Anda di halaman 1dari 20

HUKUM BISNIS

SENGKETA BISNIS

DOSEN : Drs. IDA BAGUS WIDIADNYANA, MM

KELOMPOK 4

NAMA ANGGOTA :
I GEDE SUARDANA PUTRA 1802612010378 / 05
I MADE WAHYUDI 1802612010386 / 11
KOMANG ZADGUNA WISNU DANA PUTRA 1802612010392 / 17
NI KADEK DIAH AYU APSARI 1802612010395 / 19
NI MADE DWI CINTYA PRADNYA PARAMITA 1802612010404 / 26
KELAS : MANAJEMEN SDM D (MALAM)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN AJARAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
SENGKETA BISNIS ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Hukum Bisnis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang hukum bisnis khususnya pada sengketa bisnis,
penyelesaian sengketa bisnis, litigasi dan non litigasi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ida Bagus
Widiadnyana,MM selaku dosen mata kuliah Hukum Bisnis yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 21 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.2 Tujuan..............................................................................................................2
BAB II ISI......................................................................................................................3
2.1 Pengertian Sengketa Bisnis.............................................................................3
2.1.1 Sengketa...................................................................................................3
2.1.2 Sengketa Bisnis........................................................................................4
2.2 Penyelesaian Sengketa Bisnis..........................................................................5
2.2.1 Dari Sudut Pandang Pembuat Keputusan................................................5
2.2.2 Dari Sudut Pandang Prosesnya................................................................6
2.3 Litigasi.............................................................................................................6
2.3.1 Pengadilan Umum...................................................................................7
2.3.2 Pengadilan Niaga.....................................................................................7
2.4 Non Litigasi.....................................................................................................8
2.4.1 Negosiasi..................................................................................................8
2.4.2 Mediasi....................................................................................................10
2.4.3 Konsiliasi.................................................................................................11
2.4.4 Arbritase..................................................................................................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa sekarang ini dengan adanya perkembangan zaman yang semakin
cepat membuat kebutuhan masyarakat semakin banyak dan meningkat. Tak
dipungkiri banyak usaha ataupun berbagai macam bisnis bermunculan untuk
menunjang kebutuhan yang diinginkan tersebut. Di setiap aktifitas bisnis yang
ada pasti berlandaskan hukum agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan yang
ditujukan dari setiap pelaku bisnis. Namun dalam mengamati aktifitas bisnis
tersebut masih didapati berbagai masalah yang beredar di dalam masyarakat
yang menimbulkan suatu pertentang bahkan sampai menimbulkan pertikaian.
Pertikaian yang ada muncul dari berbagai masalah yang biasanya timbul
karena perbedaan pendapat atau paham yang mereka anut. Pertikaian bermula
dari suatu persoalan yang kecil karena tidak cepat diselesaikan maka persoalan
tersebut menjadi besar. Persoalan ini sebaiknya cepat diselesaikan agar tidak
menjadi besar. Sengketa bisnis, pada umumnya dimulai dengan adanya
wanprestasi atau ingkar janji sehingga pihak yang lain merasa dirugikan. Di
dalam suatu pertikaian biasanya memerlukan perantara atau biasa disebut pihak
ketiga yang dapat membantu menyelesaikan persoalan tersebut. Banyak cara
menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitu dengan negosiasi, mediasi,
konsiliasi dan arbitrase. Keempat cara penyelesaian ini bisa digunakan agar
pertikaian dapat segera teratasi.
Bermula dari penyelesaian dengan membicarakan baik-baik diantara kedua
pihak yang bertikai, berlanjut bila pertikaian tidak dapat diselesaikan diantara
mereka maka dibutuhkan pihak ketiga yaitu sebagai mediasi, selanjutnya jika
tidak dapat melalui mediasi maka dibutuhkan pihak yang tegas untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika tidak dapat diselesaikan juga maka
membutuhkan badan hukum seperti pengadilan untuk menyelesaikan masalah
tersebut, cara ini bisa disebut dengan ligitasi. Secara keseluruhan cara-cara
tersebut dapat digunakan sehingga pertikaian dapat terselesaikan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan sengketa bisnis ?
2) Bagaimana penyelesaian sengketa bisnis ?
3) Apa yang dimaksud dengan litigasi dan non litigasi ?

1.3 Tujuan
1) Mengetahui apa yang dimaksud dengan sengketa bisnis.
2) Mengetahui bagaimana penyelesaian dari sengketa bisnis.
3) Mengetahui apa yang dimaksud dengan litigasi dan non litigasi.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Sengketa Bisnis


2.1.1. Sengketa
Arti dari kata sengketa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah sengketa [seng·ke·ta]: 1) sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat;
pertengkaran; perbantahan; 2) pertikaian; perselisihan; 3) perkara (dalam
pengadilan). Sengketa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Sengketa dapat
terjadi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, antara
kelompok dengan kelompok, antara perusahaan dengan perusahaan, antara
perusahaan dengan negara, antara negara satu dengan yang lainnya, dan
sebagainya. Dengan kata lain, sengketa dapat bersifat publik maupun bersifat
keperdataan dan dapat terjadi baik dalam lingkup lokal, nasional maupun
internasional.
Terdapat beberapa pengertian sengketa dari beberapa sumber buku antara lain
sebagai berikut:
1) Menurut Chomzah (2003:14), sengketa adalah pertentangan antara dua
pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu
kepentingan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi
keduanya.
2) Menurut Amriani (2012:12), sengketa adalah suatu situasi dimana ada
pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain, yang kemudian pihak
tersebut menyampaikan ketidakpuasan ini kepada pihak kedua. Jika
situasi menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadi lah apa yang
dinamakan dengan sengketa.
3) Menurut Rahmadi (2011:1), konflik atau sengketa merupakan situasi dan
kondisi di mana orang-orang saling mengalami perselisihan yang bersifat
faktual maupun perselisihan-perselisihan yang ada pada persepsi mereka
saja.

3
4

Dengan demikian, yang dimaksud dengan sengketa ialah suatu perselisihan


yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang saling mempertahankan persepsinya
masing-masing, di mana perselisihan tersebut dapat terjadi karena adanya suatu
tindakan wanprestasi dari pihak-pihak atau salah satu pihak dalam perjanjian.

2.1.2. Sengketa Bisnis


Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam
bentuk kerjasama bisnis. Mengingat kegiatan bisnis yang semakin meningkat, maka
tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa diantara para pihak yang terlibat.
Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan masalah yang melatar
belakanginya, terutama karena adanya conflict of interest diantara para pihak.
Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai macam
kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis.
Secara rinci sengketa bisnis dapat berupasengketa sebagai berikut:
1) Sengketa perniagaan
2) Sengketa perbankan
3) Sengketa keuangan
4) Sengketa penanaman modal
5) Sengketa perindustrian
6) Sengketa HKI
7) Sengketa konsumen
8) Sengketa kontrak
9) Sengketa pekerjaan
10) Sengketa perburuhan
11) Sengketa perusahaan
12) Sengketa hak
13) Sengketa property
Pada setiap perjanjian yang umumnya melahirkan perikatan yang bersifat
timbal-balik, maka kewajiban dari salah satu pihak adalah hak bagi pihak lainnya.
Perbuatan salah satu pihak menjalankan kewajibannya sekaligus memenuhi hak
pihak lain disebut sebagai prestasi.
5

Ketika dalam suatu perjanjian seluruh pihaknya menjalankan prestasi sesuai


ketentuan maka tidak akan ada pihak dalam perjanjian yang merasa dirugikan.
Sebaliknya apabila dalam suatu perjanjian ada pihak-pihak yang tidak memenuhi
prestasi sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian, maka sudah tentu ada pihak
yang merasa dirugikan. Ketika ada satu pihak yang merasa dirugikan dan kemudian
dilakukan ekspresi atas hal tersebut maka pada saat itu telah terjadi sengketa.
Pihak yang merasa dirugikan ini dapat menuntut pihak yang menimbulkan
kerugian tersebut dengan gugatan wanprestasi kedepan sidang pengadilan.
Wanprestasi dapat digugat ke hadapan sidang pengadilan apabila ada para pihak
yang menganggap bahwa pihak lainnya telah lalai dalam melaksanakan prestasinya.
Adapun kelalaian ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian antara lain:
a.) Tidak memenuhi kewajiban sama sekali;
b.) Terlambat memenuhi kewajiban;
c.) Memenuhi kewajiban tapi tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.

2.2 Penyelesaian Sengketa Bisnis


Penyelesaian sengketa bisnis pada umumnya dibagi berdasarkan dua sudut
pandang yaitu melalui sudut pandang pembuat keputusan dan dari sudut pandang
prosesnya. Adapun bagian dari dua sudut pandang tersebut antara lain sebagai
berikut:
2.2.1 Dari Sudut Pandang Pembuat Keputusan
Penyelesaian sengketa bisnis ini dilakukan melalui sudut pandang pembuat
keputusan diantaranya yaitu:
a.) Adjudikatif: mekanisme penyelesaian yang ditandai dimana
kewenangan pengambilan keputusan pengambilan dilakukan oleh pihak
ketiga dalam sengketa diantara para pihak.
b.) Konsensual/Kompromi: cara penyelesaian sengketa secara
kooperatif/kompromi untuk mencapai penyelesaian yang bersifat win-
win solution.
c.) Quasi Adjudikatif: merupakan kombinasi antara unsur konsensual dan
adjudikatif.
6

2.2.2 Dari Sudut Pandang Prosesnya


Penyelesaian sengketa bisnis ini dilakukan melalui sudut pandang
bagaimana proses yang dilaluinya yaitu:
a.) Litigasi: merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur
pengadilan dengan menggunakan pendekatan hukum.
Lembaga penyelesaiannya:
 Pengadilan Umum
 Pengadilan Niaga.
b.) Non Litigasi: merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar
pengadilandan tidak menggunakan pendekatan hukum formal.
Lembaga penyelesaiannya melalui mekanisme:
 Arbitrase
Merupakan penyelesaian sengketa perdata diluar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa (pasal 1 angka 1 UU No.30 Tahun
1999).
 Negosiasi
Sebuah interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha
untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan
untuk mendapatkan solusidari yang dipertentangkan.
 Mediasi
Negosiasi dengan bantuan pihak ketiga. Dalam mediasi yang
memainkan peran utama adalah pihak-pihak yang bertikai. Pihak
ketiga (mediator) berperan sebagai pendamping dan penasihat.
 Konsiliasi
Usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untu
kmencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut.

2.3 Litigasi
7

Penyelesaian sengketa melalui proses litigasi (melalui jalur pengadilan formal)


dengan pendekatan hukum dimana sebelum seorang kreditor dapat menuntut
debitornya yang lalai, terlebih dahulu kreditor tersebut harus memberikan
peringatan kepada debitornya. Dalam istilah hukum peringatan ini dinamakan
sommatie. Surat peringatan ini memuat sebuah teguran kepada debitor bahwa
dirinya berpotensi melakukan suatu wanprestasi sehingga kreditor menginginkan
agar debitor memenuhi prestasi sesegera mungkin sebelum kreditor menggugatnya
ke muka sidang pengadilan.
2.3.1 Pengadilan Umum
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, mempunyai
karakteristik:
a.) Prosesnya sangat formal
b.) Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
c.) Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
d.) Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding)
e.) Orientasi ke pada fakta hukum (mencari pihak yang bersalah)
f.) Persidangan bersifat terbuka
2.3.2 Pengadilan Niaga
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan
memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) dan sengketa HAKI. Pengadilan Niaga
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.) Prosesnya sangat formal
b.) Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
c.) Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
d.) Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding)
e.) Orientasi pada fakta hukum (mencari pihak yang salah)
f.) Proses persidangan bersifat terbuka
g.) Waktu singkat
8

2.4 Non Litigasi


Adanya kritik terhadap kelemahan proses litigasi, maka ada alternatif
penyelesaian sengketa di luar jalur pengadilan formal yang mengakomodir
kebutuhan penyelesaian sengketa bisnis yaitu dalam hal kecepatan, kepraktisan,
keefektifan, keefisiensian dan saling menguntungkan. Penyelesaian sengketa ini
mempunyai dasar hukum berupa yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Adapun alternatif yang
ditawarkan berdasarkan undang-undang ini adalah:
2.4.1 Negosiasi
 Pengertian dari negosiasi antara lain:
 Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak
mengubah) sikap dan perilaku orang lain.
 Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan
timbal balik dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang,
dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.
 Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak
kita dan pihak lawan dimana kedua belah pihak bersama-sama
mencari hasil yang baik, demi kepentingan kedua belah pihak.
 Pola perilaku dalam negosiasi:
a.) Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang,
tak menyetujui, menunjukkan kelemahan pihak lain.
b.) Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan,
menyetujui,membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.
c.) Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik
kembali isi pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
d.) Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan
perhatian pada “here and now”, mengikuti arus, fleksibel,
beradaptasi dengan situasi.
9

 Keterampilan negosiasi:
 Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak
lain mengamatinya.
 Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga
pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi bersedia mengubah
pendiriannya.
 Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang
tak pasti dan tuntutan di luar perhitungan.
 Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa sehingga pihak
lain akan memahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
 Memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha
menyesuaikan diri dengan keinginan pihak lain untuk mengurangi
kendala.
 Negosiasi dan Hiden agenda
Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing pihak
memiliki hiden agenda. Hiden agenda adalah gagasan tersembunyi/ niat
terselubung yang tak diungkapkan (tak eksplisit) tetapi justru
hakikatnya merupakan hal yang sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak
yang bersangkutan.
 Negosiasi dan Gaya kerja
 Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat
dipengaruhi oleh gaya kerjanya.
 Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh kecermatannya
dalam memahami gaya kerja dan latar belakang budaya pihak lain.
 Fungsi informasi dan Lobi dalam negosiasi
1) Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih
banyak memilikiinformasi biasanya berada dalam posisi yang lebih
menguntungkan.
2) Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan
sebaiknyadipertimbangkan lebih dulu.
10

3) Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari


salah satu/kedua pihak, maka lobbying dapat dipilih untuk
menggali hiden agenda yang adasehingga negosiasi dapat berjalan
lagi dengan gagasan yang lebih terbuka.
 Teknik negosiasi
a.) Tahap negoisasi kompetitif
b.) Tahap negoisasi koperatif
c.) Tahap negoisasi lunak dan keras
d.) Tahap negoisasi interest based

2.4.2 Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki
kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses
mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah
atau consensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak
sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala
sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Adapun proses untuk mediasai sebagai berikut:
 Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh
ketua, kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator
agar dilaksanakan mediasi.
 Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi
kepada mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
 Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang
berperkara agar perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan
berusaha mengurangi kerugian masing-masing pihak yang
berperkara.
 Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau
tidak pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis
11

yang memberikan penetapan. Jika terdapat perdamaian, penetapan


perdamaian tetap dibuat oleh majelis.
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri
penting dari mediator adalah:
a.) Netral
b.) Membantu para pihak
c.) Tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian
Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak
memutusatau memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah
selama proses mediasi berlangsung kepada para pihak serta untuk Honorarium
Mediator penggunaan jasa mediator hakim tidak dipungut biaya dan uang jasa
mediator bukan Hakim ditanggung bersama oleh para pihak berdasarkan
kesepakatan para pihak.

2.4.3 Konsiliasi
Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa juga dengan melibatkan pihak
ketiga yang disebut sebagai konsiliator. Peran seorang konsiliator berbeda
dengan mediator. Di mana seorang konsiliator memberikan rekomendasi dan
pendapat spesifik yang bisa digunakan sebagai acuan para pihak yang
bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya. Pada peran mediator, tidak
diperbolehkan untuk melakukan rekomendasi dan kesimpulan terhadap
komunikasi yang dilakukan para pihak. Mediator hanya dalam kapasitas
membimbing para pihak dalam mendapatkan kesimpulan dan kesepakatannya
sendiri.
Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan dalam
sengketa untuk dan atas nama para pihak sehingga keputusan akhir merupakan
proses konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang
dituangkan dalam bentuk kesepakatan di antara mereka.
12

Konsiliator dapat menyarankan syarat-syarat penyelesaian dan mendorong


para pihak untuk mencapai kesepakatan. Berbeda dengan negosiasi dan mediasi,
dalam proses konsiliasi konsiliator mempunyai peran luas. Ia dapat memberikan
saran berkaitan dengan materi sengketa, maupun terhadap hasil perundingan.
Dalam menjalankan peran ini konsiliator dituntut untuk berperan aktif.

2.4.4 Arbitrase
Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa pada tahap akhir di mana juga
melibatkan pihak ketiga dalam bentuk arbitral tribunal (majelis arbitrase).
Perbedaan yang mendasar kenapa disebut sebagai langkah terakhir diluar jalur
formal pengadilan, karena sejak awal para pihak menyepakati penyelesaian
dengan arbitrase maka sudah memberikan kewenangan yang berupa:
 Kewenangan kepada arbiter untuk menyelesaikan sengketa;
 Kewenangan untuk pengambilan putusan
 Putusan yang diambil bersifat final dan mengikat.
Terdapat dua jenis arbitrase yang bisa digunakan untuk menyelesaikan
sengketa. Berikut penjelasannya:
1) Arbitrase institusional
Arbitrase institusional adalah lembaga khusus yang ditunjuk dalam
proses arbitrase. Ada beberapa keuntungan menggunakan arbitrase
institusional, yaitu ada bantuan administratif, ada aturan yang ditetapkan,
dan prosesnya tepat waktu. Namun, biaya penyelesaian sengketa melalui
arbitrase institusional lebih besar. Pasalnya, lembaga khusus tersebut
menagih biaya berdasarkan persentase dari jumlah yang disengketakan. Di
Indonesia, ada beberapa lembaga arbitrase yang dapat menjadi penengah
kasus sengketa, yakni BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia), BAPMI
(Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia), dan BASYARNAS (Badan
Arbitrase Syariah Nasional Indonesia).
2) Arbitrase ad hoc
Arbitrase ad hoc adalah arbitrase yang tidak dikelola oleh suatu
institusi. Sifat arbitrase ad hoc hanyalah sementara, artinya dibentuk setelah
13

sebuah sengketa terjadi dan akan berakhir setelah putusan dikeluarkan. Para
pihak akan menentukan peran dalam proses arbitrase. Salah satunya
penunjukan arbiter. Jika para pihak tidak menunjuk arbiter sendiri, maka
bisa meminta bantuan pengadilan untuk mengangkat arbiter sebagai
pemeriksa dan pemutus kasus sengketa. Selain menunjuk arbiter, para pihak
juga dapat membuat aturan yang berlaku, jadwal waktu untuk mengajukan
berbagai dokumen, dan prosedur dalam penyelesaian sengketa. Arbitrase ad
hoc juga bisa diubah menjadi arbitrase institusional jika pihak yang
bersengketa memerlukan bantuan dari lembaga khusus.
Hingga kini, penyelesaian konflik dengan metode arbitrase diminati
oleh masyarakat khususnya rakyat Indonesia. Hal ini karena penyelesaian
sengketa dengan cara arbitrase dinilai memiliki keuntungan lebih
dibandingkan dengan menyelesaikan sengketa lewat peradilan umum.
 Keuntungan metode arbitrase:
1. Sidang tertutup untuk umum
2. Waktu yang efisien dan fleksibel
3. Lebih hemat dalam segi biaya
4. Boleh menggunakan jasa pengacara
5. Keputusan bersifat mengikat
6. Proses penyelesaian sengketa lebih cepat (maksimal 6
bulan)
7. Bisa memilih medium (pihak ketiga) sesuai kesepakatan
Untuk sebuah perusahaan, pada pengertian arbitrase bisa
mempengaruhi investasi sehingga di sisi lain dapat berkaitan dengan kondisi
fungsi manajamen keuangan perusahaan. Dengan ini, berikut contoh jenis
pada pengertian arbitrase yang akan ditemui pada perusahaan yaitu :
1) Arbritase peraturan
Pada peraturan arbitrase yaitu suatu bentuk keputusan yang
diambil perusahaan saat terjadinya risiko keuangan perusahaan.
Dengan ini arbitrase digunakan untuk memperoleh keuntungan atas
selisih antara risiko nyata atau risiko ekonomis dengan posisi aturan
14

yang ada pada perusahaan. Misalnya ketika saat pengajuan pinjaman


dari pihak perusahaan kepada pihak suatu bank. Maka hal ini pihak
perusahaan tentu harus mengikuti aturan untuk mendapat pinjaman
dari bank. Namun pada sisi lain, sebagai perusahaan dapat menerima
risiko gagal bayar, walaupun resikonya kecil karena perusahaan bisa
menerapkan sekuritas yang baik bagi suatu bisnis.
2) Arbritase penggabungan
Untuk arbitrase gabungan akan terjadi ketika dua perusahaan
atau dua divisi menjadi satu bagian dalam upaya menyeimbangkan
keuntungan keuangan perusahaan. Meskipun biasanya perusahaan
atau divisi yang tidak mendapat untung akan akuisisi perusahaan
sehingga yang mendapat untung adalah perusahaan yang lebih kuat.
Penggabungan inilah yang menjadikan istilahnya menjadi arbitrase
penggabungan.
3) Arbritase abligasi konversi
Sebagai contoh jenis arbitrase obligasi konversi, sebagai
investor bisa mengembalikan obligasi kepada perusahaan penerbit
dengan ditukarkan sejumlah saham perusahaan yang sudah ditetapkan
sebelumnya sesuai dengan ketentuannya. Dengan harga dari obligasi
konversi yang ditetapkan sangat sensitif terhadap tiga hal adalah harga
saham, obligasi selisih kredit, dan suku bunga.
4) Arbritase Depository Receipts

Dengan menggunakan arbitrase jenis depository receipts biasanya terjadi


pada pasar saham atau valuta asing yang memiliki fungsi kontrol saham.
Meskipun biasanya dapat dijadikan perdagangan saham dan valuta asing
perusahaan bisa dioptimalkan keuntungan keuangannya. Sehingga,
arbitrase depository receipts dapat bertindak sebagai sekuriti yang
ditawarkan sebagai pengikut saham pada pasar asing atau perusahaan.

CONTOH KASUS PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DENGAN


ARBITRASE
15

Indonesia pernah melakukan penyelesaian arbitrase dengan pihak asing.


Sengketa tersebut melibatkan 2 perusahaan asing langsung yaitu Churchill Mining
dan Planet Mining. Proses arbitrase diselesaikan secara internasional dan dibantu
oleh Investor state dispute settlement (ISDS) serta International Centre for
Settlement of Investment Disputes (ICSID).
Dilansir dari Kumparan, Churchill Mining dan Planet menggugat
Pemerintah Indonesia di ICSID sebesar USD 2 miliar akibat serangkaian tindakan
Pemerintah Indonesia yang mencabut Kuasa Pertambangan atau Izin Usaha
Pertambangan oleh Bupati Kutai Timur. Penggugat berpendapat bahwa Indonesia
melanggar ketentuan P4M RI-Inggris.
Dalam proses persidangan, terbukti bahwa Churchill Mining dan Planet
Mining melakukan pemalsuan dokumen perizinan, sehingga dapat dikatakan
bahwa mereka menjalankan investasi ilegal. Indonesia memenangkan sengketa ini
Churchill Mining dan Planet Mining mendapatkan hukuman dengan membayar
ganti rugi biaya perkara kepada Indonesia sebesar USD 8,7 juta.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sengketa ialah suatu pertikaian atau perselisihan yang terjadi antara dua pihak
atau lebih yang saling mempertahankan persepsinya masing-masing, di mana
perselisihan tersebut dapat terjadi karena adanya suatu tindakan wanprestasi dari
pihak-pihak atau salah satu pihak dalam perjanjian. Sengketa yang timbul diantara
para pihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan bisnis atau perdagangan
dinamakan sengketa bisnis. Penyelesaian sengketa bisnis dapat dilakukan melalui
dari sudut pandang pembuat keputusan dan sudut pandang proses. Dari sudut
pandang prosesnya dapat dilakukan dengan cara litigasi melalui pengadilan umum
dan pengadilan niaga serta cara lain yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
sengketa adalah dengan cara non litigasi yang meliputi negoisasi, mediasi,
konsiliasi dan arbitrase.

3.2 Saran
Penyelesaian sengketa secara litigasi tetap dipergunakan manakala penyelesaian
secara non litigasi tersebut tidak membuahkan hasil. Jadi penggunaan metode non
ligitasi adalah sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa diluar
pengadilan dengan mepertimbangkan segala bentuk efesiensinya dan untuk tujuan
masa yang akan datang sekaligus menguntungkan bagi para pihak yang
bersengketa.

16
DAFTAR PUSTAKA

Chomzah, Ali Achmad. 2003. Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak
Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi
Pemerintah. Jakarta: Prestasi Pustaka
Pruitt, Dean G & Rubin, Z. 2004. Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rahmadi, Takdir. 2011. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat.
Jakarta: Rajawali Pers.
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/hbp/files/basic-html/page114.html
https://kbbi.web.id/sengketa
https://www.academia.edu/8616155/Hukum_Bisnis_Sengketa_Bisnis
https://www.harmony.co.id/blog/pengertian-lengkap-arbitrase-contoh-dan-manfaatnya-
bagi-bisnis
https://www.dslalawfirm.com/id/pengertian-arbitrase/
https://www.wartaekonomi.co.id/read288496/apa-itu-arbitrase?page=3

17

Anda mungkin juga menyukai