3879 10886 1 SM
3879 10886 1 SM
Djaafar Nurseha*
* Poltekkes Manado Jurusan Keperawatan
E-mail: nur_dj@ymail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Infeksi nosokomial didefinisikan sebagai infeksi yang berkembang selama tinggal
di rumah sakit. Semua pasien memiliki risiko 20% terkena infeksi nosokomial baik dari petugas
kesehatan maupun pengunjung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji sikap perawat
dalam upaya untuk mencegah infeksi nosokomial di rumah sakit didasarkan pada teori health belief
model. Metode: Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi cross sectional.
Total responden adalah 80 orang yang cocok dengan kriteria. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi langsung, wawancara dan kuesioner. Variabel independen adalah health belief model terdiri
dari variabel kerentanan, keseriusan, manfaat dan penghalang. Variabel dependen adalah tindakan
perawat untuk mencegah infeksi nosokomial. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi
product moment. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kerentanan, keparahan infeksi
dan manfaat berkorelasi dengan pencegahan infeksi nosokomial (nilai p = 0,000 <0,05). Sedangkan
variabel penghalang tidak memiliki korelasi dengan pencegahan infeksi nosokomial (nilai p = 0,201>
0,05). Diskusi: Variabel health belief model yang dapat digunakan sebagai penentu pencegahan
infeksi nosokomial adalah kerentanan, keseriusan dan manfaat. Penelitian selanjutnya diharapkan
akan dilakukan di beberapa rumah sakit untuk melihat faktor-faktor lain seperti manajemen rumah
sakit, sarana dan prasarana, dan kebijakan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian infeksi nosokomial.
Kata kunci: Health belief model, infeksi nosokomial dan tindakan keperawatan.
ABSTRACT
Introduction. Nosocomial infections are defined as infection that develop during hospital stay of a
patient. All patients have 20% risk of getting nosocomial infection from both health care providers and
visitors. The objective of the research was to examine nurse attitude in effort to prevent nosocomial
infection at hospital based on health believe model. Method: This was a descriptive analytic with a
cross sectional study approach. The total respondents were 80 people matched to the criteria. Data
was collected by direct observations, interview and questionairs. Independent variable was health
belief model consist of susceptibility, seriousness, benefits and barrier variables. Dependent variable
was nurse’s practice to prevent nosocomial infection. Data then analyzed using correlations product
moment test. Result: The results showed that, susceptibility variable, severity of infection variable and
benefit variable have correlation with nosocomial infection prevention (p value=0,000<0,05). While
barrier variable did not have correlation with nosocomial infection prevention (p value=0,201>0,05).
Discussion: Variables of health belief model that can be used as determinants of nosocomial infection
prevention were susceptibility, seriousness and benefits. Future studies are expected to be done in
some hospitals to look at other factors such as hospital management, facilities and infrastructure, and
policies that may affect the implementation of prevention and control of nosocomial infections.
64
Pengembangan Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial (Djaafar Nurseha)
65
Jurnal Ners Vol. 8 No. 1 April 2013: 64–71
Over Internal 3 hari. Sampai saat ini angka yaitu penelitian yang dilaksanakan dan
kejadian infeksi nosokomial belum ada, tetapi mengikuti keadaan pada saat sekarang.
angka kematian lebih dari 48 jam setelah Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai
dirawat/1000 penderita keluar yaitu “Net Death bulan Juni 2012 sampai dengan September
Rate” (NDR), menunjukkan angka 180,6/1000 2012, di Ruang Kekritisan (ICU, CVCU,
penderita keluar pada tahun 2011. Data ini NICU, PICU, IMC Penyakit Dalam dan IMC
termasuk di atas rata-rata angka nasional Neuro), BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
yaitu kurang dari 25/1000 penderita keluar, Manado. Populasi dalam penelitian ini yaitu
dapat dipakai sebagai indikator di dalam seluruh perawat, berjumlah 80 orang yang
penilaian mutu pelayanan suatu rumah sakit. bekerja di ruangan Keperawatan Kekritisan
Peningkatan angka Net Death Rate (NDR) di BLU RSUP Prof. R.D. Kandou Manado,
memberi gambaran meningkatnya angka yang memenuhi kriteria 80 orang, Adapun
kejadian infeksi nosokomial (NNIS,1991). kriteria inklusi sebagai berikut: Perawat yang
Angka kematian umum tiap 1000 penderita melaksanakan kontak langsung/bersentuhan
keluar, atau Groos Death Rate menunjukkan dengan pasien, Pengalaman kerja 6 bulan,
angka 337/1000 penderita keluar, di mana Pendidikan minimal SPK.
hal ini menunjukkan diatas rata-rata angka Variabel independen adalah health belief
nasional yakni kurang dari 45/1000 penderita model perawat yang terdiri atas kerentanan,
(Anonim, 1993). keseriusan, manfaat, hambatan. Variabel
Salah satu cara untuk mengatasi cara dependen adalah tindakan pencegahan
tersebut yaitu dengan memahami perilaku yang infeksi nosokomial yaitu upaya perawat untuk
berhubungan dengan pencegahan infeksi. Studi menghindari terjadinya infeksi nosokomial
pendahuluan menunjukkan bahwa rumah sakit meliputi kebersihan tangan, penggunaan
telah menjalankan program pencegahan infeksi sarung tangan, praktek aseptik antiseptik
nosokomial, dengan adanya kebijakan tertulis penggunaan alat pengering tangan dan
berupa standar operasional prosedur di setiap dekontaminasi.
ruangan perawatan, dapat diasumsikan bahwa Kuesioner untuk mengukur health belief
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan model perawat terdiri dari variabel kerentanan
rumah sakit mengetahui pencegahan infeksi 6 butir soal, keseriusan 14 butir soal, manfaat
nosokomial, tetapi sejauh mana para petugas 10 butir soal, dan hambatan 10 butir soal. Setiap
kesehatan khususnya perawat mempraktikkan pertanyaan yang dijawab diberi bobot 4 untuk
tentang apa yang diketahuinya dan bagaimana jawaban sangat setuju (SS), bobot 3 untuk
hal tersebut diaplikasikan dalam tindakan jawaban setuju (S), bobot 2 untuk jawaban
nyata, perlu dilakukan penelitian. tidak setuju (TS) dan bobot 1 untuk jawaban
Untuk mempermudah memahami sangat tidak setuju (STS). Masing-masing
hubungan sikap dengan tindakan pencegahan variabel memiliki nilai tertinggi dan terendah,
infeksi, maka penelitian ini akan menggunakan kemudian dengan metode cut off dibagi dalam
pendekatan “Health Belief Model“ (HBM). 2 kategori yaitu “mendukung” dan “kurang”
Berdasarkan latar belakang tersebut dengan jarak setiap kelas diperoleh dari nilai
diatas dirumuskan masalah penelitian ialah tertinggi ditambah nilai terendah kemudian
sebagai berikut: bagaimana hubungan Health dibagi 2. Dikatakan “mendukung” jika skor
Belief Model Perawat dengan tindakan ≥ jarak antar-kelas dan “kurang” jika skor
pencegahan infeksi nosokomial di Ruang < jarak antar-kelas. Selanjutnya kategori
Kekritisan BLU RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou “mendukung” diberi bobot 2, dan “kurang”
Manado. diberi bobot 1.
Kuesioner untuk mengukur tindakan
pencegahan infeksi nosokomial terdiri dari
BAHAN DAN METODE
16 butir soal. Setiap pertanyaan yang dijawab
Desain penelitian dipergunakan ialah diberi bobot 3 untuk jawaban melakukan
penelitian cross-sectional (potong lintang) dengan tepat dan sempurna, bobot 2 untuk
66
Pengembangan Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial (Djaafar Nurseha)
jawaban melakukan tidak tepat dan tidak sikap kurang mendukung sebanyak 62 orang
sempurna, dan bobot 1 untuk jawaban tidak (77%), sedangkan yang terdistribusi pada
melakukan. Jadi diperoleh nilai tertinggi kategori sikap mendukung sebanyak 18 orang
48 dan terendah 16. Dengan menggunakan (23%). Distribusi responden berdasarkan
metode cut off, tingkat tindakan dibagi dalam 2 tindakan menunjukkan bahwa sebagian besar
kategori yaitu “mempraktikkan”, dan “kurang” responden terdistribusi pada kategori tindakan
dengan jarak setiap kelas, yaitu 48+16/2=32. mempraktikkan sebanyak 48 orang (60%),
Dikatakan “mempraktikkan” jika memperoleh sedangkan yang terdistribusi pada kategori
nilai ≥32 dan “kurang” dengan nilai <32. tindakan kurang mempraktikkan sebanyak
Selanjutnya kategori “mempraktikkan” diberi 32 orang (40%).
bobot 2, dan “kurang” diberi bobot 1. Analisis data dilakukan dengan
Pengambilan data diawali dengan menggunakan metode korelasi product
melaksanakan observasi langsung terhadap moment atau disebut juga pearson correlation
tindakan 80 responden tentang upaya didapatkan bahwa ada hubungan antara
pencegahan infeksi nosokomial yang mengacu kerentanan dengan tindakan pencegahan
pada standar operasional prosedur sesuai infeksi nosokomial, ada hubungan antara
kriteria unjuk kerja kompetensi perawat keseriusan dengan tindakan pencegahan
dalam melaksanakan tindakan pencegahan infeksi nosokomial, ada hubungan antara
infeksi nosokomial selama 3 minggu. Setelah manfaat melakukan tindakan dengan tindakan
tahap observasi selesai dilanjutkan dengan pencegahan infeksi nosokomial, dan tidak
pengambilan data menggunakan kuesioner, ada hubungan antara hambatan melaksanakan
dengan metode wawancara, untuk mengungkap tindakan dengan tindakan pencegahan infeksi
health belief model para perawat tentang nosokomial. Hasil tersebut dapat dilihat pada
tindakan keperawatan serta hubungannya tabel 1.
dengan upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi nosokomial. Uji statistik dilakukan
PEMBAHASAN
dengan memakai metode korelasi Product –
moment. He a lt h b e li e f m o d e l p e r aw a t
merupakan gambaran perilaku perawat dalam
melaksanakan tindakan pencegahan infeksi
HASIL
nosokomial yang terdiri dari 4 ranah (domain)
Karakteristik responden berdasarkan yaitu: kerentanan, keseriusan, manfaat dan
jenis kelamin di ruangan kekritisan BLU Prof. hambatan. Tingkat pendidikan menunjukkan
DR. R.D. Kandou Agustus 2012 sebagian profesionalitas dan kinerja melaksanakan
besar responden berjenis kelamin perempuan tindakan pencegahan infeksi nosokomial,
sebanyak 61 responden (76%), sedangkan sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 semakin tinggi tingkat profesionalitas dan
responden (24%). Sebagian besar responden kinerja.
berpendidikan terakhir D3 sebanyak 43 Kerentanan merupakan pandangan
orang (54%), selanjutnya diikuti oleh yang seseorang tentang kerentanan atau mudahnya
berpendidikan S1 sebanyak 31 orang (39%), seseorang terkena suatu penyakit (risiko
kemudian SPK 5 orang (6%) dan terakhir D4 menjadi sakit). Teori Lewin (1954) mengatakan
1 orang (1%). suatu tindakan pencegahan terhadap suatu
Data health belief model untuk penyakit akan timbul bila seseorang telah
variabel kerentanan, keseriusan dan manfaat merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit
menunjukkan bahwa semua responden tersebut. Pada penelitian ini kerentanan
terdistribusi pada kategori sikap mendukung dihubungkan dengan persepsi perawat tentang
80 orang (100%). Sedangkan untuk variabel lamanya sakit yang dialami pasien, penyakit-
hambatan menunjukkan bahwa sebagian penyakit endemik infeksi nosokomial, dan
besar responden terdistribusi pada kategori proses transmisi kuman di Rumah Sakit.
67
Jurnal Ners Vol. 8 No. 1 April 2013: 64–71
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infeksi nosokomial yang menyerang para
ada hubungan antara variabel kerentanan penderita, termasuk gejala, prognosis dan
dengan variabel tindakan pencegahan infeksi kemungkinan konsekuensi sosial. Faktor
nosokomial. Variabel kerentanan berkorelasi ini menghubungkan dengan konsekuensi
dengan variabel tindakan (r=1,000) yang yang terbawa karena sifat penyakit infeksi
artinya, semakin rentan (mudah menular nosokomial. Tindakan pencegahan penyakit
suatu penyakit) infeksi nosokomial, akan akan terdorong oleh seriusnya penyakit
semakin baik tindakan perawat dalam program tersebut terhadap orang atau masyarakat.
pencegahan infeksi nosokomial. Hubungan Hasil penelitian ini menunjukkan
korelasi antara variabel kerentanan dengan bahwa ada hubungan antara keseriusan dengan
variabel tindakan menunjukkan hubungan tindakan pencegahan infeksi nosokomial.
sangat kuat. Variabel keseriusan berkorelasi dengan
Infeksi nosokomial dapat terjadi di setiap variabel tindakan (r = 1,000) yang artinya,
tempat di rumah sakit. Rumah Sakit sebagai suatu semakin ganas (severe) penyakit infeksi
sarana kesehatan yang memberikan pelayanan nosokomial, akan semakin baik tindakan
kesehatan kepada masyarakat, berupaya untuk perawat dalam mencegah infeksi nosokomial
dapat memberikan pelayanan yang bermutu semakin baik. Hubungan korelasi antara
dan profesional yang didukung dengan sumber variabel keseriusan penyakit dengan variabel
daya manusia yang kompeten (Anonim, 2007). tindakan menunjukkan hubungan sangat
Pengamatan yang sistematis, aktif dan terus kuat.
menerus terhadap timbulnya dan menyebarnya Menurut asumsi peneliti hal ini
penyakit pada populasi serta terhadap keadaan dapat terjadi pada suatu rumah sakit dengan
yang menyebabkan meningkatnya risiko terjadi pengawasan yang cukup baik, Ancaman
penyebaran penyakit, merupakan bagian penting yang terlihat tentang gejala penyakit akan
dalam proses pengendalian penyakit infeksi dirasakan lebih serius oleh perawat oleh sebab
(Widodo, 1997). itu tindakan pencegahan dilakukan lebih baik
Menurut Robert (1992) pengendalian (Notoatmojo, 2007). Hubungan interaksi
infeksi nosokomial harus diprioritaskan antara pasien dengan perawat akan memberi
kepada penderita dan untuk memutuskan dampak pada penilaian mutu pelayanan rumah
mata rantai infeksi, prioritaskan pada tenaga sakit. Rumah sakit mempunyai kewajiban
perawat dengan jalan mengubah perilaku. serta tanggung jawab moral untuk memenuhi
Perasaan akan seriusnya penyakit atau kebutuhan pasien yang dirawat (Aditama,
keganasan penyakit, didefinisikan sebagai 2003).
perasaan perawat tentang seriusnya penyakit
68
Pengembangan Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial (Djaafar Nurseha)
Suatu keyakinan perawat bahwa dengan perilaku kesehatan (Notoatmojo, 2007). Hasil
beberapa tindakan akan dapat mencegah penelitian Lindawaty (2007) tentang faktor
para penderita terkena infeksi nosokomial. yang berhubungan dengan persepsi perawat
Hal ini juga menggambarkan sebagai suatu pelaksana tentang upaya pencegahan infeksi
kepercayaan yang menyatakan bahwa pola-pola nosokomial di ruang rawat Inap Rumah Sakit
tingkah laku tertentu akan dapat mengurangi Pertamina Jakarta, menunjukkan bahwa
risiko seseorang terkena penyakit. variabel sarana merupakan variabel yang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paling berhubungan dengan upaya pencegahan
ada hubungan antara manfaat melaksanakan infeksi nosokomial.
tindakan dengan tindakan pencegahan infeksi Melihat hasil korelasi antara variabel
nosokomial. Variabel manfaat berkorelasi health belief model yang terdiri dari dari
dengan variabel tindakan (r=1,000) yang variabel kerentanan, variabel keseriusan,
artinya, semakin baik mendapatkan manfaat variabel manfaat dan variabel hambatan
dalam penanganan infeksi nosokomial, akan terhadap tindakan pencegahan infeksi
makin baik tindakan para perawat. Hubungan nosokomial menunjukkan bahwa, yang
korelasi antara variabel manfaat dengan mempunyai hubungan korelasi yang cukup
variabel tindakan menunjukkan hubungan kuat ditunjukkan oleh variabel keseriusan,
sangat kuat. variabel kerentanan dan variabel manfaat,
Sala h sat u fa k tor ya ng d apat oleh sebab itu variabel tersebut dapat dipakai
mempengaruhi tindakan seseorang untuk sebagai faktor penentu variabel tindakan.
mempertahankan pelayanan yang profesional Variabel hambatan menunjukkan korelasi tidak
ialah meningkatkan manfaat tindakan dan ada hubungan, artinya variabel tersebut tidak
mengurangi kelemahan dalam melaksanakan dapat dipakai sebagai faktor penentu untuk
pelayanan keperawatan (Aditama, 2003). tindakan pencegahan infeksi nosokomial.
Hambatan untuk bertindak didefinisikan Secara teoritis, health belief model
sebagai antisipasi subjektif seseorang seseorang akan sangat erat sekali hubungannya
sehubungan dengan hambatan dalam dengan perilakunya dan dapat menjadi
melakukan tindakan tertentu. Mengantisipasi faktor penentu perilaku. Pada penelitian ini
kesulitan-kesulitan dalam pencegah infeksi menunjukkan bahwa health belief tenaga
nosokmial. keperawatan dihubungkan dengan model
Hasil penelitian ini menunjukkan perawat yang berhubungan dengan pasien,
bahwa tidak ada hubungan antara variabel dalam aktivitas sehari-hari memiliki
hambatan dengan tindakan pencegahan keterikatan personal dan sosial, sehingga
infeksi nosokomial. Variabel hambatan tidak health belief model tepat digunakan sebagai
berkorelasi dengan variabel tindakan (r=0,95). faktor penentu tindakan pencegahan infeksi
Hal ini dapat memberikan gambaran akan nosokomial.
semakin rendah pelayanan kepada pasien,
dan semakin tidak berkualitas manajemen
SIMPULAN DAN SARAN
pemberian asuhan keperawatan, yang pada
akhirnya memberikan dampak pada mutu Simpulan
pelayanan rumah sakit. Variabel health belief model yang
Faktor sarana dan prasarana yang berhubungan dengan tindakan pencegahan
berhubungan dengan pencegahan infeksi infeksi nosokomial pada perawat adalah
nosokomial yang tersedia belum memadai kerentanan, keseriusan dan manfaat. Variabel
di Ruangan Kekritisan BLU RSUP Prof. hambatan tidak menunjukkan korelasi yang
Dr. R.D. Kandou. Ketersediaan sarana dan signifikan dengan tindakan pencegahan
prasarana bagi perawat termasuk fasilitas sehingga tidak dapat digunakan sebagai
pelayanan kesehatan pada hakikatnya faktor penentu tindakan pencegahan infeksi
mendukung atau memungkinkan terwujudnya nosokomial.
69
Jurnal Ners Vol. 8 No. 1 April 2013: 64–71
70
Pengembangan Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial (Djaafar Nurseha)
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Potter, Patricia A., 2005. Buku Ajar
M e t o d o l o g i Pe n e l i t i a n I l m u . Fundamental Keperawatan: Konsep,
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Proses dan Praktik edisi 4. Jakarta:
dan Instrumen Penelitian Keperawatan. EGC.
Jakarta: Salemba Medika. Slamet, 1993. Analisis Kuantitatif Untuk Data
Nursalam, 2007. Asuhan Keperawatan pada Sosial. Solo: Debora Publisher.
Pasien. Jakarta: Salemba Medika. Sugiyono, 1999. Statistik Untuk Penelitian.
Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Bandung: CV ALPABETA.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
71