SENGKETA BISNIS
KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA :
I GEDE SUARDANA PUTRA 1802612010378 / 05
I MADE WAHYUDI 1802612010386 / 11
KOMANG ZADGUNA WISNU DANA PUTRA 1802612010392 / 17
NI KADEK DIAH AYU APSARI 1802612010395 / 19
NI MADE DWI CINTYA PRADNYA PARAMITA 1802612010404 / 26
KELAS : MANAJEMEN SDM D (MALAM)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
SENGKETA BISNIS ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Hukum Bisnis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang hukum bisnis khususnya pada sengketa bisnis,
penyelesaian sengketa bisnis, litigasi dan non litigasi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ida Bagus
Widiadnyana,MM selaku dosen mata kuliah Hukum Bisnis yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.2 Tujuan..............................................................................................................2
BAB II ISI......................................................................................................................3
2.1 Pengertian Sengketa Bisnis.............................................................................3
2.1.1 Sengketa...................................................................................................3
2.1.2 Sengketa Bisnis........................................................................................4
2.2 Penyelesaian Sengketa Bisnis..........................................................................5
2.2.1 Dari Sudut Pandang Pembuat Keputusan................................................5
2.2.2 Dari Sudut Pandang Prosesnya................................................................6
2.3 Litigasi.............................................................................................................6
2.3.1 Pengadilan Umum...................................................................................7
2.3.2 Pengadilan Niaga.....................................................................................7
2.4 Non Litigasi.....................................................................................................8
2.4.1 Negosiasi..................................................................................................8
2.4.2 Mediasi....................................................................................................10
2.4.3 Konsiliasi.................................................................................................11
2.4.4 Arbritase..................................................................................................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1) Mengetahui apa yang dimaksud dengan sengketa bisnis.
2) Mengetahui bagaimana penyelesaian dari sengketa bisnis.
3) Mengetahui apa yang dimaksud dengan litigasi dan non litigasi.
BAB II
ISI
3
4
2.3 Litigasi
7
Keterampilan negosiasi:
Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak
lain mengamatinya.
Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga
pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi bersedia mengubah
pendiriannya.
Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang
tak pasti dan tuntutan di luar perhitungan.
Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa sehingga pihak
lain akan memahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
Memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha
menyesuaikan diri dengan keinginan pihak lain untuk mengurangi
kendala.
Negosiasi dan Hiden agenda
Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing pihak
memiliki hiden agenda. Hiden agenda adalah gagasan tersembunyi/ niat
terselubung yang tak diungkapkan (tak eksplisit) tetapi justru
hakikatnya merupakan hal yang sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak
yang bersangkutan.
Negosiasi dan Gaya kerja
Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat
dipengaruhi oleh gaya kerjanya.
Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh kecermatannya
dalam memahami gaya kerja dan latar belakang budaya pihak lain.
Fungsi informasi dan Lobi dalam negosiasi
1) Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih
banyak memilikiinformasi biasanya berada dalam posisi yang lebih
menguntungkan.
2) Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan
sebaiknyadipertimbangkan lebih dulu.
10
2.4.2 Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki
kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses
mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah
atau consensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak
sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala
sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Adapun proses untuk mediasai sebagai berikut:
Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh
ketua, kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator
agar dilaksanakan mediasi.
Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi
kepada mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang
berperkara agar perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan
berusaha mengurangi kerugian masing-masing pihak yang
berperkara.
Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau
tidak pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis
11
2.4.3 Konsiliasi
Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa juga dengan melibatkan pihak
ketiga yang disebut sebagai konsiliator. Peran seorang konsiliator berbeda
dengan mediator. Di mana seorang konsiliator memberikan rekomendasi dan
pendapat spesifik yang bisa digunakan sebagai acuan para pihak yang
bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya. Pada peran mediator, tidak
diperbolehkan untuk melakukan rekomendasi dan kesimpulan terhadap
komunikasi yang dilakukan para pihak. Mediator hanya dalam kapasitas
membimbing para pihak dalam mendapatkan kesimpulan dan kesepakatannya
sendiri.
Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan dalam
sengketa untuk dan atas nama para pihak sehingga keputusan akhir merupakan
proses konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang
dituangkan dalam bentuk kesepakatan di antara mereka.
12
2.4.4 Arbitrase
Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa pada tahap akhir di mana juga
melibatkan pihak ketiga dalam bentuk arbitral tribunal (majelis arbitrase).
Perbedaan yang mendasar kenapa disebut sebagai langkah terakhir diluar jalur
formal pengadilan, karena sejak awal para pihak menyepakati penyelesaian
dengan arbitrase maka sudah memberikan kewenangan yang berupa:
Kewenangan kepada arbiter untuk menyelesaikan sengketa;
Kewenangan untuk pengambilan putusan
Putusan yang diambil bersifat final dan mengikat.
Terdapat dua jenis arbitrase yang bisa digunakan untuk menyelesaikan
sengketa. Berikut penjelasannya:
1) Arbitrase institusional
Arbitrase institusional adalah lembaga khusus yang ditunjuk dalam
proses arbitrase. Ada beberapa keuntungan menggunakan arbitrase
institusional, yaitu ada bantuan administratif, ada aturan yang ditetapkan,
dan prosesnya tepat waktu. Namun, biaya penyelesaian sengketa melalui
arbitrase institusional lebih besar. Pasalnya, lembaga khusus tersebut
menagih biaya berdasarkan persentase dari jumlah yang disengketakan. Di
Indonesia, ada beberapa lembaga arbitrase yang dapat menjadi penengah
kasus sengketa, yakni BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia), BAPMI
(Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia), dan BASYARNAS (Badan
Arbitrase Syariah Nasional Indonesia).
2) Arbitrase ad hoc
Arbitrase ad hoc adalah arbitrase yang tidak dikelola oleh suatu
institusi. Sifat arbitrase ad hoc hanyalah sementara, artinya dibentuk setelah
13
sebuah sengketa terjadi dan akan berakhir setelah putusan dikeluarkan. Para
pihak akan menentukan peran dalam proses arbitrase. Salah satunya
penunjukan arbiter. Jika para pihak tidak menunjuk arbiter sendiri, maka
bisa meminta bantuan pengadilan untuk mengangkat arbiter sebagai
pemeriksa dan pemutus kasus sengketa. Selain menunjuk arbiter, para pihak
juga dapat membuat aturan yang berlaku, jadwal waktu untuk mengajukan
berbagai dokumen, dan prosedur dalam penyelesaian sengketa. Arbitrase ad
hoc juga bisa diubah menjadi arbitrase institusional jika pihak yang
bersengketa memerlukan bantuan dari lembaga khusus.
Hingga kini, penyelesaian konflik dengan metode arbitrase diminati
oleh masyarakat khususnya rakyat Indonesia. Hal ini karena penyelesaian
sengketa dengan cara arbitrase dinilai memiliki keuntungan lebih
dibandingkan dengan menyelesaikan sengketa lewat peradilan umum.
Keuntungan metode arbitrase:
1. Sidang tertutup untuk umum
2. Waktu yang efisien dan fleksibel
3. Lebih hemat dalam segi biaya
4. Boleh menggunakan jasa pengacara
5. Keputusan bersifat mengikat
6. Proses penyelesaian sengketa lebih cepat (maksimal 6
bulan)
7. Bisa memilih medium (pihak ketiga) sesuai kesepakatan
Untuk sebuah perusahaan, pada pengertian arbitrase bisa
mempengaruhi investasi sehingga di sisi lain dapat berkaitan dengan kondisi
fungsi manajamen keuangan perusahaan. Dengan ini, berikut contoh jenis
pada pengertian arbitrase yang akan ditemui pada perusahaan yaitu :
1) Arbritase peraturan
Pada peraturan arbitrase yaitu suatu bentuk keputusan yang
diambil perusahaan saat terjadinya risiko keuangan perusahaan.
Dengan ini arbitrase digunakan untuk memperoleh keuntungan atas
selisih antara risiko nyata atau risiko ekonomis dengan posisi aturan
14
3.1 Kesimpulan
Sengketa ialah suatu pertikaian atau perselisihan yang terjadi antara dua pihak
atau lebih yang saling mempertahankan persepsinya masing-masing, di mana
perselisihan tersebut dapat terjadi karena adanya suatu tindakan wanprestasi dari
pihak-pihak atau salah satu pihak dalam perjanjian. Sengketa yang timbul diantara
para pihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan bisnis atau perdagangan
dinamakan sengketa bisnis. Penyelesaian sengketa bisnis dapat dilakukan melalui
dari sudut pandang pembuat keputusan dan sudut pandang proses. Dari sudut
pandang prosesnya dapat dilakukan dengan cara litigasi melalui pengadilan umum
dan pengadilan niaga serta cara lain yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
sengketa adalah dengan cara non litigasi yang meliputi negoisasi, mediasi,
konsiliasi dan arbitrase.
3.2 Saran
Penyelesaian sengketa secara litigasi tetap dipergunakan manakala penyelesaian
secara non litigasi tersebut tidak membuahkan hasil. Jadi penggunaan metode non
ligitasi adalah sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa diluar
pengadilan dengan mepertimbangkan segala bentuk efesiensinya dan untuk tujuan
masa yang akan datang sekaligus menguntungkan bagi para pihak yang
bersengketa.
16
DAFTAR PUSTAKA
Chomzah, Ali Achmad. 2003. Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak
Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi
Pemerintah. Jakarta: Prestasi Pustaka
Pruitt, Dean G & Rubin, Z. 2004. Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rahmadi, Takdir. 2011. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat.
Jakarta: Rajawali Pers.
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/hbp/files/basic-html/page114.html
https://kbbi.web.id/sengketa
https://www.academia.edu/8616155/Hukum_Bisnis_Sengketa_Bisnis
https://www.harmony.co.id/blog/pengertian-lengkap-arbitrase-contoh-dan-manfaatnya-
bagi-bisnis
https://www.dslalawfirm.com/id/pengertian-arbitrase/
https://www.wartaekonomi.co.id/read288496/apa-itu-arbitrase?page=3
17