Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL

“EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI BENSON DAN SENAM LANSIA


TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI
RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PUCANG GADING
SEMARANG”

Oleh :
NAMA : MARDHIAH WALI
NPM : 1420118112
PRODI : KEP/PAGI
SEMESTER : VI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKes)
MALUKU HUSADA AMBON
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah tinggi atau yang lebih dikenal dengan sebutan

hipertensi merupakan suatu keadaan dikarenakan adanya peningkatan

tekanan darah di atas dari 140/90 mmHg. [CITATION Alm18 \l 1057 ]

Menurut Word Health Organization (WHO) tekanan darah normal adalah

kurang dari 130/85 mmHg. Hipertensi merupakan gejala yang paling

banyak ditemui khususnya bagi lanjut usia. Lansia merupakan yang paling

beresiko karena semakin bertambahnya usia semakin besar tejadinya

hipertensi karena akan terjadi beberapa perubahan fisiologis. [ CITATION

abe14 \l 1057 ]

Hipertensi dijuluki sebagai “the sillent killer” karena sebagian

besar penderita tidak merasakan gejala.[ CITATION Eli15 \l 1057 ] Sekitar

20% dari populasi dewasa mengalami hipertensi primer yang tidak

ditemukan penyebab medisnya.[CITATION Dew16 \l 1057 ] Berdasarkan

Badan Kesehatan Dunia (WHO) data di seluruh dunia sekitar 1,4 miliyar

orang atau 39,6 % menderita hipertensi. Jumlah ini terus mengalami

peningkatan dimana jumlah hipertensi terdapat sebanyak 972 juta orang

atau 26,4 dengan yang menderita terbanyak pada laki-laki yaitu 76,6 %. Di

1
Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian yang diakibatkan

karena hipertensi dan terdapat 450.000 kasus hipertensi, dari kasus

tersebut diketahui bahwa 337.500 kasus 75 %

1
merupakan usia produktif yaitu 15-50 tahun yang sebagian besar

adalah laki-laki.[ CITATION Sur19 \l 1057 ]

Hipertensi sekitar 80% disebabkan oleh faktor idiopatik, sedangkan

faktor yang menjadi pencetus terjadinya hipertensi menurut studi yang

dilakukan di Swiss yaitu sekitar 24% merupakan perokok berat, 16%

merupakan diabetes mellitus dan 62% dikarenakan kolesterol yang tinggi.

Faktor lain yang menjadi penyebab hipertensi adalah makan tinggi

natrium, pecandu alkohol, stress tinggi, dan kurangnya beraktivitas.

Penyakit hipertensi ini menjadi faktor yang dapat menyebabkan timbulnya

beberapa penyakit gangguan pada pembuluh darah otak, acute myocard

infark, gagal jantung, dan gagal gijal. [ CITATION suk15 \l 1057 ]

Salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi adalah usia. Usia

merupakan faktor yang berbanding lurus yang menyebabkan hipertensi.

Semakin bertambahnya usia , maka semakin tinggi resiko terkena penyakit

hipertensi.[ CITATION Eli15 \l 1057 ] Tekanan darah akan mengalami

peningkatan setelah umur 45-55 tahun, menyebabkan dinding areti

mengalami penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen di lapisan

otot, sehingga pembuluh darah akan mengalami penyempitan dan menjadi

kaku. Adanya peningkatan umur akan menyebabkan perubahan fisiologis,

peningkatan retensi perifer dan aktivitas fisik. Pengaturan tekanan darah

yaitu reflek baroreseptor pada usia lanjut sensivitasnya akan berkurang,

sedangkan peran ginjal dan laju glomelurus juga akan menurun. (7)
Data Rikesdas tahun 2018 menunjukkan pravelenssi penyakit tidak

menular mengalami kenaikan antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal

kronis, diabetes mellitus dan hipertensi. Pravelensi pada hipertensi naik

dari 25,8% menjadi 34,15.[ CITATION Ris18 \l 1057 ] Berdasarkan data profil

kesehatan Jateng penyakit hipertensi menempati proporsi terbesar dari

seluruh penyakit tidak menular yaitu sebesar 64,83%, sedangkan ururtan

kedua adalah diabetes mellitus sebesar 19,22%. Dari hasil pengukuran

tekanan darah jumlah penduduk beresiko > 18 tahun sebanyak 1.153.371

orang atau 12,98% dinyatakan menderita hipertensi. [ CITATION DIN16 \l

1057 ]

Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Semarang tahun 2015

penyakit tidak menular tertinggi pada penyakit hipertensi sebanyak 29335

dan penyakit diabetes mellitus 1790 kasus. [ CITATION DIN15 \l 1057 ]

Sedangkan di tahun 2017 kasus tertinggi pada penyakit diabetes mellitus,

sedangkan hipertensi mengalami penurunan sebanyak 4583 kasus.

[ CITATION din171 \l 1057 ]

Kebanyakan orang yang menderita hipertensi tidak menyadari

bahwa mereka terkena penyakit hipertensi. Seringkali, tanda awal dari

masalah ini adalah stroke maupun serangan jantung yang seharusnya dapat

dicegah jika hipertensi diobati dan diketahui sejak awal.[ CITATION car16 \l

1057 ] Penatalaksanaan pada hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu intervensi dengan farmakologi dan intervensi non farmakologi.

Penatalaksanaan dengan intervensi farmakologis merupakan pencegahan


dengan menggunakan obat-obatan dalam menurunkan tekanan darah

seperti diuretik tiazid, diuretik loop, diuretik hemat kalium, ACE inhibitor,

dan vasodilator.

Berdasarkan penelitian sebelumnya terjadi penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi setelah diberikan terapi relaksasi

benson dengan selisih rata-rata pasien hipertensi setelah diberikan terapi

relaksasi benson dengan selisih rata-rata tekanan darah sistole 9,02 dengan

tekanan darah diastole 32,37.[CITATION Dew16 \l 1057 ] Selain terapi

perilaku psikologis terdapat terapi secara fisik dalam menangani

hipertensi. Terapi secara fisik merupakan kegiatan atau latihan fisik yang

dilakukan untuk mencegah atau menangani pada penderita hipertensi.

Intervensi yang dapat dilakukan secara fisik salah satunya adalah senam.

Senam dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan kebutuhan

oksigen dalam tubuh. Senam lansia ini sangat bermanfaat bagi para lansia

dalam menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh. Senam lansia dilakukan

dengan serangkaian gerakan yang teratur, terarah dan terencana dalam

bentuk latihan fisik berpengaruh pada kemampuan fisik lansia. [ CITATION

Naj18 \l 1057 ] Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

ada pengaruh pemberian senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia

dengan hipertensi. [ CITATION Naj18 \l 1057 ]

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Di Rumah Pelayanan

Sosial Pucang Gading Semarang pada bulan Mei tahun 2019, didapatkan

jumlah lansia adalah 94 orang dan jumlah lansia yang menderita hipertensi
sebanyak 30 orang. Pada Rumah Sosial tersebut terdapat kegiatan senam

bagi lansia. Peneliti telah melakukan wawancara singkat kepada kepala

perawat di Di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading

Semarang, untuk pelaksanaan hipertensi yang telah dilakukan selama ini

adalah dengan minum obat antihipertensi dan senam lansia. Terapi

relaksasi benson untuk menurunkan tekanan darah selama ini belum

dilakukan.

Berdasarkan latar belakang diatas banyaknya penatalaksanaan

hipertensi secara nonfarmakologi peniliti tertarik untuk meneliti

keefektifan terapi relaksasi benson dan senam lansia terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia hipertensi di Di Rumah Pelayanan Sosial

Pucang Gading Semarang.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”Bagaimana Efektivitas

Terapi Relaksasi Benson Dan Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Di Rumah Pelayanan Sosial

Pucang Gading Semarang?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas terapi relaksasi benson dan senam lansia

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di

Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang.


2. Tujuan Khusus

a. Menganalisa tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi

relaksasi benson di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang

Gading Semarang.

b. Menganalisa tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam

lansia di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading

Semarang.

c. Menganalisa efektifitas terapi relaksasi benson dan senam lansia

terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Rumah Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

a. Pengertian

Tekanan darah adalah jumlah tekanan yang digunakan

dalamaliran darah saat melewati pembuluh arteri. [ CITATION

car16 \l 1057 ] Tekanan darah adalah jumlah gaya yang diberikan

oleh darah bi bagian pembuluh arteri ketika darah dipompa ke

seluruh peredaran darah. Tekanan darah tidak pernah konstan dan

dapat berubah drastis dalam hitungan detik , karena tekanan darah

selalu menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan pada saat itu.

[ CITATION Lin16 \l 1057 ]

Tekanan darah dihasilkan adanya kekuatan dari jantung

saat memompa darah. Dalam jantung memompa darah terdapat

pengaturan tekanan darah yaitu proses yang kompleks mengenai

pengendalian ginjal terhadap natrium , retensi air dan pengendalian

sistem saraf terhadap tonus di pembuluh darah.[ CITATION mar08 \l

1057 ]

Tekanan darah normal yaitu 130/80 mmmHg apabila

tekanan lebih dari normal akan menyebabkan terjadinya hipertensi.


Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut hipertensi adalah

suatu penyakit yang disebabkan karena adanya desakan di darah

yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada pembuluh arteri,

hal ini berkaitan dengan terjadinya peningkatan pada arterial

sistemik, baik diastol maupun sistol, atau bahkan keduanya dapat

terjadi secara terus menerus.[ CITATION Lin16 \l 1057 ]

b. Fisiologi Tekanan Darah

Darah mengambil oksigen dari paru-paru. Darah yang

banyak mengandung oksigen memasuki jantung dan keseluruh

tubuh melalui pembuluh darah yaitu arteri. Pembuluh darah yang

lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh darah yang lebih

kecil dan membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-

pembuluh yang sangat kecil disebut pembuluh kapiler. Tekananan

tertinggi berkontraksi dikenal dengan tekanan sistolik. Kemudian

otot jantung rileks sebelum berkontraksi berikutnya, tekanan yang

paling rendah dikenal dengan tekanan diastolik. Tekanan sistolik

dan diastolik diukur ketika seseorang memeriksakan tekanan

darah. [ CITATION SEP18 \l 1057 ]

c. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah adalah melakukan pengukuran terhadap

tekanan darah sistole dan diastole. Tekanan darah biasanya dukur

secara tidak langsung dengan sphygmomanometer digital pada

posisi duduk atau telentang. Sewaktu melakukan pengukuran


tekanan darah yang harus diperhatikan sebagai berikut : [ CITATION

Eli15 \l 1057 ]

1) Kenakan manset melingkar pada bagian lengan kiri atas

(disarankan lengan kiri).

2) Letakkan manset, hingga 1-2 cm di atas siku lengan.

3) Rekatkan manset hingga pas di lengan.

4) Untuk melakukan pengukuran usahakan alat ditaruh di atas

meja dan kita duduk dikursi agar posisi manset sejajar dengan

jantung.

5) Duduklah dengan posisi badan tegak dan rileks.

6) Tekan tombol “START”, tunggu sampai alat berhenti

memompa.

7) Lihat angka pada layar monitor ketika berhenti memompa.

8) Jika pengukuran selesai manset akan mengempis sendiri.

9) Tekan tombol “START/STOP” untuk mematikan alat.

1. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan

dimana tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami kenaikan yang

melebihi tekanan darah normal. Tekanan darah normal yaitu 130/80

mmHg. Hipertensi terjadi ketika tekanan darah diatas batas normal

(tekanan sistole diatas 140 mmHg dan tekanan diastole lebih 90


mmHg). Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah,

yang menyebabkan makin tingginya tekanan darah. [ CITATION Eli15 \l

1057 ]

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

dapat mengakibatkan terlambatnya suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa dan diedarkan oleh darah ke seluruh jaringan tubuh yang

membutuhkan.

b. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu hipertensi

primer dan hipertensi sekunder. [ CITATION kem14 \l 1057 ](19)

a) Hipertensi Primer/hipertensi Essensial

Hipertensi primer yaitu suatu peningkatan presisten arteri yang

dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kotrol

homeostatistik normal. Hipertensi ini penyebabnya tidak

diketahui (idiopatik), pada umumnya tidak disebabkan oleh

faktor tunggal melainkan berbagai faktor yang saling berkaitan .

hipertensi ini terdapat beberapa kasus sekitar 90% penderita

hipertensi.

b) Hipertensi sekunder /hipertensi non esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat terrtentu (misalnya pil KB).


c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi hipertensi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit

hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor yang dapat diubah

dan faktor yang tidak dapat diubah.[ CITATION Yud17 \l 1057 ](19)
1) Faktor-faktor yang dapat diubah

a) Jenis kelamin Jenis

Prevalensi terjadinya hipertensi pria dan wanita hampir

sama. Wanita yang belum mengalami menopause

dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar Hight Density Lipoprotein (HDL).

Penyakit hipertensi banyak terjadi pada pria saat berusia

muda, akan tetapi penyakit hipertensi ini akan banyak

menyerang pada wanita setelah berusia 45 tahun. Hal ini

dikarenakan adanya dengan perubahan hormon setelah

menopause.

b) Usia

Usia dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. Semakin

bertambahnya umur maka semakin tinggi tekanan darahnya

yang beresiko terkena penyakit hipertensi. Bertambahnya

usia menyebabkan adanya perubahan fisiologis dalam

tubuh seperti penebalan dinding arteri karenya terjadi

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga

pembuluh darah akan mengalami penyempitan dan menjadi

kaku mulai usia 45 tahun. Selain itu terjadi peningkatan

rsistensi perifer dan aktivitas simpatik serta kurangnya

sensitivitas baroreseptor (pengaturan tekanan darah) dan


peran ginjal aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus

menurun. [ CITATION Lin161 \l 1057 ]

c) Genetik

Adanya genetik dalam keluargayang memiliki penyakit

hipertensi akan memiliki resiko dua kali lebih besar

terkena hipertensi daripada orang yang tidak memiliki

keluarga dengan riwayat hipertensi. Masalah ini berkaitan

dengan adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Selain

itu diperoleh 70-80% mengenai penyakit hipertensi

esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

2) Faktor-faktor yang dapat dikendalikan

a) Obesitas

Sesorang dengan kondisi obesitas atau kegemukan resiko

untuk terkena penyakit hipertensi lima kali lebih tinggi

dibandingkan dengan seseorang yang memiliki berat

bandan normal. Penyelidikan epidemologi membuktikan

bahwa hipertensi adalah ciri dari populasi pasien hipertensi

dikarenakan curah jantung dan volume darah bagi pasien

dengan kegemukan atau obesitas dengan hipertensi lebih

tinggi dibanding dengan orang yang menderita dengan berat

badan normal dengan tekanan darah yang setara.


b) Kurang olahraga

Kurang melakukan olahraga atau beraktivitas dapat

menaikkan tekanan darah. Seseorang yang kurang dalam

beraktivitas akan mengakibatkan kegemukan atau obesitas

yang beresiko terkena penyakit hipertensi. Kurangnya

malakukan aktivitas fisik detak jantung akan cenderung

lebih cepat dan otot jantung akan bekerja lebih keras setiap

kontraksinya.

c) Kebiasaan merokok

Merokok juga merupakakn fakor yang dapat meningkatkan

tekanan darah tinggi, stroke, diaetes dan serangan jantung.

d) Mengkonsumsi garam berlebihan

Pengaruh asupan garam terdapat hipertensi terjadi melalui

meningkatnya volume plasma, surah jantung dan tekanan

darah. Konsumsi garam yang diperbolekan sekitar 6gr/hari

yang setaradengan 110 mol natrium atau 2400 mg/hari.

e) Mengkonsumsi alkohol

Dalam penelitian membuktikan alkohol dapat merusak

jantung serta organ-organ tubuh yang lain, termasuk

pembuluh darah. Seseorang yang memiliki kebiasaan

mengkonsumsi alkohol yang berlebihan karena dapat

meningkatkan syaraf simpatis karena dapat merangsang


Corticotropin Releasing Hormon (RCH) sehingga beresiko

terkena hipertensi.

f) Konsumsi kafein

Kafein dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Kebiasan dalam minum kopi atau teh diperoleh dari

sesangkir kopi memiliki kandungan 75-200 mg kafein,

dimana dalam secangkir kopi menyebabkan meningkatkan

tekanan darah 5-10 mmHg. Kafein dapat menstimulasi

jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga mengalirkan

lebih banyak cairan disetiap detiknya.

g) Stres

Dimana kondisi stress yang berlebih dan tidak terkontrol

dapat menjadi resiko terkena penyakit hipertensi. Kondisi

stres dapat memicu terjadi hipertensi karena melalui

aktivitas saraf simpatis, peningkatan saraf akan menaikkan

tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Keadaan

stres yang berkepanjangan akan menyebabkan tekanan

darah menetap tinggi.

d. Patofisiologi

Terjadinya peningkatan tekanan darah dalam arteri dapat

terjadi yang disebabkan oleh jantung memompa lebih kuat

sehingga mengalirkan banyak cairan pada setiap detiknya

menyebabkan arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi


kaku dan tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa

darah melalui arteri tersebut. Darah disetiap denyut jantung dipaksa

untuk melalui pembuluh yang sempit dan menyebabkan naiknya

tekanan. Inilah yang terjadi pada lanjut usia, dimana dinsing arteri

menebal dan kaku karena arterioskalierosis.

Di saat yang sama ,tekanan darah juga meningkat pada saat

vasokontriksi, yaitu saat arteri kecil (arteriola) sementara

mengekerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam

darah. Bertambahnya cairan ini menyebabkan meningkatnya

pembuluh darah. Masalah ini terjadi karena adanya kelainan pada

fungsi ginjal yang tidak dapat membuang sejumlah garam dan air

di dalam tubuh. [ CITATION Pri15 \l 1057 ]

Mekanisme yag mengontrol konstriksi dan pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor pada medulla di otak. Rangsangan dari

pusat vasomotor dihantarkan dalm bentuk implus melalui sistem

saraf parasimpatis ke ganglia simpatis. Di titik ini, neuron-

preganglion melepakan setilkolin, yang dapat merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, sehingga dilepaskannya

norepinefrin yang mengakibatkan kontraksi pembuluh darah.

e. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada penyakt hipertensi dapat bervariasi

pada setiap individu dan hampir sama tanda gejala yang dirasakan

dengan penyakit lainnya. Tanda gejala yang dirasakan pada


penyakit hpertensi seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar,

sesak napas setelah bekerja keras atau angkat beban, cepat lelah,

ganggan penglihatan, wajah memerah, hidung berdarah, sering

buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging

(tinnitus), mal muntah karena meningkatnya tekanan intrakranial

dan vertigo.[ CITATION Pri15 \l 1057 ] [ CITATION Wis11 \l 1057 ]

Gejala klinis yang diraskan sete lah mengalami bertahun

yaitu berupa nyeri kepala, kadang disertai mual dan muntah. Pada

pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan selain tekanan darah yang

tinggi, tetapi dapat dijumpai perubahan retina, seperti pendarahan,

eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan pada

kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).[ CITATION

Wis11 \l 1057 ]

f. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan pada hipertensi untuk menurunkan tekanan darah

yang tinggi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

secarafarmakologi dannonfarmakologi :

1) Penatalaksanaan Farmakologi [ CITATION Ism15 \l 1057 ]

a) Diauretik (Hidroklorotiazid)

Bertujuan untuk mengeluarkan cairan tubuh sehingga

volume cairan ditubuh berkurang yang dapat mebuat daya

pompa jantung menjadi lebih ringan.

b) Penghambat simpatetik (metildopa, klonidin dan resepin )


Berguna untuk penghambat aktivitas pada saraf

parasimpatik. Penghambat aktivitas saraf simpatis.

c) Betabolker (metropozol, propandol, dan atenolol)

Betabloker ( Metropozol, Propandol, dan Atenolol )

(1) Menurunkan daya pompa jantung.

(2) Tidak dianjurkan pada penderita yang mengidap

gangguan pernapasan seperti asam bronchial.

(3) Pada penderita diabetes mellitus : dapat menutupi gejala

hipoglikemia.

d) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos pembuluh darah.

e) ACE indhibitor (Catropil)

Menghambat pembentukan zat angiotensin II. Memiliki

efek samping : batuk kerin, pusing dan sakit kepala serta

mudah lemas.

f) Penghambat angiotensin II

Bertujuan untuk menghalangi menempelnya zat

penghambat angiotensin II pada reseptor sehingga dapat

meringankan daya pompa jantung. Menghalangi

penempelan zat Pengambat Angiotensin II pada reseptor

sehingga meringankan daya pompa jantung.

g) Antagonis Kalsium (ditiasem dan verapamil )


Menghambat kontraksi pada jantung (kontraktilitas).

2) Penatalaksanaan Non Farmakologi

a) Penurunan berat badan

Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30%

memiliki berat badan berlebih. Resiko terkena hipertensi 5

kali lebih tinggi bagi orang-orang yang memiliki berat

badan yang lebih atau overwight dibandingan dengan orang

yang memiliki berat badan yang normal. Mengkonsumsi

garam yang berlebih juga dapat beresiko terkena hipertensi.

Dengan demikian pengurangan konsumsi garam ½ sedok

teh per hari dapat menurunkan tekanan darah sistole sekitar

5 mmHg dan tekanan darah diastol sekitar 2,5 mmHg. (28.)

b) Menghentikan kebiasaan merokok

Didalam rokok terdapat tembakau yang mengandung

nikotin yang dapat mempengaruhi kerja jantung menjadi

meningkat karenan pembuluh darah yang menyempit serta

menyebabkan tekanan darah meningkat dan frekuensi

jantung meningkat.(28)

c) Terapi relaksasi

Terapi relaksasi bisa membuat tekanan darah menurun

karena terdapat respon pda sistem saraf parasimpatif yang

berfungsi untuk mengendalikan pernafasan dan denyut

jantung menjadi rileks. Saat respon relaksasi dirasakan,


akan menghambat detak jantung sehingga dalam

memompa darahkeseluruh tubuh menjadi efektik dan

tekanan darah akan meurun. Terapi relaksasi diantaranya

terapi relaksasi napas dalam, terapi relaksasi benson, terapi

meditasidan terapi autogenik.[ CITATION Sit18 \l 1057 ]

d) Terapi masase

Terapi masase merupakan terapi dengan melakukan

pemijatan. Prinsip teraou masase adalah untuk

memperlancar energi pada tuhuh sehingga tekanan darah

yang tinggi dan komplikasinya dapat dikurangi, ketika

semua jalur energi terbuka maka resiko tekanan darah

tinggi dapat dicegah. (28).

e) Latihan fisik

Melakukan aktivitas secara fisik adalah melakukan gerakan

Tubuh yeng membutuhkan energi. Dalam melakukan latian

fisik ini dapat mengurangi resiko terjadi hipertensi. Latihan

fisik yang mudah dilakukan seperti berjalan, sepeda, lari,

senam dan sebagainya. [ CITATION ARI18 \l 1057 ]

f) Aromatherapi

Aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan

minyak atsiri sebagai komponen utama untuk

meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi

kesehatan emosi seseorang. Manfaat dari pemberian


aromaterapi adalah untuk menurunkan kadar stres,

menimbulkan suasana relaks dan keseimbangan emosional

sehingga tercipta suasana tenteram dan damai.[ CITATION

Okt17 \l 1057 ]

3. Terapi Relaksasi Benson

a. Pengertian

Terapi relaksasi benson adalah relaksasi napas dalam dengan

pengembangan metode yang melibatkan faktor keyakinan

seseorang, sehingga dapat mencipatakan suatu lingkungan internal

yang dapat membantu mencapai keadaan diri dengan kondisi

kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi.[ CITATION Sar17 \l

1057 ]

b. Manfaat

Manfaat dalam melakukan terapi relaksasi benson antara lain:

[ CITATION Lar151 \l 1057 ] [ CITATION AYU18 \l 1057 ]

1) Menurunkan stress akibat penyakit tekanan darah tinggi.

2) Mengurangi gejala akibat penyakit jantung.

3) Mengatasi masalah sulit tidur atau insomnia.

4) Menurunkan sakit atau pusing pada kepala akibat tekanan dan

asma.

c. Patofisiologi

Terapi relaksasi benson adalah relaksasi yang menggunakan

teknik yang bersifat respiratori yaitu dengan mengatur aktivitas


bernapas atau bersifat otot. Dalam melakukan teknik relaksasi

benson ini dilakukan dengan mengatur mekanisme pernapasan yaitu

dengan irama dan intensitas pernapasan yang lebih lambat dan

dalam. Dasar dari relaksasi ini yaitu pengaktifan dari saraf

parasimpatis yang akan menstimulasi turunnya semua fungsi yang

dinaikkan oleh sistem saraf simpatis dan begitu juga menstimulasi

naikknya semua fungsi yang diturunkan oleh saraf parasimpatis.

Relaksasi benson ini menjadikan penurunan aktivitas pada sistem

saraf simpatis yang menyebabkan melebarkan arteri dan peredarah

darah menjadi lancar sehingga dapat meningkatkan transport

oksigen ke seluruh jaringan terutama ke perifer. Disetiap saraf

parasimpatis dan simpatis saling berpengaruh, dengan

meningkatnya salah satu aktivitas . Masing-masing saraf

parasimpatis dan simpatis saling berpengaruh, dengan

meningkatnya salah satu aktivitas sistem yang satu akan

menghambat atau menekan fungsi yang lain. selama sistem-sistem

berfungsi normal dalam keseimbangan , bertambahnya aktivitas

sistem yang satu akan menghambat atau menekan efek sistem yang

lain.[ CITATION RIY16 \l 1057 ]

Terapi relaksasi benson yang dilakukan akan menghasilkan

frekuensi gelombang alpha pada otak yang dapat merangsang

hipotalamus untuk mengeluarkan hormon endorfin merupakan

hormon yang bisa membuat individu merasakan gembira, senang,


bahagia dan lebih percaya diri sehingga bisa menekan pengeluran

hormon kortisol, epinefrin dan nonepinefrin dapat menghambat

pembentukan angiotensin yang merupakan vasokontriksi kuat pada

pembuluh darah. Terjadinya penekanan dari dormon-hormon

tersebut dapat mennyebabkan dilatasi pada pembuluh darah yang

dapat terjadinya penurunan resistensi pembuluh darah sehingga

hasil akhirnya yaitu penurunan tekanan darah. [ CITATION Sar17 \l

1057 ]

4. Senam Lansia

a. Pengertian

Senam lansia merupakan salah satu latihan secara fisik atau

olahraga yang memiliki tujuan untuk meningkatkan aliran darah

dalam tuhun dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka

yang aktif khususnya terhadap otot jantung.[ CITATION Tot17 \l 1057

] senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang terstruktur ,

teratur dan terarah serta trerencana yang diikuti oleh orang lanjut

usia berupa latihan fisik yang dapat mempengaruhi kemampuan

fisik lansia

b. Intensitas[ CITATION Nas18 \l 1057 ]

Intensitas latihan senam lansia dapat dipantau melalui perhitungan

denyut nadi dengan meraba pada pergelangan tangan mengunakan

tiga jari tangan yang lain.

1) Lamanya senam
Senam lansia dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan

kebugaranjasmani. Dalam melakukan senam lansia dilakukan

dengan zona latihan minimal 15 menit atau dapat dilakukan 20-

30 menit dan diakhri pendinginan 5-10 menit.

2) Frekuensi

Frekuensi latihan senam lansia dilakukan 3 atau lima kali dalam

seminggu. Waktu yang tepat untuk melakukan olahraga ini

yaitu dipagi hari saat menjelang matahari terbit karena udara

pagihari masih bersih dan segar, akan tetapi melakukan senam

lansia di sore hari juga diperbolehkan tetapi harus tetap

menajaga keamanan dan kenyamanan.

c. Manfaat

Latihan senam ini memiliki manfat khususnya bagi lansia

seperti dapat meningkatkan kesegaran jasmani, mendorong jantung

bekerja secara optimal, melancarkan sirkulasi darah, memperkuat

otot, menjegah pengeroposan tulang, membakar kalori, mengurangi

stres dan dapat menurunkan tekanan darah. Senam lansia ini

sangat dianjurkan bagi yang memasuki usia pralansia (45 tahun) dan

usia lansia (65 tahun ke atas). Secara psikologis dapat membuat

perasaan yang santai mengurangi ketegangan dan kecemasan dan

meningkatkan perasaan senang. Selain itu dapat meningkatkan

kesehatan jasmani dan rohani secara utuh, kesehatan jiwa , fungsi

kognitif, dan fungsi motorik. (41)


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Teori

Faktor resiko hipertensi :


a) Faktor yang tidak
dapat diubah Akibat hipertensi:
1) Umur
2) Jenis kelamin 1) Stroke
3) Genetik 2) Infark
b) Faktor yang dapat Hipertensi miokardium
diubah 3) Gagal ginjal
1) Obesitas 4) Ensefalopati
2) Kurang olahraga
(kerusakan
3) Merokok
4) Konsumsi garam otak)
berlebih
5) Kolesterol
6) Konsumsi alkohol Penatalaksanaan Non
Penatalaksanaan
7) Stres farmakologi :
farmakologi :
1) Penurunan berat
1) Diauretik
badan
2) Penghambat
2) Kurangi konsumdsi
simpatetik
garam
3) Betabloker
3) Berhenti merokok
4) Vasodilator
4) Terapi relaksasi
5) ACE inhibitor
6) Penghambat
Angiotensin II
5) Latihan fisik
7) Antagonis Kalsium
terapi benson

Senam lansia

: akan dilakukan penelitian


: tidak dilakukan penelitian

B. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Terapi relaksasi
benson
Tekanan darah

Senam lansia
C. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilakuatau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain- lain). Variabel juga

merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai

suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian.

[CITATION NUr16 \l 1057 ]

Variabel yang diguakan pada penelitian ini adalah :

1) Variabel Independen (Bebas)

Variabel Independent atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain..[CITATION

NUr16 \l 1057 ] Variabel independen dalam penelitian ini adalah

terapi relaksasi benson dan senam lansia.

2) Variabel Dependen (Variabel terikat)

Variabel Dependen (variabel terikat) adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain. [CITATION NUr16 \l 1057 ] Variabel

dependen pada penelitian ini adalah tekanan darah.

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian , patokan duga

atau sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. [CITATION Nus14 \l 1057 ]


1) Ha1 : terapi relaksasi benson efektiv terhadap tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi di Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading

Semarang.

2) Ha2 : Senam lansia efektiv terhadap tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi di Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang.

3) Ha3 : Ada perbedaan efektivitas terapi relaksasi benson dan senam

lansia terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Rumah

Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang.

4) H01 : Tidak efektiv terapi relaksasi benson terhadap tekanan darah pada

lansia dengan hipertensi di Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading

Semarang.

5) H02 : Tidak efektiv senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia

dengan hipertensi di Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading

Semarang.

6) H03 : Tidak ada perbedaan efektivitas terapi relaksasi benson dan

senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di

Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental yaitu

peneliti melakukan perlakuan terhadap variabel independemmya,

kemudian mengukur akibat dari perlakuan tersebut terhadap variabel

dependennya dengan tujuan untuk menguji hipotesis sebab akibat.

Metode penelitian yang digunakan adalah quasy eksperiment..

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan two group pretest-posttest, yaitu

penelitian ini membandingakan antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol. Bentuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pre test Post


test

TD 2
X1
Kelompok intervensi TD 1

TD 3

X2
43
Kelompok kontrol TD 4

Bagan 3.1 Desain Penelitian

44
Keterangan :
TD 1 : Observasi kelompok Intervensi sebelum diberi perlakuan

terapi relaksasi benson.

TD 2 : Observasi kelompok intervensi setelah diberi perlakuan

terapi relaksasi benson.

TD 3 : Observasi kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan

senam lansia.

TD 4 : Observasi kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan

senam lansia.

X1 : Kelompok intervensi ( pemberian terapi relaksasi benson).

X2 : Kelompok kontrol (pemberian senam lansia).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari survey awal untuk pengambilan data

sampai dengan turun penelitian, dari bulan Maret 2019-Februari 2020.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Pucang Gading Semarang.


45

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasinal

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur

Teknik relaksasi yang SOP - -


Variabel dengan duduk secara rileks
independen : dengan mata terpejam
dengan napas dalam
Terapi difokuskan dengan
relaksasi keyakinan pasien pada
benson lansia yang menderita
hipertensi dilakukan 3x
dalam seminggu dengan
durasi waktu 15 menit.
Cara melakukan dengan
duduk senyaman mungkin
dengan relaksasi napas
dalam dan menggendurkan
semua otot tubuh dengan
mengucapkan kata sesuai
dengan keyakinan
seseorang.

Rangkaian gerakan yang SOP - -


Variabel teratur dari pemanasan,
independen : gerakan inti dan
penenangan yang
Senam lansia dilakukan oleh orang lanjut
usia dengan hipertensi
untuk meningkatkan
kesegaran jasmani.
dilakukan 3x dalam
seminggu dengan durasi
waktu 20 menit

Hasil pengukuran tekanan Sphygmomano Tekanan Rasio


Variabel yang ditimbulkan oleh meter digital darah dalam
dependen : diding arteri saat jantung mmHg
berkontraksi dilakukan
Tekanan sebelum dan sesudah
darah terapi relaksasi benson dan
senam lansia. Yang akan
diteliti yaitu tekanan
46

sistolik.

D. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien)

yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. [ CITATION NUr16 \l 1057 ]

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang menderita

hipertensi sejumlah 30 lansia di Rumah Pelayanan Sosial Pucang

Gading Semarang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.[ CITATION Sug14 \l 1057 ]

Besar sampel menggunakan rumus Slovin adalah sebagai berikut :

N
n =
1+N ( d 2 )

keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat signifikasi (0,05)

Dari rumus diatas perolehan besar sampel di Rumah Pelayanan

Sosial Pucang Gading Semarang :

30
n = 1+30 ( 0,052 )
47

30
= 1+30 ( 0,0025 )

30
= 1+(0,075)

30
= 1,075

= 27,9

= 28

Jadi sampel penelitian ini adalah 28 lansia yang menderita

hipertensi di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading

Semarang.

Kriteria sampel penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan ekslusi,

yaitu :

d. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. [ CITATION

NUr16 \l 1057 ]

1) Lansia yang memiliki hipertensi ringan dengan tekanan sistolik

140-159 mmHg.

2) Lansia dengan usia 60-80 tahun.

3) Lansia yang bersedia sebagai responden.

4) Lansia yang dapat melakukan senam lansia .

e. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.

[ CITATION NUr16 \l 1057 ]


48

1) Lansia yang tidak bersedia sebagai responden.

2) Lansia yang sakit dan memerlukan bantuan secara total.

3) Lansia yang tidak hadir.

f. Kriteria Drop out

Kriteria drop out adalah kriteria dengan subjek penelitian tidak

digunakan hasilnya dalam penelitian atau pengguguran. Kriteria

drop out dalam penelitianini adalah sebagai berikut :

1) Tidak mengikuti latihan dalam tiga kali secara berturut-turut.

2) Tidak menjalankan terapi sesuai dengan prosedur yang telah

disepakati .

3) Responden memutuskan untuk tidak melanjutkan progam.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang kehendaki

peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut

dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

[ CITATION NUr16 \l 1057 ] Sampel penelitian ini adalah semua lansia

yang menderita hipertensi di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Pucang Gading Semarang.


49

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam mengukur variabel dari terapi relaksasi

benson, senam lansia dan tekanan darah pada lansia dengan melakukan

pengukuran secara langsung yaitu :

a. Alat

1) Terapi relaksasi benson dilakukan 3x dalam seminggu selama

15 menit menggunakan instrumen SOP teknik relaksasi benson.


(39)

2) Senam lansia dilakukan 3x dalam seminggu dalam waktu 20

menit . Menggunakan instrumen SOP senam lansia.(34)

3) Tekanan darah diukur menggunakan spignomanometer digital

sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi benson dan

senam lansia .

4) Hasil yang telah diperoleh kemudian dicatat dalam lembar

observasi.

b. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas (kesahihan) adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti

prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulan data [ CITATION

NUr16 \l 1057 ]. Instrumen penelitian ini berupa Sphiygmomanometer

digital baru untuk mengukur tekanan darah serta prosedure standar


50

operasi untuksenam lansia dan terapi relaksasi benson yang dilakukan

uji expert.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti,

baik melalui observasi di lapangan maupun eksperimen, kemudian

diolah dan hasilnya menjadi informasi yang diperlukan dalam

penelitian tersebut. [ CITATION agu17 \l 1057 ]

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

observasi dengan cara mengukur tekanan sebelum dan sesudah

diberi perlakuan terapi relaksasi benson dan senam lansia.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperlukan bukan

hasil pengumpulan data langsung dari lapangan tetapi

menggunakan data/informasi yang telah dikumpulkan dan diolah

oleh orang lain/lembaga.[ CITATION agu17 \l 1057 ] Data sekunder

pada penelitian ini adalah dari laporan atau dokumen yang terdapat

di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang,

didapatkan 97 lansia dengan lansia hipertensi sebanyak 30 lansia.


51

G. Cara Pengumpulan Data

1. Dalam penelitian ini di dapatkan data sampel yang digunakan yaitu 28

lansia dengan hipertensi. Dalam penelitian ini akan menggunakan dua

kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

2. Kelompok intervensi diberi perlakuan terapi relaksasi benson dan

kelompok kontrol diberi perlakuan senam lansia masing-masing

dengan jumlah sampel 14 lansia hipertensi sesuai dengan kriteria.

3. Peneliti memastikan bahwa responden sebelumnya tidak melakukan

senam lansia. Peneliti dalam melakukan penelitian didampingi dengan

petugas di Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang.

4. Peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian dan

keikutsertaan dalam melakukan penelitian ini kepada sampel

penelitian.

5. Peneliti membagikan lembar persetujuan penelitian (inform consent )

kepada peneliti. Bagi yang setuju berpartisipasi dalam penelitian ini

diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian

(informed consent).

6. Kelompok intervensi dilakukan pre test dengan pengukuran tekanan

darah sistolik terlebih dahulu sebelum diberikan terapi relaksasi

benson.

7. Kelompok intervensi yang telah diberikan terapi relaksasi benson

dilakukan post test dengan pengukuran tekanan darah sistolik kembali.


52

Terapi relaksasi benson diberikan 3x selama seminggu dengan durasi

waktu 15 menit.

8. Kelompok sebelum melakukan senam lansia akan dilakukan pre test

pengukuran tekanan darah sistolik terlebih dahulu.

9. Kelompok kontrol yang telah diberikan perlakuan senam lansia akan

dilakukan post test yaitu pengukuran tekanan darah sistolik kembali.

Senam lansia dilakukan selama 3x selama seminggu dengan durasi

waktu 20 menit.

10. Analisa data dalam peneliti menggunakan uji normalitas menggunakan

saphiro wilk karena responden kurang dari 50. Adapun uji statistic

yang digunakan untuk berdistribusi normal adalah paired t test,

sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal uji statistik yang

digunakan adalah wilcoxon. Untuk membandingkan efektivitas dari

dua sampel berpasangan menggunakan uji independent t test.

11. Peneliti mengevaluasi data dengan menganalisa tekanan darah sistolik

pada kelompok intervensi sebelum yang diberikan perlakuan terapi

relaksasi benson dan sesudah diberikan terapi relaksasi benson.

12. Peneliti mengevaluasi data dengan menganalisa tekanan darah sistolik

pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia.

13. Peneliti mengevaluasi data dengan menganalisa efektivitas sebelum

dan sesudah dilakukan terapi relaksasi benson dan senam terhadap

tekanan darah sistolik.

H. Cara Pengolahan Data[ CITATION agu17 \l 1057 ][ CITATION has14 \l 1057 ]


53

1. Editing

Editing adalah kegiatan dimana kita melakukan pemeriksaan jawabab

atau daftar isian yang telah dijawab/diisi oleh responden yang tidak

kosong , salah satu atau meragukan. Bila ada jawaban yang kosong,

salah atau meragukan dapat diperbaiki dengan jalan melakukan

konfirmasi terhadap responden yang bersangkutan atau bahkan data

tersebut tidak dipakai (digugurkan) dan diganti dengan data yang lain

(subtitusi).

2. Coding

Coding adalah kegiatan untuk merubah data yang bersifat uraian ke

dalam bentuk angka sehinga memudahkan analisis. Peneliti

menggunakan kode 01,02 dan seterusnya sampai jumlah sampel

terakhir. Peneliti menggunakan kode dalam menentukan perubahan

atau tidak terhadap tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan

terapi relaksasi benson dan senam lansia.

3. Tabulating

Tabulating adalah langkah memasukkan data-data hasil penelitian

kedalam tabel-tabel sesuai kriteria yang telah ditentukan.

4. Entry data

Entry data adalah proses memasukkan data kedalam kategori tertentu

untuk dilakukan analisis data.

I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
54

Hasil dari penelitian ini yaitu tekanan darah sebelum dan sesudah

permberian terapi relaksasi benson dan senam lansia. Adapun analisa

univariat disajikan dalm bentuk tendensi sentral meliputi perhitungan

mean, minimum, maksimum dan standar deviasi.

2. Analisa Bivariat

Analisa data bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk menjelaskan

hipotesis hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk

menganalisa efektifitas terapi relaksasi benson dan senam lansia

terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Unit Rehabilitasi

Sosial (URESOS) Pucang Gading Semarang.

Langkah-langkah dalam melakukan uji statistik adalah dilakukan

uji normalitas data menggunakan shapiro wilk karena sampel yang

digunakan kurang dari 50 orang. Adapun uji hipotesis yang digunakan

untuk berdistribusi normal adalah paired t test, sedangkan untuk data

yang berdistribusi tidak normal uji statistik yang digunakan adalah

wilcoxon. Dalam mengetahui perbedaan efektivitas antara terapi

relaksasi benson dan senam lansia menggunakan uji independent t

test.

Berdasarkan hasil uji normalitas data diketahui bahwa pada

variabel pemberian terapi relaksasi benson pada kelompok intervensi

dan pada variabel pemberian senam lansia pada kelompok kontrol

memiliki distribusi normal dengan p-value > 0.05, sehingga dalam

pemilihan uji beda dua variabel berpasangan distribusi normal adalah


55

uji t dependent paired t test, dengan demikian dapat diketahui

perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah terapi

relaksasi benson serta perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan

sesudah pemberian senam lansia didapatkan nilai p value 0.000 <

0.005. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara

pemberian terapi relaksasi benson dan pemberian senam lansia

digunakan uji independet t test


58
DAFTAR PUSTAKA

1. Almina Rospitaria, Zulhaida Lubis, Syarifah . Pengaruh Pengetahuan, Sikap

Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Hulu Kecamatan Pancur

Batu .S.L. : Jurnal Kesehatan, 2018, Vol. Vol 11 No 1.

2. Bangun, Abednego. Sehat Dan Bugar Hingga Lansia. Bandung : Indonesia


Publishing House, 2014. Isbn.

3. Kristiani, Elisabet. Efektivitas Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat


Dan Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Unit
Rehabilitasi Sosial (Uresos) Pucang Gading Unit Semarang Ii. S.L. : Skripsi,
2015.

4. Dewi Purwati, Maria Suryani, Mamat Supriyono. Perbedaan Tekanan Sesudah


Dan Sebelum Terapi Relaksasi Benson Pada Hipertensi (Studi Kasus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Karangayu Semarang). 2015.

5. Surdayati N. L.G, Sudiartawan I.P, Dwi Mertha, Adriyana I.M. Efektivitas


Pemberia Hidroterapi Rendam Kaki Pada Penderita Hipertensi Di Banjar Sri
Mandala, Kelurahan Dauhwaru Kabupaten Jembrana. S.L. : Widya Biologi, 2019,
Vol. 1 No 1. Issn : 2086-5783.

6. Sukarmin, Rizka Himawan. Relaksasi Benson Untuk Penurunan Ztekanan


Darah Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Kudus. 2015, Vol. Volume 6. No 3.

7. Setiawan, Yunani Dan Kusyati. Hubungan Frekuensi Senam Lansia Terhadap


Tekanan Darah Dan Nadi Pada Lansia Hipertensi. S.L. : Prosiding Konferensi
Nasional Ii Ppni Jawa Tengah, 2014.

8. RI, Kementrian Kesehatan. Buletin Jendela Data Dan Informasi Gambaran


Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia. www.depkes.go.id. [Online] 2014. [Cited:
January 2, 2019.]

9. 2018, Riskesdas. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta : Kementerian


Kesehatan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 2018.
10. Dinkes Provinsi Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016.
www.dinkesjatengprov.go.id. [Online] 2016. [Cited: Januari 8, 2019.]

11. Dinkes Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang 2015.


www.dinkes.semarangkota.go.id. [Online] 2015. [Cited: Januari 8, 2019.]

12. Dinkes Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : S.N.,
2017.

13. Wade, Carlson. Mengatasi Hipertensi. Bandung : Nuansa Medika, 2016. ISBN

14. Irfan, Cornelia D.Y. Nekada. Pengaruh Terapi Napas Dalam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Balai Pelayanan
Tresna Wedra Unit Abiyoso.. 2, S.L. : Keperawatan Respati Yogyakarta, 2018,
Vol. 5.

15. Sektiawan, Prihana . Karya Tulis Ilmiah Pemberian Relaksasi Benson


Terhadap Tekanan Darah Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Hipertensi Di
Rsud Sukoharjo.. Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
Surakarta, 2015.

16. RI, Kemenkes. Petunjuk Teknis Surveilans Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
Kemenkes RI, 2015.

17. Niken Fitri Astuti, Dwi Nurviyandari Kusuma Wati, Etty Rekawati.
Penurunan Tekanan Darah Diastolik Pada Lanjut Usia Melalui Intervensi
Relaksasi Otot Progresif Dan Terapi Musik (Resik. 1, Universitas Indonesia :
Jurnal Keperawatan Soedirman , 2017, Vol. 12.

18. Ramli, Najihah & Rahmawati Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Hipertensi.. 2018, Window Of Health.

19. Pramana, Lina Dwi Yoga. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Hipertensi Di Wilayah Kerjapuskesmas Demak II. Semarang : Skripsi Universitas
Muhammadiyah Semarang, 2016.

20. Mary Baradero, Mari Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswadi. Klien Gangguan
Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran Egc, 2010.

Anda mungkin juga menyukai