Anda di halaman 1dari 6

PROFIL TOKOH

 Nama lengkap
         Triady Fauzi Sidiq
 Profesi
        atlet
 Lahir
       Cimahi, 29 September 1991
 
Kedisplinannya berlatih sejak kecil mengantarkan Triady Fauzi Sidiq menjadi perenang tercepat
se-Asia Tenggara pada nomor 100 meter gaya bebas.
Triady Fauzi Sidiq atau yang biasa disapa Aji merupakan seorang atlet renang yang dapat
berenang dengan berbagai gaya. Ia andal pada gaya bebas, kupu-kupu, dan gaya ganti.
Pria kelahiran Cimahi, 29 September 1991 ini mulai turun ke kolam renang pada usia 5 tahun.
Awalnya menyukai olahraga renang ketika sering diajak ayahnya untuk berenang di pinggir
kolam. Seiring berjalannya waktu, ia mulai menyukai olahraga air tersebut dan mulai mengikuti
les renang dengan belajar semua gaya.
Sang kakek yang juga salah satu pemilik klub renang saat itu mulai mencium bakat dari Aji.
Kemudian ia pun ikut masuk ke dalam klub renang sang kakek. Saat itu Aji mulai mengikuti
banyak kejuaraan di Kota Cimahi, dan berhasil menjadi juara.
Triady Fauzi tidak pernah mempunyai pikiran untuk melangkah sejauh itu. Saat itu ia hanya
bercita-cita ingin seperti idolanya, Richard Sam Bera. Aji mulai masuk dalam pemusatan latihan
di Bandung (PPLP) saat kelas dua SMP.
Ketika SMA, Aji pernah merasa bosan dengan olahraga renang. Karena saat itu ketika teman-
teman yang lainnya berkumpul dan nongkrong bareng, ia malah harus berlatih renang.
Aji juga pernah berpikiran untuk berhenti dari dunia renang. Tapi orang tuanya berhasil
membuat Aji bersemangat dan tetap fokus kembali di dunia renang.
Perlahan tapi pasti, Aji dari tahun ke tahun kemampuannya terus berkembang dan mulai meraih
berbagai prestasi di ajang nasional hingga internasional. Tahun 2012-2013, Aji saat itu sedang on
fire, ia berhasil memecahkan rekor nasional pada semua nomor yang ia ikuti.
Salah satu penampilan yang paling berkesan ketika meraih emas dan memecahkan rekor gaya
bebas pada nomor estafet yang sebelumnya dipegang oleh sang idola, Richard Sam Bera. Ia
berhasil sepersekian detik lebih cepat.
Pada perhelatan SEA Games Myanmar 2013, Aji berhasil memecahkan rekor Asia Tenggara
pada nomor 100 meter gaya bebas. Atas prestasinya tersebut, ia mendapat penghargaan sebagai
atlet terbaik dari Anugerah Olahraga Indonesia (AORI) dan mendapatkan julukan perenang
tercepat se-Asia Tenggara saat itu.
Namun, kehebatan Aji belum teruji ketika mengikuti ajang Asian Games Incheon, 2014. Ia
belum bisa tampil maksimal dan harus puas di urutan enam. Aji juga sempat kecewa karena
gagal lolos ke Olimpiade Rio De Jeneiro 2016.
Pada 2017, pada perhelatan SEA Games Malaysia, saat usianya masuk 26 tahun, Triady Fauzi
berhasil menyumbangkan medali emas. Ia menjuarai nomor 200 meter gaya ganti. Disamping
itu, ia juga mencatatkan rekor baru pada nomor tersebut. Itulah buah hasil dari kedisiplinan
seorang Triady Fauzi Sidiq.(AA/DN) (Photo: viva.co.id/SP)
KELUARGA
Ayah    : Hasan Basri
Ibu       : Tien Zubaedah
PENDIDIKAN
SDN 13 Cimahi (sekarang menjadi SD Mandiri 2)
SMPN 4 Bandung lulus 2006
SMAN 20 Bandung lulus 2009
STKIP Pasundan, Cimahi, lulus 2015
PRESTASI
1 Emas, SEA Games Jakarta-Palembang, 2011
7 Emas, PON Riau, 2012
3 Emas, Islamic Solidarity Games Palembang, 2013
1 Emas, SEA Games Myanmar, 2013
Atlet terbaik dari Anugerah Olahraga Indonesia (AORI), 2013
Perenang tercepat se-Asia Tenggara, 2013
 
 
 
PROFIL TOKOH

 Nama lengkap
         Siman Sudartawa
 Profesi
         atlet
 Lahir
        Bali, 8 September 1994
 
Iri pada temannya yang bisa berenang, Siman Sudartawa minta les renang kepada orang tuanya.
Ia pun berhasil mencatatkan namanya sebagai perenang tercepat di Asia Tenggara.
I Gede Siman Sudartawa atau yang biasa disapa Siman ini lahir di Bali, 8 September 1994. Ia
adalah salah satu atlet renang andalan Indonesia yang spesialisasinya pada gaya punggung. Ia
mulai hobi renang saat usianya sekitar enam tahun.
Awalnya ia menyukai olahraga renang ini karena melihat temannya yang pandai berenang. Dari
situ Siman merasa iri dan meminta kepada orang tuannya untuk mengikuti les berenang. Dari
rasa iri Siman mengubahnya menjadi seorang atlet andalan Indonesia.
Namanya semakin melambung saat ajang SEA Games 2011 di Palembang. Ia berhasil
memboyong empat medali emas serta memecahkan beberapa rekor SEA Games, 100 meter gaya
punggung putra dan 4×100 meter estafet gaya ganti beregu putra.
Berkat prestasinya ini, pemerintah memberikan bonus Rp 800 juta. Selain itu Siman juga
dipercaya untuk membawa bendara Indonesia ketika defile kontingen Indonesia dalam
pembukaan Olimpiade London 2012.
Siman Sudartawa, berhasil mengukir sejarah dengan menjadi perenang Indonesia pertama yang
masuk babak 16 besar Kejuaraan Dunia Renang FINA di Budapest, Hungaria 2017.
Siman yang turun di nomor spesialisnya 50 meter gaya punggung putra mencatat waktu 25,17
detik, dan berhasil masuk babak semifinal.
Pada babak semifinal, Siman mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya dengan mencetak
rekornas baru yakni 25,04 detik atau mempertajam rekornas lama 25,12 detik. Dari 16
semifinalis, Siman mengakhirinya di posisi 15.
Siman masih memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi karena umurnya masih cukup
muda. SEA Games 2017 menjadi salah satu momen untuk meraih prestasi dan rekor yang lebih
baik dari sebelumnya. (AA/DN)
PENDIDIKAN
SD 1 Semara Pura, kanjin Klungkung, Bali
SMP 2 Semara Pura, Klungkung
SMA Olahraga, Pekanbaru, Riau
S1, Manajemen, Perbanas Institute, Jakarta
 
 
PROFIL TOKOH

 Nama lengkap
         Ahmad Rijali
 Profesi
         atlet
 Lahir
         Balangan, 2 Desember 1989
 
Ahmad Rijali seorang pemuda cacat dengan kaki buntung sejak lahir 2 Desember 1989 tersebut
hingga membuat hidupnya serba kekurangan, namun dalam benaknya tersimpan tekad bahwa
cacat bukanlah awal “kiamat” bagi masa depan kehidupannya.
Tinggal di kampung kawasan lereng Pegunungan Meratus, Ahmad Rijali yang oleh warga
kampung di panggil Utung tersebut mencoba bertahan hidup dalam kondisi miskin. Utung sejak
kecil memang sudah yatim, ibunya Siti Jubaidah meninggal dunia, sementara ayahnya Aspiani
(60 tahun) seorang buruh sadap karet dengan kondisi miskin tak mampu membuat anak-anaknya
sejahtera. Dengan kondisi miskin Utung anak ketiga dari empat bersaudara hanya mampu
bersekolah hingga lulus Sekolah Dasar (SD), hatinya ingin sekali sekolah ke lanjutan lebih tinggi
tapi apa daya tak punya biaya.
Hari demi hari dilalui Utung dengan kehidupan seadanya, guna menopang kehidupannya, ia
mencoba bekerja dengan memancing ikan, atau menangkap ikan dengan cara “menyumpit.”
Menyumpit yakni menangkap ikan dengan cara berenang di air deras atau menyelam untuk
menangkap ikan dengan dibantu alat atau senjata yang disebut sumpit. Ia pun terlihat berenang
ke sana kemari di Sungai Pitap, anak Sungai Balangan yang berair deras dan berhulu ke
Pegunungan Meratus.
Melihat kebiasanya berenang itulah yang kemudian diketahui oleh seorang pengurus organisasi
atlet cacat Kabupaten Balangan, dokter Ferry. Oleh dokter Ferry Utung diajak untuk bergabung
dengan atlet cacat se Kabupaten Balangan, lalu dilatih berenang di kolam
renang Tanjung Kabupaten Tabalong, tetangga Kabupatan Balangan. Melalui latihan itulah
kemudian Utung diikutkan dalam kejuaraan daerah atlet Cacat se Kalsel di Kotabaru, dan
berhasil berprestasi meraih medali.
Atas prestasi demikian oleh dokter Ferry, Utung diikutkan dengan kelompok atlet cacat yang
tergabung dalam National Paralympic Committee (NPC), lalu latihan selama tujuh bulan di
kolam renang Jebres dan Manahan Solo Jawa Tengah. Selama di Solo Utung bersama puluhan
atlet renang yang juga cacat fisik memperoleh bimbingan empat pelatih, Devi, Ratih, Handoko
dan Gatot.
Setelah dinilai handal, Utung kemudian diikutkan dalam arena Para Games di Kota Solo tahun
2011. Dalam Kejuaraan yang dibuka Wakil Presiden Boediono yang diikuti sebelas negara
Asean itu, Utung berhasil meraih medali perunggu di nomor renang 50 meter gaya punggung
kelas s8, katu tempuh 41.11 detik. Sementara peraih emas diraih atlet Vietnam dengan waktu
39.10 dan peraih perak direbut atlet Thailand, Wongnongth Aphum Paibun waktu 40.91 detik.
Utung bersama 10 atlet renang lainnya terus melakukan latihan intensif, lantaran ia oleh
KONI Kalsel dipilih untuk mewakili daerah ini ke Pekan Paralimpic Nasional (Peparnas) XIV
tahun 2012. Peparnas XIV tahun 2012 diselenggarakan dua minggu setelah selesai pelaksanaan
Pekan Olah Raga Nasional (PON) atau tepatnya pada tanggal 7 s/d 12 Oktober 2012 juga
di Pekanbaru, Riau. Ia tak ingin gagal lagi, seperti Pra Games dan ingin meraih medali emas.
Di hari pertama Pekan Paralimpiade Nasional ia meraih medali emas di kelas S8 gaya punggung
100 meter,dengan waktu 1 menit 20 detik memecahkan rekor nasional. Sementara pada hari
kedua ia meraih perunggu di kelas S8 gaya punggung 50 meter. Pada hari ketiga, di kelas s8
gaya punggung 50 meter Ahmad Rijali kembali persembahkan emas bagi kontingan Kalsel di
Peparnas Riau.
Di arena Asean PARA Games 2014 Myanmar, ia menyumbangkan tiga medali di arena Para
Games tersebut. Hari pertama Rabu tanggal 15 Januari 2014 dalam pertandingan renang di
nomor punggung 100 meter, Ahmad Rijali hanya bisa meraih medali perunggu dengan waktu
01.28.63 sedangkan medali emas diraih perenang Vietnam dengan nama Dang ketepatan waktu
01.26.16. Sementara juara dua atau peraih perak dimemangkan atlet dari Thailand dengan Wong
dengan waktu 01.28.29.
Hari kedua 50 meter gaya punggung ia meraih medali perak dengan waktu 00.39.46. Kemudian
pertandingan hari ketiga 100 meter gaya bebas ia mendapat meddali perunggu dengan waktu
01.16.74.
Pestasi
[Medali perunggu Asean PARA Games 2011 atau Pesta Olahraga Difabel Asia Tenggara
2011 nomor renang 50 meter gaya punggung kelas s8
 Medali emas Pekan Paralimpiade Nasional kelas S8 gaya punggung 100 meter
 Medali perunggu Pekan Paralimpiade Nasional kelas S8 gaya punggung 50 meter
 Medali emas Pekan Paralimpiade Nasional kelas s8 gaya punggung 50 meter
 Medali perunggu Asean PARA Games 2014 atau Pesta Olahraga Difabel Asia Tenggara
2013nomor punggung 100 meter
 Medali perak Asean PARA Games 2014 50 meter gaya punggung
 Medali perunggu Asean PARA Games 2014 100 meter gaya bebas

Alfian Muhammad Fajri (Panjat Tebing)


Atlet panjat tebing Indonesia, Alfian Muhammad Fajri. [Instagram/alfian_m_fajri]

Nama Alfian Muhammad Fajri mencuat tahun ini. Atlet panjat tebing itu sukses meraih dua gelar
juara dunia nomor speed putra sepanjang 2019.

Medali emas Kejuaraan Dunia (IFSC Climbing Worldcup) 2019 pertama diraih Alfian saat
mengikuti seri Chongqing, China, pada 26 April 2019 lalu.

Alfian menjadi yang terbaik setelah di babak final berhasil mencatatkan waktu tercepat yakni
5,970 detik.

Dia mengalahkan pemanjat Ukraina, Kostiantyn Pavlenko yang harus puas menjadi runner-up
dengan torehan waktu 6,315 detik.

Tak hanya sampai di situ, Alfian kembali mengulangi prestasi serupa di IFSC Climbing
Worldcup 2019 seri Chamonix, Prancis.

Dalam Kejuaran Dunia yang berlangsung pada 11 Juli 2019 itu, Alfian kembali menjadi yang
terbaik di nomor speed setelah mencatatkan waktu 5,764 detik di babak final.

Dia mengalahkan atlet China, QiXin Zhong yang harus puas menjadi runner-up setelah hanya
mencatatkan watku 6,382 detik.

Aero Sutan Aswar (Jet Ski)

Aero Sutan Aswar (kedua dari kiri) menyabet gelar juara dunia di Kejuaraan Dunia Jetski 2019
yang berlangsung di Lake Havasu City, Arizona, Amerika Serikat pada 5-13 Oktober 2019.
[Dok. IJBA]

Prestasi gemilang turut ditorehkan atlet jet ski Indonesia, Aero Sutan Aswar. Atlet 24 tahun itu
berhasil menyabet gelar juara di Kejuaraan Dunia Jetski 2019 pada 5-13 Oktober 2019 lalu.
Aero merebut podium tertinggi di kelas Pro Endurance Runabout Open. Dia menjadi juara
setelah meraih 400 poin dalam kejuaraan yang berlangsung di Lake Havasu City, Arizona,
Amerika Serikat tersebut.

Ini menjadi gelar juara dunia kedua bagi Aero setelah yang pertama pada 2014 di kelas Pro
Runabout Stock.

Anda mungkin juga menyukai