Anda di halaman 1dari 129

1

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI PROFESI


PENUNJANG PASAR MODAL DALAM HAL PENERBITAN OBLIGASI
DAERAH DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1995 TENTANG PASAR MODAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

HERTI LOMBUS
140200123

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


2

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Alla Bapa, anakNya Tuhan


Yesus Kristus dan Roh Kudus atas segala berkat dan karunia yang di
curahkanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini demi
memenuhi tugas akhir masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudul “TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK
SEBAGAI PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL DALAM HAL
PENERBITAN OBLIGASI DAERAH DITINJAU DARI UNDANG-
UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL”
merupakan tugas akhir bagi penulis dan juga merupakan syarat bagi penulis
untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini terdapat banyak kelalaian dan
kekurangan dalam proses pengumpulan data hingga penyajian dan
pengeditan, serta kesalahan dalam pemilihan dan perangkaian kata-kata,
membuat skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis bersedia
menerima kritik serta saran yang membangun demi menjadi dasar bagi
penulis untuk karya penulisan selanjutnya.
Untuk semua yang mendukung dan memberi perhatian, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Dr. H. OK. Saidin, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara;
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;

Universitas Sumatera Utara


6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. selaku Ketua Departemen
Hukum Ekonomi dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini;
7. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H. selaku Sekretaris Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen
Pembimbing II yang mendukung penulis dalam pemilihan judul dan
membimbing penulis hingga penyelesaian skripsi ini;
8. Segenap Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan;
9. Seluruh staf dan pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan pelayanan dan arahan yang baik terkait dengan
kegiatan perkuliahan;
10. Teristimewa yang penulis hormati dan sayangi kedua orangtuaku
Faozanolo Lombus dan Tiurna Silitonga yang selalu sabar dan terus
mendoakan juga memberi dukungan nasihat dan kasih sayangnya kepada
penulis;
11. Segenap keluarga besar Op. Iren Lombus yang bertempat di Balige,
Batam, Padang, Jakarta, dan Palembang, yang juga sudah banyak
memberi dukungan kepada penulis;
12. Teman yang lebih dari sekedar teman atau sahabat Ewin Reinhard
Samosir, S.AB. Terimakasih atas dukungannya, atas kesediaan waktunya
kapanpun dan dimanapun untuk memacu semangat penulis
menyelesaikan masa perkuliahan di Universitas Sumatera Utara, juga
teman-teman yang sudah menjadi keluarga didalam satu kontrakan buat
Nevi Loren Sianipar, Yudhi Sihombing dan Ester Togatorop, terimakasih
karena sudah bersedia menjadi tempat penulis mencurahkan kepenatan
selama awal perkuliahan sampai detik ini.
13. Teman-teman Paguyuban Karya Salemba Empat Universitas Sumatera
Utara (KSU USU). Terimakasih karena telah membantu dalam hal
finansial kepada penulis, mengajarkan banyak hal yang menjadikan
penulis termotivasi serta ikut dalam berkontribusi pada setiap kegiatan;
14. Teman-teman seangkatan tahun 2014, terkhusus Grup D;

ii

Universitas Sumatera Utara


15. Serta pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila di dalam penulisan skripsi ini
terdapat kesalahan-kesalahan yang secara tidak sadar oleh penulis.
Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak terkhususnya
pembaca.

Medan, Mei 2018


Hormat Penulis,

Herti Lombus
NIM. 140200123

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................................ 9
D. Keaslian Penulisan .................................................................................................. 10
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 11
F. Metode Penelitian.................................................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan.............................................................................................. 16

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KEBERADAAN AKUNTAN


PUBLIK DI INDONESIA
A. Tinjauan Umum Tentang Akuntan Publik .............................................................. 18
1. Pengertian Akuntan Publik ......................................................................... 18
2. Dasar Hukum Profesi Akuntan Publik ........................................................ 19
3. Fungsi Dan Peran Akuntan Publik ............................................................. 20
4. Hubungan Hukum Para Pihak ..................................................................... 21
B. Pengaturan Akuntan Publik Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2011 ........................... 22
1. Jenis Jasa Yang Diberikan .......................................................................... 22
2. Aspek Perizinan .......................................................................................... 27
3. Kantor Akuntan Publik ............................................................................... 29
4. Hak, Kewajiban, Dan Larangan .................................................................. 30
5. Pembinaan dan Pengawasan ....................................................................... 33
C. Tanggung Jawab Akuntan Publik ........................................................................... 34
1. Tanggung Jawab Etik .................................................................................. 34
2. Tanggunng Jawab Perdata........................................................................... 36
3. Tanggung Jawab Pidana .............................................................................. 40

iv

Universitas Sumatera Utara


BAB III : ASPEK HUKUM OBLIGASI DAERAH DI INDONESIA
A. Obligasi ................................................................................................................... 43
1. Pengertian Dan Unsur – Unsur Obligasi ..................................................... 43
2. Jenis – Jenis Obligasi .................................................................................. 44
3. Pihak – Pihak Dalam Obligasi .................................................................... 51
B. Tinjauan Umum Obligasi Daerah ........................................................................... 64
1. Pengertian Dan Unsur –Unsur Obligasi Daerah ......................................... 64
2. Landasan Hukum Obligasi Daerah ............................................................. 68
3. Pihak – Pihak Dalam Obligasi Daerah ........................................................ 69
C. Penerbitan Oblligasi Daerah ................................................................................... 73
D. Pengelolaan Obligasi Daerah .................................................................................. 91
E. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Terhadap Pembayaran Obligasi
Daerah ..................................................................................................................... 92

BAB IV :TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI PROFESI


PENUNJANG PASAR MODAL DALAM HAL PENERBITAN OBLIGASI
DAERAH DITINJAU DARI UUPM
A. Obligasi Daerah Sebagai Instrumen Pasar Modal ................................................... 98
B. Kedudukan Dan Tanggung Jawab Akuntan Publik Di Pasar Modal ...................... 98
1. Akuntan Publik Sebagai Profesi Penunjang................................................ 100
2. Peran Akuntan Publik Di Pasar Modal ....................................................... 103
C. Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah..................................... 110
D. Tanggung Jawab Akuntan Publlik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah
Ditinjau Dari UUPM ............................................................................................... 111

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 113
B. Saran........................................................................................................................ 115
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 117

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI PROFESI


PENUNJANG PASAR MODAL DALAM HAL PENERBITAN OBLIGASI
DAERAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995
TENTANG PASAR MODAL

Bismar Nasution *
Tri Murti Lubis**
Herti Lombus***

Akuntan publik memiliki tanggungjawab yang sangat penting, khususnya


dalam penerbitan Obligasi Daerah. Akuntan publik dituntut untuk profesional dan
bertanggung jawab atas fungsi dan tugas dari profesinya. Hal ini penting karena
hasil dari jasa audit akan dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi oleh investor di pasar modal. Adapun
permasalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana keberadaan profesi
akuntan publik di Indonesia, kemudian bagaimana aspek hukum obligasi daerah di
Indonesia, dan yang terakhir adalah bagaimana tanggungjawab akuntan publik
dalam penerbitan obligasi daerah di Indonesia ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum
normatif dengan teknik pengumpulan data studi kepustakaan. Keseluruhan data
dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif.
Hasil penulisan disajikan secara deskriptif guna memperoleh penjelesan
dari masalah yang dibahas. Hasil penulisan menunjukkan bahwa tingginya
penggunaan jasa akuntan publik secara umum dan khususnya di pasar modal
menunjukkan kepercayaan publik terhadap profesi ini semakin tinggi. Hal ini
membuat Akuntan Publik harus meningkatkan profesionalitas dalam koridor kode
etik dan bertanggung jawab atas jasa yang diberikan, obligasi daerah merupakan
instrumen dari pasar modal sehingga Pemerintah Daerah yang ingin menerbitkan
obligasi daerah harus tunduk dan patuh pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksana yang ada di bawahnya, hasil
audit oleh Akuntan Publik sangat menentukan apakah Pemerintah Daerah dapat
menerbitkan obligasi atau tidak. Di sisi lain ini merupakan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi investor di pasar modal.

Kata Kunci : Akuntan Publik, Obligasi Daerah, Pasar Modal

* Dosen Pembimbing I, dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


** Dosen Pembimbing II, dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Mahasiswa Fakultas HukumUniversitas Sumatera Utara

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 1 ayat 3 secara tegas menyatakan

bahwa Indonesia merupakan negara hukum. Pasal tersebut telah memberikan

batasan yang jelas bagi seluruh warga negara Indonesia bahwa semua aspek

kehidupan diatur berdasarkan hukum yang bersifat adil dan berlaku secara

menyeluruh. Dalam konteks negara hukum ini, Indonesia menerapkan

desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, sebagaimana diisyaratkan

dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa:

“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

kabupaten dan kota mempunyai Pemerintah Daerah, yang diatur dengan Undang-

Undang“.

Sebagai negara hukum, setiap penyelenggaraan urusan pemerintahan

haruslah berdasarkan pada hukum yang berlaku (wetmatigheid van bestuur).

Sebagai negara yang menganut desentralisasi mengandung arti bahwa urusan

pemerintahan itu terdiri atas Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, artinya

ada perangkat Pemerintah Pusat dan ada perangkat Pemerintahan Daerah, yang

diberi otonomi yakni kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan mengurus

urusan rumah tangga daerah.1

1
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara. ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013 ), hlm.
17.

Universitas Sumatera Utara


2

Secara hukum, pelaksanaan otonomi daerah diatur oleh Undang-Undang

Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang

Pemerintahan Daerah pada intinya mengatur bahwa pemerintahan daerah

diarahkan untuk mampu menyelenggarakan kewenangan dan urusannya secara

lebih efektif dan efisien untuk mewujudkan pelayanan publik dan kesejahteraan

umum secara lebih baik.

Untuk mendorong pembangunan di daerah, pemerintahan daerah

senantiasa berupaya untuk mewujudkan pertumbuhan perekonomian yang

berbasis potensi lokal yang diharapkan akan memiliki dampak positif terhadap

bidang dan sektor pembangunan lainnnya.

Pada pelaksanaannya, guna mewujudkan pertumbuhan perekonomian daerah yang

baik diperlukan dukungan berbagai stuktur maupun infrastuktur di daerah yang

lebih memadai.

Guna menyediakan infrastuktur yang memadai, pada umumnya

pemerintahan daerah terkendala oleh berbagai keterbatasan, khususnya dalam

pembiayaan pembangunan infrastuktur. Pemerintahan daerah masih

mengandalkan dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang

bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan Dana Perimbangan, sehingga

pemerintahan daerah perlu meningkatkan kemampuan pembiayaan pembangunan

di daerah melalui sumber-sumber pembiayaan baru baik bersifat konvensional

maupun non konvensional.

Pada kondisi tersebut, regulasi telah mengatur hal-hal yang berkaitan

dengan alternatif pembiayaan pembangunan di daerah yang dapat diperoleh dari

pajak daerah dan retribusi daerah. Selain itu berdasarkan Undang-Undang Nomor

Universitas Sumatera Utara


3

33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah terdapat salah satu alternatif pembiayaan yaitu melalui

pinjaman daerah. Pinjaman daerah tersebut dapat dilaksanakan melalui cara

penerbitan obligasi oleh pemerintahan daerah untuk membiayai proyek atau

kegiatan yang memiliki kriteria tertentu, namun demikian pemerintahan daerah

perlu mengkaji mengenai kemungkinan penerbitan obligasi daerah, bagaimana

pengelolaan obligasi daerah, sekaligus mencermati resiko yang akan dihadapi

dalam penerbitan obligasi.

Pasar modal di Negara maju merupakan salah satu lembaga yang

diperhitungkan bagi perkembangan ekonomi Negara dan pasar modal Indonesia

sebagai salah satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat.2

Berdasarkan Pasal 1 angka 13 Undang – Undang No. 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal, (selanjutnya sisingkat UUPM) memberikan batasan atau

defenisi pasae modal, yaitu merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang diterbitkan,

serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. 3

Secara teoritik, obligasi merupakan salah satu jenis efek yang mempunyai

jangka waktu cukup panjang. 4 Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah

obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah yang besar yang ditawarkan

secara luas kepada publik.5 Artinya, di Indonesia obligasi daerah yang diterbitkan

oleh pemerintahan daerah harus dijual kepada masyarakat melalui transaksi di

2
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta:
Sinar Grafika, 2011, hlm.165.
3
Ibid.,hlm. 166 - 167
4
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat Dalam Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.2.
5
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),hlm.2.

Universitas Sumatera Utara


4

pasar modal. Hasil penjualan obligasi daerah oleh pemerintah daerah akan di

manfaatkan sebagai sumber dana alternatif utuk membiayai pembangunan

daerah.6

Penerbitan obligasi daerah diharapkan akan memberikan banyak manfaat,

baik bagi pemerintahan daerah sebagai pihak emiten, investor, pelaku pasar modal

lainnya, serta tentu saja masyarakat luas. Lebih jauh, manfaat penerbitan obligasi

daerah antara lain adalah sebagai berikut :7

1. Membiayai defisit anggaran pemerintahan daerah yang dapat memenuhi

ketidakcukupan sumber pembiayaan sendiri yang diakibatkan oleh lemahnya

local tax income, minimnya dan transfer dari pemerintah pusat;

2. Percepatan pembangunan daerah dapat memicu dan memacu pembanguan

di daerahnya. Pembangunan tersebut akan menciptakan multiplier effect

(pelipatgandaan manfaat ekonomi) antara lain dalam penciptaan lapangan

kerja dan kesempatan kerja, tersedianya sarana dan prasarana yang dapat

mempercepat perputaran roda perekonomian sehingga akan meningkatkan

kesejahteraan rakyat;

3. Terciptanya instrumen investasi baru. Selain memberikan manfaat langsung

dengan dibangunnya infrastruktur, masyarakat juga dapat menikmati imbal

hasil (yield) dan mungkin juga insentif lain atas investasinya dalam obligasi

daerah.

Pada prinsipnya, penerbitan obligasi daerah relatif sama dengan penerbitan

obligasi pada umumnya. Pemerintah daerah di dalam melaksanakan penerbitan

obligasi bertindak sebagai emiten. Dalam melakukan pinjaman daerah yang

6
Budi Purnomo, Obligasi Daerah, (Bandung: Alfabeta, 2009),hlm.50.
7
Ibid.,hlm.51.

Universitas Sumatera Utara


5

ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal, pemerintah

daerah diwajibkan mengikuti tata cara penerbitan yang telah diatur sesuai

peraturan perundang-undangan.

Salah satu tata cara penerbitan obligasi yang harus dilalui Pemerintah

Daerah adalah perlu adanya peran dari profesi penunjang pasar modal dalam

penerbitan obligasi tersebut. Pada dasarnya pekerjaan utama dari profesi

penunjang pasar modal adalah membantu emiten dalam proses go public dan

dalam memenuhi persyaratan mengenai keterbukaan yang sifatnya terus menerus.

Profesi penunjang pasar modal, untuk melaksanakan pekerjaan tersebut,

perlu memiliki pengetahuan yang memadai mengenai undang-undang pasar modal

dan peraturan pelaksanaannya serta ikut bertanggung jawab atas kepatuhan dan

ketaatan emiten yang menjadi pengguna jasanya dalam mematuhi ketentuan pasar

modal yang berlaku dan secara aktif memberikan nasihat kepada nasabahnya

untuk memenuhi ketentuan yang berlaku.8

Berdasarkan Pasal 80 ayat 1(d) Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal menyatakan :

”Profesi penunjang Pasar Modal atau Pihak lain yang memberikan pendapat atau

keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran, wajib

bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama atas kerugian yang

timbul akibat perbuatan dimaksud”.

ayat 2,

“Pihak sebagaimana di maksud dalam ayat (1) huruf d hanya tertanggung jawab

atas pendapat atau keterangan yang diberikannya”.

8
Jusuf Anwar (1), Pasar Modal sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung:
PT. Alumni, 2008),hlm.127.

Universitas Sumatera Utara


6

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 64 (1)

menyatakan bahwa profesi penunjang pasar modal terdiri dari :

a. Akuntan

b. Konsultan hukum

c. Penilai

d. Notaris, dan

e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Profesi penunjang pasar modal yang sering menjadi sorotan pelaku bursa

adalah akuntan publik. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki kewenangan

memeriksa laporan keuangan emiten, guna memberikan pendapat atas laporan

keuangan yang dipublikasikan oleh emiten dan Akuntan Publik yang ada di pasar

modal haruslah yang terdaftar di Lembaga Orientasi Jasa Keuangan.Laporan

keuangan merupakan informasi penting, karena pengambilan keputusan invetasi

dimulai dari indikator keuangan ini.9

Hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal dan diatur juga di dalam Peraturan Menteri Keuangan

No.111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban

Obligasi Daerah. Inilah yang menjadi dasar untuk melindungi investor dari risiko

gagal bayar serta untuk menciptakan full disclosure didalam laporan keuangan

emiten, maka dibutuhkan profesi penunjang yang independen di dalam

memberikan opininya terhadap kewajaran laporan keuangan yang akan diberikan

kepada publik.

9
Aritides Katoppo, Pasar Modal Indonesia (Restopreksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ),
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hlm.161-162.

Universitas Sumatera Utara


7

Akuntan publik merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan

publik akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi

dengan para stakeholder terutama berkaitan dengan akuntanbilitas entitas yang

berkaitan. 10 Jasa profesional akuntan publik merupakan hak exclusive akuntan

publik dan hasil pekerjaan akuntan publik digunakan oleh publik (pengguna

laporan keuangan) sebagai salah satu bahan dalam mengambil keputusan ekonomi.

Pengguna hasil pekerjaan Akuntan Publik tidak hanya klien yang memberikan

penugasan, namun juga publik (investor/pemegang saham, kreditor, pemerintah,

masyarakat, dll). Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2011 tentang Akuntan Publik,11 jasa yang diberikan diatur dalam Pasal 3 bahwa

akuntan publik memberikan jasa asuran, yang meliputi: jasa audit atas informasi

keuangan historis; jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan jasa asurans

lainnya.

Profesi akuntan publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya

adalah jasa atestasi/asurans. Hasil pekerjaan akuntan publik digunakan secara luas

oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan

keputusan.Profesi akuntan public yang memiliki peranan sangat penting dalam

mendukung terwujudnya perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan.

Dalam menjalankan profesinya, akuntan publik mengemban kepercayaan

masyarakat untuk memberikan opini atas laporan keuangan. Tanggung jawab

akuntan publik terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas laporan atau

informasi keuangan suatu entitas.

10
Mardiasmo, Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi
Sektor Publik, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol.2,No.1, Mei 2006, hlm.9.
11
Undang – Undang Akuntansi Publlik No. 5 tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara


8

Berdasarkan pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No. 111/PMK.07/2012

meyebutkan bahwa penerbitan obligasi daerah hanya dapat dilaksanakan oleh

pemerintah daerah yang audit terakhir atas laporan keuangan pemerintah daerah

mendapat opini wajar dengan pengecualian atau wajar tanpa pengecualian.

Pemberian opini inilah yang menjadi fungsi dari akuntan publik dalam penerbitan

obligasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Dari pemaparan di atas, maka perlu dilakukan studi tentang profesi

akuntan publik di pasar modal. Adapun skripsi ini dibuat untuk menguraikan dan

memberikan penjelasan mengenai tanggung jawab akuntan publik dalam

penerbitan obligasi daerah. Skripsi ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukan

guna menentukan kebijakan untuk meningkatkan kepercayaan investor yang

berinvestasi melalui obligasi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan judul skripsi “Tanggung Jawab Akuntan Publik Sebagai

Profesi Penunjang Pasar Modal Dalam Hal Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau

Dari UU Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal “ maka perlu dirumuskan

permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, agar sistematika penulisan dan

pembahasan dalam skripsi ini lebih teratur serta untuk menghindari

kesimpangsiuran pengertian oleh para pembaca skripsi ini, adapun permasalahan

yang akan dibahas antaralain:

1. Bagaimana keberadaan profesi akuntan publik di Indonesia ?

2. Bagaimana aspek hukum obligasi daerah di Indonesia ?

Universitas Sumatera Utara


9

3. Bagaimana tanggungjawab akuntan publik sebagai profesi penunjang pasar

modal dalam hal penerbitan obligasi daerah ditinjau dari UUPM ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam skripsi ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keberadaan (eksistensi) profesi akuntan publik dalam

hukum di Indonesia.

2. Untuk mengetahui aspek hukum obligasi daerah di Indonesia.

3. Untuk mengetahui tanggungjawab akuntan publik dalam penerbitan

obligasi daerah ditinjau dari Undang – Undang No. 8 tahun 1995.

Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi

ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Pembahasan yang termuat dalam kajian mengenai “Tanggung Jawab

Akuntan Publik Sebagai Profesi Penunjang Pasar Modal Dalam Hal Penerbitan

Obligasi Daerah Ditinjau Dari UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal” ini

dapat memberikan pemahaman lebih jelas mengenai peran dan tanggung jawab

yang diemban oleh profesi akuntan publik, khususnya dalam melakukan

pemeriksaan atas laporan keuangan bagi daerah yang akan menerbitkan

obligasi.

Dibalik pentingnya peran profesi penunjang pasar modal ini, kegiatan

pengkajian dan evaluasi atas kinerja mereka selama ini dirasakan masih sangat

Universitas Sumatera Utara


10

sedikit, sehingga pengembangan dari sisi regulasi, pengawasan dan pembinaan

oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) selaku otoritas pasar modal

juga belum berjalan dengan optimal. Sehingga diharapkan melalui skripsi ini,

sedikit banyak memberikan informasi kepada publik, khususnya dalam hal

peningkatan perannya untuk melindungi kepentingan emiten dalam penerbitan

obligasi.

2. Secara Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca

yang ingin mengetahui keberadaan akuntan publik dalam mengaudit Pemerintah

Daerah yang ditinjau dari Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal. Juga sebagai bahan kajian bagi para akademisi dalam menambah wawasan

pengetahuan kewengan akuntan publik dalam mengaudit Pemerintah Daerah.

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang

diperoleh, maka penulis menuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul

“Tanggung Jawab Akuntan Publik Sebagai Profesi Penunjang Pasar Modal Dalam

Hal Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari UUPM”. Untuk mengetahui

keaslian penulisan, dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang

tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penelusuran

yang dilakukan, ditemukan salah satu penelitian skripsi yang telah dilakukan oleh

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang berjudul Tanggung

Jawab Hukum Akuntan Publik Terhadap Laporan Keuangan Perusahaan (Studi

Pada Kantor Akuntan Publik Prasetio,Utomo & Co) pada tahun 2002. Perbedaan

Universitas Sumatera Utara


11

dengan penelitian ini ialah skripsi tersebut membahas bagaimana tanggung jawab

akuntan publik dalam laporan keuangan khusus perusahaan sedangkan penelitian

skripsi ini membahas bagaimana tanggung jawab akuntan publik dalam hal

penerbitan obligasi daerah yang ditinjau dari UUPM.

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis dari pada judul skripsi

ini adalah :

1. Audit

Audit adalah pemeriksaan dengan resmi atau pernyataan yang menyatakan

sebuah laporan pembukuan telah di periksa secara resmi.12

Auditing merupakan suatu proses sistemik untuk memperoleh dan mengevaluasi

bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan

kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.13

Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan

(examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau

organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Pemeriksaan yang

dilaksanakan oleh auditor independen ditujukan terhadap pernyataan mengenai

kegiatan ekonomi, yang disajikan oleh suatu oraganisasi dalam laporan


12
Piter Salim, Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Modern English Press, 2002), hlm. 103.
13
Mulyadi Kanaka Puradiredja, Auditing, (Jakarta: Salemba Empat, 1998), hlm.7.

Universitas Sumatera Utara


12

keuangannya. Pemeriksaan ini dilakukan oleh auditor independen untuk menilai

kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan keuangan.14

Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan

yang menyertainya, bila ada, yang dimakudkan untuk mengkomunikasikan

sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu

atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama periode tertentu sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif

selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.15

2. Akuntan Publik

Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Kementerian

Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktek

akuntan publik.16

Menurut Ensiklopedia Berbahasa Indonesia Akuntan Publik atau yang dikenal

dengan akuntan ekstern adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang

diberikan kepada akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri

Keuangan untuk memberikan jasa audit dan review atas laporan keuangan, audit

kinerja dan audit khusus serta jasa dalam bidang non-atestasi seperti jasa

konsultasi, jasa kompilasi, dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan

akuntansi dan keuangan.17

Untuk berpraktek sebagai auditor independen, seorang harus memenuhi

persyaratan pendidikan dan pengalam kerja tertentu. Auditor Independen harus

14
Ibid, hlm.9.
15
Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar professional Akuntan Publik Per 1 Januari
2001.,(Jakarta: Salemba Empat, 2002), Aturan Etika (AE), hlm.20.1.
16
Ibid, hlm.20.2.
17
Wikipediaindonesia.com merupakan kamus penelusuran bahasa Indonesia dikunjungi
pada hari kamis selasa 06 Februari 2018

Universitas Sumatera Utara


13

telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang

disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan

Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktek dari Menteri Keuangan.18

Auditor independen atau Akuntan Publik memilik sifat independen walupun

dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikannya namun akuntan publik dalam

pemeriksaannya tidak boleh memihak pada kepentingan klien ataupun pihak

ketiga.

3. Obligasi

Obligasi merupakan sekuritas berpendapatan tetap (Fixed Income

Securities) yang diterbitkan berhubungan dengan perjanjian hutang. 19 Istilah

pendapatan tetap dapat diartikan bahwa pendapatan yang diperoleh pemilik

obligasi baik dalam bentuk kupon maupun pokok telah ditentukan waktu dan

nilainya serta tidak terpengaruh oleh perubahan harga surat utang tersebut.20

Lebih lanjut Gunawan Widjaja menyatkan bahawa obligasi adalah:21

Utang yang harus dipenuhi atau dilunasi oleh emiten yang menerbitkan obligasi

tersebut kepada investor publik yang membeli obligasi yang diterbitkan dan

selanjutnya menjadi pemilik dari obligasi tersebut.

F. Metode Penulisan

Dalam hal ini, apa yang dikemukan dalam tulisan ini merupakan

pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik. Maka

18
Mulyadi Kanaka Puradiredja, Op.Cit,.hlm.27.
19
Travinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika, 2009, hlm.21.
20
Hendy M. Fakhruddin, Op.Cit.,hlm.36.
21
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.7.

Universitas Sumatera Utara


14

haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti.

Adapun penelitian yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan

dengan permasalahan yang diangkat didalamnya. Dengan demikan, penelitian

yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau

data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam

bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. 22 Sifat penelitian deskriptif

adalah bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,

gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan penyebaran suatu atau

untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain

dalam masyarakat.23

2. Data dan Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah

bahan hukum primer, sekunder dan juga tersier.

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain UndangUndang

No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,

22
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, 2007),hlm.33.
23
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada akhir abad ke- 20, (Bandung:
Alumni, 1994), hlm.1.

Universitas Sumatera Utara


15

Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, Undang-Undang No.

8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Peraturan Menteri Keuangan No. 111 Tahun

2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah dan

PP No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku-

buku, pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.

Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum

yang memberikan petunjuk dan penjelasan bermakna terhadap bahan hukum

primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih baik,

terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, maka digunakan metode penelitian

hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library

Research).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian

kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan

dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder

belaka yang lebih dikenal dengan nama dan acuan dalam bidang hukum atau

bahan rujukan bidang hukum.

Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-

bahan tertulis yang dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan

Universitas Sumatera Utara


16

beberapa buku wacana yang dikemukakan oleh para sarjana ekonomi dan hukum

yang sudah mempunyai nama besar di bidangnya, koran serta majalah.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini termasuk ke dalam

tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data hakikatnya merupakan kegiatan

untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data

dilakukan dengan :24

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang

diteliti.

b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.

c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin.

d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin

yang ada.

e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.

G. Sistematika Penulisan

Demi menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasan

dalam skripsi ini akan diuraikan secara sistematis. Penulisan Skripsi ini terbagi ke

dalam lima bab, yaitu sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

Bab I ini berisi pengantar yang didalamnya terurai mengenai latar

belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan

24
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT.
RajaGrafindoPersada, 2004), hlm.45.

Universitas Sumatera Utara


17

dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode

penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.

Bab II ini merupakan uraian mengenai suatu tinjauan umum mengenai

profesi akuntan publik mulai dari pengertian akuntan publik, dasar hukum profesi

akuntan publik, fungsi dan peran akuntan publik. Selanjutnya akan diuraikan

mengenai pengaturan akuntan publik yang meliputi jenis jasa yang diberikan,

aspek perizinan, kantor akuntan publik, hak, kewajiban dan larangan, pembinaan

dan pengawasan.

Terakhir bab ini akan akan mencoba menguraikan tanggung jawab akuntan publik

secara etik, perdata dan pidana.

Bab III ini merupakan uraian mengenai obligasi, tinjauan umum obligasi

daerah, berikut penerbitan dan pengelolaan obligasi daerah serta tanggung jawab

pemerintah daerah terhadap pembayaran obligasi daerah.

Bab IV ini akan membahas tentang obligasi daerah sebagai instrumen

pasar modal, kedudukan dan peran akuntan publik di pasar modal, peran akuntan

publik dalam penerbitan obligasi daerah serta tanggung jawab akuntan publik

dalam penerbitan obligasi daerah.

Bab V ini akan memuat kesimpulan dari pembahasan yang ada pada bab-

bab sebelumnya dan akan diakhiri dengan saran-saran terhadap pembahasan

skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEBERADAAN AKUNTAN

PUBLIK DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Tentang Akuntan Publik

1. Pengertian Akuntan Publik

Secara umum, profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa

utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh

publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam mengambil keputusan. 25

Jasa asurans adalah jasa Akuntan Publik yang bertujuan untuk

memberikan keyakinan bagi pengguna atas hasil evaluasi atau pengukuran

informasi keuangan dan non-keuangan berdasarkan suatu kriteria. 26 Akuntan

Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi:27

a) Jasa audit atas informasi keuangan historis;

b) Jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan

c) Jasa asurans lainnya.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 dan angka 2 Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik “Akuntan adalah seseorang

yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.28 “Akuntan Publik adalah akuntan yang telah

25
Penjelasan atas Undang-Undang No. 5 tentang Akuntan Publik.
26
Penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 5 tentang Akuntan Publik.
27
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 5 tentang Akuntan Publik.
28
Pasal 1 angka (1) Peraturan Menteri Keuangan nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik.

18

Universitas Sumatera Utara


19

memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan ini.”29

Dengan demikan, profesi Akuntan Publik memiliki peranan yang besar

dalam mendukung perekonomian yang sehat dan efisien serta meningkatkan

transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan.

Akuntan menurut pekerjaan yang dilakukannya dapat terbagi atas akuntan

pemerintah, akuntan publik, akuntan intern, di perusahaan swasta yang bukan

kantor akuntan, dan akuntan pengajar. Akuntan pemerintah terdiri dari mereka

yang bertugas di perusahaan-perusahaan negara, bank-bank pemerintah, akuntan

pajak, Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara dan lain-lain. Kelompok

akuntan pengajar juga merupakan salah satu dari keempat golongan akuntan.30

Akuntan swasta menjalankan tugasnya sebagai akuntan yang mengatur

pembukuan dan pembuatan ikhtisar-ikhtisar keuangan, atau membuat sistem

akuntansi perusahaan, atau sebagai akuntan pemeriksa (auditor). Jika pemeriksaan

dilakukan oleh pemeriksa yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, disebut

pemeriksaan intern (internal audit), sedangkan jika pemeriksaan dilakukan oleh

akuntan dari suatu kantor akuntan yang tidak menjadi bagian dari perusahaan

yang diperiksa, disebut pemeriksaan ekstern (eksternal audit) atau pemeriksaan

bebas (independent audit).31

2. Dasar Hukum Profesi Akuntan Publik

29
Pasal 1 angka (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik.
30
Theodorus M. Tuanakotta, Auditing, Petunjuk pemeriksaan akuntan Publik, (Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 197), hal.4.
31
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


20

Untuk melindungi kepentingan masyarakat dan juga Akuntan Publik itu

sendiri dalam pemberian jasa, maka diperlukan adanya undang-undang yang

mengatur profesi Akuntan Publik, Undang-Undang yang ada lebih dahulu yaitu

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan.

Pengaturan mengenai profesi Akuntan Publik sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 34 Tahun 1954 dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan yang ada pada saat ini dan tidak mengatur hal-hal yang mendasar

bagi profesi akuntan publik.

Saat ini pengaturan tentang profesi akuntan publik diatur di dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Keistimewaan

dari Undang-Undang Akuntan Publik ini, yaitu mengatur mengenai “ Jasa

Asuransi” yang merupakan hak ekslusif bagi Akuntan Publik, yaitu jasa Akuntan

Publik yang bertujuan untuk memberikan keyakinan bagi pengguna atas hasil

evaluasi atau pengukuran informasi keuangan dan non keuangan berdasarkan

suatu kriteria. Selain mengatur mengenai profesi Akuntan Publik, Undang-

Undang ini juga mengatur mengenai Kantor Akuntan Publik ( KAP ) yang

merupakan wadah bagi Akuntan Publik dan bentuk usaha KAP yang sesuai

dengan profesi Akuntan publik, yaitu independensi dan tanggung jawab

professional terhadap hasil pekerjaannya. 32

3. Fungsi dan Peran Akuntan Publik

Akuntan Publik bertugas antara lain melakukan pemeriksaan atas laporan

keuangan perusahaan dan memberikan pendapatnya, memeriksa pembukuan,


32
Binus, Artikel Mengenai UU N0. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik,
http://accounting.binus.ac.id/2014/07/15/artikel-mengenai-uu-no-5-tahun-2011-tentang-akuntan-
publik/ (diakses tanggal 18 Februari 2018, pukul 16.30 WIB)

Universitas Sumatera Utara


21

apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia dan ketentuan Bapepam

serta memberi petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan yang baik. 33

Peran profesi akuntan di dalam bidang pasar modal adalah

mengungkapkan informasi keuangan emiten dan memberikan pendapat mengenai

kewajaran atas data yang disajikan dalam laporan keuangan.34 Peranan akuntan

publik dibutuhkan untuk melakukan penilaian dan menentukan kelayakan dari

laporan keuangan seperti neraca, laporan laba/rugi dan laporan perubahan modal

emiten.35

Laporan yang disampaikan kepada OJK wajib disusun berdasarkan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Akuntan harus memperhatikan Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam

melaksanakan kegiatan. Peran lain profesi akuntan dalam pasar modal adalah

membantu mengembangkan standar tersebut. Hal itu dapat berupa pengembangan

SAK yang berkaitan dengan instrumen-instrumen pasar modal, seperti efek

derivatif, Standar Pemeriksaan Industri Efek, dan lain-lain. Adanya

pengembangan standar itu dan juga ketaatan kepada kode etikprofesi diharapkan

bahwa profesi akuntan akan selalu dapat mengikuti perkembangan industri

keuangan yang tumbuh pesat dan semakin kompleks.36

4. Hubungan Hukum Para Pihak

33
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.
124
34
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. (Prenada
Media. Jakarta. 2004).hlm. 90
35
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), hlm. 208.
36
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op.Cit.,hlm. 90.

Universitas Sumatera Utara


22

Profesi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya kepada klien harus

profesional dan sesuai dengan kode etik akuntan. Jasa Akuntan Publik dibutuhkan

oleh emiten yang ingin melakukan penawaran umum di pasar modal sebagai salah

satu syarat yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal. Dalam konteks hubungan hukum dalam menjalankan profesinya, Akuntan

Publik bersikap independen. Berbeda halnya dengan profesi lawyer yang harus

mengutamakan kepentingan klien, Akuntan Publik harus mampu menjaga

independensinya. Hal ini dikarenakan hasil pekerjaan dari Akuntan Publik tidak

hanya digunakan oleh kliennya sendiri tapi juga digunakan oleh investor atau

publik sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan ekonomi.

Peraturan yang mengatur mengenai independensi akuntan publik yang

memberikan jasa di pasar modal diatur dalam Peraturan Nomor VIII.A.2 lampiran

Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : B. Pengaturan Akuntan Publik

Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2011 Kep-86/BL/2011 tentang Independensi

Akuntan Yang Memberikan Jasa di Pasar Modal.

B. Pengaturan Akuntan Publik Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2011

1. Jenis Jasa Yang Diberikan

Profesi Akuntan Publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi

masyarakat, yang dapat digolongkan ke dalam dua (2) kelompok jasa asurans, dan

jasa non-asurans.

a. Jasa Asurans

Universitas Sumatera Utara


23

Jasa asurans adalah jasa akuntan publik yang bertujuan untuk memberi

keyakinan bagi pengguna atas hasil evaluasi atau pengukuran informasi keuangan

dan non- keuangan berdasarkan suatu kriteria.37

Jasa asurans juga dapat diartikan sebagai jasa profesional independen yang

meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Pengambil keputusan

memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk pengambilan

keputusan. Oleh karena itu, mereka mencari jasa assurance untuk meningkatkan

mutu informasi yang akan dijadikan sebagai basis keputusan yang akan mereka

lakukan. Profesional yang menyediakan jasa assurance harus memiliki kompetensi

dan independensi berkaitan dengan informasi yang diperiksanya.

Jasa asurans yang diberikan oleh akuntan publik ini diatur dalam pasal 3

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

b. Jasa Atestasi

Salah satu tipe jasa assurance yang disediakan oleh profesi akuntan publik

adalah jasa atestasi. Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau

pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu

entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara

implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk

laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan manajemen bahwa

laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntanasi berterima umum (generally

37
Penjelasan UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

Universitas Sumatera Utara


24

accepted accounting principles). Jasa atestasi akuntan publik terbagi atas beberapa

jenis, antara lain :38

1) Jasa Audit

Jasa audit mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang

mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang

dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Akuntan publik yang memberikan

jasa audit disebut dengan istilah auditor. Atas dasar audit yang

dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor

menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan tersebut

menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan

dan hasil usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Dalam menghasilkan jasa audit ini, auditor memberikan keyakinan positif

(positive assurance) atas asersi yang dibuat oleh manajemen dalam

laporan keuangan historis. Keyakinan (assurance) menunjukkan tingkat

kepastian yang dicapai dan yang ingin disampaikan oleh auditor bahwa

simpulannya yang dinyatakan dalam laporannya adalah benar. Tingkat

keyakinan yang dapat dicapai oleh auditor ditentukan oleh hasil

pengumpulan bukti. Semakin banyak jumlah bukti kompeten dan relevan

yang dikumpulkan, semakin tinggi tingkat keyakinan yang dicapai oleh

auditor. Jasa ini merupakan jasa profesi akuntan publik yang paling

dikenal dalam masyarakat dan sering kali disebut sebagai jasa tradisional

profesi akuntan publik.

2) Pemeriksaan (Examination)

38
Magisterakutansi.blogspot.com/2013/12/jasa-akuntan-publik.html (diakses tanggal 18
Februari 2018, pukul 19.20).

Universitas Sumatera Utara


25

Istilah pemeriksaan digunakan untuk jasa lain yang dihasilkan oleh

profesi akuntan publik yang berupa pernyataan suatu pendapat atas

kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Contoh jasa pemeriksaan yang dilaksanakan oleh profesi

akuntan publik adalah pemeriksaan terhadap informasi keuangan

prospektif dan pemeriksaan untuk menentukan kesesuaian pengendalian

intern suatu entitas dengan kriteria yang ditetapkan oleh instansi

pemerintah atau badan pengatur.

Dalam menghasilkan jasa pemeriksaan, akuntan publik

memberikan keyakinan positif atas asersi yang dibuat oleh manajemen.

Pemeriksaan yang dilaksanakan oleh profesi akuntan publik selain

terhadap laporan keuangan historis, seperti misalnya terhadap informasi

keuangan prospektif, disebut dengan istilah pemeriksaan, dan akuntan

publik yang menghasilkan jasa pemeriksaan seperti ini disebut dengan

praktisi. Dengan demikian istilah audit dan auditor khusus digunakan jika

jasa profesi akuntan publik berkaitan dengan atestasi atas asersi yang

terkandung dalam laporan keuangan historis.

3) Review

Jasa review terutama berupa permintaan keterangan dan prosedur

analitik terhadap informasi keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk

memberikan keyakinan negatif atas asersi yang terkandung dalam

informasi keuangan tersebut. Keyakinan negatif lebih rendah tingkatnya

dibandingkan dengan keyakinan positif yang diberikan oleh akuntan

publik dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan, karena lingkup prosedur

Universitas Sumatera Utara


26

yang digunakan oleh akuntan publik dalam pengumpulan bukti lebih

sempit dalam jasa review dibandingkan dengan yang digunakan dalam jasa

audit dan jasa pemeriksaan.

Dalam menghasilkan jasa audit dan pemeriksaan, akuntan publik

melaksanakan berbagai prosedur berikut ini: inspeksi, observasi,

konfirmasi, permintaan keterangan, pengusutan (tracing), pemeriksaan

bukti pendukung (vouching), pelaksanaan ulang (reperforming), dan

analisis. Dengan hanya dua prosedur (permintaan ketarangan dan prosedur

analitik) yang dilaksanakan dalam jasa review, akuntan publik

memberikan keyakinan negatif atas asersi yang dibuat oleh manejemen,

sehingga tingkat keyakinan yang diberikan oleh akuntan dalam laporan

hasil review lebih rendah dibandingkan dengan tingkat yang diberikan

dalam jasa audit dan pemeriksaan.

4) Prosedur yang disepakati

Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksanakan oleh

akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati antara klien dengan

akuntan publik. Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan oleh akuntan publik

dalam menghasilkan jasa atestasi dengan prosedur yang disepakati lebih

sempit dibandingkan dengan audit pemeriksaan. Sebagai contoh, klien dan

akuntan publik dapat bersepakat bahwa prosedur tertentu akan diterapkan

terhadap unsur atau akun tertentu dalam suatu laporan keuangan. Bukan

terhadap semua unsur laporan keuangan. Untuk tipe jasa ini, akuntan

publik dapat menerbitkan suatu “ringkasan temuan” atau suatu keyakinan

negatif seperti yang dihasilkan dalam jasa review.

Universitas Sumatera Utara


27

c. Jasa Non-assurance

Jasa non-assurancea dalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang

di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan

temuan, atau bentuk lain keyakinan. Jenis jasa nonassurance yang dihasilkan oleh

akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi. Dalam jasa

kompilasi, akuntan publik melaksanakan berbagai jasa akuntansi kliennya, seperti

pencatatan (baik dengan manualmaupun dengan komputer) transaksi akuntansi

bagi kliennya sampai denagn penyusunan laporan keuangan. Jasa perpajakan

meliputi bantuan yang diberikan oleh akuntan publik kepada kliennya dalam

pengisian surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pajak penghasilan,

perencanaan pajak, dan bertindak mewakili kliennya dalam menghadapi masalah

perpajakan.

2. Aspek Perizinan

Untuk dapat berpraktik, ada beberapa syarat yang harus diakukan oleh

Akuntan Publik. Akuntan yang mengajukan permohonan untuk menjadi akuntan

publik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:39

a. Memiliki Sertifikat Tanda Lulus USAP yang sah yang diterbitkan oleh

IAPI atau perguruan tinggi terakreditasi oleh IAPI untuk

menyelenggarakan pendidikan profesi akuntan publik.

39
Amin Setio, Perizinan Akuntan Publik,
http://aminsetio2002.files.wordpress.com/2013/10/perizinan-akuntan-publik-dan-kap.doc (diakses
tanggal 18 Februari 2018, pukul 21.30 WIB).

Universitas Sumatera Utara


28

b. Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka

wajib menyerahkan bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional

Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam

2 tahun terakhir.

c. Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan

paling sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500

(lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi

perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan

KAP.

d. Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan

Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya.

e. Memiliki (NPWP).

f. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.

g. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan

pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

h. Menjadi anggota IAPI.

i. Tidak berada dalam pengampuan.

j. Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin

Akuntan Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dan membuat surat pernyataan bermeterai

cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar.

Universitas Sumatera Utara


29

Izin akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku selama 5

tahun (dapat diperpanjang).

3. Kantor Akuntan Publik

Kantor akuntan publik (KAP) adalah badan usaha yang telah mendapatkan

izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam

memberikan jasanya. Izin usaha KAP dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. KAP

berbentuk badan usaha perseorangan yang mengajukan permohonan untuk

mendapatkan izin usaha KAP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 40

a. Memiliki izin akuntan publik.

b. Menjadi anggota IAPI.

c. Mempunyai paling sedikit 2 orang auditor tetap dengan tingkat pendidikan

formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah setara Diploma III

dan paling sedikit 1 orang diantaranya berijazah sarjana.

d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

e. Memiliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang

memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan paling kurang

mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu.

f. Domisili Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP.

g. Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah ruang kantor

yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain.

40
Al. Haryono Jusup, Kantor Akuntan Publik,
https://id.wikipedia.org/wiki/Kantor_akuntan_publik (diakses tanggal 18 februari 2018, pukul
01.32 WIB).

Universitas Sumatera Utara


30

h. Membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang mencantumkan alamat

Akuntan Publik, nama dan domisili kantor, serta maksud dan tujuan

pendirian kantor (hanya untuk KAP berbentuk badan usaha perseorangan).

i. Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin

Usaha Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat pernyataan bermeterai

cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah

benar.

Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan, selain persyaratan-

persyaratan di atas, juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki NPWP KAP.

b. Memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris.

c. Memiliki surat izin akuntan publik bagi Pemimpin Rekan dan Rekan yang

akuntan publik.

d. Memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi Pemimpin

Rekan dan Rekan yang akuntan publik.

e. Memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai penunjukan

salah satu Rekan menjadi Pemimpin Rekan.

f. Memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.

KAP berbentuk badan usaha persekutuan dapat membuka Cabang KAP di

seluruh wilayah Indonesia dengan izin dari Menteri Keuangan.

4. Hak, Kewajiban dan Larangan

Universitas Sumatera Utara


31

Seorang Akuntan Publik dan KAP diperbolehkan untuk memperoleh

haknya dengan ketentuan tertentu dan hak keduanya sama. Hak yang didapatkan

sudah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Adapun haknya

adalah sebagai berikut :41

a) Mendapatkan imbalan jasa.

b) Mendapatkan perlindungan hukum setelah memberikan jasa kepada klien

sesuai dengan SPAP.

c) Mendapatkan data, dokumen dan informasi yang berhubungan dengan jasa

yang telah diberikan dan sesuai dengan ketentuan peraturan UU. Akuntan

Publik dan KAP memiliki kewajiban yang berbeda-beda.

Masing-masing kewajiban itu adalah :

1. Akuntan Publik

a) Mempunyai perilaku yang bertanggungjawab, integritas yang tinggi,

baik dan jujur

b) Selalu mengikuti pelatihan profesional untuk menjaga kompetensinya

c) Terdaftar dalam keanggotaan Asosiasi Profesi Akuntan Publik

d) Bertanggungjawab dengan jasa yang sudah diberikan

e) Bertempat tinggal di Indonesia

f) Menjadi rekan dari KAP selama 180 hari, dimulai ketika diangkat

menjadi seorang akuntan

g) Selama 30 hari selalu memberi laporan secara tertulis kepada Menteri.

2. KAP
41
William K. Carter, Berita Tentang Akuntansi Hak Kewajiban dan Larangan,
http://www.bimbie.com/berita-tentang-akuntansi.htm (diakses tanggal 18 Februari 2018 pukul
21.09).

Universitas Sumatera Utara


32

a) Memberi laporan keuangan dan kegiatan usaha untuk tahun sebelumnya

b) Memberi laporan realisasi laporan tahunan dan program pengembangan

profesi akuntan

c) Wajib memberi laporan kepada Menteri secara tertulis

d) Perubahan susunan rekan

e) Perubahan pimpinan KAP dan pimpinan cabang

f) Perubahan tempat tinggal pimpinan KAP dan pimpinan cabang

g) Perubahan alamat KAP

h) Berakhirnya kerjasama denngan OAA dan KAPA

i) Mencabut izin KAPA sesuai dengan otoritas Negara asal KAPA yang

bekerjasama dengan KAP.

Selanjutnya, Akuntan Publik dan KAP sesuai dengan ketentuan hukum dan

UU mempunyai beberapa larangan yang harus dipatuhi. Adapun larangan tersebut

adalah :

1. Akuntan Publik

a) Tidak boleh memiliki partner lebih dari satu KAP

b) Tidak boleh merangkap menjadi pegawai atau pejabat Negara, kecuali

sudah tercatat sebagai pimpinan dan pegawai dari lembaga yang sudah

ditunjuk Negara untuk kepentingan profesi bidang akuntansi

c) Memberikan jasa klien masih dalam pembekuan izin

d) Memberikan jasa lewat KAP yang terkena pembekuan izin

e) Memberikan atau menerima komisi

f) Membantu, melakukan dan memalsukan data

Universitas Sumatera Utara


33

g) Melakukan tindakan yang membuat dokumen yang berkaitan dengan

jasa yang diberikan tidak dapat dipakai dengan semestinya.

2. KAP

a) Menjalin kerjasama dengan OAA dan KAPA yang sudah menjalin

kerjasama dengan KAP yang lain

b) Mencantumkan nama OAA dan KAPA yang sudah dibatalkan atau

dibekukan oleh Menteri

c) Memiliki rekan kerjasama non akuntansi yang tidak terdaftar di

Kementerian

d) Membuat iklan yang tidak sesuai atau menyesatkan.

5. Pembinaan dan Pengawasan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan

Publik, beberapa hal pokok terkait dengan pembinaan dan pengawasan terhadap

akuntan publik, antara lain:

a. Menteri melakukan pembinan dan pengawasan terhadap Akuntan Publik

dan KAP

b. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh sekretaris

jendral, dimana dapat meminta pendapat atau masukan dari IAPI

dan/atau pihak yang terkait

c. Akuntan Publik wajib menjadi anggota IAPI dan wajib mengikuti

pendidikan profesional berkelanjutan (PPL) yang diselenggarakan

Universitas Sumatera Utara


34

dan/atau yang diakui oleh IAPI dan pusat pembinaan dan jasa penilaian

(PPAJP) dari sekretaris jendral, Departemen Keuangan.42

C. Tanggung Jawab Akuntan Publik

1. Tanggung Jawab Etik

Akuntan Publik dalam melaksanakan tugas dan perannya yang diatur di

dalam Undang-Undang Akuntan Publik, tidak bisa lepas dari prinsip-prinsip dasar

atau etika yang melekat pada profesi tersebut. Etika sebagai salah satu unsur

utama dari profesi menjadi landasan utama bagi akuntan dalam menjalankan

kegitan profesional. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk bertindak sesuai

dengan kepentingan publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi

akuntan di Indonesia telah memiliki Kode Etik IAI yang merupakan amanah dari

AD/ART Ikatan Akuntan Indonesia dan peraturan yang berlaku, yaitu Keputusan

Menteri Keuangan No. 263/KMK.01/2014 tentang penetapan Ikatan Akuntan

Indonesia sebagai Organisasi Profesi Akuntan.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Akuntan publik harus

mematuhi prinsip dasar etika, antara lain :43

a. Integritas, yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional

dan bisnis.

b. Objektivitas, yaitu tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau

pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain yang dapat mengesampingkan

pertimbangan profesional atau bisnis.

42
Leny sulistiyowati, Panduan Praktis Memahami Laporan Keuangan, (PT Elex Media
Komputindo, Jakarta), 2010.hlm. 14.
43
Fakhrifikar, Tugas dan Fungsi Akuntan Publik, http://iaglobal.or.id (diakses pada
tanggal 28 Februari, pukul 14.00 WIB).

Universitas Sumatera Utara


35

c. Kompetensi dan kehati-hatian profesional, yaitu menjaga pengetahuan dan

keahlian profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa

klien atau pemberi kerja akan menerima jasa profesional yang kompeten

berdasarkan perkembangan praktik, peraturan dan teknik mutakhir, serta

bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan teknik dan standar profesional

yang berlaku.

d. Kerahasiaan, yaitu menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh dari

hasil hubungan profesional dan bisnis dengan tidak mengungkapkan infomasi

tersebut kepada pihak ketiga tanpa ada kewenangan yang jelas dan memadai,

kecuali terdapat suatu hak atau kewajiban hukum atau profesional untuk

mengungkapkannya, serta tidak menggunakan informasi tersebut untuk

keuntungan pribadi Akuntan Profesional atau pihak ketiga.

e. Perilaku Profesional, yaitu mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan

menghindari perilaku apapun yang mengurangi kepercayaan kepada Profesi

Akuntan Profesional.

Akuntan publik secara moral dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus

berjalan di atas koridor prinsip dasar etika akuntan publik serta selalu menjaga

sikap mental yang independen. Hal ini diperlukan mengingat profesi akuntan

sebagai profesi yang dipercaya oleh masyarakat sehingga harus selalu menjaga

kepercayaan yang diberikan dan menghindari tindakan-tindakan yang dapat

merugikan masyarakat. Disisi lain, profesi akuntan yang bergerak di pasar modal

harus selalu berhati-hati dalam bersikap dan bertindak, sehingga akuntan tidak

terjebak pada hal-hal yang dapat merugikan akuntan yang bersangkutan dan

profesi akuntan secara keseluruhan.

Universitas Sumatera Utara


36

2. Tanggung Jawab Perdata

Setiap pelanggaran yang menyebabkan kerugian bagi orang lain dapat

menyebabkan gugatan perdata oleh pihak yang dirugikan terhadap orang yang

telah merugikannya. Hal ini tentu juga berlaku dalam hukum di bidang pasar

modal. UUPM mengintrodusir dua metode pertanggungjawaban perdata di bidang

pasar modal, yaitu pertanggungjawaban khusus dan pertanggungjawaban umum.44

a. Pertanggungjawaban Khusus

Dalam pertanggungjawaban khusus undang-undang membebankan liabilitas

yuridis yang khusus terhadap pihak tertentu jika yang bersangkutan melakukan

tindakan yang khusus pula. Dalam UUPM sistem pertanggungjawaban khusus ini

berlaku terhadap pelanggaran atas informasi yang menyesatkan, khususnya yang

berhungan dengan (a) pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum

dan/atau (b) yang berhubungan dengan penawaran atau penjualan efek. Hal ini

bisa dilihat pada pasal 80 dan pasal 81 UUPM.

1) Pertanggungjawaban Dalam Rangka Penawaran Umum

Beberapa persyaratan agar pertanggungjawaban seperti ini dapat diterapkan

adalah sebagai berikut :

a) Terdapat misleading information;

b) Informasi tersebut dimuat dalam pernyataan pendaftaran dalam rangka

penawaran umum;

c) Pihak yang bertanggung jawab hanya bertangung jawab secara yuridis

sebatas pada keterangan yang diberikannya;

44
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), Buku Kesatuan, (PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001), hlm. 135-138.

Universitas Sumatera Utara


37

d) Tidak ada pertanggungjawaban jika pelakunya dapat membuktikan

(pembuktian terbalik) bahwa dia telah bertindak secara profesional,

dan telah mengambil langkah-langkah yang cukup untuk memastikan

bahwa tidak ada informasi yang menyesatkan;

e) Masa daluarsa dari gugatan tersebut adalah 5 (lima) tahun sejak

pernyataan pendaftaran;

f) Tanggung jawab tersebut, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama

dari para pihak yang melakukannya;

g) Adanya suatu kerugian sebagai akibat dari informasi yang

menyesatkan tersebut;

h) Para pihak yang dapat dimintakan tanggung jawabnya adalah sebagai

berikut:

(1) setiap pihak yang ikut menandatangani pernyataan pendaftaran;

(2) direktur dan komisaris emiten pada waktu pernyataan pendaftaran

menjadi efektif;

(3) penjamin pelaksana emisi efek;

(4) konsultan hukum;

(5) penilai;

(6) akuntan publik;

(7) notaris;

(8) Pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas

persetujuannya memuat dalam pernyataan pendaftara.

2) Pertanggungjawaban Dalam Rangka Penawaran Atau Penjualan Efek

Universitas Sumatera Utara


38

Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat dimintakan

pertanggujawaban secara pedata, khususnya yang berhubungan dengan penawaran

atau penjualan efek di pasar modal adalah sebagai berikut:

a) Adanya penawaran efek atau penjualan efek

b) Dengan menggunakan prospektus atau cara lain, baik tertulis

ataupun lisan

c) Adanya informasi yang menyesatkan

d) Pelakunya mengetahui atau sepatutnya mengetahui tentang

informasi yang menyesatkan tersebut

e) Sewaktu membeli efek, pembeli efek belum mengetahui bahwa

informasi yang bersangkutan adalah menyesatkan

f) Adanya kerugian yang timbul dari transaksi efek dimaksud.

b. Pertanggungjawaban umum

Menurut pertanggungjawaban umum undang-undang tidak menyebutkan

atau memperinci perbuatan-perbuatan khusus yang dilanggar oleh orang-orang

tertentu, melainkan hanya menunjuk kepada setiap pelanggaran terhadap

undangundang atau peraturan pelaksanaanya.Jika timbul kerugian, maka si

pelanggar dapat dimintakan tanggung jawab perdatanya secara hukum. Hal ini

dapat dilihat pada pasal 111 UUPM yang disebut pasal catch all.

Pasal 111 UUPM menyebutkan :

“Setiap pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas

undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi,

baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain yang memiliki

Universitas Sumatera Utara


39

tuntutan serupa, terhadap pihak atau pihak-pihak yang bertanggung jawab atas

pelanggaran tersebut.”

Dari pasal tersebut dapat diketemukan syarat-syarat yang diperlukan agar suatu

ganti rugi perdata dapat dituntut dari pihak pelanggar, yaitu sebagai berikut:

1) adanya pelanggaran atas UUPM ataupun peraturan pelaksanaannya

( termasuk pelanggaran oleh pihak otoritas, seperti Bapepam atau

pegawainya);

2) adanya kerugian;

3) kerugian tersebut timbul sebagai akibat dari pelanggaran atas

perundang-undangan tersebut;

4) jika ada beberapa pihak yang dirugikan , tuntutan ganti rugi dapat

dilakukan sendiri-sendiri, ataupun secara bersama-sama (class action).

Terbukanya kesempatan menuntut ganti rugi secara perdata oleh UUPM,

terutama dengan adanya pasal catch all (pasal 111), menjadi semakin besar.

Namun demikian, jika pasal 111 ini tidak dapat diterapkan, masih ada cara lain

untuk dapat menjaring si pelanggar hukum pasar modal agar bertanggung jawab

secara perdata, yaitu melalui perbuatan melawan hukum vide pasal 1365 jo pasal

1366 KUHPerdata.

Pasal 1365 jo pasal 1366 KUHPerdata secara tegas menyatakan bahwa

“tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian pada orang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut” dan “setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian

yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebakan

kelalaian atau kekuranghati-hatiannya”. Jadi, apabila terjadi kesalahan atau

Universitas Sumatera Utara


40

kelalaian akuntan publik atas laporan keuangan yang dibuatnya, akan membawa

akibat bagi dirinya bertanggung jawab bukan hanya kepada emiten atau

perusahaan publik yang menggunakan jasa akuntan publik itu, tetapi juga kepada

pihak ketiga seperti pemegang saham dan kreditor. Hal ini dilakukan demi

kepentingan perlindungan publik.

Namun dalam kenyataannya, sama halnya dengan pertanggungjawaban

pidana, sangat sedikit sekali kasus-kasus yang menyangkut pertanggungjawaban

perdata dari akuntan publik.

3. Tanggung Jawab Pidana

Meskipun di dalam UUPM tidak dijumpai pasal-pasal yang secara khusus

mengatur ketentuan pidana yang berkaitan dengan tanggung jawab akuntan publik,

namun secara umum pengaturan tentang tanggung jawab akuntan publik secara

pidana dapat dilihat dari beberapa pasal berikut :

Pasal 90 Undang-Undang Pasar Modal menyebutkan :

“Dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara langsung atau

tidak langsung:

a. menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara

apapun;

b. turut serta menipu atau mengelabui pihak lain; dan

c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak

mengungkapan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak

menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat

dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri

Universitas Sumatera Utara


41

sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk

membeli atau menjual efek.”

Dalam penjelasan pasal 90 UUPM itu disebutkan bahwa yang dimaskud dengan

“kegiatan perdagangan efek” dalam pasal ini adalah kegiatan yang meliputi

kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan efek yang terjadi dalam

rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek, maupun kegiatan penawaran,

pembelian dan atau penjualan efek di luar bursa efek atas efek emiten atau

perusahaan publik.

Berdasarkan penjelasan pasal 90 UUPM di atas, tampak bahwa ada peran

akuntan publik, khususnya pada dokumen yang menyatakan laporan keuangan

sebagai salah satu syarat untuk melakukan penawaran umum.

Pasal 93 UUPM menyebutkan :

“Setiap pihak dilarang, dengan cara apapun, membuat pernyataan atau

memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan

sehigga mempengaruhi harga efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan

dibuat atau keterangan diberikan:

a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui

pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau

menyesatkan; atau

b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan

kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.

Disini juga terlihat adanya peran akuntan publik yang memberikan pernyataan

atas laporan keuangan yang diauditnya yang merupakan juga suatu fakta material.

Universitas Sumatera Utara


42

Meskipun pada prinsipnya pertanggungjawaban pidana dapat dibebankan

pada seorang akuntan publik, namun kesulitan menggiring seorang akuntan publik

untuk bertanggung jawab secara pidana merupakan masalah umum yang dihadapi

para penegak hukum di bidang pasar modal. Hal ini terlihat dari sedikitnya

kasuskasus yang menuntut pertanggungjawaban pidana akuntan publik yang

diputuskan oleh pengadilan baik di Amerika Serikat maupun di negara-negara

lain.45

Namun masih terdapat hal-hal yang bisa menjadi tanggung jawab di

akuntan publik ini, yaitu tanggung jawab secara moral, tanggung jawab secara

profesional, dan tanggung jawab secara hukum.

Hal inilah yang dimiliki dalam profesi akuntan publik untuk memiliki tanggung

jawab yang sangat besar dalam mengemban kepercayaan yang diberikan oleh

masyarakat kepadanya. Pada bab berikutnya akan dijelaskan Aspek Hukum

Obligasi Daerah di Indonesia.

45
Lihat Tim Perumus, “Conflict Of Interest Dalam Praktek Perusahaan Dan Profesional”
dan Newsletter No. 49 Juni 2002 PPH, Jakarta, 2002. hlm. 25.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

ASPEK HUKUM OBLIGASI DAERAH DI INDONESIA

A. Obligasi

1. Pengertian dan Unsur-Unsur Obligasi

Kata obligasi berasal dari bahasa Belanda “obligatie” yang secara harfiah

berarti hutang atau kewajiban. Dalam kamus hukum Sudarsono, obligasi

mempunyai dua pengertian, yaitu :46

a. Surat pinjaman dengan bunga tertentu dari pemerintah yang dapat

diperdagangkan atau diperjualbelikan; atau

b. Surat utang berjangka (waktu) lebih dari satu tahun dan memiliki suku bunga

tertentu, dimana surat tersebut dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik

dana dari masyarakat guna menutup pembiayaan perusahaan.

Dalam UUPM tidak terdapat definisi obligasi secara eksplisit, tetapi juga

terdapat kata “obligasi” pada Pasal 1 butir 5, Penjelasan Pasal 21 ayat (3), Pasal

24 ayat (1), dan Penjelasan Pasal 25 ayat (1), di mana intinya bahwa obligasi

termasuk salah satu jenis efek. Ketentuan yang lebih jelas terdapat pada

Penjelasan Pasal 51 ayat (4), di mana dikatakan bahwa obligasi sebagai contoh

efek yang bersifat utang jangka panjang.

Obligasi merupakan alternatif pendanaan melalui hutang yang menarik

bagi perusahaan atau pemerintah karena pada umumnya obligasi memiliki jatuh

tempo yang panjang dan relative murah karena merupakan hutang yang secara

46
Sudarsono, Kamus Hukum, Cet.3, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

43

Universitas Sumatera Utara


44

langsung kepada masyarakat (supplier modal). Obligasi yang baru diterbitkan

biasanya dijual sama atau mendekati nilai nominalnya. Hal ini disebabkan karena

bunga obligasi yang diberikan hampir sama dengan suku bunga yang berlaku di

pasar yang maksudnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan investor pada suatu

obligasi. Tinggi rendahnya tinggkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor

pada obligasi ini bergantung pada resiko kegagalan obligasi yang diperkirakan

oleh investor. Jika bunga obligasi lebih tinggi dari tingkat bunga yang berlaku di

pasar, harga (nilai) obligasi lebih tinggi dari nilai nominalnya. Sebaliknya jika

bunga obligasi lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku di pasar saham, harga

(nilai) obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya. Obligasi yang dijual dibawah

nilai nominalnya disebut obligasi diskon (discount bond) dan obligasi yang dijual

diatas nilai nominalnya disebut obligasi premi (premium bond).47

Menurut Moechdie dan Ramelan, obligasi adalah salah satu jenis utang.

Secara umum obligasi adalah surat tanda utang jangka panjang. Menurut konvensi

yang berlaku di Indonesia, surat utang dengan tenor di atas 5 (lima) tahun disebut

obligasi, meskipun beberapa surat utang bertenor 3 (tiga) tahun yang diterbitkan

perusahaan pembiayaan dipasarkan dan dicatat sebagai obligasi. Kebanyakan

obligasi yang di Indonesia bertenor 5 (lima) tahun dan paling panjang adalah 30

(tiga puluh) tahun.48

2. Jenis- Jenis Obligasi

47
Dermawan Sjahrial, Manajemen Keuangan Edisi 3, Jakarta: Mitra Wacana Media,
2009, hlm.238.
48
Abu Hurairah Moechdie dan Haryajid Ramelan, op.cit,.hlm. 299.

Universitas Sumatera Utara


45

Pada pasar modal terdapat beberapa macam obligasi yang berlaku. Semua

jenis obligasi tersebut pada dasarnya mempunyai sifat yang sama, yaitu sebagai

surat hutang. Hanya saja dalam perkembangannya, obligasi tidak hanya semata-

mata bersifat sebagai surat hutang murni, tetapi di modifikasi sehingga pemegang

obligasi tidak saja memiliki hak atas pelunasan pokok obligasi, tetapi juga

memiliki hak-hak lain yang diberikan melalui perjanjian penerbitnya.

Secara garis besar pada dasarnya ada dua kelompok obligasi. Pertama

ialah apa yang disebut sebagai “plain vanilla bonds” yaitu obligasi yang bersifat

hutang. Sedangkan yang lain ialah apa yang disebut sebagai “equity like bonds”

atau obligasi yang menyerupai ekuitas atau penyertaan modal. Tujuan dari

pembentukan derivatif-derivatif obligasi ini tidak lain adalah agar para pemodal

lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya pada obligasi yang berbagi jenis

tersebut.49

Obligasi dapat dibedakan dalam beberapa jenis, tergantung pada unsur mana

dilihatnya. Berikut beberapa jenis obligasi, antara lain :

A. Obligasi Berdasarkan Definisi

Berdasarkan definisinya obligasi dibagi menjadi 6 (enam) jenis yaitu : 50

1) Debentures, yaitu surat utang jangka panjang yang tidak dijamin (unsecured)

dengan aset tertentu.

49
A. Setiadi, Obigasi Dalam Perspektif Hukum Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1996, hlm. 24.
50
Adrian Sutedi. Aspek Hukum Obligasi & Sukuk, (Jakarta: Sinar Grafika : 2008), hlm.
6-7.

Universitas Sumatera Utara


46

2) Subordinated Debentures, yaitu surat utang yang pengakuan klaimnya berada

setelah secure-debt dan utang jangka panjang lainnya.

3) Mortgage Bonds, yaitu surat utang dengan jaminan properti. Biasanya niai

properti yang dijaminkan tersebut lebih besar dari mortgage bonds yang

dikeluarkan.

4) Zero and Very Low Coupon Bonds, yaitu surat utang yang dikeluarkan

dengan sedikit atau tanpa pembayaran kupon tahunan. Jadi, obligasi ini tidak

memberikan pembayaran bunga.Pemegang obligasi menerima secara penuh

pokok utang pada saat jatuh tempo.

5) Junk Bonds, yaitu surat utang yang memiliki rating merah dan biasanya

dikeluarkan oleh perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Obligasi ini

memiiki peringkat dibawah peringkat investasi yang dikeluarkan lembaga

pemeringkat efek.

6) Euro Bonds, yaitu surat utang yang dikeluarkan di Negara dimana mata

uangnya adalah yang tertera pada surat utang, dalam hal ini euro.

B. Obligasi Berdasarkan Bunga

Obligasi berdasarkan bunganya dibagi menjadi 4 (empat), yaitu:51

1). Obligasi dengan Bunga Tetap

Obligasi ini memberikan bunga tetap yang dibayar setiap periode tertentu.

Karena bunga tetap, maka pergerakan harga obligasi di pasar sekunder

umumnya berlawanan dengan pergerakan tingkat suku bunga yan berlaku

51
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. (Jakarta:
Prenada Media: 2004), hlm. 185.

Universitas Sumatera Utara


47

umum. Obligasi pada jenis ini, dimana bunga pada obligasi ditetapkan

pada awal penjualan obligasi dan tidak berubah sampai jatuh tempo.

2). Obligasi dengan Bunga Tidak Tetap

Dalam menentukan suku bunga pada obligasi ini, maka disesuaikan

dengan tingkat suku bunga yang berlaku pada bank pemerintah atau

dengan LIBOR (London Inter Bank Offer Rate) dan SIBOR (Singapore

Inter Bank Offer Rate).

3). Obligasi Tanpa Bunga

Obligasi ini tidak memiliki bunga, keuntungan yang diperoleh berdasarkan

selisih antara nilai pada waktu jatuh tempo dengan nilai harga pembelian.

4). Obligasi dengan Bunga Mengambang

Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada waktu pertama kali kupon

pertama, sedangkan pada waktu jatuh tempo kupon pertama maka

ditentukan tingkat bunga untuk kupon berikutnya. Biasanya obligasi ini

memberikan bunga kupon secara mengambang ditentukan relatif terhadap

patokan suku bunga.

C. Obligasi Berdasarkan Jaminan

Dilihat dari segi jaminan yang diberikan terdapat 2 jenis obligasi yaitu,

Obligasi dengan jaminan (Secured bond) dan Obligasi tanpa jaminan (Unsecured

bond).

1) Obligasi dengan jaminan (secured bond)

Obligasi dengan jaminan merupakan obligasi yang penerbitannya dijamin dengan

kekayaan perusahaan atau dijamin oleh pihak lain. Karena banyaknya ragam

Universitas Sumatera Utara


48

kekayaan atau faktor yang dapat menjadi jaminan, maka obligasi jaminan dapat

dibedakan sebagai berikut:

a. Guaranteed Bond (obligasi dengan garansi), yaitu bila perusahaan tidak

mencukupi dalam memberikan jaminan, maka perusahaan tersebut

berafilisasi dengan perusahaan lain yang mampu memberikan jaminan

terhadap pelunasan utang pokok dan bunga obligasi.

b. Mortage Bond (obligasi yang dijamin dengan real assets). Dalam hal ini,

nilai jaminan yang diberikan adalah real assets, tentu melebihi nilai

obligasi yang diterbitkan emiten. Apabila emiten atau penerbit dari

obligasi ini tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka pemilik obligasi

dapat menuntut agar harta yang dijaminkan itu dijual dan hasil

penjualannya cukup untuk membayar pokok, bunga, biaya pelelangan dan

biaya-biaya lainnya.

c. Collateral Trust Bond (obligasi yang dijamin dengan saham). Obligasi ini

dijamin dengan efek yang dimiliki emiten dalam bentuk portofolio.

Kemungkinan pula emiten menjaminkan saham anak perusahaannya

sendiri.

d. Equipmen Trust Bond (obligasi yang dijamin dengan peralatan). Obligasi

ini dijamin dengan equipment yan dimiliki oleh emiten dan dipergunakan

untuk usaha sehari-hari dari emiten yang bersangkutan.

2) Obligasi tanpa jaminan (unsecured bond)

Merupakan obligasi yang tidak ada guarantor serta ridak ada jaminan lainnya.

Obligasi tanpa jaminan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


49

a. Debenture Bond, adalah obligasi yang tidak secara khusus menggunakan asetnya.

Obligasi seperti ini biasanya obligasi milik pemerintah.

b. Subordinate Bond, obligasi dalam bentuk ini biasanya memiliki tingkat klaim

yang lebih rendah dari semua obligasi emiten yang beredar. Dengan demikian,

obligasi ini merupakan obligasi yang tingkat keamanannya paling rendah, karena

itu biasanya bunga lebih tinggi, dan sering dikaitkan dengan hak penukaran

(convertible).52

D. Obligasi Berdasarkan Konvertibilitas

Obligasi konversi adalah obligasi yang dapat diubah (dikonversi) menjadi

saham biasa dan pemilik obligasi konversi memiliki obligasi dan opsi call atas

saham perusahaan.53

E. Obligasi Berdasarkan Penerbit

Obligasi ini dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:

1) Company Bond, yaitu obligasi yang diterbitkan perusahaan.

2) Government Bond, yaitu obligasi yang diterbitkan pemerintah. Contoh

obligasi yang diterbitkan pemerintah Indonesia yaitu obligasi rekap, obligasi

ritel Indonesia, Surat Utang Negara, dan Surat Berharga Syariah Negara.

3) Municipal Bond, yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.

Contoh obligasi pemerintah provinsi DKI Jakarta.

52
Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011, hlm.
127-129.
53
Farid Harianto dan Sudomo. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi. (Bursa Efek
Jakarta), hlm. 586.

Universitas Sumatera Utara


50

F. Obligasi Berdasarkan Pemegang

Obligasi ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :54

1). Obligasi atas nama, yaitu obligasi yang pokok pinjaman dan bunganya

tercantum nama pemilik obligasi.

2). Obligasi atas unjuk, yaitu obligasi yang nama pemilik tidak tercantum pada

obligasi. Ciri-ciri obligasi ini adalah :

a. Nama pemilik tidak tercantum dalam warkat obligasi.

b. Setiap warkat obligasi dengan kupon bunga yang dilepaskan setiap

pembayaran buga dilakukan.

c. Sangat mudah untuk dialihkan.

d. Warkat obligasi dibuat dengan bahan yang sama dengan uang.

e. Bunga dan utang pokok hanya dibayarkan kepada orang yang dapat

menunjukan kupon bunga dan warkat obligasi.

f. Kupon bunga dan warkat obligasi yang hilang tidak dapat dimintakan

penggantian.

G. Obligasi Berdasarkan Nilai Pelunasan

Dalam pelunasan obligasi ini terkait dengan indeks harga tertentu, seperti,

klausula emas, klausula perak, valuta asing, indeks harga konsumen. 55

H. Obligasi Berdasarkan Waktu Jatuh Tempo

Obligasi ini dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:56

54
Adrian Sutedi. Aspek Hukum Obligasi & Sukuk. (Jakarta, Sinar Grafika: 2008). hlm.
23-24.
55
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. (Jakarta,
Prenada Media: 2004). Hlm. 185.

Universitas Sumatera Utara


51

1) Obligasi jangka pendek (sampai dengan 1 tahun)

2) Obligasi jangka menengah (sampai dengan 5 tahun)

3) Obligasi jangka panjang (lebih dari 5 tahun)

3. Pihak-Pihak Dalam Obligasi

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur

tentang pihak-pihak yang terlibat dalam obligasi. Pihak-pihak yang terlibat dalam

obligasi diantaranya :57

a. Penjamin emisi efek (underwriting) ;

b. Emiten ;

c. Profesi Penunjang Pasar Modal (Akuntan Publik, Konsultan Hukum,

Notaris, Penilai);

d. Lembaga Penunjang Pasar Modal (Pemeringkat Efek dan Wali Amanat).

Pihak-pihak yang terlibat tersebut memiliki tugas dan kewajiban masing-masing

dalam proses penerbitan obligasi. Maka dari itu akan dijelaskan mengenai pihak-

pihak yang terkait dalam obligasi di pasar modal.

1) Penjamin Emisi Efek

Penjamin Emisi Efek (Underwriter) merupakan pihak yang juga memegang

peranan sangat penting dalam penerbitan obligasi, penjamin emisi efek adalah

pada dasarnya penjamin emisi merupakan mediator antara emiten dengan

pemodal. Apabila obligasi tidak terjual maka peenjamin emisi bertanggung

jawab untuk membeli semua sisa obligasi, sesuai dengan Perjanjian Penjamin

56
Ibid, hlm. 187.
57
Munir Fuady, Pasar Modal Modern, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 38.

Universitas Sumatera Utara


52

Emisi yang sudah disepakati. Selain itu, penjamin emisi efek juga bertugas

melakukan penelitian yang mendalam dan menyeluruh atas kemampuan dan

prospek emiten.58 Tugas pokok penjamin emisi (underwriter) adalah:

a. Mewakili para penjamin emisi efek dalam hubungannya dengan emiten

dari pihak ketiga.

b. Menetapkan bagian kewajiban masing-masing bagian emisi efek sesuai

dengan ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian antara peenjamin

emisi.

c. Mengumpulkan semua hasil penjualan efek yang dilakukan oleh para

penjamin peserta emisi dan para agen penjual pada tanggal setelah

penutupan penawaran umum.

d. Menyerahkan hasil penjualan efek kepada emiten serta membayar efek

yang ridak habis terjual tepat pada tanggal disepakati.

Dalam kegiatan underwriting dikenal beberapa jenis dan cara penjaminan

emisi, sebagai berikut:59

A) Kesanggupan penuh (Full commitement underwriting)

Full commitment underwriting, yaitu suatu perjanjian penjamin emisi

Efek dimana penjamin emisi mengikat diri untuk menawarkan Efek

kepada masyarakat dan pembeli sisa Efek yang tidak laku terjual. Dari

pengertian tersebut berlaku bahwa underwriter berusaha menjual di pasar,

kemudian membeli Efek yang ternyata tidak laku terjual dengan harga

yang sama dengan harga penawaran pada pasar perdana.


58
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 49.
59
Iskandar Z. Alwi, Pasar Modal Teori dan Aplikasi, Jakarta: Yayasan Pancur Siwah,
2003, hlm. 26.

Universitas Sumatera Utara


53

B) Kesanggupan terbaik (Best effort commitment)

Dalam komitmen ini, penjamin emisi efek akan berusaha semaksimal

mungkin menjual efek-efek emiten. Apabila efek yang belum habis terjual

penjamin emisi efek tidak wajib membelinya, dan oleh karena itu mereka

hanya membayar semua efek yang berhasil terjual dan mengembalikan

sisanya kepada emiten.

C) Kesanggupan siaga (Standby Commitmen)

Dalam hal ini, penjamin emisi efek berusaha menawarkan efek

semaksimalnya kepada investor.Kemudian apabila ada sisa yang belum

terjual sampai batas waktu penawaran yang telah ditetapkan, maka

penjamin emisi efek menyanggupi membeli sisa efek tersebut dengan

harga tertentu sesuai dengan perjanjian yang besarnya dibawah harga

penawaran pada pasar perdana.

D) Kesanggupan semua atau tidak sama sekali (All or none commitment)

Komitmen ini menyatakan bahwa apabila efek yang ditawarkan

ternyata sebagian tidak terjual, maka penjualan efek tersebut dibatalkan

sama sekali. Dengan pengertian bahwa bagian efek yang telah laku

dipesan oleh investor akan dibatalkan penjualannya dan semua sisa efek

dikembalikan kepada emiten. Dalam hal ini dikenal istilah komitmen

minimum atau maksimum. Apabila penjualan efek telah mencapai batas

penjualan minimum yang telah ditentukan, maka penjamin emisi efek

dapat meneruskan penawaran sampa batas minimum penjualan. Akan

Universitas Sumatera Utara


54

tetapi, apabila batas waktu efek yang terjual belum memenuhi ketentuan

jumlah minimum, maka penjualan efek dibatalkan.

Dalam praktiknya, Underwriter akan membentuk suatu sindikasi

penjaminan yang terdiri dari beberapa Underwriter dengan porsi

penjaminan yang berbeda-beda. Pihak yang melakukan penjaminan

terbesar umumnya merupakan para Penjamin pelaksana atas emisi tersebut.

Dalam hukum perikatan terdapat berbagai bentuk perjanjian

penjaminan, salah satunya ialah perjanjian penanggungan (borgtocht).

Borgtocht merupakan suatu persetujuan dimana pihak ketiga demi

kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur,

bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya.

Tujuan dan isi dari penanggungan perorangan (borgtocht) ialah

memberikan jaminan untuk dipenuhinya perutangan dalam perjanjian

pokok, mengabdi pada perjanjian pokok. Apabila dilihat dari penjelasan

diatas jaminan penanggungan (borghtocht), hampir sama seperti penjamin

emisi efek dimana akan memberikan jaminan demi kepentingan kreditur.

Namun terdapat perbedaan antara penjamin emisi efek dan jaminan

penanggungan (borghtocht) yaitu dalam kaitannya menngenai sifat

jaminan. Pada penjamin emisi efek apabila obligasi tidak terjual maka

penjamin emisi bertanggung jawab untuk membeli semua sisa obligasi,

sesuai dengan Perjanjian Penjamin Emisi yang sudah disepakati,

sedangkan dalam jaminan penanggungan (borghtocht) yang bersifat

perorangan, dimana pihak yang menjamin memenuhi perutangan yaitu

apabila terjadi wanprestasi antara debitur dan kreditur.

Universitas Sumatera Utara


55

2) Emiten

Berdasarkan pasal 1 angka 6 Undang-Undang Pasar Modal yang dimaksud

dengan emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum. Pihak adalah

orang perseorangan, perusahaan usaha bersama, asosiasi atau kelompok yang

terorganisasi.60 Pihak yang dapat bertindak sebagai Emiten adalah perusahaan,

Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Negara, pemerintah daerah,

negara, badan-badan internasional, atau badan otonomi khusus. 61 Untuk

mencari dana dari masyarakat pemodal (investor), maka emiten menerbitkan

dan memperjual belikan efek yang bersifat utang (obligasi) di pasar modal.

Ada 4 keharusan yang wajib dilakukan emiten untuk beraktivitas di pasar

modal, yaitu:62

A) Keterbukaan Informasi

Setiap Emiten yang pernyataan pendaftaran telah menjadi efektif wajib

menyampaikan kepada Bapepam (OJK) 63 Emiten dapat meningkatkan

likuiditas Efek di pasar modal melalui penambahan jumlah efek yang

beredar. Yang dapat dilakukan melalui penawaran dengan Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu (HMETD), penerbitan obligasi konversi, dan lain

lain. Dengan meningkatnya transaksi efek, berarti peningkatan likuiditas

efek di pasar modal. dan menyampaikan kepada masyarakat secepat

60
Bab I Pasal angka 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
61
Levi Lana, Bisnis Vol.10, Penerbitan Obligasi dan Pembangunan dengan Obligasi
(Tinjauan Aspek Yuridis dan Praktis), Jurnal Hukum 2000. Hlm. 60, seperti yang dikutip oleh
Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab
Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., 2006, hlm. 56.
62
M. Irsan Nasarudin, dkk, Op. cit., hlm. 151-154.
63
Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang OJK menyatakan sejak tanggal 31 Desember 2012,
fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di Sektor Pasar
Modal, Peransuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
ke OJK.

Universitas Sumatera Utara


56

mungkin apabila terjadi suatu peristiwa, informasi atau fakta material yang

mungkin dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan investasi pemodal.

Pelakasanaan prinsip keterbukaan dalam tiga tahapan, antara lain:

1. Tahap keterbukaan pada saat Emiten melakukan penawaran umum

(primary market level).

2. Tahap keterbukaan setelah Emiten mencatat dan

memperdagangkan sahamnya di bursa efek (secondary market

level), dimana Emiten berkewajiban untuk menyampaikan secara

terus-menerus laporan berkala (continuosly disclosure) kepada

Bapepam.

3. Tahap keterbukaan karena terjadi peristiwa penting yang

laporannya harus disampaikan secara tepat waktu kepada Bapepam

dan Bursa Efek (timely disclosure).

B) Peningkatan Likiuditas

Emiten dapat meningkatkan likuiditas Efek di pasar modal melalui

penambahan jumlah efek yang beredar. Yang dapat dilakukan melalui

penawaran dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD),

penerbitan obligasi konversi, dan lain lain. Dengan meningkatnya

transaksi efek, berarti peningkatan likuiditas efek di pasar modal.

C) Pemantauan Harga Efek

Emiten harus selalu memantau harga efeknya di pasar modal karena

harga efek adalah jaminan dari kinerja dan kondisi dari emiten tersebut.

Universitas Sumatera Utara


57

Harga efek yang tinggi berarti kinerja dari emiten baik dan sebaliknya

harga efek yang rendah menunjukkan kinerja emiten yang buruk.

D) Menjaga hubungan baik dengan investor

Untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham ataupun calon

investor kepada perusahaan, Emiten perlu terus menerus membina

hubungan baik pemegang saham dan calon investor. Sehingga apabila

suatu saat Emiten memerlukan tambahan dana, Emiten tidak mengalami

kendala komunikasi, karena hubungan baik telah terbangun melalui

komunikasi. Dengan begitu calon investor atau pemegang saham telah

mengenal, mengetahui, dan percaya kepada kinerja perusahaan.

3) Profesi Penunjang Pasar Modal

Menurut Undang-Undang Pasar Modal Bab VII dan PP Nomor 45 Tahun

1995 Bab X, ada beberapa ketentuan khusus bagi profesi penunjang pasar modal,

antara lain :

a. Profesi penunjang pasar modal wajib terdaftar di Bapepam

b. Setiap profesi pasar modal wajib menaati kode etik dan standar profesi

yang ditetapkan masing-masing sepanjang tidak bertentangan dengan

Undang-undang Pasar Modal dan/atau peraturan pelaksanaannya.

c. Dalam melaksanakan kegiatan usaha di bidang pasar modal profesi

penunjang pasar modal wajib memberikan pendapat atau penilai

independen.

Profesi penunjang yang terdapat di pasar modal antara lain :

Universitas Sumatera Utara


58

A) Akuntan Publik

Akuntan publik merupakan pihak yang berfungsi memeriksa

kondisi keuangan emiten serta memberikan pendapatnya tentang

kelayakan emiten dalam menerbitkan obligasi. Disamping hal tersebut,

akuntan di pasar modal juga berperan dalam mendorong perusahaan untuk

memenuhi prinsip good corporate governance, khususnya mengenai

keterbukaan dan transparansi. Laporan akuntan salah satu sarana penilaian

bagi masyarakat perihal kondisi posisi keuangan emiten. Akuntan yang

dimaksud disini adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri

dan telah terdaftar di Bapepam.

Dalam prospektus lengkap, maka kita akan mendapatkan opini dari

akuntan yaitu laporan keuangan perusahaan untuk beberapa tahun terakhir,

serta proyeksi keuangan perusahaan untuk beberapa tahun kedepan.

Seperti kita ketahui bahwa laporan keuangan merupakan pintu utama

untuk menilai kinerja suatu perusahaan terlebih bagi perusahaan yang

sedang melakukan penawaran umum, sehingga opini akuntan akan

memberikan suatu keyakinan bagi para pihak lain atas laporan keuangan

yang diterbitkan emiten.

B) Konsultan Hukum

Konsultan hukum adalah ahli hukum yang membantu dalam aspek

hukum emiten yang akan melakukan emisi obligasi. Konsultan hukum

yang ditunjuk oleh emiten berperan sebagai legal drafter and adviser

Universitas Sumatera Utara


59

kepada pihak lain sehubungan dengan suatu emisi obligasi. Dari segi

keberpihakan, fungsi konsultan hukum dapat dibedakan menjadi dua,

anatara lain :64

(a) Inhouse Lawyer

Sebagai inhouse lawyer, tugas dari konsultan hukum adalah

menyiapkan semua dokumen untuk kepentingan emiten, terutama

membantu emiten menyiapkan perjanjian emisi, perjanjian

perwaliamanatan, perjanjian penanggungan, perjanjian dengan

lembaga kliring, perjanjian dengan akuntan publik, dan

memberikan nasihat mengenai masalah-masalah hukum

sehubungan dengan emisi obligasi. Tugas konsultan hukum

sebagai inhouse lawyer ini, dapat mewakili emiten dalam

melakukan negosiasi dengan pihak-pihak tertentu, dan berusaha

mempertahankan kepentingan emiten dalam berbagai persoalan

hukum.

(b) Independent Lawyer

Sebagai independent lawyer, tugasnya adalah melakukan legal

audit, dan memberikan pendapat hukum atas emisi obligasi.

Adapun nilai dari pendapat hukum yang diberikan oleh konsultan

hukum bisa sedemikian menentukan, menjadi salah satu faktor

dalam mengambil keputusan. Pada dasarnya seorang independent

lawyer haruslah bersikap netral dan objektif dalam melakukan

tugas dan tanggung jawabnya.

64
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta tanggung Jawab Wali
Amanat di Pasar Modal, Op. cit., hlm. 63.

Universitas Sumatera Utara


60

Pada dasarnya konsultan hukum yang akan melakukan kegiatan

profesi penunjang pasar modal haruslah terlebih dahulu memenuhi syarat-

syarat tertentu yang ditentukan oleh peraturan dan terdaftar di Bapepam.

C) Penilai

Penilai merupakan pihak yang akan menerbitkan dan menandatangani

laporan penilai. Laporan penilai adalah pendapat atas nilai wajar aktiva

yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian dari si penilai. 65

Penilaian disini juga harus terlebih dahulu terdaftar di Bapepam sebelum

melakukan kegiatan sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal.

D) Notaris

Di pasar modal, seorang notaris diharapkan dapat memberikan

pelayanan yang maksimal khususnya dalam proses emisi efek dan

penyusunan kontrak-kontrak penting. Adapun yang menjadi tugas pokok

seorang notaris di pasar modal antara lain:66

a. Membuat berita acara RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).

b. Membuat konsep akta perubahan anggaran dasar.

c. Menyiapkan perjanjian dalam rangka emisi efek.

4) Lembaga Penunjang Pasar Modal

a. Pemeringkat Efek

65
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali
Amanat di Pasar Modal, Loc. Cit.
66
Alwi Iskandar, Pasar Modal Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah,
2003), hlm. 31-32 seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan
Obligasi dan Peran serta tannggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modol, Op. cit., hlm. 64.

Universitas Sumatera Utara


61

Perusahaan Pemeringkat Efek adalah Penasihat Investasi berbentuk PT

yang melakukan kegiatan pemeringkatan dan memberikan peringkat. Dalam

melaksanakan kegiatannya, Perusahaan pemeringkat efek wajib terlebih dahulu

mendapatkan izin usaha di Bapepam-LK. Pemeringkatan efek wajib melakukan

kegiatan pemeringkatan efek, obyektif, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

pemberian peringkat. Perusahaan pemeringkat efek dapat melakukan

pemeringkatan atas obyek pemeringkatan sebagai berikut:67

a) Efek bersifat hutang, sukuk, efek beragun asset atau efek lain yang dapat

diperingkat.

b) Pihak sebagi company rating, termasuk Reksa Dana Investasi Real Estate

berbentuk kontrak investasi kolektif.

Kewajiban perusahaan pemeringkat efek sesuai dengan Ketentuan Pasal 3

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51 /POJK.04/2015 tentang Perilaku

Perusahaan Pemeringkat Efek, antara lain:

a) Bersifat obyektif dan independen dalam melaksanakan kegiatan

pemeringkatan.

b) Memiliki prosedur dan metodologi tertulis sebagai pedoman dan

prinsip dasar dalam setiap tahapan pada proses pemeringkatan

termasuk jangka waktu penyelesaiannya.

c) Melakukan kaji ulang secara berkala paling kurang 3 (tiga) tahun

sekali terhadap prosedur dan metodologi pemeringkatan serta

penerapannya, untuk memastikan kualitas, konsistensi, dan

67
Ronald Tauviek Andi Kasim, Pemeringkat Efek,
http://www.bapepam.go.id/Pemeringkat-Efek/index.htm (diakses pada tanggal 03 Februari 2018
pukul 16.45 WIB).

Universitas Sumatera Utara


62

obyektivitas proses pemeringkatan. Bertanggung jawab atas hasil

peringkat yang dikeluarkan.

d) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah

dikeluarkannya hasil peringkat yang tidak mencerminkan kemampuan

sebenarnya pihak yang diperingkat dan/atau pihak yang efeknya

diperingkat.

e) Melakukan keterbukaan prosedur dan metodologi pemeringkatan

dengan pihak yang diperingkat, investor, partisipan pasar lainnya dan

masyarakat.

f) Memantau company rating dan/atau efek yang diterbitkan oleh pihak

yang diperingkat secara terus-menerus sesuai dengan prosedur standar

operasi pemeringkatan.

g) Mengkaji ulang secara berkala hasil peringkat yang telah dikeluarkan.

h) Mengungkapkan hasil pemutakhiran atas setiap hasil peringkat yang

dikeluarkannya sesuai dengan yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan berlaku atau dalam hal terdapat informasi yang

material yang menyebabkan perubahan hasil peringkat.

i) Mempunyai Komite Pemeringkat dan Pejabat kepatuhan

b. Wali Amanat

Wali amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek

yang bersifat hutang. Jasa wali amanat sangat diperlukan dalam penerbitan

obligasi (surat pengakuan hutang) karena dalam penerbitan obligasi sifatnya

Universitas Sumatera Utara


63

sepihak dan para pemegang saham yang tersebar luas, maka untuk mengurus dan

mewakili mereka selaku kreditur , perlu dibentuk lembaga perwaliamanatan.

Wali amanat dapat mewakili kepentingan para pemegang efek bersifat hutang

tersebut, secara independen dan ditetapkan bank umum sebagai pihak yang

menyelenggarakan kegiatan perwaliamanatan, karena mempunyai usaha yang

luas.68 Wali amanat memiliki kewajiban utama yaitu sebagi pihak yang mewakili

para pemegang obligasi dan sekuritas kredit, baik di dalam maupun di luar

pengadilan. Peranan wali amanat diperlukan dalam setiap emisi obligasi karena

pemegang obligasi yang jumlahnya begitu banyak sehingga tidak mungkin dapat
69
membuat kontrak dengan emiten secara terpisah. Didalam melaksanakan

peranannya, wali amanat melakukan kegiatan antara lain:

1. Menganalisis kemampuan dan kredibilitase emiten;

2. Melakukan penilaian terhadap harta kekayaan emiten yang dijadikan

jaminan;

3. Memberikan nasihat kepada emiten;

4. Melakukan pengawasan terhadap pembayaran pokok pinjaman tepat pada

waktunya;

5. Melaksanakan tugas selaku agen utama pembayaran;

6. Mengikuti secara terus-menerus perkembangan pengelolaan perusahaan

emiten;

7. Mempersiapkan dokumen yang diperlukan bersama pihak emiten dan

penjamin emisi.

68
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit. hlm. 173
69
Budi Untung. Op. cit. hlm. 83.

Universitas Sumatera Utara


64

B. Tinjauan Umum Obligasi Daerah

1. Pengertian dan Unsur-Unsur Obligasi Daerah

Pengertian tentang obligasi daerah diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan

Pertanggungjawaban Obligasi Daerah pada pasal 1 angka (4) disebutkan bahwa

obligasi daerah adalah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui

penawaran umum di pasar modal. Obligasi ini tidak dijamin oleh Pemerintah

Pusat (Pemerintah) sehingga segala resiko yang timbul sebagai akibat dari

penerbitan Obligasi Daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Penerbitan surat utang merupakan bukti bahwa pemerintah daerah telah

melakukan pinjaman/utang kepada pemegang surat utang tersebut. Pinjaman akan

dibayar kembali sesuai dengan jangka waktu dan persyaratan yang disepakati.

Pemerintah daeerah yang menerbitkan obligasi daerah berkewajiban membayar

bunga secara berkala seseuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Pada

saat jatuh tempo pemerintah daerah berkewajiban mengembalikan pokok

pinjaman. Peraturan mengenai pinjaman yang dilakukan oleh daerah juga telah

diakomodir sebelumnya di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menyebutkan bahwa dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah

memberikan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat. Selain itu, didalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara bab V mengenai Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Universitas Sumatera Utara


65

dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, serta Pemerintah/Lembaga Asing

disebutkan bahwa selain mengalokasikan Dana Perimbangan kepada Pemerintah

Daerah, Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada

Pemerintah Daerah. Dengan demikian, pinjaman daerah merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah.

Adapun sumber-sumber pinjaman daerah terdiri dari :70

a. Pemerintah, berasal dari APBN termasuk dana investasi Pemerintah,

penerusan Pinjaman Dalam Negeri, dan/atau penerusan Pinjaman Luar

Negeri;

b. Pemerintah Daerah lain;

c. Lembaga Keuangan Bank, yang berbadan hukum Indonesia dan

mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

d. Lembaga Keuangan Bukan Bank, yaitu lembaga pembiayaan yang

berbadan hukum Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan

e. Masyarakat, berupa Obligasi Daerah yang diterbitkan melalui penawaran

umum kepada masyarakat di pasar modal dalam negeri.

Adapun manfaat dari obligasi daerah antara lain:71

a. Membiayai defisit anggaran.

70
Iqbal Islami, Obligasi Daerah Sebagai Alternatif Pembiayaan Kegiatan Investasi Publik
Oleh Pemerintah Daerah, http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/417-artikel-
perimbangan-keuangan/20172-obligasi-daerah-sebagai-alternatif-pembiayaan-kegiatan-investasi-
publik-oleh-pemerintah-daerah (diakses pada tanggal 23 februari 2018, pukul 20.30 WIB).
71
M. Imam Wahyudi, Obligasi Daerah Merupakan Alternatif Sumber Pendanaan Bagi
Pemerintah Daerah, http://uwkshukum.blogspot.co.id/2014/07/makalah-pemda-obligasi-
daerah.html (diakses pada tanggal 9 Maret, pukul 16.00 WIB).

Universitas Sumatera Utara


66

Pemerintah daerah dapat memenuhi ketidakcukupan sumber pembiayaan

sendiri yang diakibatkan oleh local tax income, minimya dana transfer dari

pemerintah pusat, keterbatasan pinjaman dari lembaga keuangan dalam

atau luar negeri.

b. Sumber dana jangka panjang.

Pemerintah daerah mendapatkan suber pembiayaan jangka panjang yang

dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan potensi, serta

kemampuan pembayaran, yang pada akhirya akan membawa kemakmuran

bagi masyarakat di daerah tersebut.

c. Membiayai suatu proyek yang strategis.

Dana hasil penjualan obligasi daerah dapat digunakan untuk membiayai

proyek-proyek yang bersifat strategis untuk kepentingan pelayanan publik

atau mendatangkan peendapatan bagi pemerintah daerah, yang karena

keterbatasan anggaran tidak dapat dibiayai oleh APBD.

d. Mempercepat pembangunan daerah.

Pemerintah daerah dapat memicu dan memacu pembangunan di daerahnya.

Pembangunan tersebut akan menciptakan multiplier effect (pelipat gandaan

manfaat ekonomi) antara lain dalam bentuk penciptaan lapangan pekerjaan,

tersedianya sarana prasarana yang dapat mempercepat perputaran roda

perekonomian sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

e. Terciptanya instrumen investasi baru.

Adaya obligasi daerah, selain memberikan mafaat langsung dengan

dibangunnya infrastruktur, masyarakat juga dapat menikmati imbal hasil

Universitas Sumatera Utara


67

(yield) dan mugkin juga insentif lain atas investasiya dalam obligasi

daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah,

mengamanatkan bahwa obligasi daerah yang diterbitkan hanya jenis obligasi

pendapatan (revenue bonds). Kegiatan yang didanai melalui penerbitan obligasi

daerah harus menghasilkan penerimaan, namun tidak harus mencapai pemulihan

biaya penuh (full cost recovery). Peraturan yang sama juga mengamanatkan

bahwa apabila kegiatan belum menghasilkan dana yang cukup untuk membayar

pokok, bunga, dan denda maka pembayaran dilakukan dari APBD.

Pemerintah Daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah hanya untuk membiayai

kegiatan investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan

manfaat bagi masyarakat yang menjadi urusan Pemerintah Daerah berdasarkan

peraturan perundangan yang berlaku. Obligasi yang diterbitkan dapat digunakan

untuk membiayai beberapa kegiatan yang berbeda. Kegiatan pemerintah daerah

yang dapat dibiayai dengan obligasi daerah di antaranya: 72

a. pelayanan air minum;

b. penanganan limbah dan persampahan;

c. transportasi;

d. rumah sakit;

e. pasar tradisional;

f. tempat perbelanjaan;

g. pusat hiburan;

72
Iqbal Islami, Obligasi Daerah Sebagai Alternatif Pembiayaan Kegiatan Investasi Publik
Oleh Pemerintah Daerah, http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/417-artikel-
perimbangan-keuangan/20172-obligasi-daerah-sebagai-alternatif-pembiayaan-kegiatan-investasi-
publik-oleh-pemerintah-daerah (Diakses pada tanggal 23 Februari 2018, pukul 21.00).

Universitas Sumatera Utara


68

h. wilayah wisata dan pelestarian alam;

i. terminal dan sub terminal;

j. perumahan dan rumah susun;

k. pelabuhan lokal dan regional.

Dengan demikian macam/jenis pembangunan infrastruktur daerah yang

dapat dibiayai melalui obligasi daerah sangatlah beragam dan vital serta memiliki

peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi kas daerah bersangkutan,

tentunya sebelumnya dengan mempertimbangkan nilai keekonomian kegiatan

infrastruktur dimaksud.

2. Landasan Hukum Obligasi Daerah

Pengaturan mengenai Obligasi Daerah dapat ditemukan dalam:

1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;

2) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2006 tentang Tata Cara

Penerbitan, Pertanggungjawaban dan Publikasi Informasi Obligasi Daerah;

6) Paket Peraturan Ketua Bapepam dan LK terkait Penawaran Umum

ObligasiDaerah, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


69

a. Peraturan Nomor VIII.G.14 tentang Pedoman Penyajian Laporan

Keuangan Daerah,

b. Peraturan Nomor VIII.G.15 tentang Pedoman Penyusunan Comfort

Letter Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah,

c. Peraturan Nomor VIII.G.16 tentang Pedoman Penyusunan Surat

Pernyataan Kepala Daerah di Bidang Akuntansi Dalam Rangka

Penawaran Umum Obligasi Daerah,

d. Peraturan Nomor IX.C.12 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan

Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum

Obligasi Daerah,

e. Peraturan Nomor IX.C.13 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan

Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah,

dan

f. Peraturan Nomor IX.C.14 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan

Isi Prospektus Ringkas Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi

Daerah.

7) Keputusan Direksi PT Bursa Efek Surabaya No. SK-010 /Dir/BES/V/2007

tentang Peraturan Pencatatan Obligasi Daerah.

3. Pihak-Pihak Dalam Obligasi Daerah

Adapun pihak-pihak yang terlibat di dalam obligasi daerah antara lain:

1) Regulator, adalah lembaga/instansi pemerintah yang memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengawasi pelaksanaan penawaran umum obligasi

daerah di pasar modal. Pengawasan tersebut merupakan tanggung jawab

Universitas Sumatera Utara


70

departemen keuangan dimana secara prakteknya dilakukan oleh Badan

Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan, dan Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan.

a. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), merupakan unsur di

dalam Departemen Keuangan, yang bertindak atas nama Menteri

Keuangan untuk mengevaluasi dan memberikan persetujuan atas rencana

penerbitan obligasi daerah yang diajukan oleh pemerintah daerah serta

mengawasi pengelolaan obligasi daerah, sesuai dengan kerangka kerja

pinjaman daerah seperti diatur dalam PP 54/2005.

b. Bapepam Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), 73 adalah Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang bertugas untuk melaksanakan

pembinaan, pengeturan dan pengawasan Pasar Modal dengan tujuan

mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan

efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.

2) Self Regulatory Organizations (SRO), merupakan lembaga/organisasi yang

berwenang untuk mengeluarkan peraturan bagi kegiatan usahanya. Di pasar

modal, SRO terdiri dari bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, serta

lembaga penyimpanan dan penyelesaian.

a. Bursa Efek, adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan

sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli

efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara

mereka.

73
Pasal 55 ayat (1) Undang-Undanng OJK menyatakan sejak tanggal 31 Desember 2012,
funngsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di Sektor Pasar
Modal, Peransuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
ke OJK.

Universitas Sumatera Utara


71

b. Lembaga Kliring Dan Penjaminan, adalah pihak yang menyelenggarakan

jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Di Indonesia,

lembaga kliring dan penjaminan yang telah mendapat izin dari Bapepam

LK adalah PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT. KPEI).

c. Lembaga Penyimpanan Dan Penyelesaian, adalah pihak yang

menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian,

perusahaan efek, dan pihak lain. Di Indonesia, lembaga penyimpanan dan

penyelesaian yang telah mendapat izin dari Bapepam LK adalah PT.

Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT. KSEI)

3) Emiten, merupakan pihak yang melakukan penawaran umum. Dalam

kaitannya dengan obligasi daerah, pihak yang menjadi emiten adalah

pemerintah daerah.

4) Pemegang Efek, adalah investor atau pihak yang menanamkan modalnya

dalam bentuk pemberian pinjaman kepada pemerintah daerah dalam bentuk

obligasi daerah.

5) Perusahaan Efek, adalah perusahaan yang mempunyai aktivitas sebagai

penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manajer investasi atau

gabungan dari ketiga kegiatan tersebut.

a. Penjamin emisi efek, adalah pihak yang membuat kontrak dengan

emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten

dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak

terjual.

b. Perantara pedagang efek, adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha

jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.

Universitas Sumatera Utara


72

c. Manajer Investasi, adalah pihak yang kegiatan usahanya adalah

mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola

portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali

perusahaan asuransi, dana pensiun dan bank yang melakukan sendiri

kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

6) Lembaga Penunjang, merupakan pihak-pihak penunjang terlaksananya

pelaksanaan penawaran umum, yang terdiri dari biro administrasi efek,

kustodian dan wali amanat.

a. Biro Admisnistrasi Efek, adalah pihak yang berdasarkan kontrak

dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan

pembagian hak yang berkaitan dengan efek.

b. Kustodian, adalah pihak yang mermberikan jasa penitipan efek dan

harta lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima

deviden, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan

mewakili pemengang rekening yang menjadi nasabahnya.

c. Wali Amanat, adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek

bersifat utang (termasuk obligasi daerah). Penunjukan wali amanat

dilakukan melalui perjanjian bersama seluruh pihak pada penerbitan

obligasi daerah. Wali amanat bertugas untuk mengendalikan seluruh

aspek-aspek administratif penerbitan obligasi daerah termasuk

memastikan bahwa penerbitan obligasi daerah telah sesuai dengan

ketentuan dan persyaratan pada perjanjian obligasi daerah.

Universitas Sumatera Utara


73

7) Profesi Penunjang, merupakan pihak-pihak yang karena profesinya, turut

menunjang terlaksananya penawaran umum di pasar modal. Untuk melakukan

kegiatan di bidang pasar modal, profesi penunjang pasar modal wajib terlebih

dahulu terdaftar di Bapepam dan LK. Profesi penunjang terdiri dari akuntan

pubik, notaris, konsultan hukum dan perusahaan penilai.

8) Pihak Lain Yang Terlibat, merupakan pihak-pihak lain yang juga terlibat

dalam pelaksanaan penawaran umum obligasi daerah di pasar modal, namun

tidak terlibat secara langsung dalam proses transaksi perdagangan efek, yang

terdiri dari penyedia penguatan kredit, lembaga pemeringkat efek serta

penasihat investasi.

a). Lembaga Pemeringkat Efek, merupakan lembaga yang memberikan

peringkat kredit bagi penerbit obligasi daerah. Lembaga pemeringkat

mengukur kelayakan kredit, kemampuan membayar pinjaman yang

akan mempengaruhi tingkat bunga.

b). Penyedia Penguatan Kredit, adalah pihak yang memberikan penguatan

kredit melalui pernyataan kesediaan menjamin obligasi daerah,

dimana penguatan kredit ini akan memberikan kenyamanan bagi

investor dan dapat mempengaruhi tingkat bunga.

c). Penasihat Investasi, merupakan pihak yang memberikan nasihat

kepada pihak lain berkaitan dengan penjualan dan pembelian efek

dengan memperoleh imbalan jasa.

C. Penerbitan Obligasi Daerah

Universitas Sumatera Utara


74

Proses persiapan penerbitan obligasi daerah secara garis besar terbagi atas

dua tahap, yaitu proses pada Pemerintah Daerah dan Kementerian Keuangan.

Yang perlu mendapat perhatian sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan Dan

Pertanggungjawaban Obligasi Daerah, pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa

penerbitan obligasi daerah hanya dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

yang audit terakhir atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mendapat opini

Wajar Dengan Pengecualian atau Wajar Tanpa Pengecualian.

Sebelum penerbitan obligasi daerah di pasar modal, terdapat beberapa tahap yang

harus dilakukan oleh pemerintah daerah terlebih dahulu. Tahap-tahap tersebut

meliputi persiapan di daerah, persetujuan Menteri Keuangan, tahap praregistrasi

dan registrasi, hingga tahap penawaran umum. Tahapan ini merupakan langkah-

langka yang harus ditempuh secara berurutan sesuai dengan peraturan menteri

keuangan nomor 111/PMK.07/2012 dan peraturan-peraturan Bapepam dan LK.

1. Persiapan Penerbitan pada Pemerintah Daerah

Proses penerbitan obligasi daerah diawali dengan tahap persiapan

penerbitan. Gubernur, bupati atau walikota melaksanakan persiapan penerbitan

obligasi daerah. 74 Persiapan penerbitan ini dilakukan oleh Tim Persiapan ynag

dibentuk oleh Kepala Daerah.75

74
Pasal 8 ayat (1) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah
75
Alur Proses Penerbitan Obigasi Daerah, sesuai yang disampaikan dalam Sosialisasi
Peraturan Terkait Penawaran Umum Obligasi Daerah oleh Direktorat JendraPerimbangan
Keuangan, Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah di Jakarta pada tanggal 27 November
2013

Universitas Sumatera Utara


75

Persiapan penerbitan obligasi daerah paling kurang meliputi:76

a. Penentuan kegiatan

Dalam mempersiapkan penerbitan obligasi daerah pemerintah daerah terlebih

dahulu menentukan kegiatan yang akan dibiayai. Dalam melakukan penentuan

yang akan dibiayai obligasi daerah, terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan, yang diantaranya adalah :

1) Kegiatan yang akan didanai harus sudah tercantum dalam

pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD); dan

2) Penerbitan daerah harus memantau batas kumulatif pinjaman pada

tahun akan diterbitkannya obligasi daerah, serta posisi kumulatif

pinjaman daerahnya.77

Untuk mengetahui posisi kumulatif pinjaman daerahnya, pemerintah daerah perlu

memperoleh informasi resmi dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

b. Membuat kerangka acuan kegiatan

Suatu rencana investasi yang baik terlihat dari kerangka acuan kegiatan

yang jelas, sistematis serta memuat keterangan tentang kegiatan secara

spesifik. Pada prinsipnya, bentuk Kerangka Acuan Kegiatan sangat bervariasi

dan sangat bergantung dari tipe kegiatan yang akan dilakukan. Semakin besar

skala kegiatan yang akan dilakukan, semakin kompleks pula skema Kerangka

Acuan Kegiatan yang diharapkan dibuat oleh pemerintah daerah.78

76
Pasal 8 ayat (2) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah
77
H Dede Rusdia Map, Buku Panduan Obligasi Daerah,
http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Buku-Panduan-Obligasi-Daerah.pdf, (diakses 26
Februari 2018, pukul 15.05 WIB)
78
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


76

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2006,

ditentukan bahwa batang tubuh Kerangka Acuan Kegiatan sekurang-kurangnya

terdiri dari:

1. Pendahuluan

Pada bagian ini setidaknya dijelaskan mengenai tiga hal:

1) Kondisi yang ada serta kebutuhan dilakukannya kegiatan investasi

2) Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan investasi

3) Sasaran yang ingin dicapai dengan dilakukannya kegiatan investasi

2. Lingkup Kegiatan

Pada bagian ini setidaknya dijelaskan mengenai tiga hal:

1) Ringkasan kegiatan

2) Volume dan skala kegiatan

3) Jenis kegiatan (pengadaan atau konstruksi)

3. Rencana Alokasi Anggaran

Pada bagian ini cukup memberikan informasi penggunaan dana untuk

pembangunan saja, tanpa perlu menjabarkan lebih lanjut mengenai

proyeksi penerimaan kegiatan investasi dimaksud. Rencana pembangunan

diperhitungkan hingga tahun dimana pembangunan diperhitungkan selesai.

Jika dipandang perlu, Rencana Alokasi Anggaran juga memasukkan

alokasi dana tahunan untuk biaya operasi dan pemeliharaan fasilitas yang

akan direalisasikan.

4. Manajemen dan Organisasi Pelaksana Kegiatan

Dalam Kerangka Acuan Kegiatan harus sudah ditetapkan menajemen dan

organisasi yang akan melaksanakan kegiatan. Didalamnya juga harus

Universitas Sumatera Utara


77

mencakup struktur manajemen, uraian tugas dan kualifikasi yang

diperlukan. Pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut sebaiknya

ditetapkan melalui suatu penetapan dari Kepala Daerah, atau penetapan

lain, sehingga memiliki kekuatan hukum yang memikat.

5. Metode dan Prosedur Pelaksana Kegiatan

Metode pelaksanaan kegiatan menggambarkan teknik-teknik yang

digunakan untuk pengimplementasian sehingga kegiatan dapat

menghasilkan penerimaan sesuai dengan tujuan pelaksanaan kegiatan

investasi. Pendekatan yang dilakukan harus bersifat operatif sehingga

kegiatan investasi dapat diwujudkan.

Prosedur pelaksanaan kegiata menggambarkan tata cara dan tahapan-

tahapan pelaksanaan suatu kegiatan dengan merinci pada sub-sub kegiatan

sehingga rencana sub-sub kegiatan dapat diimplementasikan dengan

terorganisir.

Sebagai bagian dari Metode dan Prosedur Pelaksana Kegiatan di dalamnya

juga harus termuat mengenai rencana pengadaan barang dan jasa serta

mekanisme pengadaan barang dan jasa yang mencantumkan pula data

mengenai sumber-sumber barang/jasa serta alternatif-alternatif yang akan

digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan investasi. Seluruh

pengadaan harus dilaksanakan dengan metode pengadaan yang efisien,

efektif, transparan, kompetetif, adil dan akuntabel dengan mengacu pada

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara


78

Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah beserta perubahan-

perubahannya sehingga dapat diperoleh barang/jasa berkualitas dengan

harga murah.

Selain itu, pengadaan tanah juga merupakan suatu hal yang signifikan

untuk diperhatikan. Seringkali kegiatan investasi tidak dapat dijalankan

karena masalah pengadaan tanah, oleh karena itu, jika memungkinkan,

maka dalam Kerangka Acuan Kegiatan perlu dipaparkan mengenai cara-

cara perolehan tanah sehingga terdapat gambaran pelaksanaan kegiatan.

6. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan memberikan informasi mengenai waktu

dilakukannya sub-sub kegiatan penunjang pelaksanaan kegiatan investasi,

seperti tanggal dimulainya masa konstruksi, masa tenggang pengadaan

barang, masa uji coba, dan lain-lain. Pelaksanaan kegiatan dijadwalkan

hingga kegiatan investasi selesai dilakukan dan fasilitas yang dibangun

siap dioperasikan untuk publik.

c. Membuat perhitungan batas kumulatif pinjaman

Batas kumulatif maksimal pinjaman daerah adalah jumlah total pinjaman

seluruh daerah pada tahun anggaran tertentu. 79 Batas maksimal kumulatif

pinjaman daerah tahun anggaran 2014 ditetapkan sebesar 0,3% (nol koma tiga

79
Pasal 1 angka 9 PMK Nomor 125/PMK.07/2013 tentang Batas Maksimal Kumulatif
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisid Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2014.

Universitas Sumatera Utara


79

persen) dari proyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) tahun anggaran 2014.80

Proyeksi PDB yang dimaksud adalah proyeksi yang digunakan dalam

penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran 2014. 81

d. Membuat penghitungan rasio kemampuan keuangan daerah untuk

mengembalikan pinjaman atau debt service coverade ratio (DCSR).

Salah satu persyaratan yang diwajiban kepada pemerintah daerah dalam

melakukan pinjaman daerah termasuk obligasi daerah adalah memenuhi

ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan


82
pinjaman. Penetapan nilai rasio kemampuan keuangan daerah untuk

mengembalikan pinjaman daerah paling sedikit 2,5 (dua koma lima) dengan

memperhatikan perkembangan perekonomian nasional dan kapasitas fiskal

daerah.83

e. Menyiapkan struktur organisasi, perangkat kerja, dan sumber daya manusia

unit pengelola obligasi daerah .

f. Mengajukan Permohonan Persetujuan Prinsip kepada Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD).

Sebelum diajukan kepada Menteri Keuangan, rencana penerbitan obligasi daerah

harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan prinsip dari komisi di DPRD yang

menangani keuangan. Persetujuan prinsip DPRD yang dimaksud sekurang-

kurangnya memuat persetujuan atas:


80
Pasal 5 ayat (1) PMK Nomor 125/PMK.07/2013 Tentang Batasa Maksimal Kumulatif
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2014.
81
Pasal 5 ayat (3) PMK Nomor 125/PMK.07/2013 tentang Batas Maksimal Kumulatif
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2014.
82
Pasal 15 ayat (1) huruf b PP Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.
83
Pasal 16 ayat (2) PP Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.

Universitas Sumatera Utara


80

i. Penggunaan Dana Obligasi Daerah;

ii. Jumlah dan nilai nominal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan;

iii. Nilai bersih maksimal Obligasi Daerah; dan

iv. Pembayaran pokok, kupon dan biaya lainnya yang timbul sebagai

akibat penerbitan Obligasi Daerah.

2. Tahap Persetujuan Menteri Keuangan

a. Pengajuan Rencana Penerbitan Obligasi Daerah

Setelah persiapan di daerah dianggap telah memenuhi persyaratan maka

pemerintah daerah dapat mengajukan usul penerbitan Obligasi Daerah kepada

Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.

Gubernur, bupati, walikota menyampaikan surat usulan rencana penerbitan

obligasi daerah kepada Menteri Keuangan dan Direktur Jenderal Perimbangan

Keuangan. Surat usulan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilengkapi

dengan dokumen sebagai berikut:

1) Kerangka Acuan Kegiatan (KAK);

2) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir;

3) Peraturan Daerah mengenai APBD tahun yang berkenaan;

4) Perhitungan jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah dan defisit

APBD;

5) Perhitungan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

pinjaman atau DSCR;

6) Surat persetujuan prinsip DPRD; dan

Universitas Sumatera Utara


81

7) Struktur organisasi, perangkat kerja, dan sumber daya manusia unit

pengelola Obligasi Daerah.84

b. Mekanisme penilaian

Berdasarkan surat usulan penerbitan obligasi daerah, direktorat jenderal

perimbangan keuangan melakukan penilaian tehadap rencana penerbitan obligasi

daerah dalam dua tahap yaitu :

1) Penilaian admisnistrasi

Dimana penilaian dilakukan terhadap kelengkapan dokumen yang harus

dilampirkan pada surat usulan penerbitan obligasi daerah. Jika surat usaha

penerbitan obligasi daerah belum lengkap, maka pemerintah daerah harus

melengkapi dokumen yang dipersyaratkan jika ingin melanjuti proses

penerbitan obligasi daerah.

2) Penilaian Keuangan

Yang meliputi penilaian atas kemampuan keuangan pemerintah daerah,

jumlah kumulatif pinjaman pemerintah daerah dan jumlah defisit APBD

dengan memperhatikan batas kumulatif defisit APBN dan APBD, batas

maksimal defisit APBD masing-masing daerah dan batas maksimal kumulatif

pinjaman daerah yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan setiap

tahun.

Adapun penilaian yang terkait dalam penilaian keuangan ini diantaranya:

a). Penilaian atas jumlah kumulatif pinjaman

84
Pasal 9 ayat (2) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.

Universitas Sumatera Utara


82

Penilaian atas jumlah kumulatif pinjaman, yaitu jumlah sisa pinjaman daerah

ditambah sisa jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% (tujuh

puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.

Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemerintah Daerah dihitung

dengan cara menjumlah Net Pinjaman Pemerintah dengan Net Pinjaman

Pemerintah Daerah. Net Pinjaman Pemerintah adalah total seluruh pinjaman

Pemerintah dikurangi piutang kepada Pemerintah Daerah. Net Pinjaman

Pemerintah Daerah adalah total pinjaman Pemerintah Daerah setelah dikurangi

piutang kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah lainnya. Setiap tahun batas

kumulatif pinjaman untuk seluruh Pemerintah Daerah ditentukan berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan dengan mengikuti variabel jumlah kumulatif

pinjaman Pemerintah. Dalam memberikan penilaian atas usul penerbitan

Obligasi Daerah, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan juga harus

memperhatikan apakah nilai Obligasi Daerah melebihi batas kumulatif

pinjaman daerah untuk tahun yang bersangkutan.85

b). Penilaian atas DCSR

Penilaian ini dilakukan berdasarkan pada kemampuan pemerintah daerah untuk

membayar bunga dan pokok obligasi daerah yang akan dikeluarkan. Penilaian

ini juga dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya tunggakan atas pengembalian

pinjaman yang berasal dari pemerintah. Pada prinsipnya, pemerintah daerah

tidak dapat melakukan pinjaman (jangka menengah ataupun jangka panjang)

jika terdapat tunggakan atas pengembalian pinajaman sebagaimana dimaksud


85
H Dede Rusdia Map, Buku Panduan Obligasi Daerah,
http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Buku-Panduan-Obligasi-Daerah.pdf, (diakses 26
Februari 2018, pukul 15.05 WIB).

Universitas Sumatera Utara


83

86
disini. Penilaian atas rasio kemampuan keuangan daerah untuk

mengembalikan pinjaman atau DCSR, yaitu paling sedikit 2,5 (dua koma

lima).87

c). Penilaian atas jumlah defisit APBD

Dalam memberikan persetujuan penerbitan obligasi daerah, Menteri Keuangan

juga harus memperhatikan jumlah defisit APBD daerah yang bersangkutan

dengan memperhatikan batas maskimal kumulatif defisit Anggara Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD). Untuk mengendalikan bahwa jumlah kumulatif APBN dan APBD

tidak melebihi batas tersebut, maka Menteri Keuangan menentukan batas

maksimal defisit APBD masing-masing daerah setiap tahunnya. Dalam

memberikan persetujuan atas rencana penerbitan obligasi daerah, perlu

diperhatikan bahwa jumlah defisit APBD tidak melebihi batas tersebut pada

tahun yang bersangkutan.88

Berdasarkan hasil penilaian administrasi dan keuangan, Direktur Jenderal

Perimbangan dan Keuangan atas nama Menteri Keuangan memberikan

persetujuan atau penolakan atas rencana penerbitan obligasi daerah.

Persetujuan atau penolakan atas rencana penerbitan obligasi daerah tersebut

86
Ibid
87
Pasal 10 ayat (5) huruf b PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan
dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
88
H Dede Rusdia Map, Buku Panduan Obligasi Daerah,
http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Buku-Panduan-Obligasi-Daerah.pdf, (diakses 26
Februari 2018, pukul 15.05 WIB).

Universitas Sumatera Utara


84

diberikan paling lama 2 (dua) bulan setelah diterimanya dokumen rencana

penerbitan obligasi daerah secara lengkap dan benar.89

3. Peraturan Daerah Tentang Obligasi Daerah

Gubernur, bupati, atau walikota wajib menyampaikan peraturan daerah

mengenai penerbitan obligasi daerah kepada otoritas di bidang pasar modal

dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, sebelum

pernyataan efektif obligasi daerah.90

Peraturan daerah mengenai penerbitan obligasi derah paling kurang memuat

ketentuan sebagai berikut:

a. jumlah nominal obligasi daerah yang akan diterbitkan;

b. penggunaan dana obligasi daerah; dan

c. tanggung jawab atas pembayaran pokok, bunga, dan biaya lainnya yang timbul

sebagai akibat diterbitkannya obligasi daerah.91

Dalam hal obligasi daerah yang akan diterbitkan dalam beberapa tahun anggaran,

Peraturan daerah mengenai penerbitan obligasi daerah tersebut harus memuat

ketentuan mengenai jadwal penerbitan tahunan obligasi daerah. Dalam hal

obligasi daerah yang akan diterbitkan membutuhkan jaminan, peraturan daerah

mengenai penerbitan obligasi daerah harus memenuhi ketentuan mengenai barang

milik daerah yang akan dijaminkan.92

89
Pasal 11 PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
90
Pasal 13 ayat (1) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
91
Pasal 13 ayat (2) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
92
Pasal 13 ayat (3) dan (4) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan
dan Pertanggungjawaban Obligsi Daerah.

Universitas Sumatera Utara


85

A. Mekanisme Penerbitan Obligasi Daerah Di Pasar Modal

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

disebutkan bahwa pasar modal adalah suatu kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik berkaitan dengan efek

yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Berkaitan dengan instrument pasar modal secara umum, obligasi merupakan salah

satu instrument pasar modal yang merupakan efek bersifat utang. Obligasi

merupakan sertifikat yang berisi kontrak antara investor/pemegang obligasi

dengan pihak yang menerbitkan obligsi, yang menyatakan bahwa investor

tersebut/pemegang obligasi telah meminjamkan sejumlah uang kepada pihak yang

menerbitkan obligasi. Pihak yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban

untuk membayar bunga secara regular sesuai dengan jangka waktu yang telah

ditetapkan serta pokok pinajaman pada saat jatuh tempo. Dalam kaitannya dengan

Obligasi Daerah, pihak yang menerbitkan Obligasi Daerah adalah Pemerintah

Daerah dan Obligasi Daerah tersebut digunakan untuk membiayai proyek yang

dapat memberikan manfaat kepada publik dan menghasilkan penerimaan. Obligasi

Daerah jatuh tempo dalam waktu lebih dari satu tahun.

Penerbitan obligasi daerah hanya dapat dilakukan di pasar modal domestik dan

dalam mata uang rupiah, dimana obligasi daerah digunakan untuk membiayai

kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan

publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan

Universitas Sumatera Utara


86

atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut. Nilai obligasi daerah pada

saat jatuh tempo sama dengan nilai nominal obligasi daerah saat diterbitkan. 93

Mekanisme penerbitan obligasi daerah di pasar modal di mulai dari tahap: 94

a. Persiapan

1). Penunjukan profesi-profesi penunjang

a) Penjamin Pelaksana Emisi Efek

Berfungsi untuk membantu Pemerintah Daerah menyiapkan dokumen-

dokumen pernyataan pendaftaran serta melakukan penjaminan atas

penerbitan Obligasi Daerah.95

b) Akuntan Publik Akuntan Publik bertugas melakukan financial due

diligence, yang didalamnya mencakup audit APBD selama tiga tahun

terakhir, menyiapkan analisa dan pembahasan manajemen dan

menyiapkan ringkasan laporan keuangan. Setelah financial due diligence,

maka Akuntan Publik mengeluarkan Auditor’s Comfort Lettersebagai

pernyataan bahwa laporan keuangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah

telah diperiksa.

c) Konsultan Hukum

Bertugas melakukan melakukan legal due diligence, yang di dalamnya

mencakup pemeriksaan status hukum Pemerintah Daerah serta legal audit.

Setelah melakukan legal due diligence, Konsultan Hukum memberikan

93
Regulasi Public Finance Obligasi Daerah, sesuai yang disampaikan dalam Sosialisasi
Peraturan Terkait Penawaran Umum Obligasi Daerah oleh Direktorat Jendral Perimbangan
Keuangan, Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah.
94
Ibid
95
Penawaran Umum Obligasi Daerah oleh Djustini Septiana, Direktur Penilaian
Keuangan Perusahaan Sektor Riil dari Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara


87

legal opini.96 Selain itu, Konsultan Hukum juga melakukan pendataan atas

perjanjian, perijinan, perkara, dll.

d) Notaris

Bertugas untuk membuat akta atau perjanjian terkait dengan proses

penerbitan Obligasi Daerah, yang diantaranya adalah pembuatan

perjanjian penjaminan emisi efek, perjanjian perwaliamanatan serta akta

pengakuan utang.97

e) Wali Amanat

Mewakili pemegang Obligasi Daerah untuk memperoleh hak-haknya atas

pembelian obligasi yang dimaksud. Serta melakukan perjanjian

perwaliamanatan dengan emiten. Emiten adalah pihak yang melakukan

penawaran umum.98

f) Percetakan

Berfungsi untuk mencetak prospektus, formulir aplikasi dan formulir

pendaftaran dan mencetak sertifikat obligasi. Prospektus adalah setiap

informasi tertulis yang sehubungan dengan penawaran umum dengan

tujuan agar pihak lain membeli efek.99

g) Event Organizer

Untuk membentuk emiten dalam mengkoordinir dan melaksanakan public

ekspose dan menangani hal-hal yang berkaitan dengan media massa,

antara lain press release.

96
Ibid.
97
Ibid.
98
Pasal 1 angka 3 PMK Nomor 111 tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawab Obligasi Daerah.
99
Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Universitas Sumatera Utara


88

2). Melakukan Uji Tuntas (Due Diligence)

MenurutStandar Profesi Konsultan Hukum Pasar Modal yang dikeluarkan

oleh Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal, Due Diligence adalah istilah

yang digunakan untuk kegiatan pemeriksaan secara seksama dari segi hukum

yang dilakukan oleh Konsulta Hukum terhadap suatu perusahaan atau obyek

transaksi sesuai dengan tujuan transaksi, untuk memperoleh informasi atau fakta

material yang dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan atau obyek

transaksi. Pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan oleh Konsultan Hukum

tersebut, merupakan suatu analisa hukum terhadap satu atau lebih dokumen

perusahaan yang dilakukan untuk :

a. Memperoleh status hukum atau penjelasan hukum terhadap dokumen yang

diaudit atau diperiksa;

b. Memeriksakan legalitas suatu badan hukum/badan usaha;

c. Memeriksa tingkat ketaatan suatu badan hukum/badan usaha;

d. Memberikan pandangan hukum atau kepastian hukum dalam suatu

kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan.100

Financial Due Diligence ditujukan untuk memeriksa laporan-laporan

keuangan pemerintah daerah serta analisa manajemen yang akan dijadikan

dasar bagi akuntan publik untuk mengeluarkan Auditor’s Comfort Letter.

Pada prinsipnya, Due Diligence dilakukan untuk memeriksa dan

memverivikasi bahwa fakta-fakta yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

100
Melli Darsa, Strategi Pembuatan Legal Due Diligence Yang Tanpa Celah,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/strategi-pembuatan-legal-due-diligence-yang-tanpacelah,
(diakses pada tanggal 07 Januari 2018, pukul 01.30 WIB).

Universitas Sumatera Utara


89

3). Persiapan pernyataan pendaftaran dan dokumen pendukung lainnya

Pernyataan pendaftaran minimal mencakup:

a) Surat pengantar pernyataan pendaftaran;

b) Prospektus;

c) Prospektus ringkas;

d) Rencana jadwal penawaran umum;

e) Contoh surat Obligasi Daerah;

f) Laporan Keuangan Daerah tahun terakhir;

g) Surat dari Akuntan sehubungan dengan perubahan keuangan daerah yang

akan terjadi setelah tanggal laporan keuangan (comfort letter);

h) Surat Pernyataan dari Kepala Daerah di bidang akuntansi;

i) Laporan Pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum;

j) Riwayat hidup dari Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Pimpinan Unit

Pengelolaan Obligasi Daerah, Pimpinan Proyek dan Bendaharawan Proyek;

k) Perjanjian perwaliamanatan antara daerah dan Wali Amanat;

l) Pernyataan pihak yang berkaitan dengan penawaran umum Obligasi

Daerah (Kepala Daerah dan Profesi Penunjang Pasar Modal);

m) Laporan hasil studi kelayakan atas proyek dan usaha proyek dari Penilai;

n) Persetujuan dari Menteri Keuangan terkait dengan penerbitan Obligasi

Daerah;

o) Peraturan Daerah tentang penerbitan Obligasi Daerah.101

4). Penandatanganan perjanjian-perjanjian

101
Penawaran Umum Obligasi Daerah oleh Djustini Septiana, Direktur Penilaian
Keuangan Perusahaan Sektor Riil dari Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara


90

5).Penandatangan perjanjian pendahuluan antara Bursa Efek Indonesia (BEI)

dan perjanjian dengan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

b.Penelaahan oleh OJK

Selanjutnya, dilakukan telaah oleh OJK atas perjanjian-perjanjian,

prospektus, Laporan Keuangan Audit, Legal Audit dan Legal Opinion serta

Laporan Appraisal. Atas penelaahan tersebut, OJK akan mengirimkan tanggapan

untuk dijawab oleh Pemerintah Daerah. Apabila telah dianggap sesuai, maka akan

dikeluarkan persetujuan OJK atas publikasi prospektus ringkas di koran. Proses

ini memakan waktu 30-40 hari.

c. Periode bookbuilding

Periode bookbuilding adalah periode pembentukan harga perdana, yang

diserahkan kekuatan permintaan pasar sebelum harga perdana yang resmi

diputuskan oleh emiten/penjamin emisi. Book building bermaksud menjajaki

kekuatan pasar terhadap harga emisi baru.102

Dalam periode ini, dilakukan penetapan kupon dan nilai emisi final.

Periode ini dan dilakukan registrasi dokumen final kepada OJK berkaitan dengan

nilai obligasi dan kupon final. Jika dokumen final telah lengkap maka Ketua OJK

akan mengeluarkan pernyataan efektif dalam rangka penawaran umum. Setelah

pernyataan pendaftaran Obligasi Daerah dinyatakan efektif oleh OJK maka proses

penerbitan Obligasi Daerah memasuki tahap penawaran umum dan pencatatan di

pasar modal.

102
Samsul, Mohammad. Pasar Modal & Manajemen Portofolio, PT. Gelora Aksara
Pratama, Jakarta, 2006, hlm. 175.

Universitas Sumatera Utara


91

d. Penawaran Umum

Dimulai dengan pencetakan prospektus dan formulir pemesanan.

Dilanjutkan dengan pengumuman prospektus ringkas, distribusi prospektus dan

formulir pemesanan. Penawaran umum dilakukan dengan cara penyerahan

formulir pemesanan beserta pembayaran ke penjamin pelaksana. Setelah itu,

dilakukan proses penjatahan (allotment), penyampaian laporan ke KSEI dan

konfirmasi ke pesanan.

e. Penyelesaian (Settlement) dan Pencatatan

Proses penyelesaian dan pencatatan meliputi pembayaran ke Emiten,

Distribusi efek secara elektronik, pencatatan, penyerahan Laporan Penjatahan ke

OJK dan audit penjatahan.

D. Pengelolaan Obligasi Daerah

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 111/ PMK.07/2012

tentang Tatacara Penerbitan Dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah pada pasal

2 (dua) bahwa pengelolaan obligasi daerah diselenggarakan oleh Gubernur,

Bupati, Walikota. Dalam hal pengelolaan obligasi daerah pada hakikatnya sudah

dilakukan sebelum penerbitan obligasi daerah dilakukan. Untuk menyiapkan

proses penerbitan obligasi daerah, Kepala Daerah membentuk tim Persiapan. Tim

persiapan bertanggung jawab untuk menyiapkan rencana kegiatan investasi yang

akan dibiayai oleh obligasi daerah yang mencakup kerangka acuan kegiatan, studi

kelayakan kegiatan, proyeksi keuangan, dan perhitungan kemampuan keuangan

daerah.

Universitas Sumatera Utara


92

Pembentukan tim persiapan ini dilakukan berdasarkan surat keputusan kepala

daerah sesuai dengan kewenagannya. Dalam hal pemerintah daerah secara

permanen telah memiliki satuan kerja yang secara khusus bertugas untuk

mengurus obligasi daerah, maka pembentukan tim persiapan ini dapat dilakukan

melalui suatu surat penugasan yang secara spesifik menunjuk satuan kerja tersebut

untuk menyiapkan penerbitan obligasi daerah untuk kegiatan tertentu.

Pada prinsipnya, pemerintah daerah diberikan kewenangan sepenuhnya untuk

menentukan unsur-unsur yang akan terlibat dalam tim persiapan ini. Namun

demikian, setidak-tidaknya tim persiapan daerah harus melibatkan unsur-unsur

yang secara profesional memiliki kompetensi dalam bidang kegiatan investasi

sektor terkait, ahli hukum, ahli keuangan, dan ahli manajemen. Dalam pasal 2 ayat

3 pengelolaan obligasi daerah paling kurang meliputi :

1. Penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk

kebijakan pengendalian resiko;

2. Perencanaan dan penetapan struktur portofolio pinjaman daerah;

3. Penerbitan obligasi daerah;

4. Penjualan obligasi daerah melaui lelang untuk penjualan kembali;

5. Pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo;

6. Pelunasan pada saat jatuh tempo; dan

7. Pertanggungjawaban.

E. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Terhadap Pembayaran Obligasi

Daerah

Universitas Sumatera Utara


93

Setelah diterbitkannya obligasi daerah di pasar modal, ada beberapa

kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah yang meliputi

penatausahaan keuangan, pertanggungjawaban dan publikasi informasi.

1. Penatausahaan Keuangan

Setelah diterbitkannya obligasi daerah, pemerintah daerah berkewajiban untuk

mengembalikan pokok dan bunga obligasi daerah. Untuk menjamin penggunaan

dana hasil penerbitan obligasi daerah dikelola secara tepat, maka penatausahaan

keuangan dana hasil penerbitan obligasi daerah dilaksanakan dengan :

a. Aliran dana hasil penerbitan obligasi daerah

Setelah investor membeli obligasi daerah dan melakukan pembayaran

kepada penjamin emisi efek, atau melalui perantara pedagang efek, dana hasil

penerbitan langsung diserahkan kepada satuan kerja yang ditunjuk untuk

mengelola hasil obligasi daerah. Satuan kerja ini bertanggung jawab atas

pencatatan penerimaan tersebut, pengalokasian dana-dana untuk membayar

bunga dan pokok, serta pengalokasian dana yang digunakan untuk pembiayaan

kegiatan.

Setelah dicatatkan obligasi daerah dicatatkan dalam rekening tersendiri oleh

Satuan Kerja yang ditunjuk, dana tersebut diteruskan kepada Pejabat Pengelola

Keuangan Daerah (PPKD) untuk dicatatkan dalam kas daerah yang dimasukkan

pula dalam pembukuan APBD. Setelah dana obligasi daerah dibukukan dalam

APBD sebagai bagian dari belanja daerah, maka dana tersebut dapat dialirkan

untuk menjalankan kegiatan terkait.

Dana yang dihasilkan sebagai penerimaan kegiatan, dicatatkan kembali oleh

PPKD dalam kas daerah untuk diteruskan kepada Satuan Kerja yang ditunjuk.

Universitas Sumatera Utara


94

Dana hasil penerimaan kegiatan ini dialokasikan untuk pembayaran kembali

pokok obligasi daerah, bunga dan biaya lain yang terkait obligasi daerah. Untuk

bunga dan biaya lain yang jatuh tempo setiap tahunnya, atau kurun waktu

tertentu, langsung dibayarkan oleh Satuan Kerja yang ditunjuk kepada wali

amanat, yang pencatatannya dimasukan dalam APBD. Alokasi dana untuk

pembayaran pokok disimpan dalam suatu rekening khusus atau dana cadangan.

Tata cara pembukuan kas daerah dan belanja daerah dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Dana Cadangan (Sinking Fund)

Dana cadangan pelunasan obligasi daerah (sinking fund) merupakan

sejumlah dana yang ditempatkan pada rekening tersendiri milik pemerintah

yang digunakan untuk keperluan pembayaran pokok obligasi daerah. Setiap

dana hasil penerimaan obligasi daerah yang dialokasikan untuk pembayaran

pokok harus dimasukkan dalam dana cadangan dan tidak dapat digunakan untuk

keperluan apapun selain untuk pembayaran pokok saat jatuh tempo.

Untuk menghindari ketidak mampuan membayar kembali obligasi daerah pada

saat jatuh tempo, maka pengalokasian penerimaan kegiatan dalam dana

cadangan adalah wajib. Besaran nilai yang harus dialokasikan setiap tahunnya

dihitung dengan membagi nilai total obligasi daerah dengan jangka waktu

obligasi daerah dalam tahun. Misalnya, jika nilai total obligasi daerah adalah

100 milyar Rupiah untuk jangka waktu sepuluh tahun, maka setiap tahunnya

dana yang harus dialokasikan dalam Dana Cadangan sekurangnya sebesar 10

milyar Rupiah.

Universitas Sumatera Utara


95

Pengalokasian dana dalam Dana Cadangan ini dimulai dari tahun pertama

periode obligasi daerah. Dalam hal kegiatan belum menghasilkan penerimaan

senilai jumlah yang harus dialokasikan dalam Dana Cadangan, maka untuk

menutup kekurangannya dibebankan pada APBD.

c. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Seluruh catatan keuangan, termasuk nilai total dana hasil penerbitan

obligasi daerah, hasil penerimaan kegiatan, pembukuan keuangan, pembayaran

pokok, bunga dan biaya lain, serta pengalokasian Dana Cadangan wajib

dicantumkan dalam laporan keuangan obligasi daerah. Laporan keuangan ini

akan digunakan dalam pertanggungjawaban pengelolaan obligasi daerah.

2. Pertanggungjawaban

Terdapat dua hal yang perlu dipertanggungjawabkan oleh pemerintah

daerah berkaitan dengan penerbitan obligasi daerah, yaitu:

a). Pertanggungjawaban atas pengelolaan obligasi daerah

b). Pertanggungjawaban dana hasil penerbitan obligasi daerah.

Pertanggungjawaban disampaikan kepada DPRD yang merupakan bagian

dari pertanggungjawaban APBD setiap tahunnya. Dalam pertanggungjawaban

pengelolaan obligasi daerah, pemerintah daerah melaporkan:

a. keterangan tentang portofolio obligasi daerah

b. laporan transaksi obligasi daerah di pasar modal yang mencakup penawaran

umum, pelunasan, pembelian kembali, pertukaran, pembayaran kupon dan

biaya lain, serta kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan obligasi daerah.

Universitas Sumatera Utara


96

c. posisi obligasi daerah

d. realisasi strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk

pengendalian resiko

e. alokasi anggaran dan realisasinya

Dalam pertanggungjawaban dana hasil penerbitan obligasi daerah,

pemerintah daerah melaporkan:

1) perkembangan pelaksanaan kegiatan investasi

2) laporan keuangan kegiatan yang meliputi penggunaan dana dari obligasi

daerah dan dana hasil penerimaan kegiatan

3) laporan alokasi dana cadangan

4) publikasi Informasi

Kepala Daerah wajib untuk mempublikasikan secara berkala informasi-

informasi tentang:

a. Kebijakan pengelolaan pinjaman daerah dan rencana penerbitan Obligasi

Daerah yang meliputi perkiraan jumlah dan jadwal waktu penerbitan;

b. Jumlah Obligasi Daerah yang beredar beserta komposisinya, struktur jatuh

tempo dan tingkat bunga;

c. Laporan keuangan Pemerintah Daerah;

d. Laporan penggunaan dana yang diperoleh melalui penerbitan Obligasi

Daerah, alokasi dana cadangan, serta laporan-laporan yang bersifat

material; dan

e. Kewajiban publikasi data dan/atau informasi lainnya yang diwajibkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan di Pasar Modal.

Universitas Sumatera Utara


97

Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa publikasi data dan

informasi mengenai Obligasi Daerah dilakukan oleh satuan kerja yang ditunjuk

untuk mengelola Obligasi Daerah, pihak lain yang terkait dengan pengelolaan.

Obligasi Daerah hanya dapat melakukan publikasi data dan informasi mengenai

Obligasi Daerah setelah mendapat persetujuan tertulis dari Kepala Daerah.

Pelaksanaan publikasi antara lain dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan temu

publik atau melalui media cetak dan media elektronik terutama situs internet

(website) yang dimiliki dan dikelola oleh satuan kerja yang ditunjuk untuk

mengelola Obligasi Daerah.

Pada bab berikutnya akan dibahas mengenai Tanggung Jawab Akuntan Publik

Sebagai Profesi Penunjang Pasar Modal Dalam Hal Penerbitan Obligasi Daerah

Yang Ditinjau Dari UUPM.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI PROFESI

PENUNJANG PASAR MODAL DALAM HAL PENERBITAN OBLIGASI

DAERAH DITINJAU DARI UUPM

A. Obligasi Daerah Sebagai Instrumen Pasar Modal

Berdasarkan Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal, pasar modal adalah suatu kegiatan yang bersangkutan

dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik berkaitan

dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan efek.103 Intrumen pasar modal adalah semua surat berharga (efek) yang

secara umum diperjual belikan melalui pasar modal. Sedangkan efek adalah setiap

surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit,

tanda bukti utang, setiap right, waran, opsi, atau derivatif dari efek, atau setiap

instrumen yang ditetapkan sebagai efek.

Dalam UUPM tidak terdapat definisi obligasi secara eksplisit, tetapi juga

terdapat kata “obligasi” pada Pasal 1 butir 5, Penjelasan Pasal 21 ayat (3), Pasal

24 ayat (1), dan Penjelasan Pasal 25 ayat (1), di mana intinya bahwa obligasi

termasuk salah satu jenis efek. Ketentuan yang lebih jelas terdapat pada

Penjelasan Pasal 51 ayat (4), di mana dikatakan bahwa obligasi sebagai contoh

efek yang bersifat utang jangka panjang. Secara umum definisi obligasi adalah

surat berharga tanda pengakuan hutang atau peminjaman uang dari masyarakat

dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun dengan

103
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

98

Universitas Sumatera Utara


99

memberikan bunga yang jumlah dan saat pembayarannya telah ditentukan lebih

dahulu oleh penerbitnya.104

Umumnya, sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal meliputi saham,

obligasi, reksadana dan instrumen derivatif. Adapun beberapa instrumen pasar

modal antara lain:105

1. Saham

Saham merupakan surat tanda bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan

dalam bentuk PT. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang paling

populer di pasar modal. Dengan memiliki saham, investor akan

memperoleh dividen dan dapat memanfaatkan fluktuasi harga saham

dengan menjual saham tersebut untuk memperoleh keuntungan yang

dinamakan capital gain.

2. Obligasi

Obligasi merupakan sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan

perusahaan, yang menyatakan bahwa investor sebagai pemegang obligasi

telah meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan (emiten).

Perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban untuk

membayar bunga secara reguler sesuai dengan jangka waktu yang telah

ditentukan serta pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.

3. Reksadana

Reksadana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya

menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana untuk dikelola

104
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2003, hlm. 264.
105
Muchlisin Riadi, Pengertian Fungsi dan Instrumen Pasar Modal,
http://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-fungsi-dan-instrumen-pasar-modal.html
(diakses tanggal 17 Februari 2018, pukul 19.45 WIB).

Universitas Sumatera Utara


100

oleh manajer investasi profesional, agar digunakan sebagai modal

berinvestasi baik dipasar modal maupun di pasar uang.

4. Instrumen derivatif

Instrumen derivatif merupakan sekuritas turunan dari suatu sekuritas lain,

sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas

lain. Ada beberapa jenis instrumen derivatif, diantaranya waran, bukti

right (right issue), opsi dan future.

Pada hakekatnya obligasi daerah tidak banyak perbedaannya dengan obligasi

pemerintah maupun obligasi korporasi. Sebagaimana obligasi lainnya, obligasi

daerah adalah surat berharga atau sertifikat berisi kontrak antara pemberi

pinjaman (dalam hal ini investor) dengan pemberi pinjaman (emiten). Yang

membedakannya ialah bahwa dalam obligasi korporasi yang menjadi emiten

adalah perusahaan, dalam obligasi pemerintah yang menjadi emiten adalah

pemerintah pusat, sedangkan dalam obligasi daerah yang menjadi emiten adalah

pemerintah daerah. Pemerintah yang dimaksud dalam penerbitan obligasi daerah

ini bisa Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota.

Obligasi daerah merupakan instrumen dari pasar modal. Hal ini secara tegas diatur

dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 111/PMK.07/2012. Obligasi daerah

adalah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum

di pasar modal. Namun obligasi daerah dalam penerbitannya hanya dapat

dilakukan di dalam pasar modal domestik dan dalam mata uang rupiah.

B. Kedudukan Dan Tanggung Jawab Akuntan Publik Di Pasar Modal

Universitas Sumatera Utara


101

1. Akuntan Publik Sebagai Profesi Penunjang

Kedudukan Akuntan Publik sebagai profesi penunjang di pasar modal

diatur di dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Salah satu tugas

akuntan publik di pasar modal adalah memeriksa laporan keuangan dan

memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. Tugas vital akuntan publik ini

berkaitan erat dengan penerapan prinsip keterbukaan di pasar modal.

Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten,

perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada UUPM untuk

menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi

material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap

keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.

Adapun manfaat dari prinsip keterbukaan di dalam pasar modal adalah perbaikan

dalam komunikasi, minimalisasi potensi benturan, fokus pada strategi-strategi

utama, peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi, kesinambungan manfaat,

promosi citra perusahaan, peningkatan kepuasan pelanggan dan peroleh

kepercayaan investor.106

Tujuan dari prinsip keterbukaan ini adalah untuk menjaga kepercayaan

investor sangat relevan ketika munculnya ketidakpercayaan publik terhadap pasar

modal. Sebab ketiadaan keterbukaan atau ketertutupan informasi akan

mengakibatkan ketidakpastian bagi investor. 107 Akibatnya investor akan sulit

mengambil keputusan untuk berinvestasi. Dengan demikian tujuan prinsip

keterbukaan adalah hal yang penting. Untuk mengantispasi keadaan yang

106
Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, Membangun Good Corporate
Governance (GCG), (Harvarindo, Jakarta, 2002), hlm. 9.
107
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2001). Hlm. 28.

Universitas Sumatera Utara


102

demikian, maka peraturan prinsip keterbukaan harus ditegakkan, karena peraturan

prinsip keterbukaan secara substansial dapat memberikan informasi pada saat

yang telah ditentukan. Pembenaran prinsip keterbukaan untuk menjaga

kepercayaan investor sejalan dengan pengembangan pasar modal di Indonesia


108
yaitu agar kualitas semakin terpercaya. Prinsip keterbukaan sudah menjadi

focus sentral dari pasar modal, 109 dan Undang-Undang Pasar Modal Indonesia

juga mengatur pelaksanaan prinsip keterbukaan sehingga investor dan pelaku

bursa lainnya mempunyai informasi yang cukup dan akurat untuk pengambilan

keputusan. Untuk mendukung prinsip keterbukaan di pasar modal tersebut maka

diperlukan keterlibatan pihak-pihak yang terlibat di dalam pasar modal.

Kedua, pasar modal memiliki peran yang terbilang penting dalam

perkembangan suatu negara. Beberapa fungsi dari pasar modal antara lain:

a. Sarana penghimpun dana dari masyarakat untuk dialokasikan pada

kegiatan produktif oleh perusahaan maupun pemerintah.

b. Sumber pembiayaan yang mudah dan cepat bagi perusahaan untuk

membiayai operasional bisnisnya, serta pemerintah dalam hal ini untuk

membiayai pembangunan nasional.

c. Lembaga yang mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi dan

berperan memperkokoh operasinal pasar finansial dalam menata sistem

moneter.

Berkaitan dengan fungsi diatas, kegiatan pasar modal berlangsung

secaraterus menerus dengan perkembangan dan dengan segala kompleksitasnya.

108
Hasan Zein, “CMS dan Pengembangan Pasar Modal di Indonesia, “ dalam indra
Safitri,ed, Catatn Kolom Hasan Zein Buku Pertama, (Jakarta: Go Global Book Publishing
Division Safitri & Co, 1998). hlm. 30.
109
Bismar Nasution, op. Cit., hlm. 9

Universitas Sumatera Utara


103

Kegiatan tersebut berlangsung tentunya dilingkupi oleh banyak pihak, baik

pemerintah, masyarakat, serta lembaga atau organisasi dan profesi yang terkait

langsung dalam proses operasionalisasi pasar modal. Pihak-pihak tersebut hadir

dalam rangka menjalankan dan memastikan terlaksananya mekanisme dan

peraturan-peraturan yang berkaitan untuk mendukung terwujudnya keteraturan,

keadilan dan efisiensi pasar modal.

Tegak dan terlaksananya mekanisme dan peraturan-peraturan di pasar

modal sejatinya diharapkan akan menjamin beberapa hal yang menjadi prinsip

dasar dalam kegiatan di pasar modal, yakni:110

a. Profesionalisme dan tanggung jawab pelaku pasar modal

b. Efisiensi

c. Kewajaran

d. Perlindungan masyarakat (investor)

Salah satu pihak yang memiliki peran yang cukup penting sebagaimana

dijelaskan diatas adalah profesi akuntan. Akuntan berperan dalam menyediakan

dan memastikan kualitas informasi yang tersaji dalam laporan keuangan emiten

yang menawarkan efeknya di pasar modal. Kualitas informasi dalam laporan

keuangan tersebut menjadi sangat penting artinya bagi pelaku di pasar modal

karena informasi tersebut menjadi acuan dalam pengambilan keputusan dan

kebijakan investasi mereka.

2. Peran Akuntan Publik di Pasar Modal

110
Warka Syachbrani, Peranan Profesi Akuntan di Pasar Modal,
http://www.academia.edu/7269250/Peranan-Profesi-Akunta-di-Pasar-Modal (diakses tanggal 5
Maret 2018, pukul 20.00 WIB)

Universitas Sumatera Utara


104

Akuntan adalah orang yang mempunyai kompetensi dan keahlian dibidang

akuntansi yang telah menempuh jenjang pendidikan sebagai akuntan. Definisi

akuntansi sendiri menurut Weygandt et al (2011), pada saat ini akuntansi lebih

diperlakukan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi keuangan

walaupun dahulu akuntansi pernah di definisikan suatu seni atau ilmu social

murni. Hal tersebut juga tercermin dalam The Framework for the Preparation and

Presentation of Financial Statement yang dihasilkan oleh IASC. Kerangka

tersebut menyebutkan bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah untuk

menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi banyak pengguna dalam

pengambilan keputusan ekonomi.111

Berdasarkan definisi diatas, profesi akuntan sendiri adalah bertugas untuk

menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi banyak pengguna dalam

pengambilan keputusan ekonomik. Hal tersebut menerangkan bahwa betapa

pentingnya profesi akuntan dalam dinamika ekonomi global. Profesi akuntan

dianggap sebagai suatu urat nadi perekonomian global. Informasi yang dihasilkan

akan menjadi landasan utama setiap kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh

pihak berkepentingan, kehandalan dan kompetensitas menjadi suatu keharusan

yang harus dimiliki seorang akuntan.

Pada saat ini profesi akuntan tidak hanya sebagai seorang pencatat

transaksi, pengolah transaksi, ataupun sekedar penghasil informasi semata. Profesi

akuntan pada saat ini dituntut mampu memberikan suatu nilai tambah terhadap

entitasnya di tempat dia bernaung. Dapat diprediksi apabila seorang akuntan

hanya bertugas untuk menghasilkan informasi keuangan tanpa adanya unsur nilai
111
Warka Syachbrani, Peranan Profesi Akuntan di Pasar Modal,
https://www.academia.edu/7269250/Peranan-Profesi-Akuntan-di-Pasar-Modal (diakses tanggal 5
Maret 2018, pukul 20.00 WIB)

Universitas Sumatera Utara


105

tambah dari akuntan tersebut maka informasi yang dihasilkan akan menyesatkan

para penggunanya.

Ketika perusahaan akan melakukan IPO, perusahaan harus membuat

prospektus yang merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh OJK. Informasi

prospektus dapat dibagi menjadi dua, yaitu informasi akuntansi dan informasi non

akuntansi. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca,

perhitungan rugi/laba, laporan arus kas, dan penjelasan laporan keuangan.

Informasi non akuntansi adalah informasi selain laporan keuangan seperti

underwriter (penjamin emisi), auditor independen, konsultan hukum, nilai

penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan

informasi lainnya. Investor menggunakan informasi keuangan dan non-keuangan

yang ada dalam prospektus ketika mereka membuat investasi di pasar modal.

Laporan akuntansi tersebut haruslah laporan yang telah di audit oleh akuntan

publik untuk meyakinkan Investor akan informasi yang berkualitas.

Mengingat pentingnya peranan seorang akuntan maka akuntan publik yang

boleh melakukan audit laporan keuangan terhadap emiten haruslah yang telah

terdaftar di Bapepam-LK. 112 Hal ini sesuai dengan Peraturan Nomor VIII.A.1

tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal salinan

Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-41/BL/2008 tanggal 14 Februari

2008, selain itu juga akuntan harus telah terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI). Adapun data dan informasi yang harus dilengkapi oleh akuntan publik

dalam rangka pendaftaran di Bapepam-LK antara lain:

112
Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang OJK menyatakan sejak tanggal 31 Desember 2012,
fungsi, tugas, wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sector Pasar
Modal, Peransuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
ke OJK.

Universitas Sumatera Utara


106

a. Nomor izin usaha KAP

b. Alamat KAP

c. Nama Pimpinan

d. Kontak/email

e. Daftar rekan

Akuntan banyak berperan dalam penyajian informasi keuangan perusahaan

baik yang akan maupun telah go public. Peran akuntan publik yaitu:113

a. Melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan perusahaan dan

memberikan pendapatnya.

b. Memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi

Indonesia dan ketentuan Bapepam.

c. Memberi petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukukan yang baik (apabila

diperlukan).

Pada dasarnya akuntan publik akan memberikan pendapat tentang empat

aspek, yakni :114

a) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian

Jika akuntan publik telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan

standar auditing yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, seperti

terdapat di dalam standar profesional akuntan publik, dan telah

mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup

untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan

material atas penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum

113
Arief Muharsyahbana, https://www.academia.edu/8857871/Peranan-Profesi-Akuntan-
Di-Pasar-Modal (diakses tanggal 5 Maret 2017, pukul 20.00 WIB)
114
Teguh Riyanto, Jenis Opini Audit Laporan Keuangan, http://repository.wima.ac.id/pdf
(diakses tanggal 1 Maret 2018, pukul 14.00 WIB)

Universitas Sumatera Utara


107

dalam di Indonesia, maka akuntan publik memberikan pendapat wajar

tanpa pengecualian.

b) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan

Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaaan tertentu yang mengharuskan

akuntan publik menambahkan pragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan

yang lain) salam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat

wajar pengecualian yang dinyatakan oleh akuntan publik. Keadaan

tersebut dapat berupa: ada dua periode akuntansi yang mengalami

perubahan material dalam prinsip akuntansi atau dalam metode

penerapannya, keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit

atas laporan keuangan komparatif, informasi lain dalam satu dokumen

yang berisi laporan keuangan secara material tidak konsisten dengan

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, dan sebagainya.

c) Pendapat wajar dengan pengecualian

Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan

pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa

laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali

untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini

dinyatakan bilamana ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya

pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan akuntan publik

berkesimpulan tidak dapat menyatakan wajar tanpa pengecualian.

d) Pendapat tidak wajar

Universitas Sumatera Utara


108

Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak

menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas

dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan akuntan

publik, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

e) Pernyataan tidak memberikan pendapat

Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat dinyatakan bila akuntan

publik tidak dapat merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan

keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum. Jika akuntan publik menyatakan tidak memberikan pendapat maka

harus dikemukan juga alasan yang jelas untuk mendukung alasan tersebut.

Adapun kewajiban akuntan sebagai pemeriksa laporan keuangan

dinyatakan secara eksplisit dalam UU Pasar Modal yang menyatakan bahwa

akuntan yang terdaftar di Bapepam yang memeriksa laporan keuangan emiten,

bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan (LKP), lembaga penyimpanan dan

penyelesaian (LPP), dan pihak lain yang melakukan kegiatan di bidang pasar

modal wajib menyampaikan pemberitahuan yang sifatnya rahasia kepada

Bapepam jika ditemukan adanya:

a. Pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan dalam UU ini dan atau

peraturan pelaksanaannya.

b. Hal-hal yang dapat membahayakan keadaan keuangan lembaga dimaksud

atau kepentingan para nasabahnya.

Universitas Sumatera Utara


109

Untuk menjamin kualitas informasi yang fair dan objektif, akuntan dilarang:

a) Memberikan jasa kepada pihak yang terafiliasi dengannya.

b) Membuat perjanjian untuk memperoleh kepentingan dalam efek atau

bagian laba dari emiten.

c) Memeriksa dan menyiapkan opini bagi emiten sebelum menerima

pembayaran atas jasa yang diberikan terdahulu.

d) Melakukan penilaian dan pemeriksaan atas pekerjaannya sendiri yang

telah dilakukan bagi emiten.

e) Melakukan perjanjian dengan emiten yang menyatakan bahwa

pembayaran jasanya tergantung pada pekerjaanya.

Apabila ketiga tanggung jawab tersebut dipahami maka diharapkan profesi

akuntan yang bergerak di pasar modal selalu berhati-hati dalam bersikap dan

bertindak, sehingga akuntan tidak terjebak pada hal-hal yang dapat merugikan

akuntan yang bersangkutan dan profesi akuntan secara keseluruhan. Akuntan yang

terdaftar di Bapepam-LK mempunyai tanggung jawab untuk turut menjaga

kualitas informasi di Pasar Modal melalui pemberian opini yang berkualitas dan

independen atas laporan keuangan.

Peran akuntan publik dalam bidang pasar modal adalah mengungkapkan

informasi keuangan emiten dan memberikan pendapat mengenai kewajaran atas


115
data yang disajikan dalam laporan keuangan. Peranan akuntan publik

dibutuhkan untuk melakukan penilaian dan menentukan kelayakan dari laporan

keuangan seperti neraca, laporan laba/rugi, dan laporan perubahan modal

115
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op. Cit., hlm. 90

Universitas Sumatera Utara


110

emiten.116 Laporan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan

prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Akuntan harus memperhatikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang

ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam melaksanakan kegiatan.

Peran lain profesi akuntan dalam pasar modal adalah membantu mengembangkan

standar tersebut. Hal itu dapat berupa pengembangam SAK yang berkaitan dengan

instrumen-intrumen pasar modal, seperti efek derevatif, Standar Pemeriksaan

Industri Efek, dan lain-lain. Adanya pengembangan standar itu dan juga ketaatan

kepada kode etik profesi diharapkan bahwa profesi akuntan akan selalu dapat

mengikuti perkembangan industri keuangan yang tumbuh pesat dan semakin

kompleks.117

C. Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.07/2012

tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah pada

pasal 1 angka (4) disebutkan bahwa obligasi daerah adalah pinjaman daerah yang

ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal. Obligasi ini

tidak dijamin oleh Pemerintah Pusat (Pemerintah) sehingga segala resiko yang

timbul sebagai akibat dari penerbitan Obligasi Daerah menjadi tanggung jawab

Pemerintah Daerah. Penerbitan surat utang merupakan bukti bahwa pemerintah

daerah telah melakukan pinjaman/utang kepada pemegang surat utang tersebut.

Penerbitan obligasi daerah dilakukan di pasar modal domestik dan dalam

mata uang rupiah. Salah satu tahap dalam mekanisme penerbitan obligasi daerah
116
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), hlm. 208.
117
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Loc., Cit

Universitas Sumatera Utara


111

adalah penunjukan profesi penunjang antara lain akuntan publik. Dalam

penerbitan obligasi daerah, akuntan publik bertugas melakukan financial due

diligence yang didalamnya mencakup audit APBD (Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah) selama tiga tahun terakhir, menyiapkan analisa dan pembahasan

menajemen serta menyiapkan ringkasan laporan keuangan. Hal ini merupakan

syarat mutlak yang harus dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

nomor 111/PMK.07/2012 pada pasal 2 ayat (1) yakni “Penerbitan Obligasi

Daerah hanya dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah yang audit terakhir atas

laporan keuangan Pemerintah Daerah mendapat opini Wajar Dengan

Pengecualian atau Wajar Tanpa Pengecualian”. Setelah financial due diligence,

maka Akuntan Publik mengeluarkan Auditor’s Comfort Letter sebagai pernyataan

bahwa laporan keuangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah telah diperiksa.

D. Tanggung Jawab Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah

Ditinjau Dari UUPM

Penerbitan Obligasi Daerah oleh Pemerintan Daerah harus mematuhi

aturan aturan hukum yang berlaku diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta peraturan-peraturan pelaksananya. Salah

satu pihak yang memilik peran yang cukup vital adalah profesi akuntan publik.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 111/PMK.07/2012 pada pasal 2 ayat

(1) yakni “Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilaksanakan oleh Pemerintah

Daerah yang audit terakhir atas laporan keuangan Pemerintah Daerah mendapat

opini Wajar Dengan Pengecualian atau Wajar Tanpa Pengecualian”. Berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


112

pasal tersebut maka Pemerintah Daerah yang ingin menerbitkan obligasi daerah

harus memberikan laporan keuangan daerah untuk diaudit oleh akuntan publik.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Akuntan publik juga turut

bertanggungjawab atas kinerja yang dilakukannya. Tanggungjawab akuntan

publik dalam penerbitan obligasi daerah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:118

a. Tanggung jawab yuridis, berkaitan dengan opini yang diberikan akuntan

yang dsampaikan kepada masyarakat, opini akuntan dan penyampaian

informasi lainnya harus sesuai dengan standar profesi dan peraturan pasar

modal yang berlaku. Pelaksanaan penugasan akuntan di pasar modal tidak

terlepas dari kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan baik administratif,

perdata, maupun pidana.

b. Tanggung jawab finansial, dalam kaitannya dengan kemungkinan

munculnya kerugian yang diderita oleh pihak ketiga. Hal ini dapat

mengakibatkan tuntutan ganti rugi dari pihak-pihak yang merasa dirugikan

tersebut.

c. Tanggung jawab moral, dalam kaitannya dengan kewajiban akuntan untuk

menjunjung tinggi kode etik akuntan serta selalu menjaga sikap mental

yang independen. Hal ini diperlukan mengingat profesi akuntan sebagai

profesi yang dipercaya oleh masyarakat sehingga harus selalu menjaga

kepercayaan yang diberikan dan menghindari tindakan-tindakan yang

dapat merugikan masyarakat.

118
Arief Muharsyahbana, Peranan Profesi akuntan di Pasar Modal,
https://www.academia.edu/8857871/Peranan-Profesi-Akuntan-Di-Pasar-Modal (diakses tanggal 1
Maret 2018, pukul 14.00 WIB)

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas yang menjelaskan

tentang Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah ditinjau dari UU

Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka beberapa kesimpulan yang

dapat diambil antara lain :

1. Keberadaan profesi Akuntan Publik dalam hukum di Indonesia, terwujud

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

Sebagai suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asurans dan hasil

pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu

pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan, profesi Akuntan

Publik memiliki peranan yang besar dalam mendukung perekonomian

yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi

dalam bidang keuangan.

2. Aspek hukum obligasi daerah di Indonesia diakomodir dalam beberapa

peraturan perundang-undangan. Pengaturan mengenai Obligasi Daerah

dapat ditemukan dalam:

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;

b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman

Daerah;

113

Universitas Sumatera Utara


114

d. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.07/2012 tentang

Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah;

f. Paket Peraturan Ketua Bapepam dan LK terkait Penawaran Umum

Obligasi Daerah, yaitu:

1) Peraturan Nomor VIII.G.14 tentang Pedoman Penyajian Laporan

Keuangan Daerah,

2) Peraturan Nomor VIII.G.15 tentang Pedoman Penyusunan Comfort

Letter Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah,

3) Peraturan Nomor VIII.G.16 tentang Pedoman Penyusunan Surat

Pernyataan Kepala Daerah di Bidang Akuntansi Dalam Rangka

Penawaran Umum Obligasi Daerah,

4) Peraturan Nomor IX.C.12 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan

Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum

Obligasi Daerah,

5) Peraturan Nomor IX.C.13 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan

Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah,

dan

6) Peraturan Nomor IX.C.14 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan

Isi Prospektus Ringkas Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi

Daerah.

g. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Surabaya No. SK-

010/Dir/BES/V/2007 tentang Peraturan Pencatatan Obligasi Daerah.

Universitas Sumatera Utara


115

3. Tanggung jawab publik sebagai profesi penunjang pasar modal diatur

dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 dalam hal penerbitan obligasi

daerah, yaitu dalam penerbitan Obligasi Daerah oleh Pemerintah Daerah di

pasar modal, akuntan publik sebagai salah satu profesi penunjang memiliki

peran yang penting baik bagi Pemerintah daerah maupun investor pemodal.

Bagi Pemerintah, penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilaksanakan

oleh Pemerintah Daerah yang audit terakhir atas laporan keuangan

Pemerintah Daerah mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian atau

Wajar Tanpa Pengecualian. Sedangkan bagi investor pemodal, hasil

pekerjaan Akuntan Publik merupakan salah satu pertimbangan bagi

mereka dalam membuat keputusan untuk memberikan modalnya.

B. Saran

Dari kesimpulan-kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa

saran, sebagai berikut:

1. Keberadaan profesi akuntan publik di Indonesia sebaiknya dalam pelaksanaan

tugasnya, Akuntan Publik dituntut mampu bersikap profesional sesuai dengan

kode etik dan dan bertanggung jawab atas jasa yang diberikan agar

perlindungan terhadap investor tetap terjaga.

2. Agar aspek hukum obligasi daerah berjalan sesuai peraturan, maka pelaksanaan

penerbitan obligasi daerah oleh pemerintah daerah perlu melakukan

perencanaan yang baik. Oleh karena itu, kepala daerah harus

mempertimbangkan dengan baik segala resiko jika pemerintah daerah

menerbitkan obligasi di pasar modal.

Universitas Sumatera Utara


116

3. Agar hasil audit oleh akuntan publik menyatakan bahwa laporan keuangan

pemerintah daerah dinyatakan wajar tanpa pengecualian, maka Pemerintah

Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan dapat menawarkan efeknya

di pasar modal. Oleh karena itu, diharapkan koordinasi yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah, baik secara profesionalisme, tanggung jawab dan

independen akuntan publik harus lebih ditingkatkan. Karena di sisi lain hasil

audit oleh akuntan publik juga digunakan oleh investor sebagai salah satu

pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004.

Anwar, Jusuf (1). Pasar Modal sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi,

Bandung: PT. Alumni, 2008.

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Jakarta: Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, 2001.

Fuady, Munir. Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), Buku Kesatu, PT Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Hariamto, Farid dan Sudomo.Perangkat dan Teknik Analisis investasi. Bursa Efek

Jakarta

HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: PT Terbuka. Terbuka Raja

Grafindo Persada, 2006).

Jono dan Gunawan Widjaja. Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung

Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Jakarta: Kencana, 2006.

Kanaka, Mulyadi. Auditing, Jakarta: Salemba Empat, 1998.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1999.

Katoppo, Aristides. Pasar Modal Indonesia, Restrospeksi Lima Tahun

Swastanisasi BEJ, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.

Lihat Tim Perumus, “Conflict Of Interest Dalam Praktek Perusahaan Dan

Profesional” dan Newsletter No. 49 Juni 2002 PPH, Jakarta, 2002.

117

Universitas Sumatera Utara


118

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Dagang tentang Surat-Surat Berharga, Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2003.

Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia.

Prenada Media. Jakarta. 2004.

Purnomo, Budi. Obligasi Daerah, Bandung: Alfabet, 2009.

Samsul, Mohammad. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. PT. Gelora Aksara

Pratama, Jakarta, 2006.

Salim, Piter dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer,

Jakarta: Modern English Press, 2002.

Rokhmatussa’dyah, Ana dan Suratman. 2011. Hukum Investasi dan Pasar Modal.

(Jakarta: Sinar Grafika).

Tarinayanti, dan Yulia Qamariyanti. 2009. Hukum Pasar Modal Di Indonesia.

(Jakarta: Sinar Grafika).

Soekanti, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2007.

Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009.

M Fakharuddin, Hendy. 2008. Go Public (Strategi Pendanaan dan Peningkatan

Nilai Perusahaan). (Jakarta: Elex Media Komputindo).

Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan Edisi 3. (Jakarta: Mitra Wacana

Media).

Moechdie, Abu Hurairah dan Haryasid Ramelan. 2012. Gerbang Pintang

PasarModal Edisi 1. (Jakarta: PT. Capital Bridge Advisor).

Sudarsono, Kamus Hukum, Cet.3, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Sutedi, Adrian. Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Universitas Sumatera Utara


119

A. Setiadi,. 1996. Obligasi dalam Porspektif Hukum Indonesia. (Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti).

Untung, Budi. 2011. Hukum Bisnis Pasar Modal. (Yogyakarta: CV. Andi Offset).

Tuanakota, Theodorus M Auditing, Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik,

Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1997.

Tunggal, Imam Sjahputra dan Amin Widjaja Tunggal, Membangun Good

Corporate Governance (GCG), Harvarindo, Jakarta, 2002.

Fuady, Munir. 2001. Pasar Modal Modern. (PT. Citra Aditya Bakti).

Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. 2004. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia.

(Jakarta: Kencana).

Z. Alwi, Iskandar. 2003. Pasar Modal Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Sinar Grafika).

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara

Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah

PP Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah

C. Jurnal

Universitas Sumatera Utara


120

Mardiasmo, Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi

Sektor Publik, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 2, No. 1, Mei 2006

D. Web

http://www.hukumonline.com/berita/baca/strategi-pembuatan-legal-due-diligence-

yang-tanpa-celah (diakses tanggal 7 Januari 2018, pukul 01.30 WIB)

http://www.bapepam.go.id/PemeringkatEfek/index.htm (diakses tanggal 3

Februari 2018, pukul 16.45 WIB)

Wikipediaindonesia.com merupakan kamus penelusuran Bahasa Indonesia

(diakses tanggal 6 Februari 2018, pukul 14.30 WIB)

http://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-fungsi-dan-instrumen-pasar-

modal.html (diakses tanggal 17 Februari 2018, pukul 19.45 WIB)

http://wikipedia.org/wiki/Kantor-akuntan-publik (diakses tanggal 18 Februari

2018, pukul 10.32 WIB)

http://accounting.binus.ac.id/2014/07/15/artikel-mengenai-uu-no-5-tahun-2011-

tentang-akuntan-publik (diakse tanggal 18 Februari 2018, pukul 16.30 WIB)

magisterakuntansi.blogspot.com/2013/12/jasa-akuntan-publik.htm (diakses

tanggal 18 Februari 2018, pukul 19.20 WIB)

http://www.bimbie.com/berita-tentang-akuntansi.htm (diakses tanggal 18 Februari

2018, pukul 21.09 WIB)

http://aminsetio2002.files.wordpres.com/2013/10/perizinan-akuntan-publik-dan-

kap.doc (diakses tanggal 18 Februari 2018, pukul 21.30 WIB)

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/417-artikel-perimbangan-

keuangan/20172-obligasi-daerah-sebagai-alternatif-pembiayaan-kegiatan-

Universitas Sumatera Utara


121

investasi-publik-oleh-pemerintah-daerah (diakses tanggal 23 Februari 2018,

pukul 21.30 WIB)

http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Buku_Panduan_Obligasi_Daerah.pdf

(diakses tanggal 26 Februari 2018, pukul 15.05 WIB)

http://iaiglobal.or.id (diakses tanggal 28 Februari 2018, pukul 14.00 WIB)

http://repository.wima.ac.id/1009/2/BAB%201.pdf (diakses tanggal 1 Maret 2018,

pukul 14.00 WIB)

http://www.academia.edu/7269250/Peranan_Profesi_Akuntan_di_Pasar_Modal

(diakses tanggal 5 Maret 2018, pukul 20.00 WIB)

http://uwkshukum.blogspot.co.id/2014/07/makalah-pemda-obligasi-daerah-

merupakan.html (diakses tanggal 9 Maret 2018, pukul 16.00 WIB)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai