Anda di halaman 1dari 6

Nama : M.

Syukrihady Irsyad
No BP : 2120532029
Tugas Resume Financial Distress dan CAMELS

Financial Distress

Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan
adalah kegunaannya untuk meramal kontiunitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi
kelangsungan hidup perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk
mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan mengantisipasi kondisi yang menyebabkan
kemungkinan adanya potensi kebangkrutan.

Menurut Platt (2002) mendefinisikan financial distress merupakan suatu kondisi dimana
keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau sedang krisis. Dengan kata lain financial
distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya. Sedangkan kesulitan keuangan merupakan kesulitan
likuiditas sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan kegiatan operasinya dengan baik.

Indikasi terjadinya kesulitan keuangan atau financial distress dapat diketahui dari kinerja
keuangan suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat diperoleh dari informasi akuntansi yang
berasal dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan mengenai posisi
kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan serta informasi lainnya yang diperlukan ileh
pemakai informasi akuntanasi.

Platt (2002) menyatakan kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami financial distress
adalah

1. Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya


kebangkrutan
2. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover agar perusahaan lebih
mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan lebih baik.
3. Memberikan tanda peringatan dini/awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan
datang.

Prediksi financial distress perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak (Almilia, 2003). Pihak
– pihak yang menggunakan model tersebut meliputi :

1. Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress menpunyai


relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan
memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang
telah diberikan.

2. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan
menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali
pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi
kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Hal ini
menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan
perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.

4. Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dan antitrust
regulation.

5. Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor
dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.

6. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan


menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung
(kerugan penjualan atau kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan). Sehingga dengan
adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari
kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung
dari kebangkrutan.

Kinerja perbankan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan


keuangan, Informasi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai
dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal hal lain yang
langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga
sekuritas, dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Kinerja bank merupakan suatu ukuran keberhasilan atau tidaknya kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen perbanka. Kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu
diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya.

Untuk memprediksi kinerja keuangan diperbankan pada prinsipnya tetap mengacu


kepada tingkat kesehatan bank berdasarkan penilaian kinerja dengan menggunakan ukuran
CAMEL. Penilaian kesehatan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah
terhadap bank yang bersangkutan. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan
analisis CAMEL (Kasmir, 2003). Unsur-unsur penilaian dalam analisis CAMEL adalah sebagai
berikut:

1. Capital (Permodalan) Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh


salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (capital adequacy ratio)
yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko
(ATMR).

2. Assets (Kualitas Aset) Penilaian kualitas asset digunakan untuk menilai asset yang
dimiliki bank dan harrus sesuai dengan peraturan oleh BI dengan memperbandingkan
antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Aktiva produktif
tersebut berupa penanaman dana bank dalam bentuk kredit, surat berharga dan lainnya.
3. Management (Manajemen) Penilaian didasarkan kepada manajemen permodalan,
manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen umum.
Peningkatan kualitas manajemen bank diperlukan untuk meningkatkan good corporate
governance dari manajemen bank itu sendiri, sehingga praktek-praktek perbankan yang
tidak sehat dapat diminimalisir atau dihilangkan.

4. Earning (Rentabilitas) Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yang dilihat
pada kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba juga untuk mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat
adalah bank yang diukur secara rentabilitas meningkat. Penilaian ini dilakukan dengan
ROA, ROE dan BOPO.

5. Liquidity (Likuiditas) Likuiditas suatu bank mempunyai peranan yang sangat penting
dalam mengelola perbankan. Likuiditas juga bertujuan untuk mengukur seberapa likuid
suatu bank memenuhi kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Kinerja keuangan dikatakan baik apabila hasil yang dicapai dapat memenuhi standar dan
target yang telah ditetapkan perusahaan, juga mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola sumber dayanya. Jika perusahaan perbankan tidak dapat mengelola sumber dayanya
dengan baik, maka kondisi ini mencerminkan perusahaan dalam keadaan lemah. Oleh karena itu,
perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mencegah turunnya kinerja keuangan agar tidak terjadi
kondisi keuangan yang tidak diharapkan yaitu kondisi financial distress bahkan kondisi
kebangkrutan.

CAMELS

Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan dalam
perekonomian Indonesia dan industry perbankan serta dalam menjaga fungsi intermediasi. Pada
krisis ekonomi global, bank-bank menengah dan kecil yang tidak menerima bantuan likuiditas
dari pemerintah mengalami penurunan dana simpanan masyarakat. Menurunnya dana simpanan
masyarakat membuat industry perbankan berusaha mempertahankan dana-dana yang mereka
miliki untuk menjaga likuiditas bank dengan cara memberikan tingkat suku bunga yang tinggi.

Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian
tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset quality, Management,
Earnings, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk. Kriteria Sensitivity to market risk merupakan
aspek tambahan dari metode penilaian kesehatan bank yang sebelumnya yaitu CAMEL. CAMEL
pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikerluarkannya paket februari 1991 mengenai
sifat sifat kehati hatian bank. Paket tersebut dikerluarkan sebagai dampak kebijakan paket
kebijakan 27 oktober 1988 (pakto 1988). CAMEL berkembang menjadi CAMELS pertama kali
pada tanggal 1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS berkembang di Indonesia pada akhir tahun
1997 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter.

Analsisi CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank
umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 perihal system penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang system penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah.

Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesiamencakup penilaian


terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:

a. Permodalan (Capital)

 Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi komponen-komponen berikut ini :

1) Kecukupan modal
2) Komposisi modal
3) Proyeksi (trend ke depan) permodalan
4) Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah
5) Kemampuan bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan modalyang berasal
dari laba
6) Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan
7) Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham
untukmeningkatkan permodalan bank yang bersangkutan.

b. Kualitas Aset (Asset quality)

 Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut ini :

1) Kualitas aktiva produktif 


2) Konsentresi eksposur risiko kredit
3) Perkembangan risiko kredit bermasalah
4) Kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur
6) Sistem kaji ulang (review) internal
7) Sistem dikomentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah

c. Manajemen (Management)
 Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut ini :

1) Kualitas manajemen umum dam penerapan manajemen risiko


2) Keputusan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada bankIndonesia dan
atau pihak lain.

d. Rentabilitas (Earning)

 Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut ini :

1) Pencapaian return on asset (ROA)


2) Pencapaian return on equity (ROE)
3) Pencapaian NIM (Net Interest Margin)
4) Tingkat efisiensi
5) Perkembangan laba operasional
6) Diversifiksi pendapatan
7) Penerapan prinsip akuntansi dan pengakuan pendapatan dan biaya
8) Prospek laba operasional

e. Likuiditas (Liquidity)

 Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut ini : 

1) Rasio aktiva/pasiva yang likuid


2) Potensi maturity mismatch
3) Kondisi loan to deposit ratio (LDR)
4) Proyeksi cash flow (arus kas)
5) Konsentresi pendanaan
6) Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilitymanagement)
7) Akses kepada sumber pendanaan
8) Stabilitas pendanaan

f. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)

 Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :

1) kemampuan modal bank dalam meng-cover potensi kerugian sebagai akibatfluktuasi


(adverse movement) suku bunga dan nilai tukar 
2) kecukupan penerapan manajemen risiko pasar 

Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada
factor CAMEL. Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian tingkat kesehatan
juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan penyempurnaan system
penilaian bank yang baru, yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau risiko pasar.
Meskipun secara umum factor CAMEL revelan dipergunakan untuk semua bank, tetap bobot
masing-masing factor akan berbeda untuk masing masing jenis bank, Dengan dasar ini maka
penggunaan factor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan
BPR. Bobot masing masing factor CAMEL untuk bank umum dan BPR ditetapkan sebagai
berikut :

No Faktor CAMEL Bank Umum BPR


1 Permodalan 25% 30%
2 Kualitas Aktiva 30% 30%
Produktif
3 Kualitas Manajemen 25% 20%
4 Rentabilitas 10% 10%

Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot masing-
masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukansama tanpa ada pembedaan
antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yangdimaksud dengan penilaian bank adalah
penilaian bank umum dan BPR. Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada
dasarnyadilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh
terhadapkondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan
menilaifaktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas
danlikuiditas.

 Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan denganmelakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dankomponen tersebut
selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruhterhadap kesahatan suatu bank.
Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredityang dinyatakan
dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas
dasar bobot dan nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaanketentuan-
ketentuan yang lain sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.

Anda mungkin juga menyukai