Oleh:
Pembimbing:
dr. Hj. Sri Handayani, Sp.S (K)
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RSUP DR. MOHAMMAD
HOESIN PALEMBANG
2020
DEFENISI
Rehabilitasi stroke adalah upaya pengelolaan medik dan rehabilitasi yang komprehensif
terhadap disabilitas yang diakibatkan oleh stroke melalui pendekatan neurorehabilitasi dengan tujuan
mengoptimalkan pemulihan dan atau memodifikasi gejala sisa yang ada agar penyandang stroke
mampu melakukan aktivitas fungsional secara mandiri, dapat beradaptasi dengan lingkungan dan
mencapai hidup yang berkualitas.1 Proses rehabilitasi dilakukan dengan melibatkan pasien dan
anggota keluarga dan atau pengasuh dalam pengambilan keputusan. Penanganan ini sebaiknya
dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, perawat, tenaga terapi fisik, tenaga terapi
okupasi, tenaga terapi kinesi, ahli patologi bicara dan bahasa, psikolog, tenaga terapi rekreasi, pasien
dan keluarga pasien.2
Fisioterapi dan terapi okupasi direkomendasikan, walaupun cara pelaksanaan yang optimal
belum diketahui. Rehabilitasi direkomendasikan pada semua penderita, tetapi masih terbatas hasil
penelitian tentang tatalaksana yang sesuai untuk sebagian besar kecacatan yang berat. Pasien stroke
fase akut direkomendasikan menjalani perawatan di unit stroke dengan tujuan untuk mendapatkan
penanganan multidisiplin dan terkoordinasi. Direkomendasikan untuk memulai rehabilitasi dini
setelah kondisi medis stabil. Setelah keluar dari unit stroke, direkomendasikan untuk melanjutkan
rehabilitasi dengan berobat jalan selama tahun pertama setelah stroke. 2 Mengingat potensi yang
serius dari perdarahan intrakranial berupa kecacatan yang berat, serius dan kompleks, semua pasien
sebaiknya dilakukan rehabilitasi secara multidisiplin. Jika memungkinkan, rehabilitasi dapat
dilakukan sedini mungkin dan berlanjut disarana rehabilitasi komunitas, sebagai bagian dari program
terkoordinasi yang baik antara perawatan di rumah sakit dengan perawatan berbasis rumah sakit
dengan perawatan berbasis rumah (Home care) untuk meningkatkan pemulihan.2
k. Untuk Spastisitas2
- Rekomendasi spastisitas dan kontraktur untuk diterapi dengan posisi antispastik, latihan
range of motion, peregangan, splinting, serial casting, ataupun koreksi bedah
- Pemberian tizanidin, dantrolene, dan baclofen oral untuk spantisitas yang menyebabkan
nyeri, mengganggu higienitas kulit, atau penurunan fungsi. Tizanidin sebaiknya digunakan
khusus untuk pasien stroke kronis.
- Rekomendasi agar tidak menggunakan diazepam maupun golongan benzodiazepine
lainnya selama pemulihan stroke sehubungan dengan kemungkinan eeknya yang dapat
mengganggu dalam pemulihan, yaitu efek samping sedasi yang mengganggu.
- Penggunaan toksin Botulinum atau fenol/alcohol pada pasien tertentu dengan spatisitas
yang nyeri atau spatisitas yang mengakibatkan buruknya kebersihan kulit atau penurunan
fungsi dapat dipertimbangkan.
- Pemberian baclofen intrathetcal pasien stroke kronis untu spastisitas yang mengakibatkan
nyeri, buruknya kebersihan kulit, dan penurunan fungsi dapat dipertimbangkan.
- Prosedur bedah saraf, seperti rhizotomi dorsal atau serabut dorsal masuk ke zona lesi,
dapat dipertimbangkan untuk spastisitas yang mengakibatkan nyeri, buruknya kesehatan
kulit, atau penuruna fungsi.
o. Perlengkapan Adaptasi, Perlengkapan Medikal Tahan Lama, Orthotik dan kursi roda2
- Rekomendasi peralatan adaptif digunakan untuk keamanan fungsi jika metode lain
melakukan aktivitas tidak tersedia atau tidak dapat dipelajari atau jika keamanan pasien
menjadi tujuan.
- Rekomendasi peralatan ortotik ekstremitas bawah digunakan jika stabilisasi pergelangan
kaki atau lutut diperlukan untuk memperbaiki kemampuan berjalan pasien dan mencega
pasien terjatuh.
- Rekomendasi prefabricated brace (penyangga dengan kaitan) digunakan di awal dan
hyanya pasien yang menunjukkan kebutuhan penyangga jangka panjang dibuatkan ortosis
yang sesuai
- Rekomendasi kursi roda berdasarkan penilaian secara teliti terhadap pasien dan lingkungan
dimana kursi roda akan digunakan
- Rekomendasi alat bantu berjalan digunakan untuk membantu efisiensi dan keamanan
mobilitas jika diperlukan
Tergantung pada beratnya stroke, hasil luaran rehabilitasi dapat mencapai berbagai tingkat
seperti : 1
a. Mandiri penuh dalam aktivitas dan perannya
b. Mandiri penuh dalam aktivitas namun peran dan partisipasinya tidak sepenuhnya
kembali,
c. Mandiri dalam aktivitas perawatan diri namun masih perlu observasi
d. Aktivitas sehari-hari perlu bantuan minimal dari orang lain atau
e. Aktivitas sehari-hari sebagian besar atau sepenuhnya dibantu oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi Indonesia (IKFR). 2014. Kurikulum Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakartam: Kolegium IKFR.
2. Guideline Stroke Tahun 2011 Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(Perdossi).
3. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2020. Post-Stroke Rehabilitation Fact
Sheet. https://www.ninds.nih.gov/disorders/patient-caregiver-education/fact-sheets/post-stroke-
rehabilitation-fact-sheet.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tata Laksana Stroke 2019.
5. Neurorestorasi Dan Rehabilitasi Pascastroke oleh dr. Winda Kusumadewi, Sp.S dalam Buletin
RSPON Edisi XII 2019.