Anda di halaman 1dari 16

Budidaya Alpukat

Persea americana Mill


dengan teknologi organik MMC
Produksi meningkat
Efisiensi Pemupukan
Agens Hayati
Kelestarian lahan & lingkungan

E
Febr disi I
uari
2019
Budidaya Alpukat

Mengapa dengan teknologi Organik MMC?


Ÿ Dalam jangka panjang dapat mengurangi
ketergantu- ngan dari penggunaan pupuk NPK
dan merombak sisa-sisa/residu pupuk yang
belum terserap tanaman secara maksimal.
Ÿ Peningkatan hasil/produksi 25% sampai
dengan 40%.
Ÿ Penghematan penggunaan pupuk kandang.
Sebagai gambaran, 1 botol MOSA GOLD (500
gr) setara dengan 1 ton pupuk kandang,
sehingga efisien dan praktis.
Ÿ Pupuk organik MMC mampu bertahan lama
di tanah dan diserap tanaman secara
berlahan (slow release).
Ÿ Peningkatan kualitas buah /hasil panen
buah alpukat (besar, bobot, awet, dll).
Ÿ Penggunaan agens hayati MMC lebih
menjamin bebas residu pestisida
kimia, sehingga dapat meningkat-
kan nilai jual
Ÿ Pada lahan, lebih menjamin keles-
tarian kesuburan tanah.
Ÿ Dan berbagai manfaat lainnya.
Budidaya Alpukat (Persea americana Mill)
dengan Teknologi MMC

A lpukat berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko. Dikembangkan di Indonesia pertama
kali oleh Belanda pada tahun 1800-an. Buah yang mengandung protein dan lemak
nabati ini memiliki banyak manfaat seperti mencegah risiko terkena penyakit stroke,
menjaga kesehatan mata, membantu mengobati sakit magh, dan membantu menurunkan
kadar kolesterol dalam tubuh.
A. Syarat tumbuh
1. Jenis tanah
Tanaman alpukat akan tumbuh optimal di tanah lempung berpasir, lempung liat, dan
lempung endapan. Jenis tanah lempung berpasir mempunyai sistem drainase atau
pembuangan air yang baik, sehingga saat hujan turun tidak ada genangan air.
Derajat keasaman tanah untuk pertumbuhan alpukat ( pH) yang sesuai yaitu: 5,6 -
6,4. Apabila pH di bawah 5,5 tanaman akan keracunan unsur mikro Fe, Mg dan Al.
Sedangkan pada pH di atas 6,5 beberapa unsur mikro seperti Fe, Mg, dan Zn akan
mengalami defisiensi / kekurangan..
2. Ketinggian Tempat (Altitude)
Alpukat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi antara 5 - 1500 m dpl.
Namun tanaman alpukat akan tumbuh optimal pada ketinggian 200-1000 m dpl.
3. Iklim
Alpukat cocok ditanam di daerah tropis. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan
adalah 750 -1000 mm / tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang, yaitu
daerah dengan 2 - 6 bulan kering, tanaman alpukat masih bisa tumbuh dengan baik
jika kedalaman air tanah maksimal 2 m.
Suhu udara untuk pertumbuhan alpuka adalah 15 – 30 oC.
Tanaman mebutuhkan angin saat penyerbukan, namun kecepatan angin 62,4 -73,6
km / jam dapat memetahkan ranting dan cabang alpukat.
Kebutuhan cahaya untuk pertumbuhan alpukat adalah 40 – 80 %

1
B. Varietas Alpukat Unggul
1. Alpukat Miki
Alpukat Miki adalah varietas alpukat unggul dataran rendah.
Dikembangkan oleh Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB
dengan peneliti Dr. Sobir dan kawan kawan.
Alpukat Miki memiliki sifat yang genjah, yaitu mulai
berproduksi pada usia tanam 2 – 3 tahun. Umumnya tanaman
alpukat baru akan memasuki fase generatifnya pada usia tanam
di atas 5 tahun.
Ukuran buah cukup besar dengan berat 400 – 600 gram /
buah. Daging buah tebal warna kuning, bertekstur pulen, rasa manis, dan tanpa rasa
getir.
Umumnya tanaman alpukat hanya berbuah sekali dalam setahun, namun
Alpukat Miki dapat berbuah sepanjang tahun, berbuah lebat pada ujung ranting
dengan membentuk dompolan.
2. Alpukat Kendil
Alpukat Kendil merupakan hasil persilangan antara alpukat
dari Kabupaten Kendal dan alpukat Gunung Pati ,
Kabupaten Semarang. Alpukat ini memiliki ukuran jumbo
sebesar telapak tangan orang dewasa.
Alpukat Kendil termasuk jenis genjah, yaitu mulai
berbuah pada usia 3 tahun.
Berat buah alpukat Kendil bisa mencapai 1.000 gram. Maka satu pohon alpukat
Kendil bisa menghasilkan buah sebanyak 400 kg – 500 kg dalam dua kali panen
setahun.
Panen alpukat Kendil biasanya dua kali dalam setahun yaitu pada bulan
Desember-Januari-Februari dan pada bulan Juni-Juli. Daging buah alpukat kendil
sangat tebal dengan biji kecil. Warna daging buah kuning mentega dengan rasa
gurih dan manis.

2
3. Alpukat Wina
Alpokat Wina pertama kali dikembangkan di Desa Jetis
Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Alpukat ini bersifat genjah. Tanaman dari hasil perbanyakan
sambung pucuk dan okulasi bisa berbuah seteah berumur 3
- 4 tahun.
Alpokat Wina bersosok bongsor berbobot 800 – 1000
gram.
Daging buah tebal berwarna kuning mentega. Rasa daging buah Alpukat Wina pulen,
lezat tanpa rasa pahit dan tanpa serat. Enak untuk disantap segar tanpa dibuat jus.

C. Perbanyakan Bibit
Cara perbanyakan bibit Alpukat secara vegetatif lebih
disukai karena bibit yang dihasilkan memiliki sifat yang
sama dengan sifat induknya dan tanaman cepat berbuah
Untuk membedakan bibit hasil vegetatif dengan generatif
sangat mudah. Caranya yaitu dengan melihat hasil
okulasi / bekas tempelan di bagian batangnya atau
tampak bekas sambungan pada bibit alpukat tersebut.
Tanaman pokok untuk okulasi atau di enten.
Perbanyakan bibit apukat secara vegetatif bisa dilakukan
dengan 2 cara yaitu :
a) Sambung Mata Tunas (Okulasi)
Bibit pangkal yang digunakan untuk okulasi berumur 8 -10 bulan. Mata tunas yang
akan diokulasi diambil dari dahan yang sehat berumur 1 tahun, serta matanya
tampak jelas.
Okulasi dilakukan bila kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya.
Kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm, lebar 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan
dari kayunya dan ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm.
Sebuah mata tunas disayat dengan sedikit kayu dari cabang mata (enthout)
kemudian dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata.

3
Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah disayat
pada bibit pokok. Sayatan kemudian diikat dengan bahan plastik lentur dan mata
tunas tidak boleh tertutup.
Penempelan / okulasi berhasil apabila dalam waktu 3 – 5 hari mata tunas
masih hijau. Tali plastik dibuka setelah 10 – 15 hari.
Batang tanaman pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya,
kira-kira 5 – 7,5 cm di atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata
dapat lebih cepat. Apabila mata okulasi sudah mencapai tinggi 1 m, bagian pohon
pokok yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi, lukanya diratakan,
kemudian ditutup parafin cair.
Saat perbanyakan vegetatif perlu dijaga kelembaban udara (RH) agar tetap
tinggi yaitu sekitar 80% dan suhu udara tetap sejuk sekitar 15 - 25°C.
Pohon okulasi ini dapat ditanam di kebun setelah berumur 8 - 12 bulan. Saat
pemindahan yang baik yaitu pada awal musim hujan.
b) Sambung Pucuk (Enten)
Tanaman yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudah berumur 6 - 7
bulan dan maksimal berumur 1 tahun. Tanaman berasal dari biji buah yang telah tua
dan masak, dengan tinggi tanaman sekitar 30 cm. Jaringan pada pangkal batang
belum berkayu.
Sebagai cabang sambungan digunakan ujung dahan yang masih muda dan
berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dengan
celah yang ada pada tanaman pokok sepanjang lebih kurang 10 cm. Potongan dahan
disisipkan ke dalam tanaman pokok kemudian diikat/dibalut.
Bahan yang baik untuk mengikat adalah pita karet, plastik, rafia/kain berlilin.
Sebaiknya posisi penyambungan pada tanaman pokok agak rendah.
Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak
berangin, dan lembab. Bibit enten perlu dipelihara dengan disiram air setiap hari.
Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9 - 16 bulan,
pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan

4
D. Persiapan Lahan dan Penanaman Alpukat
a. Persiapan Lahan Tanam
Lahan untuk budidaya alpukat dibersihkan dari tunggul - tunggul pohon, semak
semak, dan bebatuan. Lahan dicangkul sedalam 30 cm atau diolah dengan hand
ditraktor. Selanjutnya lahan dicangkul halus.
Pengolahan lahan dilakukan saat musim kemarau sehingga penanaman bibit
alpukat dapat dilakukan pada awal musim hujan.
b. Pembuatan Lubang Tanam.
Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 70 cm, lebar 70 x 70 cm. Lubang tersebut
dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
Saat menggali, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan. Lubang tanam ditutup
kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dengan 25
kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
Lubang tanam yang sudah ditutup tanah diberi tanda berupa ajir agar posisi tanam
tidak keliru.
c. Penanaman
Saat yang sesuai untuk penanaman bibit alpukat adalah awal musim hujan, sehingga
bibit bisa langsung tumbuh.
Lubang tanam yang telah ditutup digali lagi dengan ukuran sebesar wadah
bibit. Polybag diiris agar bibit bisa dikeluarkan dengan aman tanpa menggoyahkan
akar bibit.
Bibit beserta tanahnya dimasukkan dalam lubang hingga leher batang.
Setelah ditimbun bibit diikat dengan ajir
Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari
secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat
miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai
tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2 - 3 minggu.
Jarak tanam Alpukat unggul dengan perbanyakan okulasi atau sambung
pucuk adalah 6 m x 6 m, dengan popolasi 278 pohon per Ha. Bisa juga ditanam
dengan jarak tanam 7 m x 7 m dengan populasi 204 tanaman per Ha.

5
E. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiangan
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak dikehendaki. Gulma akan menjadi
kompetitor bibit alpukat dalam menyerap nutrisi di dalam tanah. Agar tanaman
alpukat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi secara rutin.
b. Penggemburan Tanah
Tanah sekitar perakaran lama kelamaan akan padat Akar tanaman akan menyerap
nutrisi dengan baik apabila ada rongga udara dan air yang cukup. Maka tanah di
sekitar tanaman perlu digemburkan secara periodik. Saat penggemburan dilakukan
dengan hati-hati agar akar tidak putus.
c. Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu
dilakukan setiap hari. Waktu yg tepat untuk menyiram adalah pagi / sore hari. Bila
hari hujan tidak perlu disiram lagi.
d. Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau
ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas
pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya
diberi penutup luka seperti parafin cair.

F. Pemupukan pada budidaya Alpukat


Tanaman alpukat mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan
sedekat mungkin dengan akar. Pemupukan diberikan sedikit namun lebih sering, yaitu 4
kali dalam setahun.
Sebelum pemupukan perlu dibuat lubang melingkar tepat di bawah tepi tajuk
tanaman sedalam 30 cm. Pupuk ditebar ke dalam lubang kemudian ditimbun tanah lagi.
a. Pemberian pupuk Makro (Anorganik)
Pupuk Makro utamanya adalah unsur makro yang merupakan unsur utama
dibutuhkan tanaman. Dengan pemberian pupuk makro yang berimbang, tanaman
alpukat akan tumbuh lebih cepat dan optimal.

6
Dosis PUPUK Anorganik
No Umur Tanaman Urea (kg) SP 36 (kg) KCl (kg) tiap Pemupukan
tiap tiap pemupukan dalan
pemupukan pemupukan Setahun
1 1 - 4 tahun 0,25 0,35 0,35 4 kali

2 5 tahun /lebih 0,5 0,70 0,70 4 kali

Catatan : Jika menginginkan budidaya alpukat secara organik, pemupukan pupuk


Anorganik ini dapat disubtitusikan dengan pupuk kandang. Dan sebaiknya pupuk
kandang dipilih yang sudah benar-benar matang. Pupuk kandang ini dapat
diperkaya dulu dengan MOSA GLIO yang mengandung bahan aktif Gliocladium
sp dan Thrichoderma sp. Kebutuhan pupuk kandang ini kira-kira 30 sd 50 kg per
pohon.

a. Pemberian Pupuk dan ZPT Organik MMC


Pemberian pupuk organik MMC terutama untuk melengkapi kebutuhan unsur-
unsur mikro yang sangat banyak. Kebutuhan unsur mikro ini meskipun
dibutuhkan dalam jumlah sedikit tapi sangat berperan bagi pertumbuhan dan
kesehatan tanaman alpukat.
Pupuk MMC yakni AGRITECH dan MOSA GOLD juga mengandung asam
humat fulfat yang sangat bermanfaat bagi perkembangan baik di fase generatif
maupun vegetatif. Pupuk MMC ini juga dapat bersinergi membantu penyerapan
pupuk kimia (anorganik). Khusus untuk pupuk MOSA GOLD memiliki kelebihan
dengan sifatnya yang slow release yakni memberikan nutrisi secara berangsur ke
tanaman.
Berbeda dengan MOSA GOLD, pupuk AGRITECH yang berupa pupuk cair yang
cara aplikasinya efisien bila disemprotkan ke bagian atas tanaman alpukat,
terutama pada daun. Nutrisi yang terkandung pada AGRITECH akan cepat
terserap dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman alpukat.
Hampir mirip dengan pupuk AGRITECH, zat pengatur tumbuh HORTECH
memiliki keutamaan kandungan hormon pengatur tumbuh alami. Hormon atau
ZPT ini juga akan cepat terserap dan dimanfaatkan langsung oleh tanaman
alpukat.

7
Dosis Pemberian Pupuk dan ZPT Organik Produk MMC
untuk Tanaman Alpukat:
Umur
Tanaman sd 4 tahun
sd 1 tahun sd 2 tahun sd 3 tahun
dan lebih
Produk MMC
AGRITECH 5 tutup 7 tutup 7 tutup 7 tutup
(pupuk cair ) (± 50 ml) (±70 ml) (±70 ml) (±70 ml)

HORTECH 1 tutup 2 tutup (±20 2 tutup 2 tutup


(ZPT Cair ( ±10ml) ml) (±20 ml) (±20 ml)
Frekuensi 2 bulan sekali
2 pekan sekali
pemberian *apabila masih
atau 1 bulan 1 bulan sekali 2 bulan sekali
terjangkau alat
sekali
semprot
- Dosis (AGRITECH & HORTECH) diatas adalah dosis penyemprotan untuk 1
tangki semprot (15 liter).
- Aplikasi pupuk AGRITECH dan ZPT HORTECH dapat dilakukan dalam 1
campuran tanki semprot (15 liter).
- 1 tanki semprot cukup untuk menyemprot kira-kira 50 batang tanaman
alpukat.

sd 4 tahun
sd 1 tahun sd 2 tahun sd 3 tahun
dan lebih
25 gram 50 gram 50 gram 50 gram
MOSA GOLD
(±2,5 sendok) (±5 sendok) (±5 sendok) (±5 sendok)
Frekuensi 2 kali/ tahun, 2 kali/ tahun, 2 kali/ tahun, 2 kali/ tahun, awal
pemberian awal dan akhir awal dan akhir awal dan akhir dan akhir musim
musim hujan musim hujan musim hujan hujan
- Aplikasi MOSA GOLD dapat dengan cara dikocorkan. mis: 1 botol MOSA
GOLD (500gr) dilarutkan dalam 1 drum air 100 liter, untuk mengocor ± 50
batang tanaman alpukat.
- Aplikasi MOSA GOLD apabila dengan cara ditabur dapat diaplikasikan
bersama pupuk anorganik (NPK) atau dengan pupuk kandang.

8
G. Panen & Pasca Panen pada Budidaya Alpukat
Buah Alpokat dipanen apabila buah benar benar telah
masak fisiologis. Buah masih berwarna hijau namun
sudah memenuhi syarat unuk dipetik. Ciri ciri buah yang
siap dipetik yaitu :
1. Warna kulit buah hijau tua tetapi belum menjadi
cokelat atau merah
2. Buah bila diketuk dengan punggung kuku
menimbulkan bunyi yang nyaring
3. Buah bila digoyang-goyang akan terdengar goncangan biji.
Buah akan masak fisiologis setelah 6 – 7 bulan setelah bunga mekar. Agar benar
benar bisa yakin bahwa buah telah masak bisa dipetik beberapa buah sebagai contoh.
Panen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik menggunakan tangan. Panen
dapat dibantu dengan menggunakan galah yang dipasang kantong kain di ujungnya.
Buah dipetik dengan tangkai buah sepanjang kira – kira 3 cm untuk mencegah agar buah
tidak memar atau busuk pada bagian dekat tangkai buah. Panen raya buah Alpukat
yaitu pada periode bulan Desember, Januari, Februari dan periode Juni – Juli.
Dengan pemupukan dan bantuan produk MMC, tanaman Alpukat sudha bisa belajar
berbuhah saat umur 3 atau 4 tahun.. Panen awal menghasilkan sekitar 60
kg/pohon/tahun. Saat tanaman sudah besar buah bisa mencapai 300 sd 400
kg/pohon/tahun.
Agar buah bersih, nampak mulus, dan awet dalam penyimpanan, buah perlu
dibersihkan dari tanah atau kotoran yang melekat. Buah yang memenuhi syarat untuk
dijual disortir dengan kreteria : a) ukuran buah seragam dengan berat 300 - 400 gram, b)
buah sudah masak fisiologis, dan c) buah tidak busuk karena penyakit, luka, atau bentuk
yang abnormal.
Bentuk buah yang disukai adalah buah berbentuk lonceng, daging buah berwarna
kuning mentega dan tanpa serat Bila buah dipetik saat masak fisiologis untuk mencapai
masak siap konsumsi diperlukan waktu sekitar 7 hari. Apabila menghendaki buah lebih
cepat masak, buah bisa diperam dengan memasukkan buah ke dalam karung goni,
kemudian ujungnya diikat rapat dan diletakkan ditempat yang bersih. Sedangkan untuk
memperpanjang masa simpan hingga 30 – 40 hari buah bisa dimasukkan ruangan
bersuhu 5 oC .

9
Hama dan Penyakit Utama Pada Budidaya Alpukat
Berikut ini beberapa hama dan penyakit pada tanaman alpukat yang perlu
diperhatikan, untuk menekan risiko kerugian akibat penurunan produksi dan gagal panen:
1. Hama Aphis gossypii Glov.
Hama Aphid adalah kutu yang saat muda tidak bersayap. Namun saat dewasa
mempunyai sayap transparan. Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat.
Hama ini mengeluarkan embun madu yang biasanya ditumbuhi cendawan jelaga
sehingga daun menjadi hitam. Embun madu disenangi semut sehingga banyak yang
datang. Hama Aphis gossypii Glov. menyerang banyak jenis tanaman dan sering ditemui.
Gejala serangan pertumbuhan tanaman terhambat dan daun menjadi keriting.
Pengendalian :
- Pengendalian dengan agens hayati menggunakan MOSA BN
dengan bahan aktif jamur Beauveria bassiana dan Noumeria
rileyi . Penyemprotan dilakukan sore hari dengan dosis 2,5 gram
per liter atau 30 gram per tangki isi 14 liter air. Saat dicampur
dengan air ditambahkan gula 2 sendok atau Molase.
- Penyemprotan dengan insekisida Nabati yang dibuat sendiri.
2. Ulat Kipat Cricula (Cricula trisfenestrata Helf)
Ulat berwarna hitam dengan spot putih dengan rambut putih. Pupa/kepompong
membentuk kokon berupa jaring berwarna sering
ditemukan berkelompok membentuk kluster menempel di
daun. Kupu betina dengan bentang sayap 7,5 cm dengan
tiga tanda jendela kecil. Kupu tertarik cahaya yang kuat.
Daun yang dimakan ulat seperti terpotong dan terdapat
bekas gigitan. Serangan ulat pada stadium lanjut daun habis
sama sekali dan tajuk daun menjadi gundul. Tanaman yang terserang tidak akan mati,
dan terdapat kepompong bergelantungan.
Pengendalian :
- Pengendalian dengan agens hayati menggunakan MOSA BN dengan bahan aktif
jamur Beauveria bassiana dan Noumeria rileyi. Penyemprotan dilakukan sore hari

10
dengan dosis 2,5 gram per liter atau 30 gram untuk tangki isi 14 liter air. Saat
dilartukan bisa ditamabh 2 sendok gula atau molase.
- Penyemprotan dengan insekisida Nabati dari ramuan sendiri.
3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri (Risso) )
Hama berupa kutu Pseudococcus . Dewasa bentuk tubuh
oval berukuran 3 mm, berwarna kuninga hingga coklat
kekuningan, tertutup tepung putih, mempunyai tonjolan di
tepi tubuh dengan jumlah 14 - 18 pasang. Tonjolan yang
panjang pada bagian belakang tubuh.
Kutu dompolan/kutu putih menghisap cairan tanaman pada daun, ranting dan bunga.
Bunga dan buah muda yang terserang menjadi gugur.
Pengendalian :
- Pengendalian dengan agens hayati menggunakan MOSA BN dengan bahan aktif
jamur Beauveria bassiana. Penyemprotan dilakukan sore hari dengan dosis 2,5 gram
per liter atau 30 gram per tangki isi 14 liter air. Saat dicampur dengan air
ditambahkan gula 2 sendok atau Molase.
- Penyemprotan dengan insekisida Nabati/Botanik. Ber bahan aktif Metilanol 100 g/l.
Dosis penyemrotan 1 – 1,5 ml/l atau 10 ml /tangki 14 liter.
4. Hama Lalat buah ( Dacus dorsalis Hend.)
Lalat buah mempunyai sayap transparan, mengkilat, dengan ciri
warna kuning pada punggung dan perut. Lalat buah bertelur pada
permukaan buah.Telur menetas menjadi larva (belatung) dan hidup di
dalam buah, sampai buah rontok dan membusuk. Larva berukuran
tidak lebih dari 1 cm. Larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah
menjadi lalat muda. Tubuh lalat buah berukuran 6 - 8 mm, bentangan sayap 5 - 7 mm.
Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih. Bagian perut coklat muda dengan
pita coklat tua.
Pengendalian :
Pengendalian secara Kultur teknis, membungkus buah sejak dini dan melakukan
pengasapan pada sore hari untuk mengusir imago/dewasa.
Pengendalian dengan memasang perangkap berupa atraktan dengan bahan aktif Metil
Eugenol.

11
5. Codot (Cynopterus sp)
Tubuh hama seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buah-buahan
pada malam hari.
Gejala berupa gigitan pada bagian buah, buah yang digigt berlubang. Buah yang
terserang adalah buah yang tua. Bagian buah yang dimakan adalah daging buahnya saja.
pengendalian :
Pengendalian dengan menangkap codot menggunakan jala atau menakut-nakutinya
menggunakan kincir angin yang diberi peluit sehingga dapat menimbulkan suara.
6. Penyakit Akar dan Kanker Batang ( Phythophthora palmivora (Butl.) Butl.)
Merupakan penyakit tanaman Alpukat yang sangat merugikan.
Penyakit ini disebabkan oleh Phythophthora palmivora (Butl.) Butl.
Tajuk daun tanaman tampak jarang. Daun cenderung menjadi layu
walaupun tanah cukup basah, dan daun berwarna lebih muda dari
biasanya.
Kulit pangkal batang didekat permukaan tanah terjadi perubahan
warna. Kulit yang sakit mengeluarkan getah yang akan mengering serperti tepung.
Bagian dalam kulit berwarna coklat dan masuk sampai ke dalam kayu
Pengendalian :
- Pengendalian dengan kultur teknis yaitu perbaikan drainase agar air hujan tidak
mengalir di permukaan tanah. Menanam tanaman yang tahan terhadap penyakit
tersebut. Memangkas daun yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban
kebun. Melakukan rotasi tanaman.
- Melakukan pemupukan dengan pupuk organik/kandang yang dicampur kapur dan
mengupayakan pH tanah 6.
- Pengendalian dengan agens hayati MOSA GLIO dengan bahan aktif Gliocladium sp
dan Trichoderma sp.
MOSA GLIO 100 gr dicampur dengan pupuk kandang yang matang 50
kg.Campuran diperam selama 5 hari. Cara aplikasi yaitu campuran MOSA GLIO
disekitar akar serabut. Dosis 100 gr MOSA GLIO digunakan untuk tanaman Alpukan
seluas 1000 m2.

12
7. Bercak Daun Cercospora (Cercospora purpurea Cke)
Penyakit disebabkan oleh jamur Cercospora purpurea Cke., dikenal juga dengan
Pseudocercospora purpurea (Cke.) Deighton. Jamur mempunyai stroma berwarna gelap.
Membenuk konidium jika cuaca lembab. Jamur ini bertahan pada daun dan buah yang
sakit.
Gejala pada daun terdapat becak coklat muda dengan tepi berwarna coklat. Becak
berukuran kecil yaitu sekitar 1 mm, bersudut, terpisah atau bersatu mencapai garis
tengah 1,5 cm. Gejala pada buah berupa becak coklat, agak mengendap, dengan garis
tengah 3 – 5 mm dengan batas tegas. Bila cuaca lembab, bercak terbentuk bintik-bintik
kelabu yang tersusun dari konidiofor dan konidium jamur. Lama - kelamaan akan
menjadi celah jalan masuknya organisme lain.
Pengendalian :
Pengendalian dengan agens hayati yaitu dengan BIO SPF
dengan bahan aktif Pseudomonas fluorescent.. BIO SPF 100 gr
dicampur dengan 50 liter air.. Aplikasi dikocor disekitar akar serabut.
Dosis 100 gr BIO SPF untuk tanaman alpukat seluas 1000 m2.

8. Penyakit Antraknosa (Colletotrichum gloeosorioides


(Penz.) sacc.
Penyakit disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. yg
mempunyai miselium yang semula berwarna muda kemudian menjadi cokleat kehijauan
sampai hitam kelabu. Massa spora berwarna merah jambu
Gejala pada daun terdapat jaringan hawar berwarna cokelat karat. Gejala pada buah
mentah terdapat becak coklat dengan bermacam macam ukuran. Becak bisa membesar,
bersatu bisa meliputi seluruh permukaan buah. Daun, bunga, buah yang terserang akan
gugur.
Pengendalian :
Pengendalian dengan agens hayati yaitu dengan BIO SPF dengan bahan aktif
Pseudomonas fluorescent.. BIO SPF 100 gr dicampur dengan 50 liter air.. Aplikasi dikocor
disekitar akar serabut. Dosis 1 sachet (100 gr) BIO SPF digunakan untuk tanaman
alpukatseluas 1000 m2.

13
A n a k N e g e ri u n t u k I b u P e
a r ya rtiw
K i

www.mosamandiri.co.id | www.agrokomplekskita.com

Anda mungkin juga menyukai