Anda di halaman 1dari 17

ASPEK TEOLOGI DALAM ISLAM

Mata Kuliah : Studi Islam 2

Dosen Pengampu : Ahmad Zubaidi, MA

Disusun oleh :
1. Sarah Azzahra 11190820000029
2. Muhammad Ghailan A.P 11190820000145
3. Shahrani Ardi Ningsih 11190820000151

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang atas rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “ASPEK TEOLOGI DALAM ISLAM” Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Studi Islam 2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima


kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Tangerang Selatan, 21 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER HALAMAN…………………………………………………….….....i
KATA PENGANTAR……………………………………………...………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………..………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………...…1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………......1
C. Tujuan………………………………………………………………...….1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian teologi islam………………………………………………….2
B. persamaan dan perbedaannya dengan akidah, ushuluddin dan
keimanan…………………..……………………………………………..2
C. latar belakang lahirnya teologi Islam……………………………………3
D. macam aliran teologi Islam dan corak pemikirannya………………….. 6
E. Tema utama teologi Islam………………………………………………11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………..…13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….…...14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya segala aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari
akan terasa berarti jika ada aqidah dan keyakinan dalam hati dengan didasari
kekuatan keimanan kepada Allah SWT. Untuk itu diperlukannya suatu
pembelajaran mengenai Teologi Islam yang membahas tentang pemikiran
ketuhanan. Terlebih lagi bagi orang muslim guna meningkatkan keimanan dan
menjadi idealnya orang islam. Apalagi di era sekarang ini yang sudah banyak
munculnya perbedaan – perbedaan pemikiran dan aqidah yang mengiringi.
Masyarakat harus pandai-pandai dalam memilih dan memilah dengan
berlandaskan ke pada al-Qur’an dan al-Hadist. Dijelaskan dalam sabda
Rasulullah bahwa umat manusia akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga dan
hanya satu yang benar.
Maka dari itu sangat diperlukannya pembelajaran mengenai ketuhanan
guna meningkat kan keimanan sejak dini, agar manusia tidak salah dalam
memilih jalan. Hingga akhirnya selamat di dunia dan di akherat kelak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian teologi islam?
2. Apa persamaan dan perbedaan dengan akidah, ushuluddin dan keimanan?
3. Menjelaskan latar belakang lahirnya teologi islam?
4. Menjelaskan macam aliran teologi islam dan corak pemikirannya?
5. Menjelaskan tema utama teologi islam?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian teologi islam?
2. Mengetahui persamaan dan perbedaan dengan akidah, ushuluddin dan
keimanan?
3. Mengetahui latar belakang lahirnya teologi islam?
4. Mengetahui macam aliran teologi islam dan corak pemikirannya?
5. Mengetahui tema utama teologi islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teologi Islam


Teologi menurut bahasa yunani yaitu theologia. Yang tersusun dari
kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos yang artinya ilmu. Sehingga
teologi adalah pengetahuan ketuhanan.
Arti istilah ini adalah mengetahui Tuhan secara logos (akal)
secarateoritik dan sistematik., sebagaimana watak berbagai ilmu pengetahuan
lainnya. Dalam Islam, pembahasan teologi haruslah dikembalikan kepada Al
Qur’an.
Dalam arti umum teologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
kenyataan-kenyataan dan gejala-gejala agama yang juga membicarakan tentang
hubungan manusia dengan Tuhannya, baik jalan penyelidikan atau pemikiran
murni, atau dengan jalan wahyu. Aspek pokok dalam kajian ilmu teologi islam
adalah keyakinan akan eksistensi Allah yang maha sempurna, maha kuasa dan
memiliki sifat – sifat kesempurnaan lainnya. Teologi islam adalah ilmu yang
membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang terkait dengan-Nya secara
rasional.
Menurut Muhammad Abduh yang dimaksud dengan teologi Islam adalah
ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat yang wajib tetap pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, sifat-sifat yang sama sekali wajib di
lenyapkan dari pada-Nya; juga membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan
keyakinan mereka, meyakinkan apa yang ada

B. Persamaan dan perbedaan


Persamaan Teologi dengan Akidah, Ushuluddin, dan Keimanan yaitu
keempat hal tersebut merupakan Ilmu Kalam , yaitu yang membahas tentang
segala firman- firman Allah, sifat-sifat Allah, ketetapan Allah.

Perbedaan Teologi dengan Akidah, Ushuluddin, dan Keimanan yaitu :

1. AKIDAH
Akidah berasal dari kata aqad berarti pengikatan. Akidah adalah apa
yang diyakini seorang. Jika dikatakan, “dia mempunyai aqidah yang benar”,
berarti akidahnya bebas dari keraguan. Akidah merupakan perbuatan hati,
yaaitu kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu. Adapun makna

2
Akidah secara Syara’ adalah iman kepada Allah, paraa Malaikat-Nya, kitab-
kitab -Nya, para rasul-Nya, hari akhir, serta kepada qadar baik dan qadar buruk.
Akidah juga dapat dimaksudkan sebagai pendapat dan fikiran atau
anutan yang mempengaruhi jiwa manusia, lalu menjadi sebagai suatu suku dari
manusia sendiri, dibela dan dipertahankan bhwa hal itu adalah benar. Harus
dipertahankan dan diperkembangkan.

2. USHULUDDIN
Ilmu Ushuluddin adalah ilmu yang membahas pokok-pokok (dasar)
ajaran agama, yaitu akidah, tauhid, dan I’tikad (keyakinan) tentang rukun Iman
yang enam.

3. TEOLOGI
Teologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Theos” yang berarti Tuhan
dan “Logos” yang berarti Ilmu, Jadi bila diartikan teologi adalah Ilmu tentang
Tuhan, yaitu suatu pengetahuan yang menyelidiki tentang Tuhan dari
perspektif akal atau pikiran, seperti kebenaran adanya tuhan, bagaimana sifat
dan kehendak tuhan, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, Teologi adalah
pengetahuan tentang Tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan Tuhan,
baik disandarkan kepada wahyu maupun disandarkan pada penyelidikan akal
pikiran.

4. TAUHID
Adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah.
Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik meruakan konsekuensi dari kalimat
sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.

C. Sejarah lahirnya teologi islam


Setelah ‘Usman wafat, Ali, sebagai calon terkuat, menjadi khalifah yang
keempat. Tetapi segera ia mendapatkan tantagan dari pemuka-pemuka yang
ingin pula menjadi khalifah, terutama Talhah dan Zubeir dari Mekkah yang
mendapat sokongan dari ‘Aisyah. Tantangan dari ‘Aisyah – Talhah – Zubeir ini
dipatahkan ‘Ali dalam pertempuran yang terjadi di Irak tahun 656. Talhah dan
Zubeir mati terbunuh dan ‘Aisyah dikirim kembali ke Mekkah.
Tantangan kedua datang dari Mu’awiyah, Gubernur Damaskus dan
keluarga yang dekat bagi ‘Usman. Sebagaimana halnya Talhah dan Zubeir, ia
tak mau mengakui ‘Ali sebagai khalifah. Ia menuntut kepada ‘Ali supaya
menghukum pembunuh-pembunuh ‘Usman, bahkan ia menuduh ‘Ali turut
campur dalam soal pembunuhan itu. Salah seorang pemuka pemberontak-

3
pemberotak Mesir, yang datang ke Madinah dan kemudian membunuh
‘Usman adalah Muhammad Ibn Abi Bakar, anak angkat dari ‘Ali Ibn Abi Talib.
Dan pula ‘Ali tidak mengambil tindakan keras terhadap pemberontak-
pemberontak itu, bahkan Muhammad Ibn Abu Bakar diangkat menjadi
Gubernur Mesir.
Dalam pertempuran yang terjadi antara kedua golongan ini di Siffin,
tentara Ali dapat mendesak tentara Mu’awiyah sehingga yang tersebut akhir
ini bersiap-siap untuk lari. Tetapi tangan kanan Mu’awiyah, ‘Amr Ibn al-‘As
yang terkenal sebagai orang licik, minta berdamai dengan mengangkat al-
Qur’an ke atas. Qurra’ yang ada di pihak ‘Ali mendesak ‘ali supaya menerima
tawaran itu dan dengan demikian dicarilah perdamaian dengan mengadakan
arbritase. Sebagai pengantara diangkat dua orang: ‘Amr Ibn al-‘As dari pihak
Mu’awiyah dan Abu Musa al-‘Asy’ari dari pihak ‘Ali.
Dalam pertemuan mereka, kelicikan ‘Amr mengalahkan perasaan
takwa Abu Musa. Sejarah mengatakan antara keduanya terdapat
pemufakatan untuk menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan, ‘Ali dan
Mu’awiyah. Tradisi menyebutkan bahwa Abu Musa al-Asy’ari, sebagai yang
tertua, terlebih dahulu berdiri mengumumkan kepada orang ramai putusan
mejatuhkan kedua pemuka yang bertentangan itu. Berlainan dengan apa yang
telah disetujui, ‘Amr Ibn al-‘As, mengumumkan hanya menyetujui penjatuhan
‘Ali yang telah diumumkan al-‘Asy’ari, tetapi menolak penjatuhan Mu’awiyah.
Bagaimanapun peristiwa ini merugikan bagi ‘Ali dan menguntungkan
bagi Mu’awiyah. Yang legal menjadi khalifah sebenernya hanyalah ‘Ali,
sedangkan Mu’awiyah kedudukannya tak lebih dari Gubernur daerah yang tak
mau tunduk kepada ‘Ali sebagai khalifah. Dengan adanya arbritase ini
kedudukannya telah naik menjadi khalifah yang tidak resmi.Tidak
mengherankan kalau putusan ini ditolak ‘Ali dan tak mau meletakkan
jabatannya, sampai ia mati terbunuh di tahun 661 M.
Sikap ‘Ali yang menerima tipu muslihat ‘Amr al-‘As untuk mengadakan
arbritase, sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian
tentaranya. Mereka berpendapat bahwa hal serupa itu tidak dapat diputuskan
oleh arbritase manusia.Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali
kepada hukum-hukum yang ada dalam al-Qur’an.La hukma illa lillahi (tidak
ada hokum selain hokum dari Allah) atau la hakama illa Allah (tidak ada
pengantara selain dari Allah), menjadi semboyan mereka.
Mereka memandang ‘Ali Ibn Abi Talib telah berbuat salah, dan oleh
karena itu mereka meninggalkan barisannya. Golongan mereka inilah dalam

4
sejarah Islam terkenal dengan nama al-Khawarij, yaitu orang yang keluar dan
memisahka diri atau seceders.
Karena memandang ‘Ali bersalah dan berbuat dosa, mereka melawan
‘Ali.‘Ali sekarang menghadapi dua musuh, yaitu Mu’awiyah dari satu pihak dan
Khawarij dari pihak lainya. Karena selalu mendapat serangan dari pihak kedua
ini, ‘Ali terlebih dahulu memusatkan usahanya untuk menghancurkan kaum
Khawarij, tetapi setelah mereka ini kalah, tentara ‘Ali telah terlalu capai untuk
tempur terus meneruskan pertempuran dengan Mu’awiyah. Mu’awiyah tetap
berkuasa di Damaskus dan setelah ‘Ali Ibn Abi Talib wafat dengan mudah
dapat memperoleh pengakuan sebagai khalifah umat Islam pada tahun 661
M.
Persoalan-persoalan yang terjadi dalam lapangan politik sebagai
digambarkan di atas inilah yang akhirnya membawa kepada timbulnya
persoala-persoalan teologi. Timbullah persoalan siapa yang kafir dan siapa
yang bukan kafir dalam arti siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang
masih tetap dalam Islam.
Khawarij memandang bahwa ‘Ali, Mu’awiyah, Amr Ibn al-‘As, Abu Musa
al-Asy’ari dan lain lain yang menerima arbitrase adalah kafir, karena al-Qur’an
mengatakan :

َ‫ٍٓ َكهُ ْمال َكافِرُوْ ن‬QR‫َو َم ْنلَ ْميَحْ ُك ْمبِ َمٓااَ ْن َزاَل ٰللّهُفَاُو ٰٰٓل‬

Dari ayat inilah mereka mengambil semboyan La hukma illa lillah. Karena
keempat pemuka Islam di atas telah dipandang kafir dalam arti bahwa mereka
telah keluar dari Islam, yaitu murtad atau apostate, mereka mesti di bunuh.
Maka kaum Khawarij mengambil keputusan untuk membunuh mereka
berempat, tetapi menurut sejarah hanya orang yag dibebani membunuh ‘Ali
Ibn Abi Talib yang berhasil dalam tugasnya.
Lambat laun kaum Khawarij pecah menjadi beberapa sekte. Konsep
kafir turut pula mengalami perubahan. Yang dipandang kafir bukan lagi hanya
orang yang tidak menentukan hukum dengan al-Quran, tetapi orang yang
berbuat dosa besar, yaitu murtakib kaba’ir atau capital sinners, juga
dipandang kafir.
Persoalan orang-orang berbuat dosa inilah kemudian mempunyai
pengaruh besar dalam pertumbuhan Kalam selanjutnya dalam Islam.
Persoalannya ialah: Masihkah ia bisa dipandang orang mukmin ataukah ia
sudah menjadi kafir karena berbuat dosa besar itu?.

5
Persoalan ini telah menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam yaitu:
1. Aliran Khawarij, mengatakan bahwa orang berdosa besar adalah kafir,
dalam arti telah keluar dari Islam, atau tegasnya murtad dan oleh karena itu
wajib dibunuh.
2. Aliran Murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar
masih tetap mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya,
hal itu terserah kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya.
3. Aliran Mu’tazilah, yang tidak menerima kedua pendapat di atas. Bagi
mereka, orang yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula mukmin.
Mereka mengambil posisi antara mukmin dan kafir, yang dalam bahasa
Arabnya terkenal dengan istilah al-manzilah baina manzilatain (posisi diantara
dua posisi).

D. Macam aliran teologi islam dan corak pemikirannya


a. Aliran syiah
Syiah yang dimaksudkan adalah golongan dalam islam yang
menganggap bahwa Sahabat Ali merupakan orang yang berhak sebagai
khallifah ( pemimpin ) pengganti nabi Muhammad S.A.W karena sesuai
dengan wasiatnya. Sedangakan 3 sahabat yang tergabung dalam khulafa
Arrasyidin adalah pengasab (perampas).
Ajaran-ajaran primer sekte ini adalah :
2. Al Ishamah
Dimana seorang pemimpin dalam tindak lakunya tak pernah berbuat
dosar besar maupun kecil, tak terlihat tanda-tanda berlaku maksiat,
dan tak boleh berbuat salah ataupun lupa.
3. Ar-raj’ah
Salah satu keyakinan sekte syiah mengenai datangnya imam mereka
setelah gaib, bertujuan tegaknya keadilan, menghancurkan hal yang
zalim, membangun kekuasaan.
4. At-Taqiyah
Golongan yang menjaga kehormatan, keslamat jiwa dan harta benda
yang dimilikinya. Karena takut kepada usuhnya. Maka dia
menyatakan sesuatu yang tak sesuai dengan kata hatinya. Dan tidak
sesuai degan hal yang sebenarnya, berlaku pura-pura.

6
5. Al-Mahdi
Paha mini berpengaruh dalam masalah-masalah politik, sosial dan
agama. Pertama-tama dicetuskan sesudah terlepasnya kedudukan
khalifah dari tangan mereka, berpeindah kepada Mu’awiyah.
Kemudian terbunuhnya Husein dalam perang Karbela, maka timbul
kekhawatiran dari pemimpinn-pemimpin Syi’ah akn putus asanya
pengikut-pengikut mereka.

Perkembangannya golongan syiah terbelah menjadi 25 aliran. Akan tetapi


yang masih eksis hingga sekarang ada 3.
a) Syiah al-Kisaniyah : Mukhtar bin Abi Ubaid as-Tasaqafy.
b) Syiah az-zaidiyah : Zaid bin Ali bin Husein.
c) Syiah Al-Imamiyah : Muhammad al-Mahdi al-Mutadar.

b. Aliran khawarij
Khawarij berasal dari kata kerja kharaja (telah ke luar ) dan mereka
disebut khawarij karena telah keluar dari golongan sahabat Ali r.a,
Adapun nama –nama lain dari aliran ini syurah, haruriyah, muhakkimah.
Asal mulanya kaum khawarij adalah orang-orang yang mendukung
Sahabat Ali r.a. akan tetapi, akhirnya mereka membecinya yang lemah
dalam menegakkan kebenaran, mau menerima tahkim yang sangat
mengecewakan. Mereka juga membenci Mu’awiyah karena melawan
sahabat Ali r.a sebagai khalifah yang sah. Mereka menuntut agar sahabat
Ali r.a mengaku bersalah dan bertobat, jika tidak maka ia akan memukul
gong untuk berperang.
Ajaran pokok firqoh khawarij ialah khilifah, dosa , dan imam. Menurut
mereka khilifah dipilih secara demokrasi melalui pemilihan
bebas.Sementara dosa berdasarkan pendapat mereka hanya ada dosa
besar atau kabair Hal ini bertujuan agar orang Islam yang tidak sejalan
denga pendiriannya dapat diperangi dan dapat dirampas harta bendanya,
dengan dalih mereka berdosa dan setiap yang berdosa adalah kafir.
Sedangkan iman bagi mereka bukan hanya membenarkan dalam hati,
mengikrarkan dengan lisan, dan amal ibadah menjadi bagian dari iman.
Barang siapa yang aml bil arkan) seperti shalat, zakat, dan lain-lain maka
kafirlah dia ( Ahmad amin, tt, 259)

7
Ciri khusus orang khawarij berpandangan yang radikal (kaku) dan
ekstrem, kecuali aliran al-ibadiyah . Sementara aliran Ajaridah kebalikan
dari al-ibadiyah
Tokoh – tokohnya ialah Nafi’ bin Azraq dan Qathar bin Faja’ah, Abu
Tahluf, Najdat ‘Ami, dan Abu Fudaika.

c. Aliran qadariyah
Firqoh qadariyah timbul di Irak. Pemimpin pertamanya adalah Jaham
bin Sofwan. Ftwanya yang menarik adalah bahwa manusia tidak
mempunyai daya upaya, tidak ada ikhtiar dan tidak ada kasab. Ajaran ini
merupakan kebalikan dari firqoh jabariyah.
Ajaran jabariyah ini melampaui batas. Sehingga mengiktikadkan bahwa
tidak berdosa jika berbuat suatu kejahatan. Hal itu didasari bahwa orag
yang mencuri, itu sudah di qodrat dan iradat –Nya. Sebagaian pengikut
Jabariyah menganggap dirinya telah bersatu dengan Tuhan. Hal tersebut
menimbulkan ajaran wihdatul wujud.

d. Aliran jabariyah
Alirah ini timbul sekitar tahun 689 M/70 H yang dipmpin oleh Ma’bad
al-Juhni al-bisri. Ajaranya adalah membatasi makna qadar ersebut. Bahwa
kalau Alloh itu dapat member pahala terhadap orang yang bersalah dan
menghukum orang yang bersalah.
Iman menurut mereka adalah ikrar kepada Alloh S.W.tT makrifat
kepada para rasul dan segala apa yang dibawa dari Alloh S.W.T tentang
hal-hal yang disepakati oleh orang-orang islam, seperti shalat, zakat, puasa,
haji dan hal-hal yang diperselisihkannya. Iman itu bercabang dan manusia
itu berlebih tentang iman.

e. Aliran murji’ah
Istilah murji’ah di ambil dari kata “arja” bermakna memberika harapan
utnuk mandapatkna kemaafan. Hal ini menjadi dasar bahwa perbuatan
maksiat itu tidaklah merusakkan iman, sebagaima ketaatan tiada pula
bermanfaat jika disertai oleh kekafiran.Golongan ini juga menunda tentang
hukum orang mukmin yang berdosa besar dan belum bertobat sampai
matinya, orang itu belum dapat dihukum sekarang. Ketentutan ditunda
atau dikembalikan kepada Alloh S.W.T di hari akhir nanti. Ajaran ini muncul
dengan latar belakang politik. Sewaktu pusat pemerintahan Islam pindah
ke Damaskus, maka mulai tampak kurang taatya beragama kalangan

8
penguasa Bani Umayyah. Pendapat orang-orang murji’ah bahwa seorang
muslim boleh saja shalat di belakang orang yang saleh ataupun orang fasiq.
Sebab penilaian baik dan buruk itu terserah Alloh S.W.T soal tersebut
mereka tangguhkan sampai kiamat.
Ajaran yang dikenalkan oleh firqoh murji’ah bahwa iman ialah hanya
membenarkan dengan hati saja, atau dengan kata lain iman ialah makrifat
kepada alloh. Hal ini di dasarkan pada Al-Qur’ann itu diturunkan dalam
bahasa Arab. Iman yang membenarkan dengan hai saja. Sedangkan amal
perbuatan dengan anggota badan itu termasuk tashdiq. Akan tetapi
sebagian golongan murji’ah berpendapat bahwa iman itu terdiri dari dua
unsure, yaitu membenarkan dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan.
Kedua itu harus dilakukan agar orang dapat bermukmin. Jikalau orang
membenarkan hati dan menyatakan kebohongan dengan lisan, tidak
dinamakan Mukmin.

f. Aliran mu’tazilah
Mu’tazilah berasala dari kata I’tazala artinya menyisihkan diri. Pencetus
ajaran ini adalah Washil bin Atho. Ia berguru pada ulama yang merupakan
tabi’in yang terkenal bernama Imam Hasan al-Basri (w.110 H) yang
menyelenggarakan majelisnya di kota Basroh. Akan tetapi, pandangannya
bersebrangan tentang dosa besar.
Suatu hari Imam Hasan al – Basri ini meerangkang bahwa seorang Islam
yang telah beriman kepada Alloh S.W.T dan Rasulnya, kemudian orang itu
melakukan dosa besar, lalu orang itu meninggal sebelum bertobat, meurut
Imam Hasan al-Basri. Orang itu tetap Muslim dan termasuk durhaka. Maka
ia akan dimasukkan neraka kelak.
Firqoh mu’tazilah mulanya berawal dari majelis di sudut masjid Basrah.
Kekuasaan dipegang oleh Hisyam bin Abdul Malik (101-105 H dari bani
Umayah. Meski firqoh ini terpecah belah menjadi 22 aliran namun masih
tetap mempunyai lima prinsip ajaran yang mereka sepakati, yaitu
(1) Tauhid.
(2). Keadilan
(3). Janji dan ancaman
(4).Tempat diantara dua tempat
(5). Amar makruf nahi munkar.
Dalam buku Teologi Islam karya Sahilun A. Nasir menyimpulkan kaum
mu’tazilah :

9
1. Kaum mu’tazilah terlalu berlebih-berlebihan dalam
mghormati dan mengagungkan akal, sedang akal itu
sendiri sering keliru dn slah. Penghormtan terhadap akal
telah menyebabkan sebagaian mereka berpendapat
bahwa gerakan surge dan neraka akan terheti, dan
menyebabkan surge dan neraka itu beserta orang-orang
yang ada di dalamnya menjadi diam dan tenang selam-
selamanya. Pada saat diam itulah penduduk surge
menikmati segala macam kelezatan dan penduduk neraka
merasakan segala macam siksa.

2. Islam adalah agama yang muah dan gampang. Akan tetapi


kaum Mu’tazilah telah menyebabkan akidah Islam yang
mudah itu menjadi ruwet dan berbelit-berbelit, yaitu
dengan memasukkan filsafat ketuhanan (lahut) dan alam
yang tidak dapat memperjelas ajaran-ajaran Islam,
bahkan membuatnya menjadi kabur.

3. Kaum mu’tazilah menyelami lauta filsafat untuk


mempertahankan Agama Islam, akan tetapi banyak di
antara mereka itu memaki senjata tersebut untuk
menikam diri sendiri atau dengan perkataa lain.
Sebagaian dari mereka tenggelam dalam lautan filsafat
itu, mereka kehilangan pedoman da sesat jalan sampai
ada di antara mereka yang menganut paham reinkarnasi.

4. Ketika kaum mu’tazilah membahas masalah kekacauan


yang terjadi pada permulaan Islam, maka kebanyakan
mereka membolehkan utnuk mencela para sahib Nabi.
Bahkan mereka telah mencela dan menyerang para
sahabat itu dengan serangan serangan yang sengit yang
tidak selaras dengan riwayat perjuangan mereka.

Tokoh – tokoh aliran mu’tazilah antara lain Utsman al- Jahiz (w.255),
mengaran kitab al-Hiwan, Syarif Radhi (w.406 H), mengarang kitab
Majaz Al-Qur’an, Abdul Jabbar bin Ahmad, lebih dikenal dengan Qadhil
Qudhot mengarang kitab Syarah Ushul al – Khamsah, Zamakhsyari

10
(w.528 H) mengarng kitab Tafsir al-Kasyasyaf, dan Ibnu Abil Haddad
(w.655 H) mengarang kittab Syarah Nahjul Balghah.

E. Tema utama teologi islam


Tema utama yang muncul pertama kali dan menimbulkan kelompok-
kelompok pemikiran dalam wilayah kajian teologi Islam yang disebut dengan
firqah.

Firqah yang mula-mula muncul adalah firqah Syi’ah. Firqah ini


merupakan kelompok kaum muslimin yang tasyayyu’ (memiliki kecondongan)
terhadap Ali ibn Abi Tholib, baik secara teologis maupun politis. Mereka
berkeyakinan bahwa yang berhak atas kekhalifahan setelah Nabi Muhammad
adalah Ali. Sedangkan para sahabat yang lain sebuah konsipirasi politik yang
batal.

Kekhalifahan adalah hak Ali berdasarkan petunjuk dan wasiat Nabi atas
kaum muslimin. Di samping itu pengangkatan Abu Bakar juga dinilai batal
karena dilakukan dalam suasana yang tidak kondusif serta tidak menyertakan
keluarga Nabi (ahlul bait). Karena pada saat itu keluarga Nabi masih sedang
mengurus jenazah Nabi. Sementaara pengangkatan Abu Bakar tidak cukup
untuk dianggap telah kourum. Karena pemerintahan tidak sah, maka seluruh
transaksi yang terjadi di seluruh negeri juga tidak sah.

Secara embrional firqah ini telah ada semenjak diangkatnya Abu Bakar
as-Shiddiq sebagai Khalifar pertama. Akan tetapi firqah ini telah mencapai
bentuknya yang sempurna ketika Mu’awiyah ibn Abi Shufyan (sebagai
Gubernur Mesir) secara terang-terangan menentang Kekahlifahan Ali dan
bahkan melakukan perlawanan secara militer yang berakibat terjadinya
peperangan besar di antara sesame muslim.

Sedangkan firqah lawannya adalah Ahlussunnah (sunni). Kelompok ini


adalah mayoritas kaum muslimin yang mengakui keabsahan Abu Bakar dan
seterusnya. Karena pengangkatan khalifah tersebut telah didasarkan pada
permusywaratan para sahabat Nabi yang tidak mungkin berkhianat. Firqah ini
secara politis akhirnya mengerucut dalam sebuah kepemimpinan yang

11
dipelapori oleh perseteruan yang berkepanjangan sehingga menimbulkan
pertikaian yang tak kunjung berhenti, bahkan hingga sekarang.

Secara embrional dan faktual, firqah ini muncul dalam kasus politik.
Tetapi sikap tersebut muncul karena keyakinan teologis yang moderat dan
kompromistis. Mereka kebanyakan berfaham murji’ah (menangguhkan
keadilan di hadapan Allah kelak), dan jabariyah (pasrah terhadap realitas),
karena keyakinan bahwa itulah kehendak Allah. Itu adalah masalah eksistensi
iman dalam diri seorang muslim pendosa (fasiq), masalah keadilan tuhan dan
sifat-sifat-Nya, masalah taqdir (ketetapan Allah pada makhluk-Nya), dan
masalah hakekat al-qur’an (apakah ia qodim atau hadist). Tema-tema tersebut
selanjutnya menimbulkan banyak firqoh, yang antara satu dengan lainnya
saling membanggakan diri dan merendahkan yang lainnya. Bahkan saling
mengkafirkan. Sehingga menimbulkan perpecahan di kalangan umat islam
dengan cukup parah.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teologi merupakan ilmu yang mempempelajari tentang ketuhanan yang
berdasarkan kebenaran wahyu dan atau dengan pemikiran akal. Teologi dalam
islam biasanya disebut juga ilmu kalam, yang memberikan dalil naqli terhadap
adanya Allah SWT.
Teologi islam mulai muncul pada masa khalifah yang berhubungan dengan
gejola politik, selain itu juga karena adanya perbedaan pemikiran antar imam,
guru dan murid.
Sumber daripada teologi islam ini adalah al-quran dan juga al-Hadist, yang
menjadi sumber utama dalam mempelajari dan menganalisis masalah ketuhanan.
Para pemuka pemuka islam menjadikan al-Quran dan al-Hadist sebagai penguat
dalam berpendapat.
Salah satu penyebab munculnya teologi adalah adanya perbedaan pemikiran.
Hingga muncul beberapa aliran, diantarannya aliran mu’tazilah, asy’ariyah, al-
maturidiah, as-salafiyah dan aliran wahabiyah.
Dengan mempelajari teologi islam secara tidak langsung keyakinan dan akidah
seseorang akan bertambah. Kebenaran pun akan ditegakkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://studiislamfarmasi.blogspot.com/2016/05/islam-a.html

http://kumpulanilmupengetahuann.blogspot.com/2014/12/contoh-makalah-teologi-islam_21.html

http://teoloriislamrnh.blogspot.com/2016/10/teologi-islam.html

14

Anda mungkin juga menyukai