1
tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku.3 Pelaksanaan putusan arbitase internasional juga
diatur dalam Pasal 66 hingga Pasal 69 UU Arbitrase. Putusan arbitrase internasional yang dapat
dilaksanakan di Indonesia menurut Pasal 66 UU No. 30 tahun 1999 yaitu hanya putusan yang
dijatuhkan oleh arbiter atau Majelis arbitrase di suatu negara yang dengan Indonesia terikat
perjanjian baik bilateral atau multilateral mengenai pengakuan dan pelaksanaan putusan
arbitrase asing hal ini mempertegas adanya asa resiprositas,terbatas pada lingkup Hukum
Dagang , pelaksanannya tidak bertentangan ketertiban umum, putusan arbitrase internasional
yang telah memperoleh eksekuatur dari Ketua PN Jakarta Pusat, serta putusan arbitrase
internasional yang menyangkut Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa maka
putusan tersebut hanya dapat dilaksanakan jika telah memperoleh eksekuatur dari MA yang
selanjutnya dilimpahkan ke PN Jakarta Pusat. 4 Hal terkait permohonan eksekuatur diatur di
Pasal 5 Perma Nomor 1 Tahun 1990. Permohonan pelaksanaan dapat dilakukan jika putusan
tersebut telah diserahkan dan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya ke Panitera PN Jakarta
Pusat, disaat pengajuan permohonan ke PN Jakarta Pusat ada beberapa berkas yang harus
disertakan sesuai Pasal 67 ayat (2) UU No. 30 tahun 1999 seperti salinan otentik Putusan
Arbitrase Internasional, salinan otentik perjanjian yang menjadi dasar putusan arbitrase
internasional, keterangan dari perwakilan diplomatik Indonesia di negara tempat Putusan
tersebut ditetapkan, yang menyatakan bahwa negara pemohon terikat pada perjanjian dengan
Indonesia perihal pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional. Berdasarkan
Pasal 68 UU No. 30 tahun 1999 setelah putusan arbitrase internasional yang telah memperoleh
eksekuatur dari Ketua PN diterima permohonan pelaksanannya maka tidak dapat diajukan
banding atau kasasi, sedangkan jika ditolak dapat diajukan kasasi, setelah kasasi tidak dapat
diajukan upaya perlawanan.
Jadi, pada prinsipnya pelaksanaan putusan arbitrase dilakukan secara sukarela, sehingga
terkadang ada beberapa pihak yang tidak melaksanakannya dikarenakan putusan arbitrase tidak
memiliki kekuatan eksekutorial, sehinga sebagaimana diatur dalam UU Arbitrase maka para
pihak yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pelaksanaan arbitrase ke Pengadilan
Negeri yang berwenang sesuai putusan arbitrasenya. Serta pelaksanaan putusan arbitase akan
dilimpahkan ke Ketua PN yang berwenang melaksanakan nya, serta sita eksekusi atas aset

3
Hulman Panjaitan, Pelaksanaan Putusan Arbitrase Di Indonesia, Vol. 4 No. 1 April 2018, hal.31
4
Gunawan Widjaja, Hukum Arbitrase, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 152-155
DAFTAR PUSTAKA

UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Panjaitan, Hulman. 2018. Pelaksanaan Putusan Arbitrase Di Indonesia, Vol. 4 No. 1 April
VVVVS2018. Universitas Kristen Indonesia. Jakarta

Widjaja , Gunawan. 2001 Hukum Arbitrase. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Timex. Hendhy, 2013, Pelaksanaan Dan Pembatalan Putusan Arbitrase - Lex Privatum,
VVVVSVol.I/No.2/Apr-Jun/2013

Anda mungkin juga menyukai