DA
Dian Afrillia
21 NOVEMBER 2021 17.00 WIB • 3 MENIT
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan tanggal 21
November sebagai Hari Maleo Sedunia (World Maleo Day). Penetapan
hari besar ini bertujuan untuk memperingati pelepasliaran pertama
anakan maleo di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW)
pada 21 November 2001 sebagai upaya penyelamatan maleo oleh
Wildlife Conservation Society (WCS) dan Balai TNBNW.
Salah satu ciri fisik paling menonjol dari burung maleo adalah tonjolan
besar dan mengilat di kepalanya yang diyakini berfungsi untuk
mendeteksi panas guna menetaskan telurnya. Ketika maleo masih
berusia anak-anak sampai remaja, tonjolan tersebut belum muncul dan
mulai nampak saat beranjak dewasa.
Meski memiliki sayap dan bulu yang cukup panjang, maleo tidak suka
terbang dan lebih sering berjalan. Ia pun lebih banyak menghabiskan
waktu di darat atau berpindah dari pohon ke pohon untuk menghindari
ancaman predator.
Pada malam hari, predator maleo adalah ular, biawak, kucing, tikus,
anjing, dan babi. Sedangkan, pada siang hari predator bagi maleo adalah
elang dan manusia yang sering menjeratnya demi mengambil telurnya.
Telur maleo rata-rata memiliki berat 240-260 gram per butir dengan
perbandingan kira-kira lima sampai delapan kali lebih besar dari telur
ayam.