0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan5 halaman
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
1. Dokumen tersebut membahas tentang ujian akhir semester mata kuliah antropologi agama yang mencakup pertanyaan tentang agama baru, hubungan agama dan perubahan sosial, serta radikalisme agama.
2. Jawaban mahasiswa mendiskusikan penyebab munculnya agama baru, peran agama dalam perubahan sosial, dan penyebab terjadinya radikalisme agama bes
Deskripsi Asli:
Judul Asli
MUH.ARDIANSYAH_1968042014_UJIAN AKHIR SEMSTER_ANTROPOLOGI AGAMA
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
1. Dokumen tersebut membahas tentang ujian akhir semester mata kuliah antropologi agama yang mencakup pertanyaan tentang agama baru, hubungan agama dan perubahan sosial, serta radikalisme agama.
2. Jawaban mahasiswa mendiskusikan penyebab munculnya agama baru, peran agama dalam perubahan sosial, dan penyebab terjadinya radikalisme agama bes
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
1. Dokumen tersebut membahas tentang ujian akhir semester mata kuliah antropologi agama yang mencakup pertanyaan tentang agama baru, hubungan agama dan perubahan sosial, serta radikalisme agama.
2. Jawaban mahasiswa mendiskusikan penyebab munculnya agama baru, peran agama dalam perubahan sosial, dan penyebab terjadinya radikalisme agama bes
NAMA : MUH.ARDIANSYAH NIM : 1968042014 PRODI : PEND. ANTROPOLOGI MATA KULIAH: ANTROPOLOGI AGAMA
1. Dunia postmo yang memunculkan wacana pentingnya agama baru
kemudian memunculkan kebangkitan kesadaran beragama baru di era postmodernisme. a. Apa yang menjadi penyebab kemunculan kesadaran beragama baru tersebut, dan Jawaban : Di antara penyebabnya adalah; (a) gagalnya sains dan teknolog i dalam memberikan jawaban yang pas tentang makna (meanings) hidup. K ondisi ini diperparah lagi ketika sains—masih ―netral‖ tidak berbalik; objekt if; mewujud menjadi saintisme—mengideologi; sarat dengan interest; kepen tingan-kepentingan dan juga gagal menepati janji pencerahannya berupa k ebahagiaan total kepada manusia;13 (b) agama-agama besar (formal) tidak mampu lagi mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan manusia dan kemanus iaan, agama tidak lebih sebagai sekedar masalah hubungan individual deng an Tuhan (privatisasi agama). Agama tidak tampil sebagai ―suatu kebutuh an‖ (public religion); kebutuhan bersama; (c) dalam perspektif postmo mem ang ada kecenderungan untuk merombak tatanan keberagamaan ―yang s eragam‖, klaim universalisme agama mulai digugat dan diganti dengan ―k eterbelahan‖ subjek; kebenaran pihak lain sudah mulai ―mengemuka‖. Dal am konteks ini, kecenderungan tersebut adalah sesuatu yang ―alami‖, dan dengan sendirinya tidak perlu dirisaukan. b. Apa yang dimaksud dengan agama baru tersebut! Jawaban : tipologi ―new religions‖ (agama baru) dalam tiga kategori, yakn i: agama yang menolak dunia (the world rejecting new religion); yang mene gaskan dunia (the world affirming new religion); dan yang mengakomodasi dunia (the world accommodating new religion). agama baru atau GAB adala h istilah yang digunakan untuk merujuk kepada suatu keyakinan keagamaa n atau suatu gerakan etis, spiritual atau filsafat yang masih baru yang buka n merupakan bagian dari sebuah aliran keagamaan atau lembaga agama y ang mapan. 2. Bagaimana hubungan dan kedudukan agama dengan perubahan sosial dalam presfektif antropologi. Jelaskan pendapat anda!. Jawaban : kebudayaan digunakan manusia untuk dapat beradaptasi denga n lingkungannya, dengan pelbagai material hasil kebudayaan yang bentukn ya beragam yang tentu saja diproduksi oleh manusia sendiri. Termasuk di d alamnya simbolsimbol yang diproduksi, digunakan, dan direproduksi oleh m anusia, yang tidak hanya sekedar bentuk-bentuk ekspresi, instrumentalitis, atau keterkaitanketerkaitan dengan keberadaan manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, maupun sosial sehingga Geertz mengatakan bahwa tan pa manusia, tidak ada kebudayaan, dan tanpa kebudayaan, tidak akan ada manusia (Geertz, 1973: 47).Bagi antropolog, pentingnya agama terletak pa da kemampuannya untuk berlaku; bagi seorang individu atau sebuah kelom pok sebagai sumber konsep umum namun jelas tentang dunia, dan hubung an-hubungan di antara keduanya di satu pihak, yaitu model dari segi agama itu, yang tak kurang jelasnya yaitu model untuk segi agama itu. Lebih lanjut, studi antropologis mengenai agama dengan demikian merupakan operasi d ua tahap, yaitu pertama, suatu analisis atas sistem makna-makna yang terk andung di dalam simbol-simbol yang meliputi agama tertentu, dan kedua, m engaitkan sistemsistem ini pada struktur-struktur sosial dan proses-proses psikologis. Hanya bila kita mempunyai sebuah analisis teoritis atas tindakan simbolis yang dapat dibandingnya dengan kepuasan (sofstikasi) pada apa y ang sekarang kita miliki untuk tindakan sosial dan psikologis, kita akan dap at secara efektif menguasai segi-segi kehidupan sosial dan psikologis itu ya ng di dalamnya agama memainkan sebuah peranan yang menentukan. 3. Kekerasan penganut agama secara terstruktur yang dikonstruk sebagai radikalisme dan pundamentalisme menjadi variabel dominan dalam berbagai tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Mengapa demikian, apa yang menjadi penyebab. Dan bagaimana solusi untuk mengatasi tersebut sehingga lahir harmonisasi kehidupan diantara ummat beragama. Kemukakan pandapat anda!. Jawaban : penyebab adanya radikalisme agama. Pertama, adanya beberapa ajaran dalam agama yang disalahpahami. Dalam Islam ada ajaran jihad dan mati syahid, yang ironisnya dianggap membenarkan aksi- aksi keras teroris. Penyebab kedua adalah mengenai adanya persoalan kesejahteraan di masyarakat, seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial. Telah banyak fakta di lapangan menyuguhkan kenyataan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial mampu membuat seseorang melakukan apa pun yang menguntungkan, walaupun itu jelas terlarang seperti radikalisme. Kemudian penyebab ketiga adalah adanya ideologi negara agama. Pada tahap tertentu ideologi negara agama turut menyuburkan paham terorisme. Karena sebagaimana diakui para teroris, mereka menjalankan semua aksinya dengan tujuan mendirikan negara agama. Bagi mereka, pemerintahan yang ada saat ini (termasuk Indonesia) mengikuti sistem kafir. Adapun penyebab keempat adalah adanya paham salafisme. Ideologi negara agama terus bertahan karena mengendap di balik kecenderungan salafisme di kalangan pemeluk agama. Salafisme adalah kecenderungan yang membayangkan masa lalu sepenuhnya suci, ideal, sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Pada era suci inilah negara agama diyakini pernah ada dan berdiri tegak dengan nilai-nilai luhur yang dipraktikkan paripurna. Kementerian Dalam Negeri dalam hal ini telah menyusun rencana aksi mendukung penanganan radikalisme yang meliputi. Mendorong pemerintah daerah membuat regulasi atau peraturan daerah seperti surat ederan yang memperintahkan aparatur sipil untuk bekerja sampai ke desa-desa melawan radikalisme Membentuk forum-forum kerukunan umat, tim kewaspadaan dini, tim penanggulangan terorisme. Forum ini harus dipergunakan pemerintah daerah untuk mencegah tindakan radikalisme individu atau kelompok Tim terpadu penanganan konflik sosial harus melaksanakan pemantauan terhadap pelaku aksi radikalisme dan terorisme Aparat di daerah harus memonitor atau memantau keberadaan kelompok- kelompok tertentu semisal warga negara Indonesia yang baru pulang dari luar negeri dan berpotensi membawa paham-paham radikal Pemerintah harus mendorong semua pihak hingga ormas-ormas di masyarakat untuk bersama menangkal radikalisme 4. Jelaskan keterkaitan antara ajaran agama yang anda yakini dengan spirit atau etos kerja. Jawaban : etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Etos Kerja menurut Islam didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal saleh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah,Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang pekerjaan merupakan bagian amanah dari Allah. Sehingga dalam Islam, semangat kerja tidak hanya untuk meraih harta tetapi juga meraih ridha Allah SWT. Yang membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya dengan nilai serta cara meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja merupakan kewajiban yang hakiki dalam rangka menggapai ridha Allah SWT. 5. Bagaimana pandangan ajaran agama yang anda yakini dengan adanya sikap bersyukur dan sikap pasrah terhadap nasib (fatalistik). Jawaban : sikap bersyukur pengakuan sungguh-sungguh bahwa semua rejeki dan anugerah yang menghadirkan perasaan nikmat dalam jiwa kita tidak didapat dengan usaha kita sendiri, melainkan berasal hanya dari Allah subhanahu wata’ala. Sehingga di dalam hatinya tertanam dengan erat bahwa semua kenikmatan berupa hasil usaha merupakan nikmat yang diiizini oleh Allah bukan semata-mata karena usaha kita. Dengan demikian ketika seseorang sudah terbiasa bersyukur berarti keimanan selalu bertambah dan semakin berbobot. Berkata Ibnu Hajar Al- Atsqolani dalam kitab Syarah Bukhori, barang siapa yang membaca do’a dibawah ini, maka hatinya tidak akan keras / mati. Di dalam Agama Islam, kita dilarang untuk menganut kepercayaan Fatalisme. Hal ini dikarenakan paham fatalisme menjadikan penganutnya memiliki jiwa yang mudah berputus asa dan pesimis. Fatalisme juga menjadikan seorang mukmin tidak mengimani rukun iman ke-6 yang berbunyi “Beriman kepada Qada dan Qadar”. Orang yang menganut fatalisme, akan berputus asa, pesimis, serta tidak memiliki keinginan untuk melakukan ikhtiar terhadap takdir yang ia dapat. Apabila ia mendapat kemiskinan, maka ia akan berputus asa kepada kemiskinannya, apabila ia mendapat kesakitan, maka ia akan berpesimis untuk sembuh, apabila ia menjadi orang jahat, maka ia akan kehilangan keinginannya untuk menjadi orang baik kembali. Itulah alasan mengapa fatalisme dilarang oleh ajaran agama Islam, sedangkan Allah SWT memerintahkan hambanya untuk senantiasa berikhtiar, optimis, dan pantang menyerah.