CT : MONICA S. TIANDAYUK,SPd.,S.Kep.Ns.,M.Kes
NIM : 711440019042
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma,
leiomioma, atau fibroid.
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang
paling sering ditemukan pada traktus genitalia wainta, terutama wanita usai produktif.
Walapun tidak sering, difungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup
infertilitas , abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi.
B. KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma Intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian
besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu
miometrium.
2. Mioma Subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang
paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma ini
bertangkai (penduculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya
dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum disebut
wandering/parasitic fibroid Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma Submukosa : merupakan mioma yang yang bertumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan
melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt.
C. ETIOLOGI
- Etiologi pasti belum diketahui
- Penigkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri memperngaruhi
pertumbuhan tumor
- Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah didentifikasi kromosom yang
membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibriod.
Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi patenal.
- Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause
jarang ditemukan sebelum menarke.
D. PATOFISIOLOGI
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. Ukuran mioma sangat bervariasi. Sangat
sering ditemukan pada bagian body uterus tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot
subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat
terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan
tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik
yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang
bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari mioma pada badan uterus dapat
menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan
cervik yang membuat bayi lahir sulit.
F. DIAGNOSA
Diagnosa mioma uteri dapat ditegakkan dari :
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
a. Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid
c. Nyeri perut bila terinterfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pemeriksaan abdomen
- Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
- Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
- Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal pemeriksaan
perlvis
b. Pemeriksaan penunjang
- Adanya dilatasi serviks
- Ulterus cenderung membesar, tidak beraturan dan membentuk nodul
-
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa mioma
uteri, sebagai berikut :
a. Ultra Senografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat
dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun Magnetic
Resonance Image (MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaan ini
penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan
perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
e. Laboratorium : hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan
pembesaran uterys menyerupai kehamilan.
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banging yang harus dipikirkan dengan adanya mioma uteri adalah kehamilan,
neoplasma ovarium, adenomiosis, keganasan uterus.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu :
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjasi sindrom abdomen akut.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abdomen yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasa karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma.
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus. Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri
secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang
belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan.
b. Histeretomi
Histeretomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut seviks uteri. Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak
menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang
simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada 2 cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravis
12 minggu) atau disertai dengan kelainan divagina misalnya rektokel,
sistekol atau enterokel.
Kriteria menurut American collage of Obstetricans Gynecologists
(ACOG) Untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba
dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahn uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan
anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rsa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat
dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang
mronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi
miksi yang sering.