I. PENDAHULUAN
Abstrack − GNU Radio Beacon Receiver (GRBR) mainly
Penggunaan penerima beacon pada satelit berorbit rendah
planned used for tomography of total electron content (TEC)
menjadi sebuah alat yang potensial untuk penelitian struktur
ionosfer in Indonesian region. GRBR has installed on
Kototabang, Pontianak, Menado that continuosly receives
dua dimensi bahkan tiga dimensi ionosfir. Nilai TEC yang
radio beacon signal from low earth orbital satellite (LEOs)
diperoleh diperkirakan di sepanjang jalur yang dilalui sinyal
mainly OSCAR, Cosmos, CNOFS, Formosat/COSMIC, for
mulai dari satelit ke penerima beacon. Hubungan antara
receiving TEC at each receiver. This GRBR Network is the
nilai TEC dan kerapatan elektron dapat dijelaskan dengan
first observation based on beacon in Indonesia. The resulted
persamaan 1 [1] :
TEC from beacon receiver show that TEC on east area higher
TEC = ∫p N(s) ds (1)
than west area.
Key Word − Ionosfer, TEC, beacon receiver Dengan N(s) adalah distribusi kerapatan elektron dan p
merupakan jalur yang dilalui sinyal antara satelit dan
Abstrak − GNU Radio Beacon Receiver (GRBR) yang telah
penerima beacon. Penerima pada dasarnya mengukur
dipasang di Indonesia utamanya digunakan untuk tomograpi total
perbedaan dopler (doppler shift) antara sinyal berfrekuensi
electron content (TEC) lapisan ionosfir wilayah Indonesia.
150 MHz dan 400 MHz, yang dipancarkan secara coherent
Penerima beacon telah dipasang di Kototabang, Pontianak,
dari satelit beacon dan perbedaan dopler ini dihubungkan
Menado yang secara terus-menerus menerima sinyal radio beacon
dengan slant TEC sepanjang jalur sinyal. Nilai TEC yang
satelit yang berorbit rendah (Low Earth Orbital Satellite (LEOs))
diperoleh diperkirakan dari sepanjang sejumlah jalur sinyal
utamanya OSCAR, Cosmos, CNOFS, Formosat/COSMIC, untuk
yang mendefinisikan lintasan sebuah satelit LEO yang
mendapatkan data TEC di lokasi tersebut, yang kemudian
ditentukan oleh penerima berbasis bumi pada lokasi
digunakan untuk rekonstruksi tomograpi dari kerapatan elektron
penerima. TEC bisa didefenisikan sebagai integral garis dari
ionosfir. Jaringan GRBR ini merupakan yang pertama untuk
kerapatan elektron sepanjang lintasan sinyal dari satelit ke
pengamatan TEC berbasis beacon di Indonesia. Hasil TEC yang
sistem penerima beacon seperti ditunjukkan pada persamaan
diperoleh menunjukkan bahwa TEC di wilayah timur lebih tinggi
1 [2][3]. TEC telah digunakan untuk penelitian variasi dari
dari wilayah barat.
phenomena ionosfir seperti anomaly ekuatorial [4]
Kata Kunci − Ionosfir, TEC, penerima beacon Pengamatan dilakukan dengan cara memasang deretan
penerima di sepanjang garis katulistiwa.
Saat ini GPS telah secara luas digunakan untuk penelitian
lapisan ionosfer. Namun, hasil yang terbaru dari pengamatan
GPS berbasis bumi hanya memberikan beberapa informasi
pada struktur horizontal ionosfer, tetapi sangat terbatas
dalam pemetaan struktur vertikalnya. Dalam tulisan ini,
dibahas nilai TEC yang diperoleh dari sistem penerima
beacon di 3 lokasi [5] dan kemudian dibandingkan dengan
kerapatan elektron yang diperoleh dari hasil model IRI 2007
di 3 lokasi yang sama dan waktu yang sama juga, yang
merupakan bagian dari penelitian kerapatan elektron
ionosfer diwilayah katulistiwa Indonesia.
163
STM-10 SMAP 2012
Penerima beacon merupakan sebuah sistem yang terdiri Global Positioning Sistem (GPS) bekerja secara terus
dari perangkat keras USRP, perangkat lunak GNU Radio, menerus selama 24 jam dengan resolusi temporal 30 detik
penguat sinyal dan antenn. Diagram blok bagian bagian [7], sehingga GPS dapat memberikan informasi dengan
sistem penerima beacon ditunjukkan pada gambar 1. sampling frekuensi yang tinggi lapisan ionosfir yang dilalui
sinyal dari satelit ke sistem penerima beacon. Untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat tentang
distribusi kerapatan elektron, hal yang perlu dilakukan
adalah untuk mendapatkan line-of-sight yang tepat dari
pengukuran dengan frekuensi ganda.
164
STM-10 SMAP 2012
20 10
-20
10 -30
-40
5 -50
-60
0 -70
0 100 200 300 400 500 600 700 0 100 200 300 400 500 600 700
waktu (s) waktu (s)
20
Power Sinyal 400 MHz Pemilihan data dilakukan karena keterbatasan data yang
r.=ktb, b-.=ptk, g- = mnd, CNOFS diterima sistem penerima secara bersamaan di 3 stasiun.
18
Nilai TEC yang diperoleh mempunyai nilai yang berbeda di
16
3 stasiun, dengan nilai minimum -61,7 di MND, -38,49 di
14
MND dan -7,898 di KTB. Nilai relative tersebut belum di
12 normalisasi untuk menunjukkan keaslian data yang
relatif power
Nilai TEC
70
Gambar 3a dan 3b menunjukkan besar daya yang diterima r.=ktb, b-.=ptk, g- = mnd, CNOFS
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
waktu (s)
165
STM-10 SMAP 2012
Gambar 5 menunjukan nilai TEC yang sudah dinormalisasi Mencari hubungan parameter nilai TEC yang diperoleh dari
dengan nilai terendah di geser menjadi nilai nol. Nilai TEC sistem penerima beacon dengan kerapatan elektron dan juga
di lokasi MND setelah detik ke 400 mengalami distorsi, hal akurasi parameter menjadi pekerjaan selanjutnya dari
ini karena posisi penerima terhalang bangunan si sebelah penelitian ini.
timur sistem penerima beacon.
V. KESIMPULAN
Hasil model IRI 2007 Dari hasil pengukuran TEC sistem penerima beacon
1000
diperoleh bahwa nilai TEC di wilayah timur lebih tinggi
r:=ktb,b-=pnt,g-=mnd
dari wilayah barat katulistiwa. Untuk itu nilai TEC yang
900
diperoleh dari penerima beacon akan digunakan untuk
800 penentuan perkiraan kerapatan elektron di lapisan ionosfir
700 Indonesia. Korelasi antara nilai TEC yang diperoleh dari
penerima beacon dan kerapatan elektron akan ditentukan
ketinggian (km)
600
dari hasil penelitian selanjutnya dengan metoda tomograpi.
500
400
300
166