How To Win Friends Rangkuman PDF Free
How To Win Friends Rangkuman PDF Free
Tiga hari yang lalu, saya selesai membaca buku How to Win Friends &
Influence People in the Digital Age (edisi bahasa Indonesia), yang merupakan
edisi baru dari buku karya Dale Carnegie 75 tahun silam. Dalam buku ini
ditambahkan dan dikaitkan dengan kondisi di jaman sekarang yang merupakan era
digital. Adapun kontributor dalam pengembangan buku ini adalah tim dari Dale
Carnegie & Associates, Inc. bersama Brent Cole. Alasan sederhana saya membaca
buku ini adalah dikarenakan rekomendasi dari dosen Komunikasi Bisnis, Pak
Handowo Dipo. Sebenarnya buku ini sudah saya beli beberapa minggu, atau bahkan
bulan, yang lalu namun baru sempat dibaca baru-baru ini. Hanya perlu waktu 2 hari
saja membaca buku dengan isi sebanyak 301 halaman ini. Selain karena memang
bukunya kecil, saat itu saya punya banyak waktu luang sehingga mampu membaca
habis buku tersebut dalam waktu singkat.
Berikut ini adalah penggalan dari isi buku tersebut yang menurut saya menarik dan
memberiinsight. Semua yang saya tuliskan di bawah ini adalah murni kutipan
langsung dari buku tersebut. Dalam kutipan tersebut tidak ada sedikitpun
penambahan atau pengurangan dari saya. Mohon maaf jika ada typo.
“Kau akan dihakimi dengan cara kau menghakimi orang lain; kau akan dinilai
sesuai dengan standar yang kau gunakan saat menilai orang lain.”
1. Tegaskan Hal-Hal yang Baik
“Nenek moyang dari seluruh tindakan adalah sebuah pikiran.”
Kita semua disatukan dengan sebuah keinginan: untuk dihargai oleh orang
lain.
Segala kemajuan yang hebat dan pemecahan masalah dengan pihak lain
terjadi saat setidaknya salah satu pihak bersedia untuk mengakui kebaikan
yang ada.
1. Sentuh Keinginan Hati
untuk memengaruhi orang lai untuk bertindak, pertama-tama kau harus
berhubungan dengan keinginan inti yang mereka rasakan.
Pengaru membutuhkan banyak intuisi dibandingkan intelektualitas.
“Jika orang tersebut tidak memiliki hubungan yang mendalam dengan orang-
orang, dia tidak akan memiliki pengaruh yang besar kepada mereka.”
Pengaruh membutuhkan tangan yang lembut.
“Para individu yang tidak tertarik dengan sesama manusia lah,” tulis psikolog
terkenal dari Wina, Alfred Adler, “yang mengalami kesulitan terbesar di dalam
hidup dan menimbulkan kerusakan terbesar kepada orang lain. Dari individu-
individu semacam itulah seluruh kegagalan manusia berasal.”
Orang tertarik kepada sosok yang peduli kepada apa yang menjadi minat
mereka.
sikap mementingkan diri sendiri adalah bentuk termurni dari sifat manusia –
melawan atau pergi adalah sebuah fakta.
Sadarilah bahwa prinsip ini tidak berkata, “Gantilah minat Anda dengan minat
orang lain.” Namun, prinsip ini berkata, “Tertariklah dengan minat orang
lain,” dan itu adalah rahasia penerapannya.
“Kebaikan adalah satu-satunya investasi yang tidak pernah gagal.”
Anda harus menjadi benar-benar tertarik dengan orang lain sebelum Anda
mengharapkan orang lain tertarik dengan Anda.
1. Tersenyumlah
Menurut American Academy of Cosmetic Dentistry, 99,7 persen orang
dewasa percaya bahwa senyuman adalah aset sosial yang penting.
Senyum juga cepat menular.
Sering kali orang berkata bahwa kita hidup dan belajar., tetapi mungkin
sebuah pelajaran yang sama pentingnya untuk kita semua adalah jika kita
mendengar dan belajar, kita akan hidup dengan lebih harmonis lagi.
1. Bahas Apa yang Penting Bagi Mereka
saat ingin membuat diri Anda penting di hadapan orang lain, Anda harus
membahas hal yang penting bagi mereka terlebih dahulu.
Dia pernah berkata bahwa 99 persen konflik adalah mengenai
kesalahpahaman kata-kata yang digunakan di dalam konteks yang berbeda.
Oleh karena itu, kesuksesan berasal dari upayanya yang cermat untuk
memahami apa yang dimaksud oleh seseorang.
Intinya, ada risiko dalam memiliki sebuah hubungan, dan jika kita ingin
memengaruhi kehidupan orang lain, kita harus merasa nyaman dalam
menghadapi risiko tersebut.
Anda tidak hanya harus tahu siapa mereka, tetapi Anda harus selalu tahu apa
yang penting bagi mereka.
Mungkin apa yang paling berarti bagi Anda adalah menjadi berarti bagi orang
lain. Satu hal yang pasti: di sebuah era yang di mana pesan begitu banyak,
hanya sejumlah kecil pesan yang benar-benar penting. Untuk bisa
memengaruhi orang lain, pastikan pesan Anda menjadi salah satu di
antaranya.
1. Buat Orang Lain Merasa Lebih Baik
Banyak orang membuat kesalahan menyamakan inspirasi dengan
implementasi. Mereka seperti seorang guru seni yang menempatkan para
muridnya di padang rumput pegunungan dan meminta mereka untuk meniru
pemandangan itu. Gambaran besar itu memberi inspirasi: rumput panjang
yang bergoyang, pegunungan putih dengan daun-daun keemasan yang
berkilau, aliran sungai yang menuju ke arah pegunungan. Namun, sementara
memandang gambaran tersebut tidak cukup untuk membekali murid untuk
melukis rumputnya saja di kanvas. Tanpa instruksi cara melukis setiap detail
kecil di dalam gambaran yang besar itu, upaya-upaya mereka tidak akan
terlihat seperti padanga rumput yang indah di hadapan mereka. Agar dapat
menjadi seorang seniman hebat yang bisa meniru gambaran besar, para
murid harus belajar memusatkan perhatian kepada hal-hal kecil. Ini sangatlah
benar di dalam konteks hubungan manusia.
Yang harus selalu Anda ingat adalah apa yang memotivasi Anda untuk
mendapatkan teman jarangs sekali memotivasi orang lain untuk memberikan
pertemanan kepada Anda.
“mengubah hubungan dari manipulatif menjadi bermakna. Satu-satunya cara
Anda bisa melakukannya adalah secara konstan menambahkan makna dan
nilai.”
jangan lakukan sesuatu yang tidak ingin Anda terima dari orang lain.
continued
Melanjutkan rangkuman penggalan dan insight yang menurut saya menarik dari
buku How to Win Friends & Influence People in the Digital Age, kita
memasuki bagian selanjutnya, setelah pendahuluan, bagian 1, dan bagian 2
dibahas pada postingan sebelumnya.
Bagian 3 Cara Mendapatkan dan Menjaga Kepercayaan Orang Lain
1. Hindari Argumen
Berdebat dengan orang lain jarang sekali membuahkan hasil untuk Anda;
biasanya perdebatan berakhir dengn salah satu pihak semakin yakin dengan
kebenarannya. Mungkin Anda benar, amat sangat benat, tetapi berdebat
sama sia-sianya jika Anda memiliki pendapat yang salah.
Kita menghadapi konflik nyaris setiap hari di dalam kehidupan kita. Jadi
bagaimana kita mencegah sebuah diskusi yang bijak berubah menjadi
argumen yang agresif? Pada akhirnya Anda harus lebih menghargai
interdependensi dibandingkan independensi dan memahami bahwa negosiasi
dengan rasa hormat itu lebih efektif dalam jangka panjang dibandingkan
percekcokan.
“Kita semua tahu cara mendapatkan perhatian,” ujar Jeles, “tetapi hanya
sedikit yang tahu cara mendapatkan perhatian dan rasa hormat pada saat
bersamaan.” Buatlah diri Anda berbeda dengan menjadi pihak yang
menghindari argumentasi.
1. Jangan Pernah Mengatakan “Kau Salah”
“Pertemanan yang bersikeras pada persetujuan dalam segala hal tidak layak
disebut sebagai pertemanan,” tutur Mahatma Gandhi. “Pertemanan yang
sejati harus menjunjung perbedaan yang jujur, tidak peduli seberapa
tajamnya perbedaan itu.”
sering kali kita lebih menyukai kemenangan pribadi dibandingkan
kemungkinan untuk berkolaborasi.
Sebenarnya, di balik keyakinan bahwa orang lain itu salah, terdapat sebuah
pengakuan yang tidak terucapkan bahwa kita tidak ingin ditolak. Karena tidak
ingin menjadi pihak yang salah, kita pun memproyeksikan kesalahan tersebut
kepada orang lain. JIka tidak mendapat peringatan, Dale Carnegie sendiri bisa
jatuh ke dalam perangkap yang tidak menyenangkan ini.
Memberitahu orang-orang bahwa mereka salah hanya akan membuat orang
memusuhi Anda. Hanya sedikit orang yang menanggapi dengan logis saat
diberitahu bahwa mereka salah; kebanyakan orang menganggapi dengan
emosi dan defensif karena Anda mempertanyakan pendapat mereka.
Jika Anda ingat mereka yang pernah bersikeras bahwa Anda salah, sudah
pasti orang lain akan mengingat Anda dengan kesan negatif yang sama jika
Anda memilih untuk mengubah sebuah sebuah interaksi menjadi sebuah
kesempatan untuk memberi pelajaran, bukannya menjadi sebuah
kesempatan untuk memperkuat sebuah hubungan.
Cobalah untuk selalu memilih sikap diplomatis. Akuilah bahwa bisa jadi Anda
salah. Akuilah bahwa orang lain bisa jadi benar. Tunjukkan sikap yang ramah.
Lontarkan pertanyaan. Dan yang paling penting, pandang situasi dari sudut
pandang orang lain dan tunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut.
1. Akui Kesalahan dengan Cepat dan Sungguh-Sungguh
Ada banyak hal yang lazim bagi kita semua –kelahiran, kematian, dan seumur
hidup penuh dengan kesalahan, kekeliruan, dan kejanggalan. Kita semua
mengetahuinya, dan sebagian besar kesalahan kita, walaupun menimbulkan
rasa frustasi sementara dan bahkan membuat orang lain jengkel, bisa
dimaafkan.
Satu alasan kenapa kita merasa begitu sulit untuk mengakui kesalahan kita
adalah kita cenderung melupakan pesan yang terkandung dalam permintaan
maaf. Pada zaman sekarang, sikap lupa ini menjadi semakin berbahaya. Jika
kita langsung megakui kesalahan kita dengan sungguh-sungguh, sikap
tersebut sama saja seperti mengirimkan sebuah press release ke seluruh
dunia untuk menginformasikan bahwa kita sungguh-sungguh peduli dengan
orang-orang yang kita sakiti, bahwa kita merasa rendah diri, dan kita ingin
meluruskan permasalahan. Orang lain jarang menyimpan amarah dan
kekecewaan saat mereka menyaksikan bahwa kita memandang diri kita dan
situasi yang ada dengan layak. Kita lebih bersedia memaafkan mereka yang
mau mengakui kesalahannya.
Kita semua terkadang lupa bahwa ada semacam kepuasan dengan memiliki
keberanian untuk mengakui kesalahan. Sikap tersebut tidak hanya
melegakan diri dari rasa bersalah dan keinginan untuk membela diri, tetapi
juga kerap membantu memecahkan masalah yang timbul karena kesalahan
tersebut dengan lebih cepat.
1. Awali dengan Sikap Ramah
Keramahan mendapatkan keramahan. Kita cenderung setuju dengan orang
lain atau melihat hal-hal dari perspektifnya saat kita memiliki perasaan yang
akrab dengannya.
Pada zaman sekarang, transaksi-trnasaksi yang kita lakukan menjangkau
seluruh dunia sehingga koneksi yang nyata menjadi semakin jarang. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk memperlakukan orang lain dalam
semangat yang sama seperti saat Anda menghadapi mereka secara
langsung.
Kesalahan yang banyak dilakukan orang saat ini adalah membebankan
tanggung jawab kepada sang penerima pesan. Kita menggunakan respons
dan reaksi orang lain sebagai satu-satunya patokan apakah kita sudah
melakukan pendekatan yang tepat atau memberikan kesan yang tepat. Ini
jebakan ganda.
Pertama, hal ini bisa menuntun kepada kemalasan dalam memikirkan peran
motif dalam koneksi yang efektif.
Kedua, respons bisa menipu, terlebih pada awalnya.