Anda di halaman 1dari 4

STM-11 SMAP 2012

Pra-Konstruksi Prototipe Nanosatelit ISM Band 2,4 GHz untuk


Aplikasi Telemonitoring Lingkungan

Elyas Palantei1, Zakiy Ubaid2, Bayu Topalaguna3,dan Syafruddin Syarif4


1,2,3,4
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea, Makassar, Indonesia
elyas_palantei@unhas.ac.id, usil.suka@gmail.com, bayu047@gmail.com, dan syarifuddin_s@unhas.ac.id

Abstract — This paper discusses several aspects of the pre- I. PENDAHULUAN


construction of a nano satellite prototype. Nanosatellite's
research activities itself include the design of antenna systems Perkembangan teknologi satelit saat ini telah tumbuh
using 2 units of lungs array constructed from the microstrip secara pesat dan diaplikasikan pada bidang kehidupan yang
structural materials, mechanical systems and other supporting sangat luas. Salah satu bidang penerapan yang sangat
antenna systems such as transmission lines and power devider / menarik dan memiliki manfaat yang sangat besar bagi
combiner 2:1, the transmitter design and its electrical power ummat manusia terkait pemanfaatan satelit adalah bidang
supply, and manufacturing of the casing or box for the
nanosatellite prototype. The performance of the nanosatellite penginderaan jarak jauh. Banyak hal yang dapat dikerjakan
prototype was tested in two simple environments that well terkait teknologi penginderaan jarak jauh semacam ini,
represented the actual communication link conditions, i.e. LOS yakni pemetaan potensi sumber daya mineral dan hayati,
(line of sight) and NLOS (non line of sight). Based on the pemonitoringan kondisi lingkungan termasuk suhu, kualitas
number of experiments carried out it is obviously that there udara, potensi gangguan badai dan sebagainya [1-2].
exist the performance differences of the nanosatellite in the two Pada penelitian ini dilakukan pra-perancangan dan
environments. Whole performance in NLOS environments is
much lower than the testing resulted from a LOS environment.
pembuatan prototipe nanosatelit yang dapat bekerja pada
In this case, the communication distance range between the frekuensi 2,4 GHz. Perancangan pendahuluan terkait
nanosatellite and the local monitoring station decreased prototipe nanosatelit ini sendiri diawali agar dapat berfungsi
approximately 16.6% was recorded. This is due to the many baik sebagai pengirim data telemetri khususnya temperatur
disturbing factors and barriers existed along the propagation ke groundbase. Sistem nanosatelit yang dibangun ini
link between the nanosatellite system and the central bekerja pada frekuensi pita ISM 2,4 GHz.
monitoring unit on the ground that caused the degradation of
Tahapan disain dan pembuatan prototipe satelit terbagi
signal power transmission.
Keywords — divider/combiner, microstrip lung antenna atas 4 bagian, yaitu yang pertama perancangan sistem
nanosatellite, radiation pattern, prototype antena untuk sistem satelit secara keseluruhan; yang kedua
pembuatan sistem mekanik dan pendukung sistem antena
Abstrak — Karya ilmiah ini membahas aspek pra-konstruksi dari termasuk saluran transmisi dan power divider/ combiner 2:1,
suatu prototipe nanosatelit. Kegiatan riset nanosatelit ini sendiri yang ketiga perancangan perangkat ransmitter serta sistem
meliputi perancangan sistem antena menggunakan 2 buah antena
kelistrikannya, dan yang terakhir pembuatan casing atau
lung terbuat dari struktur bahan microstrip, pembuatan sistem
mekanik dan untuk pendukung sistem antena seperti saluran box dan perampungan tahapan akhir prototipe nanosatelit.
transmisi dan power devider/combiner 2:1, perancangan perangkat
transmitter dan sistem kelistrikannya, serta pembuatan casing atau
box untuk prototipe nanosatelit. Pengujian kinerja prototipe
nanosatelit masih dilakukan dalam dua kondisi.lingkungan yang
sederhana dan merepresentasikan baik kondisi LOS (line of sight)
dan NLOS (non line of sight). Berdasarkan sejumlah eksperimen
yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa terdapat
perbedaan kinerja monitoring parameter lingkungan secara remote
diantara kedua jenis kondisi lingkungan propagasi. Itu semua
dikarenakan oleh banyaknya faktor pengganggu dan penghalang
muncul disepanjang link propagasi diantara sistem pemonitoring
nanosatelit dan sentral pemantau di permukaan tanah yang
mengakibatkan terdegradasinya level daya yang ditransmisikan.
Khusus untuk lingkungan NLOS maka kinerja nanosatelit akan
lebih rendah jika hasil pengujiannya dibandingkan dengan kondisi
lingkungan LOS. Penurunan jarak jangkauan komunikasi diantara
prototipe nanosatelit dan pusat pemonitoring lokal sekitar 16,6%
telah diperoleh.
Kata kunci — divider/combiner, microstrip lung antenna
nanosatelit, pola radiasi, prototype.
Gambar 1: Rancangbangun prototipe nanosatelit

167
STM-11 SMAP 2012

II. PERANCANGAN PROTOTIPE NANOSATELIT konfigurasi sistem nanosatelit itu telah diinstalasi kedua
pasang antena CP array yang telah terpasang di kedua
Prototipe nanosatelit yang telah dibuat menggunakan dua
sisinya. Antena tersebut dapat bergerak terbuka dan tertutup
buah lungs array antena dibangun dari struktur microstrip
sebesar sudut 90 derajat.
yang di tempatkan di kedua sisi dari body nanosatelit.
Untuk langkah kajian lebih mutakhir aspek perancangan
Konfigurasi sistem antenna semacam ini diperlihatkan pada
dari prototipe nanosatelite ini sudah seharusnya memadukan
Gambar 1. Box prototipe satelit itu sendiri berbentuk prisma
sistem catuan listrik hybrid yang berasal dari power charger
segi enam dengan tinggi 25 cm dan lebar masing-masing
dan solar panel. Inovasi yang sangat menarik dapat
sisinya 11,75 cm dimana dirancang agar dapat memuat
dilakukan dengan membungkus keseluruhan bagian luar
semua komponen elektronika untuk membangun sistem
“satellite body” dengan bahan solar cell yang terhubung
komunikasi dan sistem kelistrikannya serta sistem mekanik
langsung dengan unit power charger. Sementara itu, “space”
pendukung lainnya. Kedua buah microstrip lungs array
permukaan atas pada antena array lungs bisa juga dibungkus
antenna [1-2] tersebut dikonfigurasikan sedemikian rupa
lapisan “solar cell” agar dapat dimanfaatkan juga sebagai
agar dapat bergerak menutup dan membuka sejauh 90
sumber pencatuan listrik keseluruh rangkaian sistem
derajat. Mekanisme gerak antena semacam ini diperlukan
nanosatelit.
ketika prototipe nanosatelit ini berada pada fase peluncuran
menggunakan media roket. Jika pada tahapan peluncuran ini
telah diperoleh ketinggian yang diinginkan maka body
nanosatelit akan berpisah dengan sistem roket peluncur
secara otomatis.
Ketika ketinggian nanosatelit telah berada pada posisi
yang telah ditentukan maka selanjutnya sistem mekanik
antena dan sistem kelistrikan yang berpadu padanya akan
beroperasi. Sistem kecerdasan pada nanosatelit akan
difungsikan untuk membuka setting konfigurasi antena
lungs array sehingga komunikasi dengan ground station
dapat dibangun sesegera mungkin. Kinerja antena tersebut
digerakkan oleh dua buah motor servo yang dikontrol oleh
rangkaian mikrokontroller.
Material yang digunakan dalam pembuatan box prototipe
nanosatelit menggunakan metal berbahan aluminium dan
fiber. Secara lebih terinci daftar material yang digunakan
untuk membangun piranti satelit beserta berat untuk masing-
Gambar 2. Hasil akhir perancangan prototipe nanosatelit
masing unit dapat secara lebih jelas dilihat pada table
berikut ini:
Tabel 1. Rincian berat material prototipe nanosatelit

MATERIAL BERAT (kg)

Aluminium batang (0,5x


0,1
0,5) inch
Box dan
rangka Aluminium plat (0,5 mm) 0,2

Fiber (0,4 mm) 0,02


Antena 0,13
Power Supply 0,45
Rangkaian 0,1
Gambar 3: Konfigurasi unit transceiver dan rangkaian
Total berat prototipe nanosatelit 1,0 kg elektronika pendukung pada sistem nanosatelit

Tahapan akhir dari proses pra-perancangan prototipe III. HASIL PENGUKURAN DAN EVALUASI
nanosatelit yakni langkah pembuatan rangka dan box serta
proses pemasangan semua komponen elektronik yang akan Aktifitas kajian dan pra-perancangan prototipe nanosatelit
diinstalasi didalamnya untuk selesai dikerjakan. Secara ini masih jauh dari sifat kesempurnaan. Metoda pengujian
ilustratif hasil akhir pra-perancangan sistem nanosatelit dan pengukuran sejumlah parameter unjukkerja nanosatelit
diperlihatkan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Dimana terlihat dilakukan dengan menggunakan konsep pendekatan yang
secara jelas, berdasarkan Gambar 2 tersebut, bahwa pada pernah diadopsi terdahulu oleh Josaphat et al., 2005 [4].

168
STM-11 SMAP 2012

Pada pengukuran ini digunakan perangkat prototipe a2 + b2 = c2 maka hasil pengukuran suhu ke receiver dengan
nanosatelit sebagai transmitter yang melakukan jarak terjauh 25,24 meter seperti yang ditunjukkan pada
penginderaan suhu. Hasil pengukuran suhu selanjutnya gambar di bawah ini.
dikirimkan dan diterima oleh rangkaian receiver yang
terhubung dengan piranti komputer. Pengukuran prototipe
nanosatelit dilakukan di Kampus Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin yang terletak di Jalan Sunu,
Makassar. Pengukuran kinerja prototipe nanosatelit ini
dilakukan pada dua kondisi lingkungan propagasi yang
berbeda. Yang pertama yaitu kondisi LOS (Line of Sight)
dimana prototipe nanosatelit memancarkan hasil
pengukuran suhu ke receiver. Dengan ketinggian jarak
pengujian transmitter dari permukaan tanah 3,5 meter serta
jarak horizontal terjauh posisi dari perangkat receiver di
permukaan tanah sekitar 30 meter. Dengan menggunakan Gambar 5: Pengukuran kinerja prototipe nanosatelit
rumus phytagoras a2 + b2 = c2 maka akan didapatkan hasil kondisi NLOS
kalkulasi jarak terjauh receiver masih dapat menerima
pembacaan telemetri suhu dari prototipe nanosatelit secara Hasil pengukuran suhu secara remote, pada saat kondisi
normal adalah sejauh 30,2 meter seperti yang ditunjukkan lingkungan propagasi NLOS, yang terbaca di komputer
pada gambar di bawah ini. dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 3: Pengukuran kinerja prototipe nanosatelit untuk


kondisi LOS

Hasil pengukuran kinerja prototipe nanosatelit tersebut


dapat dilakukan melalui aktifitas pengukuran suhu secara
remote dan hasilnya dapat direkam pada layar komputer.
Salah satu hasil kegiatan telemonitoring suhu lingkungan
seperti ini diperlihatkan pada Gambar 4.

Gambar 6. Hasil pengukuran suhu pada kondisi NLOS

Dari kedua kondisi pengukuran kinerja prototipe


nanosatelit seperti diuraikan diatas, didapatkan bahwa untuk
jarak terjauh pengiriman data yang diterima oleh perangkat
receiver adalah sama untuk kondisi LOS dan NLOS, yaitu
30,2 meter dan 25,24 meter.

Gambar 4. Hasil pengukuran suhu pada kondisi LOS IV. KESIMPULAN


Dalam aktifitas riset berkelanjutan ini telah dirancang dan
Proses pengujian kinerja prototipe nanosatelit yang kedua
diimplementasikan prototipe nanosatelit yang terdiri dari 4
yaitu kondisi NLOS dengan terdapatnya penghalang berupa
unit utama, yaitu sistem antena, body (casing), sistem
pohon. Dengan ketinggian transmitter dari permukaan tanah
transceiver dan power supply, serta sistem kontrol dan
3,5 meter serta jarak terjauh receiver di permukaan tanah
mekaniknya. Untuk mendapatkan jarak yang maksimal
sekitar 25 meter. Dengan menggunakan rumus phytagoras
dalam pengiriman data dari prototipe nanosatelit ke sistem

169
STM-11 SMAP 2012

perangkat receiver maka dibutuhkan daya pancar yang


besar. Pengembangan teknologi nanosatelit ini harus terus
difokuskan pada sisi penguat daya yang mencukupi.
Pengukuran kinerja prototipe nanosatelit dilakukan dalam
dua kondisi. Yang pertama dalam kondisi LOS (Line of
Sight), dimana jarak terjauh receiver dapat menerima
pembacaan telemetri suhu dari prototipe nanosatelit adalah
30,2 m. Yang kedua dalam kondisi NLOS dimana terdapat
penghalang berupa pohon, jarak terjauh receiver dapat
menerima pembacaan telemetri suhu dari prototipe
nanosatelit sejauh 25,24 m.

DAFTAR ACUAN
[1] E. Palantei, J.T. Sri Sumantyo, K. Osa, and Yohandri,
Lungs Shape Antennas, will be submitted to IEEE
Antennas and Wireless Propagation Letters, 2012.
[2] E. Palantei, J.T. Sri Sumantyo, and Kohei OSA,
“Rectangular Patches Array Utilized Coaxial Edge
Feeding and 90o Phase Shifter for Achieving CP
Property,” IEICE-ICSANE, Bali, Indonesia, 17-19
October 2011, pp.123-126.
[3] Ade Candra dan Danang Santoso, 2012,“Rancang
Bangun Komponen Pasif RF Untuk Aplikasi
Teknologi Wireless”. Tugas Akhir Sarjana, Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Hasanuddin, Makassar, Indonesia.
[4] Josaphat T.S. Sumantyo, Koichi Ito, M. Takahashi,
“Dual-Band Circularly Polarized Equilateral
Triangular-Patch Array Antenna for Mobile Satellite
Communications,” IEEE Transactions on Antennas
and Propagation, Vol.53, No.11, November 2005,
pp.3477-3485.

170

Anda mungkin juga menyukai