167
STM-11 SMAP 2012
II. PERANCANGAN PROTOTIPE NANOSATELIT konfigurasi sistem nanosatelit itu telah diinstalasi kedua
pasang antena CP array yang telah terpasang di kedua
Prototipe nanosatelit yang telah dibuat menggunakan dua
sisinya. Antena tersebut dapat bergerak terbuka dan tertutup
buah lungs array antena dibangun dari struktur microstrip
sebesar sudut 90 derajat.
yang di tempatkan di kedua sisi dari body nanosatelit.
Untuk langkah kajian lebih mutakhir aspek perancangan
Konfigurasi sistem antenna semacam ini diperlihatkan pada
dari prototipe nanosatelite ini sudah seharusnya memadukan
Gambar 1. Box prototipe satelit itu sendiri berbentuk prisma
sistem catuan listrik hybrid yang berasal dari power charger
segi enam dengan tinggi 25 cm dan lebar masing-masing
dan solar panel. Inovasi yang sangat menarik dapat
sisinya 11,75 cm dimana dirancang agar dapat memuat
dilakukan dengan membungkus keseluruhan bagian luar
semua komponen elektronika untuk membangun sistem
“satellite body” dengan bahan solar cell yang terhubung
komunikasi dan sistem kelistrikannya serta sistem mekanik
langsung dengan unit power charger. Sementara itu, “space”
pendukung lainnya. Kedua buah microstrip lungs array
permukaan atas pada antena array lungs bisa juga dibungkus
antenna [1-2] tersebut dikonfigurasikan sedemikian rupa
lapisan “solar cell” agar dapat dimanfaatkan juga sebagai
agar dapat bergerak menutup dan membuka sejauh 90
sumber pencatuan listrik keseluruh rangkaian sistem
derajat. Mekanisme gerak antena semacam ini diperlukan
nanosatelit.
ketika prototipe nanosatelit ini berada pada fase peluncuran
menggunakan media roket. Jika pada tahapan peluncuran ini
telah diperoleh ketinggian yang diinginkan maka body
nanosatelit akan berpisah dengan sistem roket peluncur
secara otomatis.
Ketika ketinggian nanosatelit telah berada pada posisi
yang telah ditentukan maka selanjutnya sistem mekanik
antena dan sistem kelistrikan yang berpadu padanya akan
beroperasi. Sistem kecerdasan pada nanosatelit akan
difungsikan untuk membuka setting konfigurasi antena
lungs array sehingga komunikasi dengan ground station
dapat dibangun sesegera mungkin. Kinerja antena tersebut
digerakkan oleh dua buah motor servo yang dikontrol oleh
rangkaian mikrokontroller.
Material yang digunakan dalam pembuatan box prototipe
nanosatelit menggunakan metal berbahan aluminium dan
fiber. Secara lebih terinci daftar material yang digunakan
untuk membangun piranti satelit beserta berat untuk masing-
Gambar 2. Hasil akhir perancangan prototipe nanosatelit
masing unit dapat secara lebih jelas dilihat pada table
berikut ini:
Tabel 1. Rincian berat material prototipe nanosatelit
Tahapan akhir dari proses pra-perancangan prototipe III. HASIL PENGUKURAN DAN EVALUASI
nanosatelit yakni langkah pembuatan rangka dan box serta
proses pemasangan semua komponen elektronik yang akan Aktifitas kajian dan pra-perancangan prototipe nanosatelit
diinstalasi didalamnya untuk selesai dikerjakan. Secara ini masih jauh dari sifat kesempurnaan. Metoda pengujian
ilustratif hasil akhir pra-perancangan sistem nanosatelit dan pengukuran sejumlah parameter unjukkerja nanosatelit
diperlihatkan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Dimana terlihat dilakukan dengan menggunakan konsep pendekatan yang
secara jelas, berdasarkan Gambar 2 tersebut, bahwa pada pernah diadopsi terdahulu oleh Josaphat et al., 2005 [4].
168
STM-11 SMAP 2012
Pada pengukuran ini digunakan perangkat prototipe a2 + b2 = c2 maka hasil pengukuran suhu ke receiver dengan
nanosatelit sebagai transmitter yang melakukan jarak terjauh 25,24 meter seperti yang ditunjukkan pada
penginderaan suhu. Hasil pengukuran suhu selanjutnya gambar di bawah ini.
dikirimkan dan diterima oleh rangkaian receiver yang
terhubung dengan piranti komputer. Pengukuran prototipe
nanosatelit dilakukan di Kampus Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin yang terletak di Jalan Sunu,
Makassar. Pengukuran kinerja prototipe nanosatelit ini
dilakukan pada dua kondisi lingkungan propagasi yang
berbeda. Yang pertama yaitu kondisi LOS (Line of Sight)
dimana prototipe nanosatelit memancarkan hasil
pengukuran suhu ke receiver. Dengan ketinggian jarak
pengujian transmitter dari permukaan tanah 3,5 meter serta
jarak horizontal terjauh posisi dari perangkat receiver di
permukaan tanah sekitar 30 meter. Dengan menggunakan Gambar 5: Pengukuran kinerja prototipe nanosatelit
rumus phytagoras a2 + b2 = c2 maka akan didapatkan hasil kondisi NLOS
kalkulasi jarak terjauh receiver masih dapat menerima
pembacaan telemetri suhu dari prototipe nanosatelit secara Hasil pengukuran suhu secara remote, pada saat kondisi
normal adalah sejauh 30,2 meter seperti yang ditunjukkan lingkungan propagasi NLOS, yang terbaca di komputer
pada gambar di bawah ini. dapat dilihat pada gambar dibawah ini
169
STM-11 SMAP 2012
DAFTAR ACUAN
[1] E. Palantei, J.T. Sri Sumantyo, K. Osa, and Yohandri,
Lungs Shape Antennas, will be submitted to IEEE
Antennas and Wireless Propagation Letters, 2012.
[2] E. Palantei, J.T. Sri Sumantyo, and Kohei OSA,
“Rectangular Patches Array Utilized Coaxial Edge
Feeding and 90o Phase Shifter for Achieving CP
Property,” IEICE-ICSANE, Bali, Indonesia, 17-19
October 2011, pp.123-126.
[3] Ade Candra dan Danang Santoso, 2012,“Rancang
Bangun Komponen Pasif RF Untuk Aplikasi
Teknologi Wireless”. Tugas Akhir Sarjana, Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Hasanuddin, Makassar, Indonesia.
[4] Josaphat T.S. Sumantyo, Koichi Ito, M. Takahashi,
“Dual-Band Circularly Polarized Equilateral
Triangular-Patch Array Antenna for Mobile Satellite
Communications,” IEEE Transactions on Antennas
and Propagation, Vol.53, No.11, November 2005,
pp.3477-3485.
170