Kota Samarinda
Dari kanan atas searah jarum jam: Grand Barumbay Resort, gedung
pemerintah resmi, Entrance dari Kalimantan Timur stadion utama,
patung Lembuswana (Lembuswana adalah makhluk legendaris yang
muncul dalam Kutai mitologi Samarinda), Gedung
Katolik Keuskupan Agung Samarinda, Vihara Eka Dharma
Manggala, dan Masjid Islamic Center Samarinda.
Lambang
Julukan:
Kota Tepian
Motto:
TEPIAN
(Teduh, Rapi, Aman, dan Nyaman)
Kota Samarinda
Tampilkan semua
Koordinat: 0°29′48.5″S 117°8′38.0″E
Negara Indonesia
Pemerintahan
Luas
• Total 783 km2 (302 sq mi)
Populasi
(2021)[1]
• Kepadatan 1.054/km2 (2,730/sq mi)
Demografi
• Agama Islam 91,36%
Kristen 7,53%
- Protestan 5,06%
- Katolik 2,47%
Buddha 0,97%
Hindu 0,10%
Konghucu 0,03%
Kaharingan 0,01%[1]
• Bahasa Indonesia, Banjar, Kutai[3][4][2]
Jumlah kecamatan 10 kecamatan
Jumlah kelurahan 59 kelurahan
Daftar isi
1Sejarah
2Geografi
o 2.1Batas Wilayah
o 2.2Iklim
3Sungai Sungai
4Daftar Sungai Alam dalam Wilayah Kota Samarinda
5Demografi
o 5.1Suku bangsa
o 5.2Agama
6Pemerintahan
o 6.1Daftar Wali Kota
o 6.2Dewan Perwakilan
o 6.3Kecamatan
o 6.4Pemilihan Umum Kepala Daerah
6.4.1Pilkada Samarinda
o 6.5Lambang Daerah
o 6.6Militer
7Pendidikan
8Kesehatan
9Pelayanan umum
o 9.1Air bersih
10Pariwisata
o 10.1Wisata alam
o 10.2Wisata budaya
o 10.3Wisata religi
11Pusat Perbelanjaan
o 11.1Plaza dan Mal
o 11.2Pertokoan
o 11.3Pasar
12Transportasi
o 12.1Air
o 12.2Darat
12.2.1Bus
12.2.2Jalan tol
o 12.3Udara
13Media Massa & Komunikasi
o 13.1Televisi
o 13.2Surat Kabar
14Olahraga
15Lihat pula
16Referensi
17Pranala luar
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Sejarah Kota Samarinda
Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah salah satu wilayah Kesultanan
Kutai Kartanegara ing Martadipura. Pada abad ke-13 Masehi (tahun 1201–1300), sebelum
dikenalnya nama Samarinda, sudah ada perkampungan penduduk di enam lokasi yaitu Pulau Atas,
Karangasan (Karang Asam), Karamumus (Karang Mumus), Luah Bakung (Loa Bakung), Sembuyutan
(Sambutan) dan Mangkupelas (Mangkupalas). Penyebutan enam kampung di atas tercantum dalam
manuskrip surat Salasilah Raja Kutai Kartanegara yang ditulis oleh Khatib Muhammad Tahir pada 30
Rabiul Awal 1265 H (24 Februari 1849 M).[10]
Pada tahun 1565, terjadi migrasi suku Banjar dari Batang Banyu ke daratan Kalimantan bagian timur.
Ketika itu rombongan Banjar dari Amuntai di bawah pimpinan Aria Manau dari Kerajaan
Kuripan (Hindu) merintis berdirinya Kerajaan Sadurangas (Pasir Balengkong) di daerah Paser.
Selanjutnya suku Banjar juga menyebar di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang di dalamnya
[11]