Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak

pernah berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan akan

dilaksanakan, beragam program inovatif ikut serta memeriahkan reformasi

pendidikan. Reformasi pendidikan bisa diartikan dengan restrukturisasi

pendidikan, yaitu memperbaiki secara menyeluruh pola hubungan sekolah

dengan lingkungan masyarakat, orang tua, peserta didik dan pemerintah.

Disamping itu terdapat juga pengembangan pola rencana strategis sekolah,

pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru, stakeholders dan

restrukturisasi model-model pembelajaran.

Dalam rangka merespon beberapa problematika dalam bidang

pendidikan yang terimplikasi dari kebijakan pemerintah tentang

diberlakukanya otonomi daerah, maka pada tanggal 2 April 2002 pemerintah

melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.014/U/2002 melakukan

reformasi pada tingkat sekolah. Melalui keputusan mentri tersebut dinyatakan,

bahwa badan pembantu penyelenggara pendidikan (BP3) tidak berlaku lagi.

Sebagai gantinya wadah ini diberi nama “Komite Sekolah” atas dasar prakarsa

masyarakat, satuan pendidikan, dan pemerintah kabupaten/kota.1

1
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
(Bandung: CV Alfabeta, 2009). h. 240

1
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan amanat rakyat yang

telah tertuang dalam UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program

Pembangunan Nasional (Propenas) 2000–2004. Amanat rakyat ini selaras

dengan kebijakan otonomi daerah, yang telah memposisikan kabupaten/kota

sebagai pemegang kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan

pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di daerah tidak hanya diserahkan kepada

kabupaten/kota, melainkan juga dalam beberapa hal telah diberikan kepada

satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.

Dengan kata lain, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya

menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah

propinsi, Kabupaten/Kota, dan pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat atau

stakeholder pendidikan. Hal ini sesuai dengan konsep partisipasi berbasis

masyarakat (community-basedparticipation) dan manajemen berbasis sekolah

(school-based management), yang kini telah mulai dilaksanakan di Indonesia.

Pada hakikatnya pendidikan itu adalah tanggung jawab bersama antara

pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Selaras dengan perkembangan tuntutan

terhadap kualitas pelayanan dan hasil pendidikan, maka sudah selayaknya

setiap komponen melakukan reposisi yang mengarah kepada aspirasi dan

apresiasi dalam bentuk partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan

madrasah yang berkualitas. Peningkatan mutu belajar mengajar sebenarnya

tidak terlepas dari pendekatan dalam proses belajar mengajar, karena baik

tidaknya hasil belajar mengajar dapat dilihat dari mutu lulusan, dari produk

yang dikeluarkan. Proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila masukan

2
merata, menghasilkan banyak lulusan dan bermutu tinggi, yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat, serta memadai, selain itu juga jika dalam prosesnya

menunjukkan kegairahan yang tinggi, semangat bekerja yang besar, dan

percaya pada diri sendiri.2

Komite sekolah harus benar-benar menunjukkan kinerjanya yang

profesional dan menjadi dirinya sendiri sebagai lembaga independen dan

mampu menjadi mitra bagi satuan pendidikan. Selain itu komite sekolah harus

bisa menumbuhkan perhatian dan persepsi masyarakat lainnya pada

kepemilikan sekolah. Sekolah adalah milik masyarakat, maka komite sekolah

harus menampung dan menganalisis aspirasi masyarakat serta mendorong

partisipasi orang tua guna mendukung mutu pendidikan. Komite sekolah juga

mengevaluasi dan mengawasi kebijakan, program serta penyelenggara

pendidikan.

Sekolah adalah sebuah pranata sosial yang bersistem, terdiri atas

komponen-komponen yang saling terkait dan saling mempengaruhi.

Komponen utama sekolah adalah siswa, pendidik dan tenaga kependidikan

lainnya, kurikulum, serta fasilitas pendidikan. Selain itu, pemangku

kepentingan (stakeholder) juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap

proses penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini

orang tua dan masyarakat merupakan pemangku kepentingan yang harus dapat

bekerja sama secara sinergis dengan sekolah.

2
Rusyan Tabrani dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung:
Remaja Karya, 2000). h. 1

3
Proses pembentukan komite sekolah memamg ada yang sudah yang

sudah sesuai dengan harapan. Bahkan ada yang sudah menerapkan budaya

manajemen dengan kreasi dan inovasi yang membanggakan, sehingga

keberadaan komite sekolah benar-benar dirasakan peran dan fungsinya dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Namun masih banyak pula komite sekolah

yang belum sepenuhnya berperan sesuai dengan harapan dan ketentuan yang

ada.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SD Negeri 012 Labuhan

Tangga Kecil Penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Pengelolaan komite sekolah dalam hal meningkatkan kompetensi sangat

minim.

2. Upaya komite sekolah dalam mewadahi dan menyalurkan aspirasi

masyarakat pada program pendidikan belum optimal.

3. Kerangka acuan yang dapat dijadikan rambu-rambu dalam pelaksanaan

kegiatan di sekolah belum terlaksana dengan baik.

4. Ide atau gagasan yang muncul dari komite sekolah untuk hal pendidikan

sangat minim.3

Dengan adanya gejala-gejala tersebut di atas, maka penulis tertarik

meneliti dengan judul “Manajemen Komite Sekolah dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan di SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan

Bangko Kabupaten Rokan Hilir”.

B. Identifikasi Masalah
3
Wawancara Peneliti Terhadap Kepala Sekolah SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil

4
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa

masalah yang dapat di identifikasi yaitu :

1. Pengelolaan komite sekolah dalam hal meningkatkan kompetensi sangat

minim.

2. Upaya komite sekolah dalam mewadahi dan menyalurkan aspirasi

masyarakat pada program pendidikan belum optimal.

3. Kerangka acuan yang dapat dijadikan rambu-rambu dalam pelaksanaan

kegiatan di sekolah belum terlaksana dengan baik.

4. Ide atau gagasan yang muncul dari komite sekolah untuk hal pendidikan

sangat minim

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini dapat terfokus tidak menyimpang dari

judul yang diambil, maka peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti

mengenai manajemen komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di

SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan

Hilir.dan faktor pendukung dan penghambat manajemen komite sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil

Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir.

D. Rumusan Masalah

5
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen komite dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD

Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil?

2. Apakah faktor pendukung dan penghambat manajemen Komite Sekolah

dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 012 Labuhan Tangga

Kecil?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen komite sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi manajemen Komite Sekolah

dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 012 Labuhan Tangga

Kecil.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitiannya adalah

1. Bagi Sekolah dan Komite sekolah SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan

masukan yang positif, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dan evaluasi

untuk instansi dan organisasi komite yang terkait. Disamping sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi kepala sekolah dan ketua

6
komite, untuk menanggulangi masalah yang berhubungan dengan peningkatan

mutu dan proses belajar mengajar melalui komite sekolah.

2. Bagi Penulis

Sebagai bahan masukan obyek nyata dalam penyempurnaan

pengetahuan penulis yang pernah didapatkan selama duduk dibangku

perkuliahan, serta menambah pengetahuan penulis secara realitas dalam

memahami peran dan fungsi keberadaan komite dalam suatu lembaga

madrasah atau sekolah unggulan.

3. Bagi Dunia Pendidikan

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya pada topik yang

relevan serta berguna dalam menambah dan sebagai referensi pengetahuan

dimasa yang akan datang.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Manajemen Komite Sekolah

a. Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan kata lain dari manajemen. Manajemen berasal

dari bahasa inggris management, akar katanya adalah manage yang memiliki arti

mengatur, mengurus, melaksanakan, mengelola.4

Menurut Suharsimi arikunto manajemen adalah subtantifa dari

mengelola, sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari

penyususnan data, merencana, mengorganisasikan, melaksanakan, sampai

dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan kemudia manajemen

menghasilkan suatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan

dan peningkatan manajemen selanjutnya.5

Manajemen adalah seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang

terkait dengan pecapaian tujuan. Dalam penyelesaian akan sesuatu tersebut,

terdapat tiga faktor yang terlibat.

1) Adanya penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya manusia

maupun faktor-faktor produksi lainya.

4
John M. Echols dan Hasan Shadaly, Kamaus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1992), h. 372
5
Suharsimi arikunta, Pengelolaan Kelas Dan Siswa, (Jakarta : CV. Rajawali, 2002). h. 8

8
2) Proses yang bertahap mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan.

3) Adanya seni dalam penyelesaian pekerjaan.6

Jadi dapat disumpukan bahwa manajemen (manajemen) adalah suatu

cara atau proses yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengawasan

dan evaluasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan agar berjalan

efektif dan efisien.

Adapun fungsi-fungsi Manajemen (Manajemen)

1) Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak

dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai

tujuan itu, seefektif dan efesien mungkin. Perencanaan merupakan tindakan

menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana

mengerjakannya, apa harus dikerjakan dan dan siapa yang mengerjakannya.7

Perencanaan dan rencana sangat penting, karena: 1) tanpa perencanaan

dan rencana berarti tidak ada tujuan yang dicapai; 2) tanpa perencanaan dan

rencana tidak ada pedoman pelaksanaan, sehingga banyak pemborosan; 3)

rencana adalah dasar pengendalian, kerana tanpa adanya rencana pengendalian

tidak dapat dilakukan; 4) tanpa adanya perencanaan dan rencana, berarti tidak

ada keputusan dan proses manajemen pun tidak ada.8

6
Erni Tisnawati Sule, Kurniwan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta : Kencana
Perdana Media Goup, 2009), h. 6
7
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Cet.VII, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2004), h. 49.
8
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen:Dasar Penegrtian Dan Masalah, cet.IV, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), h.91

9
2) Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang perlu

mendapatkan perhatian dari kepala sekolah. Fungsi ini perlu dilakukan untuk

mewujudkan struktur organisasi sekolah, uraian tugas tiap bidang, wewenang

dan tanggung jawab menjadi lebih jelas,dan penentuan sumber daya manusia

dan materil yang diperlukan. Menurut Robbins, bahwa kegiatan yang

dilakukan dalam pengorganisasian dapat mencakup

a) Menetapkan tugas yang harus dikerjakan.

b) Siapa yang mengerjakan.

c) Bagaimana tugas itu dikelompokkan.

d) Siapa melapor ke siapa.

e) Di mana keputusan itu harus diambil.9

3) Penggerakan/Pelaksanaan (Actuating)

Penggerakan merupakan aktualisasi dari perencanaan dan

pengorganisasian secara konkrit. Perencanaan dan pengorganisasian tidak akan

mencapai tujuan yang ditetapkan tanpa adanya aktualisasi dalam bentuk

kegiatan. Perencanaan bagaikan garis start dan penggerakan adalah

bergeraknya mobil menuju tujuan yang diinginkan berupa garis finish, garis

finish tidak akan dicapai tanpa adanya gerak mobil.

Berdasarkan rencana aksi, penangggung jawab program kemudian

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan

9
Stephen R. Robbins, Perilaku Organisas Jilid I, Terjemahan Tim Indeks, (Jakarta:
Ineks Kelompok Gramedia, 2003), h. 5.

10
program, dibutuhkan suatu pengarahan dari pimpinan, agar pelaksanaan tugas

dapat berjalan dengan lancar. Pengarahan yang dilakukan sebelum memulai

bekerja, berguna untuk menekankan hal-hal yang perlu ditangani, urutan

prioritas, prosedur kerja dan lain-lainnya agar pelaksanaan pekerjaan dapat

efektif dan efisien. Pengarahan yang dilakukan selama melaksanakan tugas

bagi orang-orang yang terlibat dimaksudkan untuk mengingatkan ataupun

meluruskan apabila terjadi penyelewengan atau penyimpangan.10

4) Penilaian (Evaluting)

Evaluasi artinya menilai semua kegiatan untuk menemukan indikator

yang menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat

dijadikan bahan kajian berikutnya. Dalam mengkaji masalah yang dihadapi,

rumuskan solusi alternatif yang dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan

yang ada dan meningkatkan kualitas keberhasilan dimasa yang akan datang.

Evaluasi sebagai fungsi manajemen merupakan aktifitas untuk meneliti

dan mengetahui pelaksanaan yang telah dilakukan dalam proses keseluruhan

organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program yang telah

ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan mengetahui kesalahan-

kesalahan atau kekurangan-kekurangan, perbaikan dan pencarían solusi yang

tepat dapat ditemukan dengan mudah.11

b. Komite Sekolah

10
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, cet.IV, (Yogyakarta:
Aditya Media, 2008), h.12.
11
Hikmat, Manajemen Pendidikan, cet.I, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.124.

11
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kontemporer komite diartikan

panitia (beberapa orang yang diserahi melakukan tugas) atau sejumlah orang

yang ditunjuk untuk melakukan tugas tertentu.12

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 diterangkan bahwa Komite

Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta

didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.13

Dalam surat keputusan (SK) MenDikNas No. 044/U/2002 tentang

dewan pendidikan dan Komite Sekolah, Butir 1.1 dinyatakan bahwa Komite

Sekolah adalah ''badan mandiri yang memadahi peran serta masyarakat dalam

rangka peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi manajemen pendidikan

pada satuan pendidikan, baik pra-sekolah, jalur sekolah maupun luar sekolah.

Sedangkan pada butir 1.2 dinyatakan bahwa "nama badan disesuaikan dengan

kondisi dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite

pendidikan luar sekolah, Dewan Pendidikan, Majelis Sekolah, Komite TK, atau

nama lain yang disepakati.14

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 diterangkan bahwa Komite

Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta

didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.15


12
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
1976, h. 517.
13
Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
tentang Pendidikan, (Jakarta: Depag RI, 2006), h. 8.
14
MENDIKNAS, Lampiran II Surat Keputusan No. 044/U/2002, (Jakarta,2002), h. 11
15
Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan, (Jakarta: Depag RI, 2006), h.8.

12
Kemudian pada pasal 56 ayat 3 diterangkan kembali bahwa Komite Sekolah

sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu

pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,

sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan. Pemaparan lebih lanjut mengenai Komite Sekolah dijelaskan

dalam Lampiran II Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 044/U/2002 Tanggal 2 April 2002, sebagai berikut. 16

1) Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta

masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi

manajemen pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra

sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.

2) Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-

masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan,

Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan sekolah, Majelis Sekolah, Majelis

Madrasah, Komite TK, atau nama lain yang disepakati.

3) Bp3, Komite Sekolah dan/atau majelis sekolah yang sudah ada dapat

memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan acuan ini.

Menurut Umaedi dalam bukunya manajemen mutu berbasis sekolah

(MMBS/M), komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan

orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang

peduli pendidikan.17
16
http://www. mandikdasmen.depdiknas.go.id/docs/dok_16.pdf, Lampiran Kepmendiknas
nomor: 044/U/2002,

Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah, Jakarta : Pusat Kajian


17

Manajemen Mutu Pendidikan, 2004, h. 5

13
Menurut Nanang Fatah dalam bukunya yang berjudul konsep

manajemen berbasis sekolah (MBS) dan dewan sekolah. Menurutnya dewan

sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non politis dan non frofit,

dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholders

pendidikan di tingkat sekolah, sebagai representasi dari berbagai unsur yang

bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil

pendidikan.18

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengelola komite sekolah

merupakan suatu cara untuk mengatur sebuah organisasi, mulai dari

perencanaan program kerja, pengorganisasian, pelaksanaan program kerja, dan

evaluasi program kerja, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam

rangka memaksimalkan peran dan fungsi Komite Sekolah agar tujuan

dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Manajemen Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk mengatur

sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja, pengorganisasian,

pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja, dengan memanfaatkan

sumber daya yang ada dalam rangka memaksimalkan peran dan fungsi Komite

Sekolah agar tujuan dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif

dan efisien.

c. Tujuan Komite Sekolah

18
Nanang Fatah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah Dan Dewan Sekolah, (Bandung :
Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 158.

14
Pembentukan dewan pendidikan sebagai dewan pertimbangan dalam

penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan ditingkat kabupaten dan

komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan ditingkat satuan pendidikan merupakan

langkah yang positif dari perencanaan pembangunan pendidikan di negara ini.

Langkah tersebut termasuk usaha mengembalikan kepercayaan masyarakat

terhadap kepemilikan sekolah. Oleh karena itu pembentukan komite sekolah

memiliki beberapa tujuan dalam peningkatan tujuan pendidikan.

Pembentukan komite sekolah dapat dilihat pada keputusan Mentri

Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah.

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan.

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis

dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan

pendidikan.

Nanang Fattah menjelaskan tujuan dibentuknya komite sekolah yaitu

suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas

serta peduli terhadap peningkatan kualitas peserta didik. Nanang Fattah

menjabarkan tujuan pembentukan dewan sekolah sebagi berikut:

15
a. Mewadahi dan meningkatkan partisipasi para stakeholders pendidikan pada

tingkat sekolah untuk turut serta merumuskan, menetapkan, melaksanakan

dan memonitoring pelaksanaan kebijakan sekolah dan pertanggung jawaban

yang terfokus pada kualitas pelayanan peserta didik secara proposional dan

terbuka.

b. Mewadahi partipasi para stakeholder untuk turut serta dalam manajemen

sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, berkenaan dengan perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi program sekolah secara propesional.

c. Mewadahi partipasi baik individu maupun kelompok sukarela, pemerintah

atau pakar pendidikan yang peduli pada kualitas pendidikan, secara

propesional dengan kebutuhan sekolah

d. Menjembatani dan turut serta memasyarakatkan kebijakan sekolah kepada

pihak-pihak yang keterkaitan dan kewenangan ditingkat daerah.19

d. Tugas Pokok Komite Sekolah

Komite sekolah selaras dengan wewenangnya mempunyai tugas pokok

sebagi berikut :

1) Menyelenggarakan rapat-rapat sesuai dengan program yang ditetapkan.

2) Bersama-sama sekolah merumuskan dan menetapkan visi dan misi.

3) Bersama-sama sekolah menyusun standar pelayanan pembelajaran di

sekolah.

4) Bersama-sama sekolah menyusun rencana strategis pengembangan

sekolah.
19
Ibid, h. 158

16
5) Membahas dan turut menetapkan pemberian tambahan kesejahteraan

berupa uang honorium yang diperoleh dari masyarakat kepada kepala

sekolah, tenaga guru dan tenaga administrasi sekolah.

6) Bersama-sama sekolah mengembangkan potensi kearah prestasi

keunggulan, baik bersifat akademis maupun yang bersifat non akademis.

7) Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakat untuk

meningkatkan kualitas pelayanan sekolah.

8) Mengelola kontribusi masyarakat berupa uang yang diberikan kepada

sekolah.

9) Mengelola kontribusi masyarakat yang berupa non material (tenaga,

pikiran) diberikan kepada sekolah.

10) Mengevaluasi program sekolah secara profesional sesuai dengan

kesepakatan dengan pihak sekolah meliputi pengawasan penggunaan

sarana dan prasarana sekolah, pengawasan keuangan secara berkala dan

berkesinambungan.

11) Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkan bersama-sama

dengan pihak sekolah.

12) Memberikan respon terhadap kurikulum yang dikembangkan secara

standar nasional maupun lokal.

13) Memberikan motifasi, penghargaan (baik berupakan materi maupun non

materi) kepada tenaga kependidikan atau kepada seseorang secara

profesional sesuai dengan kaidah profesional guru atau tenaga administrasi

sekolah.

17
14) Memberikan otonomi profesional kepada guru mata pelajaran dalam

melaksanakan tugas-tugas kependidikannya sesuai kaidah dan kompetensi

guru.

15) Membangun jaringan kerjasama dengan pihak luar sekolah yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan proses dan hasil pendidikan.

16) Pemantau kualitas proses dan hasil pendidikan.

17) Mengkaji laporan pertanggung jawaban pelaksanaan program yang

dikonsultasikan oleh kepala sekolah.

18) Menyampaikan usul dan rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk

meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan

sekolah.20

e. Peran dan Fungsi Komite Sekolah.

Komite sekolah memiliki peran yang sangat penting terhadap pengelola

pendidikan disatuan pendidikan. Peran komite sekolah tidak hanya terbatas

pada mobilisasi sumbangan sebagaimana peran BP3, akan tetapi lebih berperan

serta pada hal-hal yang lebih subtansial untuk membantu merencanakan,

menetapkan, menjalankan, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanan

pendidikan.

Dengan demikian komite sekolah tidak hanya menjadi pengumpul dana

atau sebuah lembaga yang pasif tetapi harus aktif dalam mendukung

peningkatan kualitas pendidikan.

20
Ibid, h. 164-165

18
Keberadaan komite sekolah harus tertumpu pada landasan partisipasi

masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di

sekolah. Oleh karen itu pembagian perannya harus sesuai dengan posisi dan

otonomi yang ada. Adapun peran komite sekolah sebagai berikut :

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran

maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan

pendidikan.21

Manajemen Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk mengatur

sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja, pengorganisasian,

pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja, dengan memanfaatkan

sumber daya yang ada dalam rangka memaksimalkan peran dan fungsi Komite

Sekolah agar tujuan dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif

dan efisien. Sebuah Komite Sekolah dapat menjalankan roda organisasi

melalui berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut barangkali ada yang

belum menyentuh substansi peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan

tersebut. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah konsolidasi

organisasi. Kegiatan lain adalah misalnya penyusunan Panduan Organisasi atau

21
E. Mulyasa, Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Ed.1,Cet.2, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2012). h. 128.

19
Penyusunan AD/ART atau melengkapi kelengkapan organisasi. Komite

Sekolah yang telah memenuhi syarat minimal sebagai sebuah organisasi, dapat

melangkah lebih jauh dalam menjalankan roda organisasi, dan mulai

menyentuh substansi mutu pendidikan. Dalam menjalankan manajemen,

dibutuhkan tenaga yang profesional agar setiap pekerjaan yang ada dapat

terselesaikan dengan baik dan benar.

Untuk menjalankan perannya itu maka Komite Sekolah memiliki fungsi

sebagai berikut:

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia

usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu.

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan

pendidikan mengenai.

a) Kebijakan dan program pendidikan.

b) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS).

c) Kriteria kinerja satuan pendidikan.

d) Kriteria tenaga kependidikan.

e) Kriteria fasilitas pendidikan.

f) Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.

20
5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna

mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan

pendidikan di satuan pendidikan.

7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.22

Dari penjelasan tersebut maka terlihat bahwa keberadaan komite

sekolah diharapkan berperan aktif terhadap kebijakan-kebijakan yang terkait

dengan upaya peningkatan mutu pendidikan disatuan pendidikan perencanaan,

pelaksanaan, sampai pada evaluasiya.

f. Kepengurusan Komite Sekolah

Pengurus Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART yang

sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. Ketua, Sekertaris, bendahara dan bidang-bidang tertentu.

b. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis.

c. Ketua bukan berasal dari kepala satuan pendidikan.

Pengurus Komite Sekolah adalah personal yang ditetapkan berdasarkan

Kriteria sebagai berikut.

a. Dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka dalam

musyawarah Komite Sekolah.

b. Masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota Komite Sekolah.

22
Ibid, h.129

21
c. Jika diperlukan pengurus komite sekolah dapat menunjuk atau dibantu oleh

tim ahli sebagai konsultan sesuai dengan bidang keahliannya.

Mekanisme kerja pengurus Komite Sekolah dapat diidentifikasikan

sebagai berikut :

a. Pengurus Komite Sekolah terpilih bertanggung jawab kepada musyawarah

anggota sebagai forum tertinggi sesuai AD dan ART.

b. Pengurus Komite Sekolah menyusun program kerja yang disetujui melalui

musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan

pendidikan peserta didik.

c. Apabila pengurus Komite Sekolah terpilih dinilai tidak produktif dalam

masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat memberhentikan dan

mengganti dengan kepengurusan baru.

d. Pembiayaan pengurus komite sekolah diambil dari anggaran komite sekolah

yang ditetapkan melalui musyawarah.23

g. Pembentukan Komite Sekolah

Pembentukan Komite sekolah harus dilakukan secara transparan,

akuntabel dan demokratis. Dilakukan secara secara transparan adalah bahwa

Komite sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat

secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi

oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses pemilihan, dan

penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan secara akuntabel adalah bahwa

panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan pertanggung jawaban


23
Ibid, h. 130

22
kinerjanya maupun penggunaan dana kepanitiaan. Dilakukan secara

demokratis adalah bahwa proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan

dengan musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu pemilihan anggota dan

pengurus dapat dilakukan melalui pemungutan suara.

2. Mutu Pendidikan

Menurut Edward Sallis dalam bukunya Total Quality Management in

Education, Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan

harga diri. Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan

mutu adalah tugas yang paling penting. Meskipun demikian, ada sebagian

orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan

teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit di

ukur. Mutu dalam pandangan orang terkadang bertentangan dengan mutu

dalam pandangan orang lain, jadi tidak anek jika ada dua pakar yang tidak

memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana menciptakan institusi

yang baik.24

Pengertian mutu memiliki variasi sebagaimana didefinisikan oleh

masing-masing orang atau pihak. Produsen (penyedia barang/jasa) atau

konsumen (pengguna/pemakaibarang/jasa) akan memiliki definisi yang

berbeda mengenai mutu barang/jasa. Perbedaan ini mengacu pada orientasi

masing-masing pihak mengenai barang/jasa yang menjadi objeknya. Satu kata

yang menjadi benang merah dalam konsep mutu baik menurut konsumen atau

24
Edward Sallis, Total Quality Management in Education. (IRCiSoD; Yogyakarta, 2015). h. 23.

23
produsen adalah kepuasan. Barang atau jasa yang dikatakan bermutu adalah

yang dapat memberikan kepuasan baik bagi pelanggan maupun produsenya.25

Dalam konteks pendidikan, mutu mencakup input, proses, dan output

pendidikan. Input pendidikan merupakan sesuatu yang harus tersedia karena

dibutuhkan demi berlangsungnya suatu peroses. Sementara proses pendidikan

merupakan perubahan sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Selanjutnya, output

pendidikan merupakan kinerja sekolah, yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan

dari proses dan prilaku sekolah. Oleh sebab itu, mutu dalam dunia pendidikan

dapat dinyatakan lebih mengutamankan pada keberhasilan siswa. Dengan kata

lain, program perbaikan sekolah dilakukan lebih secara kreatif dan

konstruktif.26

Pada era otonomi daerah, berbagai tantangan untuk pemerataan dan

peningkatan mutu pendidikan mengharuskan adanya reorientasi dan perbaikan

sistem manajemen penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu, pelaksanaan

konsepsi school based management dan community based education

merupakan suatu keharusan. Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah

dapat merencanakan, menetapkan, dan melaksanakan sendiri kebijakan,

program, dan kegiatan sekolah, sepanjang untuk memajukan institusi sekolah

dan meningkatkan mutu pendidikannya. Oleh karena itu, Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS) ini kemudian dikenal dengan nama Manajemen Peningkatan

Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Sudah barang tentu sekolah tidak dapat

25
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Insoneia. Manajemen
Pendidikan.(Bandung; Alfabeta, 2014). h. 293
26
Zahroh, Aminatul. Total Quality Management; Teori & Praktek Manajemen Dalam
Mendongkrak Mutu Pendidikan. (Yogyakarta; AR-RUZZ MEDIA, 2014) . h. 28.

24
melakukannya sendiri. Sekolah harus dapat menjalin dan bekerja sama dengan

semua stakeholder pendidikan.

3. Manajemen Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.

Komite sekolah merupakan badan atau lembaga non profit dan non

politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para

stakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi

dari berbagai unsur yang bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu proses

hasil pendidikan. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran

serta perorangan, kelompok keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan

organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

pelayanan pendidikan. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber,

pelaksana,dan pengguna hasil pendidikan.

Komite Sekolah sebagai lembaga yang melegitimasi setiap kebijakan

kepala sekolah tanpa diberdayakan untuk mengkritisi arah kebijakan kepala

sekolah. Kondisi ini tercipta karena Komite Sekolah dibentuk oleh sekolah.

Komite Sekolah memiliki peran membantu sekolah mensukseskan program

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Komite Sekolah juga

membantu dalam merumuskan mutu yang diinginkan oleh sekolah dan orang

tua serta keunggulan-keunggulan sekolah. Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003

pasal 56 ayat 3 menyatakan bahwa Komite Sekolah/Madrasah sebagai

lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan

25
dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan

prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Komite Sekolah menjadi tempat untuk mempererat hubungan antara

sekolah dengan orang tua sehingga dapat meningkatkan komunikasi antara

orang tua dan sekolah. Penyelenggaraan pendidikan memerlukan dukungan

masyarakat yang memadai. keterlibatan masyarakat dan orang tua dalam

pelayanan pendidikan yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan

dibutuhkan kerjasama secara sinergis agar menciptakan pengajaran dan

pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Untuk meningkatkan peran

serta orang tua secara aktif sekolah harus menjalin hubungan kekeluargaan

dengan orang tua siswa. keterlibatan masyarakat dan orang tua diwujudkan

dalam bentuk komite sekolah.

Keberadaan Komite Sekolah memang harus dipertegas dengan

implementasi peran dan tugasnya dalam membentuk sebuah system

manajemen yang otonom dan baik sebagai manifestasi nyata penerapan

Manajemen Berbasis Sekolah di sekolah. Baik dan buruknya sebuah

manajemen, memiliki konsekuensi logis yang sepadan sebagai hasil akhirnya.

Demikian juga dengan manajemen Komite Sekolah, jika dilakukan dengan

baik dan benar, maka kemungkinannya manajemen tersebut akan berimplikasi

pada peningkatan (increase) mutu pendidikan sekolah, dan jika sistem

manajemen dimaksud sangat buruk dan tidak berjalan baik maka tentu saja

akan berakibat pada penurunan (decrease) mutu pendidikan di sekolah.

26
B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang Komite sekolah memang telah banyak dilakukan di

sekolah-sekolah maju, dengan atas nama komite sekolah baik dalam skala

penulisan skripsi atau tesis, diantaranya yaitu:

1. Penelitian oleh Drs. Sukron pada tahun (2005), Tesis dengan judul “Peran

Komite Sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS) di

MTsN 02 Semarang”. Penelitian ini lebih fokus terhadap peran Komite

Sekolah dalam pelaksanaan MBS dan hasil penelitiannya adalah bahwa

Komite Sekolah merupakan salah satu penunjang terlaksananya MBS

dimasing-masing Satuan Pendidikan.27 Adapun kesamaan dengan judul yang

penulis teliti, yakni komite sekolah sedangkan perbedaan terletak pada

pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, tempat, waktu penelitian,

populasi dan sampel.

2. Penelitian oleh Arif Zunaidi (2008), skripsi,dengan judul “Peranan Komite

Sekolah Dalam pembelajaran PAI di SMP Islam Ngebruk, Sumber Pucung,

Malang Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)”. Penelitian ini lebih

terfokus pada peran Komite Sekolah terhadap pembelajaran PAI. Dari hasil

penelitian ini diperoleh bahwa peran komite di SMP Islam Ngebruk dalam

menunjang dan mengawasi pembelajaran PAI sudah cukup baik pada

pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah (MBS). Beberapa peran

yang dilakukan meliputi pengembangan kurikulum PAI, ekstra kulikuler

27
Sukron, Peran Komite Sekolah Dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) Di MTsN 02, (Semarang : Tesis, 2005).

27
berbasis Islam, muatan lokal dan kegiatan keagamaan.28 Adapun kesamaan

dengan judul yang penulis teliti, yakni komite sekolah sedangkan perbedaan

terletak pada tempat, waktu penelitian, populasi dan sampel.

3. Penelitian oleh Haris Bahtiar (2009), skripsi dengan judul “Peran Komit

Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP

Islam Jabung Malang”. Dari hasil penelitian ini lebih difokuskan pada peran

komite dalam pengembangan kurikulum yang mana pada mata pealajaran

PAI.29 Adapun kesamaan dengan judul yang penulis teliti, yakni komite

sekolah sedangkan perbedaan terletak pada Pengembangan Kurikulum

Pendidikan Agama Islam, tempat, waktu penelitian, populasi dan sampel.

C. Kerangka Pikir

Manajemen Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk mengatur

sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja, pengorganisasian,

pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja, dengan memanfaatkan

sumber daya yang ada dalam rangka memaksimalkan peran dan fungsi Komite

Sekolah agar tujuan dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif

dan efisien. Sebuah Komite Sekolah dapat menjalankan roda organisasi

melalui berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut barangkali ada yang

belum menyentuh substansi peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan

tersebut.

28
Arif Zunaidi, Peranan Komite Sekolah Dalam Pembelajaran PAI di SMP Islam
Ngebruk, Sumber Pucung, (Malang , Skripsi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), 2008.
29
Haris Bahtiar, Peran Komit Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di SMP Islam Jabung , (Malang : Skripsi, 2009)

28
Komite sekolah merupakan badan mandiri yang memadahi peran serta

masyarakat dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi

manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, baik pra-sekolah, jalur sekolah

maupun luar sekolah. Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri,

tidak mempunyai hubungan yang hierarkis dengan satuan pendidikan maupun

lembaga pemerintah lainnya.

Komite sekolah merupakan badan yang pada dasarnya memiliki tujuan,

tugas pokok, peran dan fungsi yang dibentuk pada satuan pendidikan

khususnya sekolah. Keanggotaannya meliputi unsur-unsur dewan guru,

yayasan dan masyarakat. Dibentuknya komite sekolah merupakan konsekuensi

perluasan makna partisipasi masyarakat serta menampung dan menyalurkannya

dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah. Selain itu adanya

komite sekolah diharapkan juga agar ada organisasi masyarakat sekolah yang

memiliki komitmen dan loyalitas tinggi serta peduli terhadap peningkatan

kualitas sekolah.

Sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola

sekolahnya, (menetapkan sasaran peningkatan mutu, menyusun rencana

peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan mutu, melakukan

evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu) dan partisipasi kelompok-kelompok

yang berkepentingan dengan sekolah merupakan ciri khas manajemen

peningkatan mutu berbasis sekolah. Jadi sekolah merupakan unit utama

pengelolaan proses pendidikan, sedang unit atasannya (dinas pendidikan/kota,

29
dinas pendidikan propinsi) merupakan unit pendukung dan pelayan sekolah,

khususnya dalam pengelolaan peningkatan mutu..

D. Konsep Operasional

Penelitian ini dapat diukur melalui indikator-indikator yang ditetapkan

yang berlandaskan teori-teori yang telah dikemukakan. Adapun konsep

operasional yang berupa indikator-indikator tentang pengelola komite sekolah

di SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil adalah sebagai berikut:

Tabel 1.
Konsep Operasional
Variabel Sub variabel Indikator
Manajemen 1. Perencanaan a. Merancang program perencanaan
komite b. Program perencanaan disusun jangka
sekolah waktu pendek (rencana tahunan)
dalam c. Penyusunan program perencanaan kerja
meningkat 2. Pengorganisa a. Membuat struktur organisasi sekolah,
kan mutu sian b. Menetapkan tugas tiap-tiap bidang,
pendidikan wewenang dan tanggung jawab
c. Menigkatkan pengorganisasian
sumberdaya sekolah
3. Pelaksanaan a. Melaksanakan program kerja yang telah
disusun.
b. Dalam pelaksanaan program, dibutuhkan
suatu pengarahan dari pimpinan
c. Melaksanakan program kerja sesuai
ketentuan yang telah disepakati
4. Evaluasi/peni a. Melakukan pengawasan
laian b. Melakukan penilaian kinerja
c. Perbaikan dan pencarian solusi yang
tepat jika diketahui ada kesalahan atau
kekurangan dal menjalankan program
kerja.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan dengan metode kualitatif,

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dll, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan

metode alamiah.30 Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

dan mendeskripsikan secara rinci dan mendalam bagaimana manajemen

komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 012

Labuhan Tangga Kecil Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Adapun tempat yang digunakan sebagai lokasi penelitian ini adalah SD

Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Penelitian ini diadakan selama tiga bulan,

Sedangkan pelaksanaan penelitian di mulai dari bulan Januari sampai Maret 2019.

Adapun jadwal Penelitian dapat di lihat pada table berikut :

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. (Bandung: Remaja


30

Rosdakarya, 2013), h. 6.

31
Tabel 2.
Waktu Penelitian

N0 Uraian kegiatan Jan Feb Maret April Mei Juni


1 Pra Penelitian
2 Penyusunan proposal
3 Seminar proposal
4 Penelitian kelapangan
5 Pengolahan data
6 Bimbingan Skripsi
7 Munaqosah

C. Subjek dan Objek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah komite sekolah Dasar

(SD) Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan

Hilir. Sedangkan yang menjadi objek pada penelitian ini adalah manajemen

komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar (SD)

Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.31 Populasi dalam penelitian

ini berjumlah 13 orang komite sekolah yang terdiri dari satu orang ketua

komite, satu orang wakil ketua satu orang sekretaris, dan 10 orang

anggota komite Sekolah Dasar Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil.

2. Sampel
31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta, 2010, h. 173.

32
Sampel penelitian ini adalah Total Sampling yakni seluruh populasi di

jadikan sampel karena jumlah populasi dibawah dari 100 orang yang

diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka mungungkapkan dan manggali informasi yang sesuai,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi ini penulis gunakan untuk melakukan pengamatan langsung

terhadap subjek penelitian di lokasi penelitian. Dalam observasi ini peneliti

lebih banyak menggunakan salah satu panca inderanya, yaitu indra

penglihatan, instrument observasi akan lebih efektif jika informasi yang

hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja

responden dalam situasi alami.

b. Wawancara

Metode wawancara (Interview) merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.32 Pewawancara

(interviewer) mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (Interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan.33

c. Dokumentasi

32
Ibid, h. 73
33
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya), 2000, h. 135

33
Metode dokumentasi adalah mencari mata mengenai hal- hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, agenda sebagainya.34

2. Instrumen Penelitian

Tabel 2.
Kisi-kisi Instrument Penelitian
Variabel Sub variabel Indikator No
item
Manajemen 1. Perencanaan b. Merancang program 1,
komite perencanaan 2,
sekolah c. Program perencanaan 3,
dalam disusun jangka waktu
meningkat pendek (rencana
kan mutu tahunan)
pendidikan d. Penyusunan program
perencanaan kerja
2. Pengorganisasian a. Membuat struktur 4,
organisasi sekolah, 5,
b. Menetapkan tugas tiap- 6,
tiap bidang, wewenang
dan tanggung jawab
c. Menigkatkan
pengorganisasian
sumberdaya sekolah

4. Pelaksanaan a. Melaksanakan program 7,


kerja yang telah disusun. 8,
b. Dalam pelaksanaan 9,
program, dibutuhkan
suatu pengarahan dari
pimpinan
c. Melaksanakan program
kerja sesuai ketentuan

34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta), 2002, h. 236

34
yang telah disepakati
5. Evaluasi/penilaian a. Melakukan pengawasan 10,
b. Melakukan penilaian 11,
kinerja 12.
c. Perbaikan dan pencarian
solusi yang tepat jika
diketahui ada kesalahan
atau kekurangan dal
menjalankan program
kerja.

F. Teknik Analisis Data

Dalam pelaksanaan analisis data dilakukan pengecekan data yang

berasal dari wawancara dengan komite sekolah. Dari data yang sudah diperoleh

kemudian di analisis melalui beberapa tahapan:

1. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun

yang akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, serta

merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang telah di fahami

tersebut. Selain itu melalui penyajian data, maka data dapat terorganisasikan

sehingga akan semakin mudah difahami. Sajian data tersebut dimaksudkan

untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti tentang

manajemen komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di

Sekolah Dasar (SD) Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan Bangko

Kabupaten Rokan Hilir. Ini artinya data yang telah dirangkum tadi

35
kemudian dipilih, sekiranya data mana yang diperlukan untuk penulisan

laporan penelitian.35

2. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti, merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya dan membuang yang

tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Di sini data

yang direduksi mengenai manajemen komite sekolah dalam meningkatkan

mutu pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil

Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir

3. Triangulasi

Yaitu langkah pengecekan kembali data-data yang diperoleh dengan cara

menanyakan kebenaran data atau informasi kepada yang satu dengan yang

lainnya antara kepala sekolah, guru dan pengawas madrasah.

4. Conclusion Drawing/ Verification (Kesimpulan)

Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini

akan diikuti dengan bukti-bukti yang diperoleh ketika penelitian di

lapangan. Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari

keseluruhan proses tahapan analisis sehingga keseluruhan permasalahan

mengenai manajemen komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan

dapat terjawab sesuai dengan data dan permasalahannya.


35
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D, 2006, h. 345.

36
Setelah data terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan analisis data

untuk mengambil sebuah kesimpulan akhir yang bersifat kualitatif. Proses

analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari hasil

wawancara dengan komite sekolah. Kemudian penulis mendeskripsikan

wawancara dengan menghubungkan dengan teori-teori tentang manajemen

komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar (SD)

Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir

37
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:


Rineka Cipta, 2006.

........................., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka


Cipta, 2002.

Arif Zunaidi, Peranan Komite Sekolah Dalam Pembelajaran PAI di SMP Islam
Ngebruk, Sumber Pucung, (Malang , Skripsi Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS), 2008

George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, Cet.VIII, Jakarta:


Bumi aksara, 2003.

Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya


Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2006.

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1996.

Haris Bahtiar, Skripsi, Peran Komit Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum


Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jabung , Malang : 2009.

Mendiknas. Lampiran II surat keputusan No.044/U/2002. Jakarta, 2002.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2008.

Mulyasa, Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Ed.1,Cet.2, Jakarta :


Bumi Aksara, 2012.

..............., Pedoman Komite Madrasah: Dj II (Departemen Agama RI: Direktorat


Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003.

Nanang Fatah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah Dan Dewan Sekolah,


Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Rusyan Tabrani dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:


Remaja karya, 2000.

38
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung: CV Alfabeta, 2007.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja


Rosdakarya, 2007.

Sukron, Peran Komite Sekolah Dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah


(MBS) Di MTsN 02, Semarang : Tesis, 2005.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D, Bandung:


Alfabeta, 2008.

Tim pengembangan Dewan Pendidikan Dan Komite Sekolah,” Indikator Kinerja


Dewan Pendidikan Dan Komite Sekolah”, http//:www.DepDiknas.go.id/.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2001.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”, Bandung: Fokus


Media.
Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah, Jakarta: Pusat Kajian
Manajemen Mutu Pendidikan, 2004.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,


2001.

Zunaidi, Peranan Komite Sekolah Dalam Pembelajaran PAI di SMP Islam


Ngebruk, Sumber Pucung, (Malang , Skripsi Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS), 2008

39
Lampiran 1.

Pedoman Wawancara
Manajemen Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

A. Identitas Informasi
Nama :
Jenis Kelamin :
Status / Jabatan :
Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :

B. Petunjuk
1. Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang manajemen
komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar
(SD) Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan Bangko Kabupaten
Rokan Hilir.
2. Subjek wawancara adalah komite sekolah.
3. Instrumen ini hanyalah sebagai pedoman wawancara.
4. Jika di lapangan mendapatkan informasi yang perlu dikembangkan, maka
peneliti dapat menanyakan di luar pertanyaan ini

C. Pertanyaan
1. Apakah komite sekolah menyusun program perencanaan kerja dalam
meningkatkan mutu pendidikan disekolah?
2. Apakah dalam penyusunan program perencanaan kerja, komite sekolah
melibatkan kepala sekolah dan guru?
3. Bagaimanakah komite sekolah meningkatkan mutu pendidikan terhadap
pengorganisasian sumberdaya sekolah?
4. Apakah komite sekolah membuat struktur organisasi terhadap tugas
wewenang dan tanggung jawab nya?

40
5. Bagaimanakah pelaksanaan program kerja komite sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan?
6. Apa saja yang telah di lakukan komite sekolah terhadap pelaksanaan
program kerja yang telah disusun nya?
7. Apakah komite sekolah melakukan pengawasan terhadap program kerja
yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan?
8. Apakah komite sekolah melakukan penilaian terhadap program kerja nya?

41
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

1. Sejarah Pendirian SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan

BangkoKabupaten Rokan Hilir

Sekolah Dasar Negeri 003 merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri

003, beralamat di Jl. Jauhari Mais kelurahan Rimba Melintang Kecamatan

BangkoKabupaten Rokan Hilir. Sekolah ini berdiri pada tahun 1975, untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan. Pada saat itu kepala

sekolahnya Haris. Sekolah Dasar Negeri 003, telah banyak mengalami kondisi

pasang surut, baik dari segi kuantitas maupun kualitas siswa.

Sekolah Dasar Negeri 003 ini didirikan di atas tanah seluas 4000 M2

dengan luas bangunan 726 M2 yang berlokasikan dekat pemukiman

masyarakat, sehingga sekolah ini mudah di jangkau oleh masyarakat, baik

dengan menggunakan kendaraan maupun berjalan kaki. Seperti pada umumnya

para pemrakarsa dan praktisi pendidikan, para tokoh masyarakat, alim ulama,

ustadz, dan pemerhati pendidikan ingin turut serta berperan aktif mencerdaskan

anak bangsa melalui jalur pendidikan formal, khususnya yang berada di Rimba

Melintang.36

36
Dokumentasi SD Negeri 003 Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir

42
Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang telah banyak mencetak kader

generasi muda yang cerdas, berkepribadian dan berakhlakul karimah sesuai

dengan misi Sekolah Dasar Negeri 003 Kecamatan Bangko turut dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa. Semenjak berdiri sampai dengan sekarang

banyak lulusan dari Sekolah Dasar Negeri 003 yang berhasil meraih prestasi

yang membanggakan bagi Kecamatan Rimba Melintang.

2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Dasar Negeri 003 Rimba Melintang

VISI : Terwujudnya peserta didik berilmu, bersikap terpuji, berakhlak

mulia berdasarkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Indikator visi SD N 003 Labuhan Tangga Kecil adalah :

1. Mampu mewujudkan peserta didik yang beriman dan bertakwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta mensyukuri nikmat yang

dianugerahkan kepadanya.

2. Mampu menghasilkan peserta didik yang berilmu dan bersikap

terpuji dan memiliki kepribadian dan peduli terhadap

lingkungan sekitarnya.

3. Mampu menjalin kerjasama antar warga sekolah, masyarakat,

pemerintah desa.

MISI:

1. Melaksanakan pelayanan proses belajar mengajar yang efektif.

2. Melaksanakan disiplin sekolah secara intensif.

43
3. Menjalin kerjasama antar warga sekolah, masyarakat dan

pemerintah desa.

TUJUAN:

1. Mengembangkan sikap kemandirian melalui pembelajaran

PAKEM.

2. Meningkatkan dasar-dasar pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang

lebih tinggi.

3. Peserta didik dapat meningkatkan rasa mencintai

kebudayaan.bangsa.

4. Peserta didik dapat meningkatkan meningkatkan kreativitas,

terampil dan bekerja untuk dapat mengembangkan diri secara

terus menerus.

3. Keadaan Guru, dan Karyawan SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil

Kecamatan BangkoKabupaten Rokan Hilir

Suatu lembaga pendidikan dapat berjalan dengan baik apabila dalam

lembaga tersebut terdapat pendidik (guru) dan karyawan yang bertugas sesuai

bidangnya untuk membantu penyelenggaraan pendidikan di lembaga tersebut.

Tenaga pendidik di SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan

BangkoKabupaten Rokan Hilir adalah pendidik yang mempunyai kualifikasi

yang baik, yang berasal dari berbagai perguruan tinggi. Adapun tenaga

44
pendidik (guru-guru) dan karyawan di SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil

Kecamatan BangkoKabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.

Keadaan Guru SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil


Tahun Pelajaran 2015/2016
PENDIDIKAN
NO NAMA Jabatan
TERAKHIR
1 Edi Suarno, S.Pd S1 Kepala sekolah
2 Sofrianto, S.Pd S1 Bendahara
3 Baharuddin, S.Pd S1 Komite sekolah
4 Asmah, SE., S.Pd S1 Guru kelas VI A
5 Amidra Yenni, S.Pd S1 Guru kelas VI B
6 Yuhanis, S.Pd S1 Guru kelas V
7 Upik Zulinar, S.Pd S1 Guru kelas IV
8 Hamid, S1 Guru kelas III A
9 M. Toyib, S.Pd S1 Guru kelas III B
10 Rina Novara, S.Pd S1 Guru kelas II
11 Arjunawati, S.Pd S1 Guru kelas I A
12 Radiah SMA Guru kelas I B
13 Hermansyah, S.Pd.I SMA Guru Agama
14 Ayu Rahayu SMA Guru Armel
15 Khoirunnisa, S.Pd.I S1 Guru B.inggris
16 Wahid Nurdin SMA Penjaga Sekolah
Sumber data : Dokumentasi SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Rokan
Hilir 2016

4. Keadaan Siswa SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan

BangkoKabupaten Rokan Hilir.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian langsung di SD

Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil Kecamatan BangkoKabupaten Rokan

Hilir, bahwa jumlah siswa setiap tahun terjadi peningkatan. Pada tahun ajaran

2015/2016 jumlah siswa secara keseluruhan berjumlah 228 siswa.

45
5. Sarana dan Prasarana SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil

Kecamatan BangkoKabupaten Rokan Hilir

Proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik jika tidak di

dukung dengan fasilitas yang memadai, oleh karena itu SD Negeri 012

Labuhan Tangga Kecil Kecamatan BangkoKabupaten Rokan Hilir

mempunyai fasilitas yang kiranya dapat di gunakan untuk mendukung dalam

proses pembelajaran yaitu:

Tabel 5.
Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 003 Rimba Melintang
No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan
1 Ruang belajar 10 lokal Baik
2 Ruang tata usaha 1 unit Baik
3 Ruang guru 1 unit Baik
4 Ruang pustaka 1 unit Baik
5 Gedung 1 unit Baik
6 Wc 2 unit Baik
7 Ruang kepala sekolah 1 unit Baik
8 Bangku dan meja murid 520 pasang Baik
9 Rak buku 7 unit Baik
10 Meja dan kursi kepala sekolah 1 pasang Baik
11 Meja dan kursi guru 25 pasang Baik
12 Papan tulis 12 unit Baik
13 Kursi Tamu 1 set Baik
14 Jam dinding 12 buah Baik
15 Lonceng I buah Baik
16 Sound system 1 set Baik
17 Radio tape 1 set Baik
18 Bendera merah putih 3 buah Baik
19 Tiang bendera besi 1 batang Baik
20 Mein tulis/ketik/computer 1/1 set Baik
Sumber Data: Statistik SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil 2016

46
Tabel 6.
Alat-Alat Pembelajaran
No Jenis Jumlah
1 IPA (Kit IPA) 1 set
2 IPS 1 set
3 Bahasa Indonesia 1 unit
4 Peta Alam 3 set
5 Torso Manusia 1 set
6 Gambar Presiden 12 unit
7 Gambar Wakil Presiden 12 unit
8 Lembaga Negara 12 unit
9 Peta duduk Rial 1 unit
10 Peta Dinding Indonesia 3 set
11 Matematika 2 set
12 Teks Pancasila 1 unit
13 Teks Sumpah Pemuda 1 unit
Sumber Data: Statistik SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil 2016

Tabel 7.
Sarana Olahraga Dan Kesenian
No Bentuk Jumlah
1 Lapangan Voli 1 lapangan
2 Bola Kasti 1 lapangan
3 Lapangan Tenis Meja 1 lapangan
4 Lapangan Lompat Jauh 1 lapangan
5 Lapangan 1 lapangan
6 Radio Tape/Kaset Tari 1/1 set
Sumber Data: Statistik SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil 2016

6. Struktur Komite Sekolah

Dibentuknya komite sekolah untuk mewadahi peran serta masyarakat

khususnya wali murid, dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan efektifitas

manajemen pendidikan di satuan pendidikan. Kemudian dalam melaksanakan

tugasnya komite sekolah mempunyai motto, yaitu: “Bergandengan tangan meraih

47
prestasi, mengedepankan kepentingan bersama, untuk kemajuan anak-anak SD

Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil 2016. Adapun anggotanya dapat di lihat pada

tabel berikut :

Tabel 8.
Struktur Komite Sekolah di SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil
No Nama Jabatan
1. Basry Ketua Komite Sekolah
2 Darmayanti Wakil Ketua
3 Sri Wahyuni Sekretaris
4 Lelawati Bendahara
5 Hasan Anggota
6 Robi Adrian Anggota
7 Faizal Anggota
8 Akmal Zaidi Anggota
9 Muslan Anggota
10 Jon Hendri Anggota
11 Rozalita Anggota
12 Neni Marlina Anggota
13 Juwita Anggota
14 Marlan Anggota
15 Ariayanto Anggota
16 Kasrin Anggota

Sumber : Dokumen Data Komite Sekolah, 2016

B. Penyajian Data

Peneliti menyebarkan angket kepada responden. Data yang

dikumpulkan dari angket yang disebarkan kemudian di hitung dengan

menggunakan rumus distribusi frekuensi. Untuk memudahkan menganalisis

hasil penelitian manajemen komite sekolah maka dimasukkan kelompok

48
perdimensi yang kemudian dibuatkan tabulasi yang disesuaikan dengan teknik

analisis data, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari masalah yang diteliti.

1. Perencanaan

Tabel 9.
Pengelola Komite Sekolah Bersama-Sama Pihak Sekolah Menyusun
Dan Menetapkan Rencana Program Kerja Komite Sekolah.
No
Pilihan Frekuensi Persentase
.
1. a. Selalu 4 25 %
b. Sering 4 25 %
c. Kadang-kadang - -
d. Pernah 8 50 %
e. Tidak Pernah
Jumlah 16 100 %

Dari data yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan bahwa

pengelola komite sekolah bersama-sama pihak sekolah menyusun dan

menetapkan rencana program kerja komite sekolah. Hal ini diperkuat dengan

jawaban responden yang menjawab selalu sebanyak 25 %, sering 25 %, pernah

50 %, kadang-kadang dan tidak pernah 0 %.

Tabel 10.
Pengurus Komite Sekolah, Melakukan Perencanaan Program Kerja
Komite Sekolah Sebagai Mediator Antara Pemerintah (Eksekutif) Dengan
Masyarakat Di Satuan Pendidikan
No
Pilihan Frekuensi Persentase
.
2. a. Selalu 7 44 %
b. Sering 6 38 %
c. Kadang-kadang - -
d. Pernah 3 18 %
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

49
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 44 % responden

menjawab selalu, 38 % sering, pernah 18 %, sedangkan kadang-kadang dan

tidak pernah 0 %. Ini menunjukkan bahwa Pengurus komite sekolah,

melakukan Perencanaan program kerja komite sekolah sebagai mediator antara

pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan

2. Pengorganisasian

Tabel 11.
Pengelola Komite Sekolah Merinci Seluruh Pekerjaan Yang Harus
Dilaksanakan Untuk Mencapai Tujuan Organisasi
No
Pilihan Frekuensi Persentase
.
3. a. Selalu 4 25 %
b. Sering 4 25 %
c. Kadang-kadang 4 25 %
d. Pernah 4 25 %
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Terlihat pada tabel di atas bahwa Pengelola komite sekolah merinci seluruh

pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini

terbukti dengan 40 % responden menjawab selalu, 40 % sering, 40 % kadang-

kadang, 40 % pernah dan 0 % tidak pernah.

Tabel 12.
Pengelola Komite Sekolah Pengembangan Suatu Mekanisme Untuk
Mengkoordinasikan Pekerjaan Para Anggota Menjadi Kesatuan Yang
Terpadu Dan Harmonis
No
Pilihan Frekuensi Persentase
.
4. a. Selalu 1 6%
b. Sering 5 31 %
c. Kadang-kadang 6 38 %
d. Pernah 4 25 %
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

50
Melihat data di atas menunjukkan bahwa Pengelola komite sekolah

pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para

anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis, hal ini terbukti sebanyak

38 % responden menjawab kadang-kadang, sering 31 %, pernah 38 % tidak

pernah 0 % dan 6 % selalu.

3. Pelaksanaan/Penggerakan

Tabel 13.
Pengelola Komite Sekolah, Memberikan Dukungan Kepada Sekolah
Dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah
No. Pilihan Frekuensi Persentase
5. a. Selalu 1 6%
b. Sering 1 6%
c. Kadang-kadang 6 38 %
d. Pernah 8 50 %
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Melihat tabel di atas, menunjukkan bahwa Pengelola komite sekolah,

memberikan dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler di sekolah. Hal ini dibuktikan dengan 38 % responden

menjawab kadang-kadang, 6 % sering, 6 % selalu, pernah 50 % menjawab

tidak pernah 0 %.

Tabel 14
Pengelola Komite Sekolah, Mendorong Orangtua Dan Masyarakat
Berpartisipasi Dalam Pendidikan Guna Mendukung Peningkatan Mutu Di
Satuan Pendidikan
No
Pilihan Frekuensi Persentase
.
6. a. Selalu 3 18.5 %

51
b. Sering 3 18.5 %
c. Kadang-kadang 6 38 %
d. Pernah 4 25 %
e. Tidak Pernah -
Jumlah 16 100 %

Dari tabel di atas 19 % responden menjawab sering, 38 % kadang-kadang, 19 %

selalu dan 52 % pernah dan 0% tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa Pengelola

komite sekolah, mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam

pendidikan guna mendukung peningkatan mutu di satuan pendidikan

.
4. Evaluasi

Tabel 15.

Pengelola Komite Sekolah, Melakukan Evaluasi Untuk Mengetahui


Seberapa Jauh Komite Sekolah Telah Melaksanakan fungsi dan
Peran komite sekolah
No. Pilihan Frekuensi Persentase
7. a. Selalu 4 25 %
b. Sering 4 25 %
c. Kadang-kadang 4 25 %
d. Pernah 4 25 %
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Pengelola komite sekolah,

melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh Komite Sekolah telah

melaksanakan keempat peran. Hal ini terbukti dengan 25 % responden

menjawab sering, 25 % selalu, 25 % kadang-kadang, 25 % pernah dan 0 %

tidak pernah.

Tabel 16.
Sebagai Anggota Komite Sekolah, Bapak /Ibu Melakukan Penilaian
Terhadap Kualitas Kebijakan Sekolah.
No. Pilihan Frekuensi Persentase
8. a. Selalu 6 38 %

52
b. Sering 6 38 %
c. Kadang-kadang 2 12 %
d. Pernah 2 12 %
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebagai anggota komite sekolah, bapak /ibu

melakukan penilaian terhadap kualitas kebijakan sekolah. Hal ini terbukti

dengan jawaban responden sebanyak 12 % menjawab kadang-kadang, 38 %

selalu, 38 % sering, 12 % pernah dan 0 % tidak pernah.

C. Analisis Data

Berdasarkan angket yang di sebarkan dapat diketahui bahwa responden

dalam menjawab dan memilih jawaban mayoritas memilih jawaban selalu dan

sering dan pernah. Ini menunjukkan bahwa manajemen komite sekolah

berjalan dengan cukup baik. Agar data tersebut mudah dipahami, maka berikut

penulis paparkan dalam bentuk tabel.

Tabel 17.

Skor Angket Manajemen Komite Sekolah.


Total
Skor item Angket skor
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8  
1 R1 5 2 4 5 2 4 2 4 28
2 R2 2 5 5 4 5 3 5 4 33
3 R3 4 5 4 2 2 3 5 5 30
4 R4 5 2 2 4 2 4 2 5 26
5 R5 2 4 2 2 4 2 4 5 25
6 R6 2 5 5 3 3 2 3 4 27
7 R7 5 5 4 2 2 3 2 3 26
8 R8 4 5 3 4 3 2 5 3 29
9 R9 2 2 4 3 2 5 2 5 25

53
10 R 10 4 5 2 4 3 3 4 5 30
11 R 11 2 5 5 3 2 3 3 4 27
12 R 12 2 4 5 2 3 5 5 4 30
13 R1 4 4 2 3 2 5 3 2 25
14 R 14 5 4 3 3 3 4 4 2 28
15 R 15 2 4 3 3 3 2 3 4 24
16 R 16 2 4 3 4 2 3 4 5 27
5
Jumlah 52 65 6 51 43 53 56 64 440
117 107 96 120

54
Tabel 18.
Rata-rata Hitung Skor Manajemen Komite Sekolah.
Variabel Manajemen Komite Sekolah
Dimensi Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan/ Evaluasi
Penggerakan
Jumlah
2 2 2 2
Soal
Skor 117 107 96 120
Rata-
58,5 53,5 48 60
Rata

Hasil Rata-rata skor manajemen komite sekolah secara keseluruhan

dapat dilihat sebagai berikut :

Skor Akhir = Skor Perolehan x 100%


Skor Mksimum

= 440 x 100%
5 x 8 x 16

= 440 x 100%
640

= 68,75 %

Berdasarkan skor manajemen komite sekolah, secara keseluruhan yang

merupakan indikator manajemen komite sekolah memperoleh skor dengan

persentase 68,75.

Adapun faktor pendukung komite sekolah yaitu dari wali murid, dewan

guru dan kepala sekolah, Pengurus Komite Sekolah di SD Negeri 012 Labuhan

Tangga Kecil didominasi oleh kaum orang-orang yang berpendidikan.

Sedangkan faktor penghambatnya manajemen komite sekolah di SD Negeri

012 Labuhan Tangga Kecil adalah kesibukan pribadi dari masing-masing

pengelola komite sekolah, masih adanya pengurus komite sekolah di SD

55
Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil yang tidak melaksanakan tugasnya,

kurangnya wawasan tentang organisasi komite sekolah, dan wawasan tentang

kependidikan.

56
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai

manajemen komite sekolah, dapat ditarik kesimpulan bahwa

1. Manajemen Komite Sekolah SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil dapat

dilihat dari ke empat indikator manajemen komite sekolah mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta evaluasi program kerja

komite sekolah memperoleh skor dengan persentase 68,75.

2. Faktor pendukung dan penghambat manajemen Komite Sekolah di SD

Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil

a. Faktor pendukung manajemen komite sekolah di SD Negeri 012

Labuhan Tangga Kecil, besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru

dan kepala sekolah, Pengurus Komite Sekolah di SD Negeri 012

Labuhan Tangga Kecil didominasi oleh kaum orang-orang yang

berpendidikan,

b. Faktor penghambatnya manajemen komite sekolah di SD Negeri 012

Labuhan Tangga Kecil adalah kesibukan pribadi dari masing-masing

pengelola komite sekolah, masih adanya pengurus komite sekolah di SD

57
Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil yang tidak melaksanakan tugasnya,

kurangnya wawasan tentang organisasi komite sekolah, dan wawasan

tentang kependidikan.

B. Saran

Agar dapat terus meningkatkan manajemen Komite Sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil,

penulis merasa perlu menyampaikan saran-saran, sebagai berikut:

1. Komite Sekolah SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil harus lebih banyak

lagi membuat program kerja yang berkaitan dengan perannya sebagai

pengontrol (controlling agency), dan sebagai mediator (mediator agency).

Dalam hal ini program kerja yang berhubungan dengan proses pembelajaran

di kelas.

3. Komite Sekolah SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil, harus lebih sering

melakukan pembangunan dalam tubuh organisasinya. Seperti mengadakan

pelatihan keorganisasian untuk pengurus dan anggota Komite Sekolah,

mengikuti seminar-seminar pendidikan, dan lain sebagainya, yang dapat

meningkatkan kinerja Komite Sekolah sebagai lembaga independen dalam

bidang pendidikan.

58
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:


Rineka Cipta, 2006.

........................., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka


Cipta, 2002.

Arif Zunaidi, Peranan Komite Sekolah Dalam Pembelajaran PAI di SMP Islam
Ngebruk, Sumber Pucung, (Malang , Skripsi Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS), 2008

George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, Cet.VIII, Jakarta:


Bumi aksara, 2003.

Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya


Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2006.

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1996.

Haris Bahtiar, Skripsi, Peran Komit Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum


Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Jabung , Malang : 2009.

Mendik nas. Lampiran II surat keputusan No.044/U/2002. Jakarta, 2002.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2008.

Mulyasa, Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Ed.1,Cet.2, Jakarta :


Bumi Aksara, 2012.

..............., Pedoman Komite Madrasah: Dj II (Departemen Agama RI: Direktorat


Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003.

Nanang Fatah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah Dan Dewan Sekolah,


Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Rusyan Tabrani dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:


Remaja karya, 2000.

59
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung: CV Alfabeta, 2007.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja


Rosdakarya, 2007.

Sukron, Peran Komite Sekolah Dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah


(MBS) Di MTsN 02, Semarang : Tesis, 2005.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D, Bandung:


Alfabeta, 2008.

Tim pengembangan Dewan Pendidikan Dan Komite Sekolah,” Indikator Kinerja


Dewan Pendidikan Dan Komite Sekolah”, http//:www.DepDiknas.go.id/.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2001.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”, Bandung: Fokus


Media.
Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah, Jakarta: Pusat Kajian
Manajemen Mutu Pendidikan, 2004.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,


2001.

Zunaidi, Peranan Komite Sekolah Dalam Pembelajaran PAI di SMP Islam


Ngebruk, Sumber Pucung, (Malang , Skripsi Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS), 2008

60
Lampiran 1

ANGKET MANAJEMEN KOMITE SEKOLAH

A. Identitas

Nama :

Jabatan :

B. Petunjuk Pengisian Angket

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelola komite sekolah

2. Jawablah angket di bawah ini secara jujur sesuai dengan kenyataan yang ada di

sekolah.

3. Berilah tanda checlis (V) pada jawaban Bapak/Ibu guru kehendaki dengan

keterangan sebagai berikut:

SL : Selalu (5)

SR : Sering (4)

KK : Kadang-kadang (3)

P : Pernah (2)

TP : Tidak Pernah (1)

Alternatif Jawaban
Pernyataan
SL SR KK P TP
A. Perencanaan
1. Bapak /ibu bersama-sama pihak sekolah menyusun
dan menetapkan rencana program kerja komite
sekolah.
2. Pengurus komite sekolah, melakukan perencanaan
program kerja komite sekolah sebagai mediator
antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di

61
satuan pendidikan,
B. Pengorganisasian
3. Pengelola komite sekolah mampu merinci seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai
tujuan organisasi
4. Pengelola komite sekolah pengembangan suatu
mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan
para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan
harmonis.

C. Pelaksanaan
5. Pengelola komite sekolah, memberikan dukungan
kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah.
6. Pengelola komite sekolah, mendorong orangtua
dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung peningkatan mutu di satuan
pendidikan
D. Evaluasi
7. Pengelola komite sekolah, melakukan evaluasi
untuk mengetahui seberapa jauh komite sekolah
telah melaksanakan fungsi dan peran komite
sekolah.
8. Sebagai anggota komite sekolah, bapak /ibu
melakukan penilaian terhadap kualitas kebijakan
sekolah

Pernyataan Alternatif Jawaban

62
SL SR KK P TP
E. Perencanaan
9. Bapak /ibu bersama-sama pihak sekolah menyusun
dan menetapkan rencana program kerja Komite
Sekolah.
10. Pengurus komite sekolah sebagai pendukung
(supporting agency) baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan,
11. Pengurus komite sekolah, ikut serta sebagai
pengontrol (controlling agency) dalam rangka
tranparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
12. Pengurus komite sekolah, melakukan Perencanaan
program kerja komite sekolah sebagai mediator
antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di
satuan pendidikan,
F. Pengorganisasian
13. Pengelola komite sekolah mampu merinci seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai
tujuan organisasi
14. Pengelola komite sekolah pengadaan dan
pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.

G. Pelaksanaan
15. Pengelola komite sekolah, memberikan dukungan
kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah.
16. Pengelola komite sekolah, mendorong orangtua
dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung peningkatan mutu dan
pemerataan pendidikan; menggalang dana
masyarakat dalam rangka pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan
17. Sebagai anggota komite sekolah, bapak /ibu
memberi pertimbangan tentang tenaga
kependidikan yang dapat diperbantukan sekolah.
18. Sebagai anggota komite sekolah, bapak /ibu
mengalang dana dari masyarakat dalam rangka
pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
H. Evaluasi
19. Pengelola komite sekolah, melakukan evaluasi
untuk mengetahui seberapa jauh Komite Sekolah

63
telah melaksanakan keempat peran .
20. Sebagai anggota komite sekolah, bapak /ibu
melakukan penilaian terhadap kualitas kebijakan
sekolah

64
LAMPIRAN 1.

ANGKET
MANAJEMEN KOMITE SEKOLAH

Petunjuk Pengisian Angket


1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen komite sekolah.
2. Jawablah angket di bawah ini secara jujur sesuai dengan kenyataan yang
ada di sekolah.
3. Kerahasiaan jawaban dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti.
4. Berilah tanda checlis (V) pada jawaban Bapak/Ibu guru kehendaki dengan
keterangan sebagai berikut:
S : Selalu
SR : Sering
KK : kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
5. Peneliti ucapkan banyak terima kasih atas waktu dan kesediaannya untuk
mengisi angket penelitian ini.

No Pernyataan Alternatif Jawaban


SL SR KK TP
1. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu dilibatkan dalam rapat
atau pertemuan secara rutin atau
insidental dengan pihak sekolah,
orang tua siswa dan anggota
masyarakat
2. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu bersama-sama pihak
sekolah menyusun dan
menetapkan rencana program
sekolah tahunan termasuk RAPBS
3. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu ikut serta bersama-
sama sekolah merumuskan visi
dan misi sekolah
4. Sebagai anggota komite sekolah,

65
bapak /ibu mengidentifikasi atau
mengadakan pendataan kondisi
sosial ekonomi masyarakat dan
sumber daya pendidikan dalam
masyarakat.
5. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memberikan masukan
terhadap proses manajemen
pendidikan di sekolah
6. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memberikan masukan
terhadap proses pembelajaran
kepada guru-guru.
7. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memberi pertimbangan
tentang tenaga kependidikan yang
dapat diperbantukan sekolah.
8. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memberi pertimbangan
tentang sarana dan prasarana yang
dapat diadakan di sekolah.
9. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memberi pertimbangan
tentang anggaran yang dapat di
manfaatkan di sekolah.
10. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memberi pertimbangan
kepada sekolah dalam rangka
pengembangan kurikulum muatan
lokal.
11. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memantau terhadap
kondisi ketenagaan pendidikan di
sekolah.
12. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memberikan dukungan
kepada sekolah dalam
pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah.
13. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memantau kondisi
sarana dan prasarana di sekolah
14. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memberdayakan
bantuan sarana dan prasarana

66
yang diperlukan sekolah, melalui
sumber daya yang ada pada
masyarakat dengan berkoordinasi
dengan dewan pendidikan.
15. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memantau kondisi
s
anggaran pendidikan di sekolah
16. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu mengalang dana dari
masyarakat dalam rangka
pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah
17. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu melakukan
pengawasan terhadap proses
pengambilan keputusan di
sekolah.
18. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu melakukan penilaian
terhadap kualitas kebijakan
sekolah
19. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu melakukan
pengawasan terhadap kualitas
sekolah.
20. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu melakukan
pengawasan terhadap organisasi
sekolah.
21. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu melakukan
pengawasan terhadap
penjadwalan program sekolah
22. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu memantau hasil ujian
nasional.
23. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu menjadi penghubungg
antara komite sekolah dengan
masyarakat, komite sekoah
dengan dewan pendidikan, serta
komite sekolah dengan komite
sekolah.
24. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu menampung dan

67
menganalisis aspirasi, pandangan,
tuntutan dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh
masyarakat.
25. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu mengkomunikasikan
pengaduan dan keluhan
masyarakat terhadap instansi
terkait dalam bidang pendidikan
di sekolah.
26. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu membuat usulan
kebijakan dan program
pendidikan kepada sekolah.
27. Sebagai anggota komite sekolah,
mensosialisasikan kebijakan dan
program pendidikan sekolah
terhadap masyarakat.
28. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu melakukan kerjasama
dengan masyarakat, baik
perorangan maupun organisasi,
dunia usaha industri, pemerintah
dan DPRD berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan.
29. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu mengidentifikasi
kondisi sumber daya di sekolah.
30. Sebagai anggota komite sekolah,
bapak /ibu menyampaikan laporan
kepada sekolah secara tertulis,
tentang hasil pengamatannya
terhadap sekolah.

68
Secara lebih rinci, Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah dalam Hasbullah

melukiskan beberapa indikator dari peran Komite Sekolah sebagai berikut.

Tabel. 01
Indikator Peran Komite Sekolah

Peran Komite Fungsi manajemen Indikator Kinerja


Sekolah
Sebagai 1. Perencanaan sekolah  Pendidikan dalam masyarakat.
advisory
Agency  Memberikan masukan RAPBS.

 Menyelenggarakan rapat RAPBS.

 Memberikan pertimbangan
perubahan RAPBS.

 Ikut mensahkan RAPBS bersama


kepala sekolah.

2. Pelaksanaan  Memberikan masukan terhadap


program proses manajemen pendidikan di
sekolah.
a. kurikulum
b. PBM  Memberikan masukan terhadap
c. Penilaian proses pembelajaran kepada
guru-guru.

3. Pengadaan sumber  Identifikasi potensi sumberdaya


daya pendidikan pendidikan dalam masyarakat.
(SDM, S/P,
Anggaran)  Memberikan pertimbangan
tentang tenaga kependidikan yang
dapat diperbantukan disekolah.

 Memberikan pertimbangan
tentang sarana dan prasarana
yang dapat diadakan di sekolah.

 Memberikan pertimbangan
tentang anggaran yang dapat
dimanfaatkan di sekolah.

69
Sebagai 1. Sumber Daya  Pemantauan terhadap kondisi
badan ketenagaan pendidikan di
Pendukung sekolah.
(supporting
agency)  Mobilisasi guru sukarelawan di
sekolah.

 Mobilisasi tenaga kependidikan


non guru di sekolahan.

 Memantau
kondisisarana/prasarana di
sekolah.

2. Sarana dan  Mobilisasi bantuan


Prasarana sarana/prasarana di sekolah.

 Evaluasi pelaksanaan dukungan.

3. Anggaran  Memantau kondisi anggaran


pendidikan di sekolah.

 Mobilisasi dukungan terhadap


anggaran pendidikan di sekolah.

 Koordinasi dukungan terhadap


anggaran pendidikan di sekolah.

 Evaluasi pelaksanaan dukungan


anggaran di sekolah

Sebagai 1. Control  Pengawasan terhadap proses


badan terhadap pengambilan keputusan di
Pengontrol Perencanaan sekolah.
Sekolah
 Penilaian terhadap kualitas
kebijakan di sekolah.

 Pengawasan terhadap proses


perencanaan di sekolah.

 Pengawasan terhadap kualitas


perencanaan sekolah.

70
 Pengawasan terhadap kualitas
program sekolah

2. Kontrol  Pengawasan terhadap organisasi


terhadap sekolah
pelaksanaan
program  Pengawasan terhadap
sekolah penjadwalan program sekolah.

 Pengawasan terhadap alokasi


anggaran untuk pelaksanaan
program sekolah.

 Pengawasan terhadap sumber


daya pelaksana program sekolah.

 Pengawasan terhadap partisipasi


sekolah terhadap program
sekolah.

3. Kontrol  penilaian terhadap hasil Ujian


terhadap Nasional.
output
pendidikan  penilaian terhadap angka
partisipasi sekolah.

 penilaian terhadap angka


mengulang sekolah.

 penilaian terhadap angka


bertahan di sekolah.

Mediator 2. Perencanaan  Menjadi penghubung antara KS


Agency dengan masyarakat, KS dengan
Dewan Pendidikan, serta KS
dengan sekolah.

 Identifikasi aspirasi pendidikan


dalam masyarakat

 Membuat usulan kebijakan dan


program pendidikan kepada
sekolah.

71
2. Pelaksanaan  Sosialisasi kebijakan dan
Program program pendidikan sekolah
terhadap pendidikan masyarakat

 Memfasilitasi berbagai masukan


terhadap kebijakan program
terhadap sekolah.

 Menampung pengaduan dan


keluhan terhadap kebijakan dan
program pendidikan.

 Mengkomunikasikan pengaduan
dan keluhan masyarakat terhadap
instansi terkait dalam bidang
pendidikan di sekolah.

3. Sumber daya  Identifikasi kondisi sumber daya


di sekolah.

 Identifikasi sumber daya


masyarakat.

 Mobilisasi bantuan masyarakat


untuk pendidikan di sekolah.

 Koordinasi bantuan masyarakat.

Sumber : Hasbullah, Otonomi Pendidikan, h. 96-98.

7. Deskripsi Data

Data yang dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan pada guru,

di hitung dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi. Adapun tujuan dari

pengolahan data tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan

penjelasan. Untuk memudahkan menganalisis hasil penelitian manajemen

komite sekolah, maka dimasukkan kelompok perdimensi yang kemudian

72
dibuatkan tabulasi yang disesuaikan dengan tehnik analisis data, sehingga

dapat ditarik kesimpulan dari masalah yang diteliti.

1. Perencanaan

Tabel 6.
Bapak /Ibu Bersama-Sama Pihak Sekolah Menyusun Dan
Menetapkan Rencana Program Kerja Komite Sekolah.
No. Pilihan Frekuensi Persentase
1. a. Selalu 4 25 %
b. Sering 4 25 %
c. Kadang-kadang 8 50 %
d. Pernah
e. Tidak Pernah
Jumlah 16 100 %

Dari data yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan bahwa bapak

/ibu bersama-sama pihak sekolah menyusun dan menetapkan rencana program

kerja komite sekolah. Hal ini diperkuat dengan jawaban responden yang

menjawab selalu sebanyak 25 %, sering 25 %, 50 % kadang-kadang, pernah

dan tidak pernah 0 %.

Tabel 7.
Pengurus Komite Sekolah Sebagai Pendukung (Supporting Agency)
Baik Yang Berwujud Finansial, Pemikiran, Maupun Tenaga Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Di Satuan Pendidikan,
No. Pilihan Frekuensi Persentase
2. a. Selalu 7 44 %
b. Sering 6 38 %
c. Kadang-kadang 3 18 %
d. Pernah - -
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 44 % responden

menjawab selalu, 38 % sering, 18 % kadang-kadang, sedangkan pernah dan

73
tidak pernah 0 %. Ini menunjukkan bahwa pengurus komite sekolah sebagai

pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran,

maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan,.

Tabel 8.
Pengurus Komite Sekolah, Ikut Serta Sebagai Pengontrol (Controlling
Agency) Dalam Rangka Tranparansi Dan Akuntabilitas Penyelenggaraan
Dan Keluaran Pendidikan Di Satuan Pendidikan
No. Pilihan Frekuensi Persentase
3. a. Selalu 3 19 %
b. Sering 4 25 %
c. Kadang-kadang 9 56 %
d. Pernah - -
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Data tabel di atas menunjukkan kepala sekolah mampu mengambil

keputusan yang tepat. Ini terbukti dari beberapa responden sebanyak 25 %

menjawab sering, 19 % selalu, 56 %, kadang-kadang, 0 % untuk jawaban

pernah dan tidak pernah. pengurus komite sekolah, ikut serta sebagai

pengontrol (controlling agency) dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Hal ini

terbukti dari 25 % responden menjawab sering ketika diajukan pertanyaan

apakah pengurus komite sekolah, ikut serta sebagai pengontrol (controlling

agency) dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan

keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

74
Tabel 9.
Pengurus Komite Sekolah, Melakukan Perencanaan Program Kerja Komite
Sekolah Sebagai Mediator Antara Pemerintah (Eksekutif) Dengan
Masyarakat Di Satuan Pendidikan,
No. Pilihan Frekuensi Persentase
4. a. Selalu 4 25 %
b. Sering 4 25 %
c. Kadang-kadang 8 50 %
d. Pernah
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pengurus komite

sekolah, melakukan perencanaan program kerja komite sekolah sebagai

mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan

pendidikan. Ini terbukti dengan 25 % responden menjawab sering, 25 %

menjawab selalu, kadang-kadang 50 %, dan 0 % untuk jawaban pernah dan

tidak pernah. Banyaknya responden yang menjawab selalu dan sering sebanyak

50 % menunjukkan bahwa pengurus komite sekolah, melakukan perencanaan

program kerja komite sekolah sebagai mediator antara pemerintah (eksekutif)

dengan masyarakat di satuan pendidikan, memiliki kualitas yang baik dan

meningkatkan kinerja komite menjadi lebih baik lagi.

8. Pengorganisasian

Tabel 10.
Pengelola Komite Sekolah Mampu Merinci Seluruh Pekerjaan Yang
Harus Dilaksanakan Untuk Mencapai Tujuan Organisasi
No
Pilihan Frekuensi Persentase
.
5. a. Selalu 2 13 %
b. Sering 5 31 %
c. Kadang-kadang 9 56 %
d. Pernah

75
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa pengelola komite sekolah mampu

merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan

organisasi. Hal ini terbukti dengan jawaban sebanyak 56 % responden

menjawab kadang-kadang, 31 % sering, dan 13 % selalu, sedangkan 0 % untuk

jawaban pernah dan tidak pernah. merinci seluruh pekerjaan yang harus

dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi merupakan salah satu kegiatan

komite sekolah.

Tabel 11.
Pengelola Komite Sekolah Pengadaan Dan Pengembangan Suatu Mekanisme
Untuk Mengkoordinasikan Pekerjaan Para Anggota Menjadi Kesatuan
Yang Terpadu Dan Harmonis
No. Pilihan Frekuensi Persentase
6. a. Selalu 1 6%
b. Sering 5 31 %
c. Kadang-kadang 10 63 %
d. Pernah - -
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 6 % responden menjawab selalu, 31

% sering, kadang-kadang 63 % sedangkan jawaban pernah dan tidak pernah 0

%. Ini menunjukkan bahwa pengelola komite sekolah pengadaan dan

pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para

anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.

76
9. Pelaksanaan

Tabel 12.
Pengelola Komite Sekolah, Memberikan Dukungan Kepada Sekolah Dalam
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah..
No. Pilihan Frekuensi Persentase
7. a. Selalu 2 12 %
b. Sering 4 25 %
c. Kadang-kadang 10 63 %
d. Pernah
e. Tidak Pernah
Jumlah 16 100 %

Berdasarkan tabel di atas, pengelola komite sekolah, memberikan

dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di

sekolah. Terbukti dengan 63 % responden menjawab kadang-kadang, 25 %

sering, 12 % selalu dan menjawab pernah, tidak pernah 0 %.

Tabel 13.
Pengelola Komite Sekolah, Mendorong Orangtua Dan Masyarakat
Berpartisipasi Dalam Pendidikan Guna Mendukung Peningkatan Mutu Dan
Pemerataan Pendidikan, Menggalang Dana Masyarakat Dalam Rangka
Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan Di Satuan Pendidikan
No. Pilihan Frekuensi Persentase
8. a. Selalu 4 25 %
b. Sering 4 25 %
c. Kadang-kadang 8 50 %
d. Pernah - -
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Terlihat pada tabel di atas bahwa pengelola komite sekolah, mendorong

orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung

77
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; menggalang dana masyarakat

dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

Hal ini terbukti dengan 25 % responden menjawab selalu, 25 % sering, 50 %

kadang-kadang, pernah dan tidak pernah 0 %.

Tabel 14.
Sebagai Anggota Komite Sekolah, Bapak /Ibu Memberi Pertimbangan
Tentang Tenaga Kependidikan Yang Dapat Diperbantukan Sekolah
No. Pilihan Frekuensi Persentase
9. a. Selalu 5 31 %
b. Sering 5 31 %
c. Kadang-kadang 6 38 %
d. Pernah - -
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Melihat data di atas menunjukkan bahwa sebagai anggota komite

sekolah, bapak /ibu memberi pertimbangan tentang tenaga kependidikan yang

dapat diperbantukan sekolah, hal ini terbukti sebanyak 38 % responden

menjawab kadang-kadang, sering 31 %, selalu 31 %, pernah dan tidak pernah 0

%.

Tabel 15.
Sebagai Anggota Komite Sekolah, Bapak /Ibu Mengalang Dana Dari
Masyarakat Dalam Rangka Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan Di
Sekolah
No
Pilihan Frekuensi Persentase
.
10. a. Selalu 4 25 %
b. Sering 4 25 %
c. Kadang-kadang 8 50 %
d. Pernah -
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

78
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagai anggota komite sekolah,

bapak /ibu mengalang dana dari masyarakat dalam rangka pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini dibuktikan sebanyak 25 %

responden menjawab sering, kadang-kadang 50 %, selalu 25 %, pernah dan

tidak pernah 0 %. Mayoritas responden yang menjawab sering dan selalu

sebanyak 50 %, menunjukkan bahwa sebagai anggota komite sekolah, bapak

/ibu mengalang dana dari masyarakat dalam rangka pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

10. Evaluasi

Tabel 16.

Pengelola Komite Sekolah, Melakukan Evaluasi Untuk Mengetahui


Seberapa Jauh Komite Sekolah Telah Melaksanakan Keempat Peran
No
Pilihan Frekuensi Persentase
.
11. a. Selalu 5 31 %
b. Sering 5 31 %
c. Kadang-kadang 6 38 %
d. Pernah - -
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Melihat tabel di atas, menunjukkan bahwa pengelola komite sekolah,

melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh komite sekolah telah

melaksanakan keempat peran. Hal ini dibuktikan dengan 38 % responden

menjawab kadang-kadang, 31 % sering, 31 % selalu, 0 % menjawab pernah

dan tidak pernah.

Tabel 17

79
Sebagai Anggota Komite Sekolah, Bapak /Ibu Melakukan Penilaian
Terhadap Kualitas Kebijakan Sekolah.
No. Pilihan Frekuensi Persentase
12. a. Selalu 3 19 %
b. Sering 3 19 %
c. Kadang-kadang 10 62 %
d. Pernah - -
e. Tidak Pernah - -
Jumlah 16 100 %

Dari tabel di atas 19 % responden menjawab sering, 62 % kadang-

kadang, 19 % selalu dan 0 % untuk jawabab pernah dan tidak pernah. Ini

menunjukkan bahwa sebagai anggota komite sekolah, bapak /ibu melakukan

penilaian terhadap kualitas kebijakan sekolah.

11. Analisis Data

Berdasarkan pada kesimpulan tabel-tabel di atas secara keseluruhan

dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab dan memilih jawaban

mayoritas memilih jawaban selalu dan sering dan pernah. Ini menunjukkan

bahwa pengelola komite sekolah di SD Negeri 012 Labuhan Tangga Kecil

sudah berjalan dengan cukup baik. Agar data tersebut mudah dipahami, maka

berikut penulis paparkan dalam bentuk tabel.

80
Tabel 20.

Skor Angket Manajemen Komite Sekolah .


Total
Skor item Angket skor
Jmh Jmh Jmh  Jmh
No Nama 1 2 3 4 Skor 5 6 Skor 7 8 9 10 Skor 11 12 Skor
1 A 5 5 5 5 20 5 5 10 5 5 5 5 20 5 5 60 110
2 B 3 3 3 3 12 4 4 8 4 3 4 3 14 4 4 42 76
3 C 5 5 5 5 20 5 4 9 5 5 5 5 20 5 5 59 108
4 D 4 3 4 4 15 4 4 8 4 4 5 4 17 5 5 50 90
5 E 3 4 4 3 14 3 3 6 3 3 4 3 13 4 4 41 74
6 F 5 5 5 5 20 4 4 8 4 5 5 5 19 5 4 56 103
7 G 3 4 3 3 13 3 3 6 3 3 4 3 13 4 4 40 72
8 H 4 5 3 4 16 4 4 8 4 4 5 4 17 5 3 49 90
9 I 5 3 3 5 16 3 3 6 3 5 4 5 17 4 3 46 85
10 J 3 4 3 3 13 3 3 6 3 3 4 3 13 4 3 39 71
11 K 3 4 3 3 13 3 3 6 3 3 3 3 12 3 3 37 68
12 L 4 5 4 4 17 4 3 7 3 4 3 4 14 3 3 44 82
13 M 3 4 3 3 13 3 3 6 3 3 3 3 12 3 3 37 68
14 N 3 5 3 3 14 3 3 6 3 3 3 3 12 3 3 38 70
15 O 3 4 3 3 13 3 3 6 3 3 3 3 12 3 3 37 68
16 P 4 5 4 4 17 3 3 6 3 4 3 4 14 3 3 43 80
Jumlah 60 68 58 60 246 57 55 112 56 60 63 60 239 63 58 718 1315

Tabel 21.
Rata-rata Hitung Skor Manajemen Komite Sekolah.
Variabel Manajemen Komite Sekolah
Dimensi Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Evaluasi
Jumlah
4 2 4 2
Soal

81
Skor 246 112 239 718
Rata-
61,5 56 59,75 35,9
Rata

Hasil Rata-rata skor manajemen komite sekolah secara keseluruhan

dapat dilihat sebagai berikut :

= 61,5 + 56 + 59,75 + 35,9


4
= 53,29 (Cukup 𝐁𝐚𝐢𝐤)

Berdasarkan rata-rata hitung skor manajemen komite sekolah, dapat

dilihat bahwa skor dimensi manajemen komite sekolah yang paling tinggi

adalah pada perencanaan program kerja komite sekolah dengan skor rata-rata

61,5. Sedangkan skor manajemen komite sekolah yang paling rendah yaitu

evaluasi dengan skor rata-rata 35,9. Dengan demikian secara keseluruhan ke 4

dimensi yang merupakan indikator manajemen komite sekolah dikatakan baik

dengan perolehan skor 53,29. Sesuai dengan rata-rata yang peneliti hitung

berdasarkan rumus di atas.

dengan Rata-rata 53,29. Pengelola komite sekolah berusaha semaksimal

mungkin dalam menjalankan tugasnya. Karena dalam prosesnya telah melalui

proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.

82

Anda mungkin juga menyukai