Anda di halaman 1dari 40

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

RUPTURE PERENEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA


MASITA MAKASSAR

USULAN PROPOSAL PENELITIAN

KELOMPOK 4

GUSTIAYU ABDUL WAHAB NH0116057


MOH WAFRI MATORANG NH0116093
KHARISMA LOLOK NH0116083
MUNIRA U PAPUA NH0116100
GLENY HERLENA NH0116056
RIZKI SAFITRY NH0116203
MARSENIATY NH0116087
LISA NH0116084

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
JUNI 2019

1
2

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini dengan tepat waktu.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang


telah membantu dalam penyusunan proposal. Kami juga menyadari bahwa
proposall ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan 
proposal ini  ini.

Demikianlah makalah ini kami buat untuk memenuhi kebutuhan


akan pengetahuan kita semua. Semoga bermanfaat.Terimakasih.

Makassar, Juni 2019

Penulis
3

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Variabel................................................................................... 8
2.1.1 Tinjauan Tentang Persalinan ...................................................... 8
2.1.2 Tinjauan Tentang Rupture Perineum........................................... 13
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Rupture.... 17
2.2 Jurnal Penelitian Terakhir ..................................................................... 26
2.3 Kerangka Teori...................................................................................... 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP HIPOTESIS


3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 28
3.2 Hipotesis ............................................................................................... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1 Rencana Penelitian Digunakan ............................................................. 30
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Teknik Pengambilan.................. 30
4.2.1 Populasi .....................................................................................
.............................................................................................................30
4.2.2 Sampel ....................................................................................... 30
4.2.3 Sampling .................................................................................... 30
4.3 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional Variabel....................... 31
4.3.1 Variabel Penelitian..................................................................... 31
4.3.2 Definisi Operasional................................................................... 32
4.3 Tabel 4.1................................................................................................ 32
4.4 Alat Dan Bahan penelitian..................................................................... 34
4.5 Instrumen Penelitian.............................................................................. 34
4.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian................................................................ 34
4.7 Prosedur Pengambilan Data .................................................................. 35
4.8 Cara Analisis Data................................................................................. 35
4.9 Masalah Etik(Ethical Clerance)............................................................. 36
4.10 Kerangka Operasional /Kerja............................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia dimana angka kematian ibu bersalin yang cukup tinggi.Keadaan ini

di sertai dengan komplikasi yang mungkin saja timbul selama persalinan,

sehingga memerlukan pengetahuan keterampilan yang baik dalam bidang

kesehatan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menurunkan

angka kematian , kesakitan ibu dan perinatal. Persalinan sampai saat ini

masih merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan. Hal ini diakibatkan

pelaksanaan dan pemantauan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu

mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi

(Artika Purwandi, dkk,2014)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal merupakan

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Nurul Jannah,

2015)

Pendarahan post partum merupakan penyebab kematian ibu, kematian

ini di sebabkan oleh pendarahan anterpartum (plasenta previa, solusio


5

plasenta, kehamilan ektopik, solusio plasenta, rupture uteri) (Rosdiana,2014).

Salah satu penyebab pendarahan adalah robekan jalan lahir (rupture

perineum), robekan ini dapat terjadi bersamaan dengan atonia uter.

Pendarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya

di sebabkan karena servik atau vagina. Rupture perineum merupakan

perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi, baik menggunakan

alat maupun tidak menggunakan alat ( Rosdiana 2014).

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan

tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya

terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu

cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala janin melewati

pintu panggul dengan ukuran yang lebih besar. Rupture perineum merupakan

robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Penyebab kematian

ibu yang tertinggi adalah perdarahan yang salah satu penyebabnya yaitu

rupture perineum dengan angka kejadian 16%. Robekan perineum merupakan

robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan

menggunakan alat atau tindakan(Triana dkk 2015).

Penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) dikategorikan menjadi dua yaitu

penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung

kematian ibu di Indonesia saat ini masih didominasi oleh perdarahan (42%),

eklampsia/preeklamsia (13%), abortus (11%), infeksi (10%), partus

lama/persalinan macet (9%), dan penyebab lain (15%). Sedangkan faktor

tidak langsung penyebab kematian ibu karena faktor terlambat dan terlalu
6

dini. Ini semua terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan

ekonomi. Meskipun angka kematian ibu yang disebabkan infeksi hanya 10%,

yang ditandai dengan rubor, dolor, kalor, tumor,fungsiolesa tetapi hal tersebut

ikut menyumbangkan kenaikan angka kematian ibu di Indonesia (SDKI,

2015).

Menurut World Health Organization (WHO,2016) 99% kematian ibu

terjadi di negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara – negara

berkembang adalah 239/100.000 kelahiran hidup versus 12/100.000 kelahiran

hidup di negara maju. Hampir 75% penyebab utama kematian ibu yaitu

perdarahan (WHO, 2016).

Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum

pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050,

seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan

kebidanan dengan baik. Di Amrika 26 juta ibu bersalin yang mengalami

rupture perineum, 40% diantaranya mengalami rupture perineum.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia khususnya dalam mencapai

target global MDGS (Millenium Development Goals) pada tahun 2015. Pada

periode 2004-2007, terjadi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dari

307/100.000 kelahiran hidup menjadi 228/100.000 kelahiran hidup (Indriyani

& Asmuji, 2014). Namun demikian, keberhasilan tersebut masih perlu terus

di tingkatkan. Mengingat AKI di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan

dengan Negara ASEAN lain. Tentunya target RPJMN tahun 2010-2014

mengamanatkan agar AKI dapat di turunkan menjadi 118/100.000 kelahiran


7

hidup pada tahun 2014. Selain itu MDGS menargetkan AKI di Indonesia

dapat diturunkan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan

bahwa tahun 2015, kasus kematian ibu mengalami penurunan 305/100.000

kelahiran hidup di bandingkan dengan tahun 2012 sebesar 359/100.000

kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).

Di Kota Makassar, AKI maternal mengalami fluktuasi selama 3tahun

terakhir yaitu pada tahun 2013 sebanyak 4 kematian ibu dari 24.579 kelahiran

hidup. Jumlah kematian ibu tahun 2014 sama dengan tahun 2015 yaitu 5

kematian ibu tapi berbeda pada kelahiran hidup yaitu 24.590. Tahun 2015

terdapat 5 kematian ibu dari 25.181 kelahiran hidup (Dinkes Kota

Makassar,2016).

Menurut data dari RSIA Masyita Makassar, Ibu yang mengalami rupture

perineum pada tahun 2017 berjumlah 452 ibu yang melakukan persalinan

normal,pada tahun 2018 berjumlah 560 ibu yang melakukan persalinan

normal dan pada tahun 2019 dari bulan Januari hingga April berjumlah 155

ibu yang melakukan partus dan mengalami rupture perineum di RSIA Masita

Makassar, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Faktor-

Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Rupture Perineum pada

Persalinan Normal di RSIA Masita Makassar”

1.2. Rumusan Masalah


8

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Apa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

rupture perineum pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar” ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian rupture perineum pada persalinan normal di RSIA Masita

Makassar?

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi Umur terhadap kejadian rupture

perineum pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar

b. Untuk mengidentifikasi Paritas terhadap kejadian rupture

perineum pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar

c. Untuk mengidentifikasi berat lahir bayi terhadap kejadian rupture

perineum pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar.

d. Untuk mengidentifikasi Jarak kelahiran terhadap kejadian rupture

perineum pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar.

e. Untuk mengidetifikasi derajat rupture perineumpada kejadian

rupture perineum pada persalinan normal di RSIA Masita

Makassar

f. Untuk menganalisis hubungan Umur terhadap kejadian rupture

perineum pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar


9

g. Untuk menganalisis hubungan Paritas terhadap kejadian rupture

perineum pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar

h. Untuk menganalisis hubungan berat lahir bayi terhadap kejadian

rupture perineum pada persalinan normal di RSIA Masita

Makassar.

i. Untuk menganalisis hubungan Jarak kelahiran terhadap kejadian

rupture perineum pada persalinan normal di RSIA Masita

Makassar.

j. Untuk menganalisis derajat rupture perineumpada kejadian

rupture perineum pada persalinan normal di RSIA Masita

Makassar

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Teoritis

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan khasanah ilmu pengetahuan dalam

bidang ilmu keperawatan tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian rupture perineum pada

persalinan normal secara teori maupun praktek lapangan.

b. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau

pedoman untuk pengembangan kurikulum pendidikan S1

Keperawatan .
10

1.4.2. Praktis

a. Bagi lahan instansi,dapat meningkatkan profesionalisme,

sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan pada ibu nifas

dengan perawatan rupture perineum.

b. Bagi ibu yang akan menghadapi persalinan di harapkan dapat

meningkatkan pengetahuan ibu tentang nifas khususnya

mengenai pengetahuan dan penanganan rupture perineum yang

di derita oleh ibu saat ini.

c. Bagi medis rumah sakit, dapat di jadikan bahan dalam

membentu SDM dan peningkatan pola kerja demi

meningkatkan pelayanan keperawatan dan kebidanan.

d. Bagi penulis lainnya,sebagai sarana dan bahan referensi bagi

mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan

melalui asuhan keperawatan/kebidanan pada ibu nifas dengan

rupture perineum sesuai dengan prosedur.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Variabel

2.1.1. Tinjauan Tentang Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran

normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam,

tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Nurul Janna, 2017).

Persalinan berlangsung secara alamiah, tetapi tetap diperlukan

pemantauan khusus setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang

berbeda-beda,sehingga dapat mengurangi resiko kematian ibu dan

janin pada saat persalinan.Selain itu,selama kehamilan ataupun

persalinan dapat terjadi komplikasi karena kesalahan penolong

dalam persalinan,baik tenaga non-kesehatan seperti dukun ataupun

tenaga kesehatan khususnya bidan (Wahyuni,2014).

b. Bentuk Bersalinan

Berdasarkan defenisi adalah sebagai:


12

1) Persalinan spontan, bila persalinan selurunya berlangsung

dengan kekuatan ibu sendiri.

2) Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga

dari luar.

3) Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

c. Proses Terjadinya Persalinan

Bagaimana terjadinya persalinan belum di ketahui dengan pasti,

sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai

terjadinya kekuatan his (kontasi otot rahim).

Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil

yaitu:

1) Estrogen yang berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot

rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan

mekanis.

2) Progesteron yang berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim,

menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin,

rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan

menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Sumarah,

SSIT 2014).
13

d. Fisiologi persalinan

Persalinan adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan atrem

(bukan premature dan posmature) mempunyai omset yang sepontan

(tidak di induksi) selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak

saat awitannya (bukan partus presipitatus dan partus lama)

mempunyai janin tunggal dengan presentasi perteks (puncak kepala)

dan oksiput pada bagian anterior velpiks terlaksana tanpa bantuan

artipisial (seperti forceps), tidak mencakup komplikasi (seperti

pendarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang normal (Fore,

2014)

e. Tanda-Tanda Persalinan

Beberapa tanda-tanda permulaan terjadinya persalinan (Mochtar, R,

2011).

1) Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul.

2) Perut kelihatan melebar, fundus uteri turun.

3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (Polakisuria) karna

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

4) Perasaan nyeri diperut dan di pingggang oleh adanya kontraksi

lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.

5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresinya bertambah

dan kadang bercampur darah (blood show)


14

f. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan dibagi dalam 4 kala (Sarwono, 2015) yaitu:

1) Kala 1 (Kala pembukaan)

Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan

lengkap (10 cm). Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur

darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi)

dan mendatar (effacement). Proses ini dibagi dalam 2 fase yaitu:

a) Fase Laten : dimana pembukan serviks berlangsung lambat,

serviks membuka sampai 3 cm, dengan lama waktu

berlangsung dalam 7-8 jam.

b) Fase Aktif : pembukaan serviks membuka dari 3 sampai 10

cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. Lama

waktu berlangsung selama 6 jam.

Fase-fase yang dikemukakan diatas dijumpai pada

primigravida. Bedanya dengan multigravida adalah:

a) Biasanya bersamaan. Berlangsung selama 6-7 jam.

Primigravida: serviks mendatar (effacement) baru dilatasi dan

berlangsung 13-14 jam.

b) Multigravida : Serviks mendatar dan membuka

2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir,

melalui persalinan normal atau abnormal (Sectio cesarean atau

vacum). Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat


15

dan lebih lama. Proses ini biasanya berlangsung 1½- 2 jam pada

primigravida dan ½ - 1 jam pada multigravida.

3) Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

plasenta terlepas secara spontan atau dengan rangsangan berupa 3

atau 4 kontraksi yang kuat setelah bayi lahir. Pengeluaran

plasenta dalam keadaan normal akan keluar selang 5-7 menit

setelah bayi lahir yang disertai pengeluaran darah. Dimana waktu

kala 3 berlangsung tidak lebih dari 30-45 menit.

4) Kala IV ( Kala Pengawasan)

Kala ini berlangsung selama 2-4 jam pertama setelah

melahirkan, waktu dimana kemungkinan terjadinya bahaya

terbesar pendarahan. Keadaan akan menjadi predisposisi berupa

pendarahan pada ibu seperti persalinan cepat, bayi

besar/persalinan induksi.

Setelah persalinan, tanda-tanda vital ibu perlu diperiksa.

Normalnya, untuk denyut nadi ibu antara 60-70 x/menit. Apabila

denyut nadi di atas 90x/menit perlu pengawasan dari petugas

kesehatan. Suhu dapat sedikit dibawah normal akibat kehilangan

panas tubuh. Kadang-kadang >37,20C akibat dehidrasi atau

persalinan lama. Untuk tekanan darah, normalnya 110/70 mmHg

< 110 mmHg bisa jadi akibat dari pendarahan.


16

2.1.2. Tinjauan Tentang Rupture perineum

a. Pengertian Rupture Perineum

Robekan perineum adalah robekan yang terjadi pada bayi lahir

baik secara spontan maupun dengan menggunkan alat atau indakan

(Trianan dkk,2015).

Perineum adalah merupakan bagian permukaan pintu bawah

panggul, yang terletak antara vulva dan anus. Panjangnya rata-rata 4

cm. Perineum adalah otot, kulit, yang berada diantara kelamin dan

anus. Trauma perineum adalah luka yang terjadi pada perineum

sering trjadi pada proses persalinan. Hal ini karena desakan atau

bagian tubuh janin secara tiba-tiba, sehingga kulit dan jaringan

perineum robek (Sukarni, 2014).

Rupture perineum umumnya terjadi pada primipara, tetapi tidak

jarang juga pada multipara. Ibu bersalin primipara mempunyai

resiko tinggi terjadi rupture karena perineum masih utuh sehingga

mudah terjadi robekan, sedangkan ibu bersalin multipara

mempunyai resiko rendah terjadi rupture perineum. Penyebab yang

biasa mengakibatkan rupture perineum pada paritas antara lain

pertus presipitatus, mengejan yang terlalu kuat, edema dan

kerapuhan pada perineum, kelenturan jalan lahir, dan persalinan

dengan tindakan
17

Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum

sewaktu persalinan. Robekan jalan lahir merupakan luka atau

robekan jaringan yang tidak teratur (Elisabeth Siwi Walyani, 2015).

Perineum merupakan kumpulan berbagai jaringan yang

membentuk perineum. Terletak antara vulva dan anus, panjangnya

kira-kira 4cm. Jarinagn yang terutama menopang perineum adalah

diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari

muskulus levator ani dan mulkulus koksigis di bagian posterior

serta selubung fasia dari otot-otot ini. Muskulus levator ani

membentuk sabuk otot yang lebar bermula dari permukaan posterior

ramus phubis superior, dari permukaan dalam spina ishiaka dan dari

fasia obruratorius (Sukarni 2014).

Persatuan antara mediana levatorani yang terletak antara anus

dan vagina diperkuat oleh tendon sentralis perineum, tempat bersatu

bulbokavernosus, mulkulus perinialis transversalis superfisial dan

stigter ani eksterna. Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis

dan merupakan pendukung utama perineum, sering robek selama

persalinan,kecuali di lakukan episiotomi yang memadai pada saat

yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi merupakan

infeksi masa puerperium yang paling sering di temukan pada

genetalia eksterna.

b. Macam-macam rupture perineum

1) Rupture
18

adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya

jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau

bahu pada proses persalianan. Banyak rupture biasanya tidak

teratus sehingga jaringan yang robek sehingga sulit dilakukan

penjahitan (Elisabeth Siwi Walyani, 2015).

2) Epiosiotomi

Adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan

terpotongnya selaput lendir vagina cincin selaput darah, jaringan

pada septum rektrovaginal otot-otot dan pasiaperineum dan kulit

sebelah depan perineum (Elisabeth Siwi Walyani, 2015).

c. Tanda dan gejalah Rupture perineum

Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap

dan kontraksi Rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan

tersebut berasl dari perlukaan jalan lahir. Tanda-tanda terjadinya

robekan pada perineum antara lain:

1) Kulit perineum mulai melebar dan tegang

2) Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap

3) Ada pendarahan keluar dari lubang vulva,merupakan

indikasi robekan pada mukosa vagina

4) Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek,di antara

fourchette dan sfingter ani (Asriyanti,2014).

d. Derajat Perlukaan pada Rupture Perinem


19

1) Derajat I: mukosa vagina, komisura posterior,kulit perineum.

Tidak perlu di lakukan penjahitan.

2) Derajat II: mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,

otot perineum.Perlu di lakukan penjahitan.

3) Derajat III: mukosa vagina, fauchette posterior,kulit perineum,

otot perineum, otot spinter ani eksternal. Segera lakukan rujukan.

4) Derajat IV: mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,

ototnperineum, otot sfiner ani dan dinding depan rectum.Segera

lakukan rujukan (Naomy Marie ,2017).

Gambar 2.1 Rupture Perineum


20

2.1.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Rupture

Perineum

a. Umur

Umur merupakan umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai saat melahirkan anak terakhirnya. Berdasarkan

hasil penelitian diketahui sebagian besar responden yang

melahirkan berusia 20 - 35 tahun sebanyak 65 orang (90,3%).

Besarnya responden yang melahirkan usia produktif menandakan

bahwa masyarakat sudah mengikuti anjuran pemerintah. Pasangan

usia subur (PUS) sebaiknya melahirkan pada usia 20 – 35 tahun.

Hal ini dikarenakan pada usia < 20 tahun fungsi reproduksi belum

berkembang dengan sempurna. Pada usia > 35 tahun fungsi

reproduksi mengalami penurunan. Sehingga pada usia < 20 tahun

dan > 35 tahun sering dijumpai kehamilan dan persalinan dengan

komplikasi yang dapat meningkatkan kejadian kematian ibu

(Siswosudarmo dan Emilia, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehjuwaher (2013)

cakupan yang memiliki umur 20-30 tahun sebagian besar

melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar (>4 kali),

dibandingkan dengan yang berumur <20 atau>35 tahun .(Pratiwi,

2019)

Umur ibu secara garis besar menjadi indicator dalam

kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu


21

pada setiap pengalaman. Umur yang cukup dalam mengawali atau

memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan membantu

seseorang dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau

masalah, dalam hal ini menghadapi kehamilan dan perubahan

selama kelamilan.

Secara ilmu kedokteran, organ reproduksi untuk gadis di bawah

umur 20 tahun belum siap untuk berhubungan seks atau

mengandung. Sehingga jika terjadi kehamilan beresiko mengalami

tekanan darah tinggi ( karena tubuh tidak kuat). Kondisi ini

biasanya tidak terdeteksi pada tahapan-tahapan awal, tetapi nantinya

menyebabkan kejang-kejang,perdarahan bahkan kematian pada ibu

atau bayi (Hasdianah HR dkk,2013)

Umur ibu merupakan salah satu tolak ukur kesiapan seseorang

ibu untuk melahirkan, dimana umur ideal untuk menjalani proses

kehamilan dan persalinan adalah umur 20-35 tahun. Wanita kurang

dari 20 tahun biasanya memiliki kondisi psikis yang belum matang

serta kemampuan financial yang kurang mendukung, sementara

wanita berumur lebihdari 35 tahun cenderung mengalami

kemampuan reproduksi ( Harnowo,2015).

Umur yang aman untuk kehamilan di kenal juga dengan istilah

reproduksi sehat yaitu antara 20 hingga 30 tahun, dikatakan aman

karna kematian maternal yang terjadi di rentang umur kurang dari

20 atau pun lebih dari 30 (Sarwono, 2014). Umur yang sudah


22

matang akan mempengaruhi pola fikir seorang ibu, sehingga ibu

akan patuh dalam perawatan kehamilan.Ibu hamil yang berumur 20

hingga 30 tahun telah masuk dalam rentang umur sewasa awal,

dimana ibu mulai mengalami proses kematangan emosional dan

mampu menerima informasi dengan baik serta mengambil

keputusan yang tepat mengenai perilaku kesehatan seperti manfaat

perawatan payudara selama kehamilan,sehingga ibu hamil akan

semakin sadar untuk melakukan perawatan kehamilan

( Prawihardjo, 2014).

Menurut Walyani ( 2015 ) umur berguna untuk mengantisipasi

diagnose masalah kesehatan dan tindakan yang akan dilakukan,ibu

di katakana beresiko apabila berumur di bawah 20 tahun dan diatas

35 tahun. Hal ini tertdapat hubungan antara umur beresiko dapat

menimbulkan komplikasi. Sesuai penelitian Edyanti (2014)

menyatakan bahwa resiko ibu yang berumur kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun 5,117 kali lebih besar untuk mengalami

kmplikasi kebidanan dibandingkan dengan ibu yang berumur 20-35

b. Paritas

Paritas keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati,

tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan

demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali

paritas (Stedman, 2014). Paritas adalah jumlah anak yang di

lahirkan ibu. Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan


23

jumlah anak yang di lahirkan. Paitas 22-3 merupakan paritas yang

amandi tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas

tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal. Sampai

dengan partas 3 rahim ibu bias kembali seperti sebelum hamil.

Setiap kehamilan Rahim mengalami pembesaran, terjadi

pereganganoto-otot Rahim selama 9 bulan kehamilan (Elisabeth

Siwi Walyani 2015).

Paritas mempunyai pengaruh terhadap robekan perineum sesuai

dengan teori bahwa pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara

memiliki resiko lebih besar untuk mengalami robekan perineum

dari pada ibu dengan paritas lebih dari satu. Dikarenakan jalan

lahir yang belum perna di lalui oleh kepala bayi sehingga otot-otot

perineum belum merenggang ( Prawirohardjo,Sarwono 2013).

Paritas adalah jumlah anak yang di lahirkan oleh seorang ibu

baik hidup maupun mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap

kejadian rupture perineum. Pada ibu dengan paritas 1 atau ibu

primipara memiliki resiko lebih besar untuk mengalami robekan

perineum daripada ibu dengan paritas lebih dari satu. Hal ini

dikarenakan jalan lahir yang belum pernah di lalui oleh kepala bayi

sehingga otot-otot perineum belum merenggang (Rosdiana 2014)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 41 kasus

kejadian rupture perineum diperoleh mayoritas ibu dengan

multipara sebanyak 31 responden (75,6%). Multipara adalah


24

wanita yang telah melahirkan anak lebih dari satu kali atau 2 anak

atau lebih.

Menurut teori Saifuddin (2012), rupture perineum terjadi baik

pada primipara maupun multipara karena sama-sama mempunyai

resiko, tergantung bagaimana penolong melakukan penanganan

pada saat proses persalinan serta keadaan ibu sebelum bersalin baik

kondisi fisik maupun kesiapan psikologis. Penyebab rupture

perineum pada primipara karena kelenturan jalan lahir atau

elastisitas perineum, mengejan yang tergesa-gesa dan tidak teratur,

serta berat badan bayi baru lahir.

Sedangkan penyebab rupture perineum pada multipara

sebagian karena berat badan bayi baru lahir, kerapuhan perineum,

asuhan sayang ibu yang kurang baik sehingga proses persalinan

kurang terkendali seperti ibu51kelelahan, mengejan sebelum

waktunya sehingga partus menjadi macet ataulambat (saifuddin,

2012).

Klasifikasi jumlah paritas menurut (Manuaba, 2007) yaitu:

1. Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan

anak sama sekali.

2. Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan pertama

kali.

3. Multipara adalah perempuan yang telah pernah melahirkan

seorang anak dua hingga empat kali.


25

4. Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5

orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit

dalam kehamilan dan persalinan. Anak lebih dari empat dapat

menimbulkan gangguan pertumbuhan janin

sehinggamelahirkan bayi dengan berat rendah dan perdarahan

saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.

Laporan Institute Medicine 2004, ibu dengan paritas

tinggi (melahirkan lebih dari 3 kali cenderung mengalami

komplikasi dalam kehamilan yang akhirnya berpengaruh

pada akhir persalinan,bahkan dapat menyababkan persalinan

premature lebih tinggi, hal ini di sebabkan karena kehamilan

berulang ( paritas tinggi) akan membuat uterus menjadi

renggang, sehinggga dapat menyebabkan kelainan letak janin

dan plasenta yang akhirnya akan berpengaruh buruk pada

proses persalinan serta kemampuan untuk mengedan pada

saat melahirkan sudah mulai berkurang sejalan0 dengan usia

ibu itu sendiri ( Ridwan,2014).

c. Berat Lahir Bayi

Berdasarkan hasil penelitian dari 72 ibu bersalin yang

mengalami rupture perineum dengan berat badan bayi 3500 garam

– 4000 gram sebanyak 3 orang (100%). Proses persalinan dengan

berat badan bayi besar dapat menimbulkan adanya kerusakan

jaringan dan robekan jalan lahir. Semakin besar berat badan bayi
26

yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya rupture

perineum. Hal ini dikarenakan perineum tidak cukup kuat menahan

regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar

(Mochtar, 2011). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang menunjukkan bahwa dari 41 ibu yang mengalami

ruptur perineum, 65,8% melahirkan dengan berat bayi 2500 gram –

4000 gram (Prawitasari, 2015).

Berat badan janin dapat mempengaruhi proses persalinan kala

II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang

mengalami rupture perineum adalah dengan berat badan normal

yaitu 2500-4000 gram. Mochtar (2012), menyatakan bahwa rupture

perineum terjadi pada janin yang mempunyai berat lebih dari 4000

gram yang memiliki kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan

adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Bagian paling

keras dan besar dari janin adalah kepala, sehingga besarnya kepala

janin mempengaruhi berat badan janin.

Oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan Berat

Badan ( BB) janin.

Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang di timbang

dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat

badan lahi dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat di

kelompokan:bayi kurang bulan(BKB),yaitu bayi yang di lahirkan

dengan masa getasi < 37 minggu(259 hari).Bayi cukup bulan


27

(BCB) ,bayi yang di lahirkan dengan masa getasi antara 37 -42

minggu (259-293 hari),dan bayi lebih bulan (BLB),bayi yang di

lahirkan dengan masa getasi > 42 minggu (294 hari) ( Kosim

dkk,2014)

d. Jarak kelahiran

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyu Lestari

(2013), yaitu ibu bersalin dengan jarak kelahiran < dari 2 tahun

lebih cenderung mengalami rupture perineum dibandingkan pada

ibu bersalin dengan jarak > 2 tahun hal ni disebabkan karena organ-

organ reproduksi ibu belum kembalipulih pada kondisi semula

sebelum ibu hamil dan belum siapb untuk proses 50 kelahiran tetapi

sudah harus melahirkan kembali sehingga menyebabkanperineum

menjadi rapuh dan mudah ruptur. sedangkan pada jarak kelahiran>

2 tahun konsisi system reproduksi sudah kembali pulih pada

kondisisebelum kehamilan dan perineum sudah kembali pulih

sehingga denganpenatalaksann kala 2 yang baik dapat mengurangi

terjadinya ruprurperineum.

Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kelahiran anak

sekarang dengan kelahiran anak sebelumnya. Jarak kelahiran kurang

dari 2 tahun tergolong resiko tinggi karena dapat menimbulkan

komplikasi padan persalinan. Jarak kelahiran 2-3 tahun merupakan

jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Begitu juga

dengan keadaan jalan lahir yang mungkin pada persalinan terdahulu


28

mangalami robekan perineum derajat tiga atau empat, sehingga

prose penyembuhan belum sempurna dan robekan perineum dapat

terjadi.

Jarak kehamilan juga merupakan hal penting untuk

diperhatikan. Jarak kehamilan yang optimal adalah lebih dari 36

bulan kehamilan sebelunya, seperti uterus yang sudah membesar

dan meningkatnya aliran darah ke uterus, sedangkan jika jaraknya

terlalu pendek akan membuat ibu tidak memiliki waktu untuk

pemulihan, kerusakan sistem reproduksi atau masalah postpartum

(Prawihardjo, 2015).

Menurut Wahyu lestari (2014), yaitu ibu bersalin dengan

jarak kelahiran < dari 2 tahun lebih cenderung mengalami rupture

perineum di banding pada ibu bersalin dengan jarak >2 tahun hal ini

di sebabkan karena organ-organ reproduksi ibu belum kembali pulih

pada kondisi semula sebelum ibu hamil dan belum siap untuk proses

kelahiran tetapi sudah harus melahirkan kembali sehingga

menyebabkan perineum menjadi rapuh dan mudah

rupture.Sedangkan pada jarak kehamilan >2 tahun kondisi system

reproduksi sudah kembali pulih pada kondisi sebelum kehamilan

dan perineum sudah kembali pulih sehingga dengan

penatalaksanaan kala 2 yang baik dapat mengurangi terjadinya

rupture perineum.
29

Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan

pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan pendarahan0

pada saat persalinan karena keadaan Rahim belum pulih dengan

baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat

berdekatan (di bawah 2 tahun) akan mengalami peningkatan resiko

terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena

alas an plasentarevia, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat

melahirkan bayi berat lahir rendah ( Suci,2013).

2.2 Jurnal (Penelitian Terkait)

Metode:
NO
Judul Artikel, Penulis, (Desain, Sampel,
Hasil Penelitian
Tahun Variabel, Instrumen,
.
Analisis)
01. Faktor-faktor yang Jenis penelitian ini ada hubungan yang
berhubungan dengan menggunakan metode bermakna antara umur,
kejadian rupture deskriptif analitik, paritas, partus presipitatus,
perineum pada dengan desain penelitian berat badan lahir dan
persalinan di puskesmas cross sectional (potong elastis perineum.
kecamatan pasar lintang), dimana Berdasarkan hasil analisis
minggu. Mega hubungan variabel bivariat angka kejadian
Marhamah, November independendan ruptur perineum yang
2017 dependen tertinggi terdapat pada
diketahui/diukur pada elastis perineum kaku.
saat bersamaan
02. Faktor yang Penelitian ini Sebagian
berhubungan dengan menggunakan metode besar ibu bersalin
kejadian rupture survei analitik dengan sebanyak 369 (92%)
perineum di puskesmas pendekatan Cross mengalami ruptur
Mergangsan Kota Sectional. Sampel perineum, sedangkan
Yogyakarta. Puspito adalah seluruh ibu jumlah
Panggih Rahayu,2014 bersalin di ibu yang tidak mengalami
Puskesmas Mergangsan ruptur perineum
Kota Yogyakarta Tahun sebanyak 32 ibu (8%).
2014. Penelitian Ruptur perineum dapat
dilakukan di Puskesmas terjadi saat kepala dan
Mergangsan Kota bahu dilahirkan.
30

Yogyakarta tahun 2015.

B Faktor-faktor yang Desain penelitian yang Hasil penelitian ini dari 4


berhubungan dengan digunakan adalah variabel independen yang
03 rupture perineum observasional dengan diteliti semua variabel
spontan pada ibu menggunakan berhubungan dengan
bersalin di wilayah kerja pendekatan Cross rupture perineum spontan
puskesmas Sectional dan variabel pada ibu bersalin di
Sriamur.Munawaroh,20 independen (usia ibu, Puskesmas Sriamur
14 paritas, berat badan Bekasi periode Juni -
janin, dan senam hamil ) Desember tahun 2014
dan variabel dependen yaitu usia ibu, paritas,
(ruptur perineum berat badan janin dan
spontan) diukur dan senam hamil.
akan dikumpulkan
dalam waktu yang
bersamaan.

2.3 Kerangka teori

Persalinan

Umur

Paritas
Kejadian rupture
perineum pada Berat lahir bayi
persalinan normal
Jarak kelahiran
31

BAB III

KERANGKA KONSEP HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep.

Berdasarkan teori yang ada dalam tinjauan kepustakaan, maka peneliti

membuat kerangka yang menggambarkan studi tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal.

Sebagai variabel independen yang diteliti meliputi:Umur,

Parita,BeratlahirBayi, Jarakkelahiran. Variabel dependen yang

meliputikejadian rupture perineum padapersalinan normal, yang tampak

pada alur dibawah ini:

Umur

Paritas Kejadian rupture


perineum
padapersalian normal

BeratLahirBayi

Jarakkelahiran

Keterangan :

:Hubungan antara variabel

:Variabel independen

:Variabel dependen
32

3.2. Hipotesis

3.2.1. HipotesisNol (Ho)

1. Tidak ada hubungan umur dengan kejadian rupture perineum

padapersalinan normal di RSIA Masita Makassar.

2. Tidakada hubungan paritas dengan kejadian rupture perineum

pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar.

3. Tidak ada hubungan berat Lahir Bayi dengan kejadian rupture

perineum pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar.

4. Tidak ada hubungan jarak kelahiran dengan kejadian rupture

perineum pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar.

3.2.1. Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan umur dengankejadian rupture perineum pada

persalinan normal di RSIA Masita Makassar.

2. Ada hubungan paritasdengan kejadian rupture perineum pada

persalinan normal di RSIA Masita Makassar.

3. Ada hubungan berat Lahir Bayi dengan kejadian rupture perineum

pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar.

4. Ada hubungan jarak kelahiran dengan kejadian rupture perineum

pada persalinan normal di RSIA Masita Makassar.


33

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian Yang Digunakan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriktif analitik

dengan pendekatan cross sectionalstudy Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ruptur

perineumdan tidak ruptur perineumpada ibu bersalin normal.

4.2. Populasi, sampel, besar sampel dan teknik pengambilan sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami

kejadian rupture perineum pada persalinan normal di RSIA Masyita

sebanyak 36 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh dari populasi ibu

yang mengalami kejadian rupture perineum pada persalinan normal di

RSIA Masyita Makassar.

4.2.3. Sampling

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

total sampling yaitu sampel yang diteliti adalah semua dari jumlah

populasisebanyak 36 orang yaitu ibu yang mengalami kejadian rupture

perineum pada persalinan normal di RSIA Masyita Makassar.


34

4.3. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional Variabel

4.3.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah karakteristik yang diamati variasi

nilai dan merupakan operasional dari suatu konsep agar dapat diteliti

secara empiris dan ditemukan tingkatnya (Setiadi, 2013).

1. Variabel bebas (Variabel Independen)

Variabel independen yaitu variabel yang dimanipulasi oleh

peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel terikat

(variabel dependen). Variabel ini sering disebut sebagai variabel

stimulus, predicat, antecedent, variabel pengaruh, variabel

perlakuan, kausa, treatment, rm esiko, atau variabel bebas.

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini

adalah:Umur,paritas,berat lahir bayi,letak janin.

2. Variabel Tergantung (Variabel Dependen)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas. Variabel ini sering disebut sebagai variabel akibat,

variabel output, variabel efek, variabel terprngaruh, variabel terikat

atau variabel tergantung (Setiadi, 2013)

Adapun variabel tergantung dalam penelitian ini adalalah:kejadian

rupture perineum pada persalinan normal.

4.3.2. Defenisi Operasional


35

Defenisi operasional adalah pengertian berdasarkan

karakteristik yang diamati dari sesuatu yang di definisikan.

Karakteritik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan

kunci pengertian operasional dapat diamati artinya memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat di ulangi

lagi oleh orang lain (Nursalam, 2015)

4.4. Alat dan Bahan Penelitian

Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, instrument

dan alat yang digunakan adalah check list. Analisa univariat dilakukan

terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa bivariat adalah analisa

yang digunakan untuk mencari/mengetahui adanya hubungan antara dua

variabel, yaitu variabel independen dan dependent.

4.5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat sarana yang digunakan untuk mengambil

data penelitian.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

wawancara dan observasi serta format pengisian data sekunder yang dibuat

dengan mengacu pada konsep teori terkait yang berisi tentang data demografi

dan faktor-faktor yang terkait.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan akan menggunakan check

list yaitu:

menjelaskan tetang data demograpi responden yang meliputi inisial

responden, umur responden, paritas ibu,berat lahir bayi,dan jarak persalianan.


36

4.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.1. Lokasi penelitian

Lokasi Penelitian akan dilakukan di ruang bersalin RSIA Masyita

Makassar

4.6.2. Waktu penelitian

Waktu penelitian akan dimulai pada bulan bulan juni –juli 2019.

4.7. Prosedur Pengambilan Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data

dan pengolahan informasi data yang dilakukan sendiri oleh peneliti,

dimana teknik atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah wawancara dan observasi langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku laporan partus

di ruangan di RSIA Masita Makasssar.

4.8. Cara Analisis Data

a. Analisa univariat

Analisa ini dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian

terutama untuk melihat distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap

variabel yang diteliti.

b. Analisa bivariat
37

Untuk melihat hubungan variabel independen dengan

menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan

x<0,05, serta mengetahui efek size atau kekuatan hubungan dengan

menggunakan phy coefficient. Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan SPSS versi 1.6

c. Analisa multivariat (multivariat analysis).

Merupakan salah satu jenis analisis statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dimana data yang digunakan berupa banyak peubah

bebas (independen variabel) dan juga banyak peubah terikat (dependen

variabel)

4.9. Masalah Etik(Ethical Clerance)

Setelah mendapatkan persetujuan dari pasien maka penelti se lanjutnya

melakukan skrining sampel dan tetap menekankan pada maslah etika

penelitian yang meliputi (Hidayat ,A.A.A 2014).

1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

dengan memberikan lembar persetujuan .informet consent tersebut di

berikan sebelum penelitian di lakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden.

2. Anonimity

Etika keperawatan merupakan masalah yang diberikan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencamtumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya


38

menulis kode ada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Confidentiality

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kebersihan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan di jamin

kerahasiaannya oleh peneliti,hanya kelompok data tertenntu yang akan

di laporkan pada hasil riset.

4.10. Kerangka Operasional /Kerja

Penelitian ini dilakukan sesuai alur penelitian yang digambarkan dalam

bentuk skema sebagai berikut :

Ijin Kampus

STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Ijin Tempat Penelitian

RSIA Masyita Makassar

Kuesioner Sesuai Dengan Besar Sampel

Pengumpulan data

Menggunakan check list

Analisis Data

Menggunakan uji chi square


39

Kesimpulan dan saran

Bagan 4.1Kerangka Operasional/Kerja

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 2016.


http/www.depkes.go.id/resource/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2015.pdf

Dinkes Kota Makassar 2016. Profil Kesehatan kota Makassar tahun


Dalam https://core.ac.uk/download/pdf/2549 5907.pdf

Hidayat ,A. A. A, 2014, Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisa Data,


Jakarta:Salemba Medika.

Jannah Nurul,2015, Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi, Jakarta: EGC

Kementrian Kesehatan RI, 2015, Profil Kesehatan Jakarta: Kementrian Kesehatan


RI.

Marie Naomy 2017, Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru

Lahir.:Jakarta

Mochtar,R, 2011,Perubahan Fisiologik Wanita Hamil. Dalam: Mochtar ,Rustam.


Sinopsi Obstetri: Obsterti Fisiologi. Obstertri patologi. Edisi
kedua.Jakarta: EGC,

Nursalam, 2015, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba


Medika.

Notoatmodjo, S. 2015, Metode Penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Prawitasari, Eka, dkk. 2015 Penyebab Terjadinya Rupture Perineum Pada


Persalinan Normal Di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.
Magelang :Stikes Alma Ata Yogyakarta.
40

Prawiharjo,Sarwono. 2014, Ilmu Kebidanan.Jakarta:Bina Pustaka.

Pratiwi, S.ST.,M.Kes. 2019, Patologi Kehamilan. Yogyakarta:Pustaka Baru


Press.

Rosdiana, 2014, Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Ruptur


Perineum Pada Ibu Bersalin Normal Di Puskesmas Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) DarulImarah Aceh
Besar. Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah

Sulistyawati, A 2015, Asuhan Keperawatan Pada Masa Kehamilan,Salemba:


Medika, Jakarta.

Saifuddin, A. B. 201,.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT


Bina Pustaka.

Siwi,Walyani Elisabeth, 2015, Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal


Neonatal,Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sukarni, 2014, Patologi Kehamilan ,Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko


Tinggi.Yogyakarta:NuhaMedika.

Triana, ddk, 2015, Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal, Yogyakarta:


Deepublish.

Walyani, E.S, 2015, Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir, Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

2.6.

Anda mungkin juga menyukai