Anda di halaman 1dari 115

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN.

W
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN :
PNEUMONIA DI UPTD PUSKESMAS PLERED
KABUPATEN PURWAKARTA
TAHUN 2021

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan di Akademi
Keperawatan RS. Efarina Purwakarta

SOLAHUDIN
1800001037

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA PURWAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah oleh Solahudin, NIM 1800001037 dengan judul “ ASUHAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN. W DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : PNEUMONIA DI UPTD

PUSKESMAS PLERED KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2021”

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 03 Agustus 2021.

Dewan penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Ns. Nandang Tisna.A.A, S.Kep.,M.Kep Ns. Aditiya Rahman, S.Kep Ns. Hendar Sutisna, S.Kep.,M..Kep
NIDN. 0416078603 NIK. 181016 NIK. 180314

Mengetahui
Direktur Akper RS Efarina

Ns. Wirdan F. Rahman, S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0414068501
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah oleh Solahudin, NIM 1800001037 dengan judul “ ASUHAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN. W DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : PNEUMONIA DI UPTD

PUSKESMAS PLERED KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2021”

telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Purwakarta, 03 Agustus 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Hendar Sutisna, S.Kep.,M.Kep Ns. Aditiya Rahman, S.Kep


NIK : 180314 NIK : 181016
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal oleh Solahudin, NIM 1800001037 dengan judul “ ASUHAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN. W DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : PNEUMONIA DI UPTD

PUSKESMAS PLERED KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2021”

telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Purwakarta, 03 Juli 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Hendar Sutisna, S.Kep.,M.Kep Ns. Aditiya Rahman, S.Kep


NIK : 180314 NIK : 181016
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Solahudin

NIM : 1800001037

Program Studi : D-III Keperawatan

Institusi : Akademi Keperawatan RS. Efarina

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar – benar merupakan hasil karya sendiri dan merupakan pengambilan

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

Purwakarta, 09 Juli 2021


Pembuat pernyataan

Solahudin
1800001037

Mengetahui :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Hendar Sutisna, S.Kep.,M.Kep Ns. Aditiya Rahman, S. Kep


NIK : 180314 NIK : 181016
PROGRAM STUDI III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA
2021

SOLAHUDIN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN. W DENGAN


GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : PNEUMONIA DI UPTD
PUSKESMAS PLERED KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2021.
V Bab + halaman + 3 bagan + 5 tabel + 9 lampiran

ABSTRAK

Pneumonia adalah penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut gejala batuk
dan disertai dengan sesak nafas yang di sebabkan infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungsi), dan aspirasi substansi menurut (WHO pada tahun 2018 )
5,5 juta orang di dunia mempunyai kasus pneumonia sedangkan di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan di perkirakan sebanyak 1.017.290 tujuan
dari kasus ini adalah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn. W dengan
gangguan system pernapasan Pneumonia di UPTD Puskesmas Plered di Kp.
Pangkalan (Rumah pasien) Purwakarta Metode penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus mengksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah dengan gangguan system pernapasan pneumonia dengan sistem wawancara
pemeriksaan fisik dan studi kasus Berdasarkan Analisa data di peroleh Diagnose
Keperawatan yaitu Bersihan jalan napas, Pola nafas tidak efektif, Hipertermi
Setelah di lakukan tindakan Asuhan Keperawatan Pada pasien Pneumonia pada
tiga diagnosa di dapatkan hasil evaluasi bahwa rencana keperawatan belum
teratasi maka dari itu di lanjutkan rencana keperawatan di mana peran perawat
sangat penting untuk melakukan aswuhan keperawatan yang komperhensif untuk
menangani masalah keperawatan pada pasien dan meningkatkan keterampilan
dalam melakukan asauhan keperawatan

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Pneumonia

Kepustakaan : 7 (2013-2020)
STUDY PROGRAM III NURSING
NURSING ACADEMY RS. EFARINA
2021

SOLAHUDIN

MEDICAL SURGICAL NURSING CARE IN TN. W WITH


RESPIRATORY SYSTEM DISORDERS: PNEUMONIA IN UPTD
PUSKESMAS PLERED DISTRICT PURWAKARTA IN 2021.
V Chapter + pages + 5 tables + 9 appendices

ABSTRACT
Pneumonia is an acute lower respiratory tract infection with symptoms of cough
and accompanied by shortness of breath caused by infectious agents such as
viruses, bacteria, mycoplasma (function), and substance aspiration according to
(WHO in 2018) 5.5 million people in the world have cases of pneumonia while in
Indonesia based on the diagnosis of health workers, it is estimated that as many as
1,017,290 the purpose of this case is to carry out nursing care for Mr. W with
respiratory system disorders Pneumonia at the UPTD Puskesmas Plered in Kp.
Pangkalan (patient's house) Purwakarta This research method uses a case study
approach to explore the problem of Surgical Medical Nursing Care with
respiratory system disorders pneumonia with an interview system, physical
examination and case studies. After taking nursing care actions for pneumonia
patients on three diagnoses, evaluation results were obtained that the nursing plan
had not been resolved, therefore the nursing plan was continued where the nurse's
role was very important to carry out comprehensive nursing care to deal with
nursing problems in patients and improve skills in do nursing care

Keywords : Nursing Care, Pneumonia


Literature : 7 (2013-2020)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanallah Wa Ta’ala

atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah (KTI) dalam rangka memenuhi persyaratan tugas akhir program Diploma

III Keperawatan di Akademi Keperawatan RS Efarina. Kasus ini berjudul

“Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn. W Dengan Gangguan Sistem

Pernapasan: Pneumonia Di UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta

Tahun 2021”

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan

kepada

1. Bapak. Wirdan Fauzi Rahman, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku direktur Akademi

Keperawatan RS. Efarina Purwakarta.

2. Ibu. Rina Fera Dwianti Kastino, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku wadir I Akademi

Keperawatan RS. Efarina Purwakarta dan selaku koordinator KTI 2021.

3. Bapak. Hendar Sutisna, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing I yang

dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, pengarahan, serta saran

dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir.

4. Bapak. Aditiya Rahman, S.Kep.,Ners selaku pembimbing II yang dengan

penuh kesabaran memberikan bimbingan, pengarahan, serta saran dalam

pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal sampaiakhir.


5. Bapa Nandang Tisna ali Amijaya, S,kep., M.Kep selaku penguji utama yang

telah memberikan masukan dan saran serta semangat bagi penulis untuk dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh Staf dan Dosen pengajar, dari penulis semester I hingga semester VI di

Akademi Keperawatan RS Efarina Purwakarta.

7. Kepada seluruh pihak puskesmas Plered Purwakarta yang telah memberikan

izin untuk melakukan penelitian studi kasus sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Kepada Tn. W yang telah bersedia menjadi responden dan memberikan

informasi kepada penulis selama proses karya tulis ilmiah ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis atas partisipasi dari semua pihak

yang telah di tulis sebelumnya.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari

kesempurnaan. Namun demikian, penulis tetap mengharapkan kritikan dan saran

yang membangun demi memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Purwakarta, 03 Agustus 2021

Penulis

Solahudin
1800001037
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAk

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR BAGAN

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Batasan Masalah

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan Penulisan

E. Manfaat Penulisan

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

2. Tujuan Puskesmas

3. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

4. Tugas Fungsi Dan Wewenang Puskesmas

5. Persyaratan Puskesmas
6. Kategori Puskesmas

7. Upaya Kesehatan

8. Akreditasi

9. Sistem Informasi Puskesmas

10. Pengertian Perawat

11. Peran Perawat Kesehatan

B. Konsep Penyakit Pneumonia

1. Definisi Pneumonia

2. Anatomi Fisiologi

3. Etiologi Pneumonia

4. Manifestasi Klinis

5. Patofisiologi Pneumonia

6. Pemeriksaan Diagnostik Pneumonia

7. Penatalaksanaan Medis Pneumonia

8. Komplikasi Pneumonia

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan

3. Intervensi Keperawatan

4. Implementasi Keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

C. Subyek Penelitian

D. Pengumpulan Data

E. Analisa Data

F. Uji Keabsahan Data

G. Etika Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Rencana Keperawatan

D. Implementasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Pathway Pneumonia

Bagan 2.2 WOC Pneumonia

Bagan 4.1 Genogram


DAFTAR TABEL

Halaman

Bagan 2.1 Intervensi Keperawatan

Bagan 4.1 Data Pola Kebiasaan Pasien

Bagan 4.2 Analisa Data

Bagan 4.3 Intervensi Keperawatan

Bagan 4.4 Implementasi Keperawatan


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Pneumonia

Lampiran 2. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Terapi Komplementer Madu Hitam

Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Pembimbing I

Lampiran 5. Lembar Konsultasi Pembimbing II

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Kesbangpol

Lampiran 8. Surat Persetujuan Ujian Sidang

Lampiran 9. Riwayat Hidup


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan

bawah akut dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang

disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan

aspirasi substansi benda asing, berupa radang paru-paru yang disertai

eksudasi dan konsulidasi (Nurarif, 2015 dalam Penelitian Yuyun Aprilya

Dimu Ludji, 2019).

Kasus penderita pneumonia di dunia di perkirakan ada 5,5 juta

kasus, sebagian besar estimasi jumlah kasus berada di Wilayah Asia

Tenggara 20%, wilayah Afrika 10%, eropa 34%, di Asia Tenggara

terdapat 3 negara yang menderita pneumonia yaitu Negara, Philipina

5,2%, Indonesia 3,8%, Malaysia 1,2%. Indonesia berada pada posisi kedua

dengan Negara yang memiliki kasus pneumonia (WHO 2018 dalam

Penelitian Yulianti Laia, 2020).

Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2018 prevalensi penyakit

pneumonia di Indonesia mencapai 1.017.290 kasus. Prevalensi penyakit

pneumonia di indonesia yang menempati peringkat – 1 yaitu Provinsi Jawa

Barat dengan jumlah kasus sebanyak 186.809 kasus, peringkat – 2

Provinsi Jawa Timur sebanyak 151.878 kasus, dan peringkat – 3 yaitu

Provinsi Jawa Tengah sebanyak 132.565 kasus (Riskesdas, 2018).


Sedangkan prevalensi penyakit pneumonia di Jawa Barat sebanyak

186.809 kasus. Kabupaten yang menempati peringkat – 1 yaitu kabupaten

bogor sebanyak 8.774 kasus, sedangkan peringkat – 2 yaitu kabupaten

bandung sebanyak 5.592 kasus, peringkat – 3 yaitu kabupaten bekasi

sebanyak 5.434 kasus, dan prevalensi penyakit pneumonia di kabupaten

purwakarta sebanyak 1.436 kasus ( Riskesdas, 2018).

Pneumonia disebabkan oleh organisme seperti virus dan bakteri

yang masuk kedalam tubuh sehingga mikroorganisme pathogen mencapai

bronkioli terminalis lalu merusak sel epitel basilica dan sel goblet sehingga

cairan eksudat dan leukosit masuk ke dalam alveoli sampai terjadi

konsolidasi paru yang mengakibatkan kapasitas vital dan

compliancemenurun sehingga meluasnya permukaan membrane respirasi

dan penurunan rasio ventilasi perfusi sehingga suplai O2 dalam tubuh

terganggu (Misnadiarly, 2008 dalam Penelitian Karya Tulis Ilmiah Kris

Wahyudi).

Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi

untuk terjadinya pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara.

Pencemaran udara dalam rumah dipengaruhi oleh berbagai factor antara

lain, bahan bangunan (misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi),

bahan pelapis untuk furniture serta interior (pada pelarut organiknya),

kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah (ambient air quality), radiasi

dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan kelembaban yang berlebihan.

Selainitu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah


seperti dalam hal penggunaan energy tidak ramah lingkungan, penggunaan

sumber energi yang relative murah seperti batu bara dan biomasa (kayu,

kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian), perilaku merokok

dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan kimia pembersih,

dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan polutan

yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama

(Kemenkes RI, 2011 dalam Penelitian Kris Wahyudi 2020).

Pada klien yang menderita pneumonia diagnosa yang sering

muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

peroses infeksi, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan

upaya nafas, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membrane alveolus-kapiler, nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis, defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan

menelan makanan, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, (Tim

Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 Dalam Penelitian Kris Wahyudi 2020).

Dalam mengurangi atau mengatasi penyebab masalah keperawatan

pada penderita pneumonia diatas maka di butuhkan peran perawat secara

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Promotif yaitu perawat

berperan mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan pada

penyakit pneumonia.. Preventif yaitu perawat berperan sebagai

pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit yang

berhubungan dengan penyakit pneumonia.. Kuratif yaitu perawat berperan

sebagai pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,


pengurangan penderita akibat penyakit, pengendalian penyakit atau

pengendalian kecacatan agar kualitas hidup pasien dapat terjaga seoptimal

mungkin. Rehabilitatif yaitu peran perawat untuk mengembalikan bekas

pasien ke dalam masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat

semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Dengan cara bekas

penderita penyakit pneumonia mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum

kembali ke masyarakat. Sangat di perlukan dalam memberi asuhan

keperawatan harus secara menyeluruh mulai dari pengkajian masalah,

menentukan diagnosa keperawatan, membuat intervensi, implementasi

serta evaluasi asuhan keperawatan pada pasien pneumonia. Perawat dapat

melakukan tindakan secara mandiri maupun kolaborasi dengan cara

farmokologi dan non farmokologi seperti memberikan latihan nafas dalam

dan memperbaiki pola nafas, serta membersihkan jalan nafas yang

tersumbat oleh secret atau dahak (Misnadiarly, 2008 dalam Penelitian Kris

Wahyudi 2020).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk

melakukan “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.W Dengan

Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia di UPTD Puskesmas Plered

Kabupaten Purwakarta Tahun 2021”


B. Batasan Masalah

Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, yang menjadi lingkup

bahasan penulis adalah pelaksanaan studi kasus “Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah Pada Tn.W Dengan Gangguan Sistem Pernafasan :

Pneumonia di UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta Tahun

2021”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana cara “Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah Pada Tn.W Dengan Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia di

UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2021”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah Pada Tn.W Dengan Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia

di UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2021.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.W Dengan Gangguan

Sistem Pernafasan : Pneumonia di UPTD Puskesmas Plered

Kabupaten Purwakarta Tahun 2021.


b. Penulis mampu menyusun diagnosa keperawatan selama

memberikan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.W

Dengan Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia di UPTD

Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2021.

c. Penulis mampu merencanakan tindakan keperawatan selama

memberikan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.W

Dengan Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia di UPTD

Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2021.

d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pada Tn.W

Dengan Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia di UPTD

Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2021.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi Pada Tn.W Dengan Gangguan

Sistem Pernafasan : Pneumonia di UPTD Puskesmas Plered

Kabupaten Purwakarta Tahun 2021.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi dinas kesehatan

Sebagai bahasa informasi dan masukan dalam membuat

kebijakan untuk menyusun perencanaan penanggulangan pada

penyakit pneumonia.
2. Bagi institusi

Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan

bahan perlimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan

penelitian sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional

maupun internasional.

3. Bagi perkembangan riset keperawatan

Memberikan informasi dalam penyembangan ilmu

keperawatan terutama dalam keperawatan komunitas yang menjadi

masalah kesehatan pada masyarakat.

4. Bagi masyarakat

Menambah informasi mengenai penyakit pneumonia dan

pengobatan nya sehingga dapat menggunakan oleh masyarakat untuk

membantu program pemerintah dalam pemberantasan pneumonia.

5. Bagi peneliti

Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan

khususnya penyakit pneumonia.

6. Bagi peneliti lain

Menambah referensi, pengetahuan, informasi dan

penyempurnaan penelitian untuk selanjutnya mengenai penyakit

pneumonia
F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah terdiri dari

lima bab, yaitu:

1. BAB I Pendahuluan : Meliputi Latar belakang, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan (umum dan khusus), manfaat penulisan

(praktis dan teoritis) dan sistematika penulisan

2. BAB II Tinjauan Pustaka : Meliputi konsep teori Pneumonia yang

berisi definisi, klasifikasi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,

pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik,

penatatalaksanaan, komplikasi, dan konsep asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa dan perencanaan, implementasi dan

evaluasi.

3. BAB III Metodologi Penelitian : Meliputi pendekatan, lokasi dan

waktu penelitian, metodologi penelitian, subyek penelitian,

pengumpulan data meliputi (wawancara, observasi dan pemeriksaan

fisik, studi dokumentasi), analisa data meliputi (pengumpulan data,

mereduksi data, penyajian data, kesimpulan), etika penelitian meliputi

(persetujuan menjadi responden, tanpa nama dan kerahasiaan), dan

keabsahan data.

4. BAB IV Tinjauan Kasus dan Pembahasan : Meliputi pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, evaluasi dan pembahasan.

5. BAB V Penutup : Meliputi Kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat yang selanjut nya di sebut

puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorang tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi tinggi nya di wilayah kerjanya. Fasilitas pelayanan

kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang di lakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat ( Siti Nur

Kholifah, 2016).

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan

kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan ( Depkes RI, 2004

dalam jurnal Nor Sanah 2017).

9
Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang bergerak dalam

bidang pelayanan kesehatan yang berada di grada terdepan dan

mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang

bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan

indonesia sehat (Ilham Akhsanu Ridho, 2008 dalam jurnal Nor Sanah

2017).

2. Tujuan Puskesmas

Pempembangunan kesehatan yang diselenggarakan di

puskesmas bertujuan mewujudkan masyarakat yang :

a. Memiliki perilaku sehat, meliputi kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat

b. Mampu menjangkau pelayan kesehatan bermutu

c. Hidup dalam lingkungaan sehat

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

kelompok, maupun masyarakat.

Pembangunan kesehatan yang di selenggarakan di puskesmas

di laksanakan untuk mendukung terwujudnya kecematan sehat (Situ

Nur kholifah, 2016).


3. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Prinsip penyelenggaraaan puskesmas adalah sebagai berikut

a. Paradigma sehat

Berdasarkan prinsip paradigma sehat puskesmas

mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang

dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

b. Pertanggung jawaban wilayah

Berdasarkan prinsip pertanggung jawaban, wilayah

puskesmas menggerakan dan bertanggung jawab terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya

c. Kemandirian masyarakat

Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat puskesmas

mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Berdasarkan prinsip pemerataan, puskesmas

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil

tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan

kepercayaan
e. Teknologi tepat guna

Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, puskesmas

menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memnafaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,

mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan

f. Keterpaduan dan kesinambungan

Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan

puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan

penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya

kesehatan perseorangan (UKP) pelintas program dan lintas sektor,

serta melaksanakan sistem rujukan yang di dukung dengan

manajemen puskesmas (Siti Nur Kholifah, 2016).

4. Tugas Fungsi Dan Wewenang Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecemtansehat.

Dalam melaksanakan tugas, puskesmas menyelenggarakan fungsi

penyelenggaraan UKM tingkat pertama diwilayah kerjanya dan

penyelenggaraan UKP tingkat pertama di willayah kerjanya dalam

penyelenggaraan fungsi UKM tingkat pertama diwilayah kerjanya

puskesmas berwenang :
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang di perlukan

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan

d. Menggerakan masyarakat untuk mengidentifikasi dan

penyelesaikan masalah kesehatan dalam pada setiap tingkat

perkembangan masyarakat yang bekerja sama dlm sektor lain

terkait

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan kelayanan dan

upaya kesehatan berbasis masyarakat

f. Melaksanakan peningkatan kopetensi sumber daya manusia

puskesmas

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar wawasan kesehatan

h. Melaksanaan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan memberikan rekomendasi

terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan

terhadap sistem kewaspadaan dini respons penanggulangan

penyakit (Siti Nur Kholifah, 2016).


5. Persyaratan Puskesmas

Puskesmas harus di dirikan pada setiap kecematan. Dalam

kondisi tertentu pada 1 (satu) puskesmas. Kondisi tertentu ditetap

berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk,

aksesibilitas.

Pendirian puskesmas harus memenuhi persaratan lokasi,

bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian,

dan laboratium lokasi pendirian puskesmas harus memenuhi

persaratan, yaitu geografis, akses ibilitas untuk jalur transportasi,

kontur tanah, pasilitas parkir, pasilitas keamanan, ketersediaan ultilitas

publik pengelolaan kesehatan lingkungan, dan kondisi lain nya.

Pendirian puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis

pembangunan bangunan gedung negara. Bangunan puskesmas harus

memenuhi persaratan yang meliputi persaratan adminstratif, persaratan

keselamatan dan kesehatan kerja, serta persaratan teknis bangunan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undaangan bersifat

permanen dan terpisah dengan bangunan lain. Serta menyediakan

fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan

kesehatan serta kemudahan dalam memeberi pelayanan bagi semua

orang termasuk yang berkebutuhn khusus, anak-anak, dan lanjut usia.

Selain bangunan, setiap puskesmas harus memiliki bangunan rumah

dinas tenaga kesehatan. Bangunan rumah dinas tenaga kesehatan

didirikan dengan mempertimbangkan akses sibilitas tenaga kesehatan


dalam memberikan pelayanan. Puskesmas harus memiliki prasarana

yang berfungsi paling sedikit seperti berikut ini :

a. Sistem pengawaan (pentilasi).

b. Sistem pencahayaan.

c. Sistem santinasi.

d. Sistem kelistrikan

e. Sistem komunikasi.

f. Sistem gas medik.

g. Sistem proteksi petir.

h. Sistem proteksi kebakaran.

i. Sistem pengendalian kebisingan.

j. Sistem trans portsi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu)

lantai

k. Kendaraan puskesmas keliling.

l. Kendaraan ambulans.

m. Pralatan kesehatan dipuskesms harus memenuhi persatan standar

mutu, keamanana, keselematan, memiliki izinn edar sesuai

ketentun peraturan perundangundng, serat diuji dan dikakli brasi

secaraberkala oleh institusi penguji dan pengkalbirasi yang

berwenang. Sumber daya manusia puskesmas terdiri atas tenaga

kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga

kesehatan dan tenaga nonkesehatan dihitung berdasarkan analisis

beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang


diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya.

Karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, serta ketersediaan

psilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya diwilayah

kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis tenaga kesehatan paling

sedikit terdiri atas :

1) Dokter atau dokter layanan primer

2) Dokter gigi

3) Perawat

4) Bidan

5) Tenaga kesehatan masyarakat

6) Tenaga kesehatan lingkungan

7) Αhli teknologi laboratium medik

8) Tenaga gizi

9) Tenaga kefarmasian

10) Tenaga non kesehatan yang harus dapat mendukung kegiatan

ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan

kegiatan operasional lain di puskesmas. Tenaga kesehatan di

puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar

prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien,

serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien

dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya

dalam bekerja. Setiap tenaga kesehatan yng bekerj di puskesms

harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan. Pelayanan kefarmasian di puskesmas

harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian pelayanan laboratorium di puskesmas harus

memenuhi kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan

dan peralatan (Siti Nur Kholifah, 2016).

6. Kategori Puskesmas

Dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan yang

didasarkan pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, puskesmas dapat

diktegorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan

penyelenggaraan. Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya,

puskesmas dikategorikan menjadi, puskesmas kawasan perkotaan,

puskesmas perdesaan serta puskesmas kawasan terpencil dan sangat

terpencil puskesmas perkotaan merupakan puskesmas yang wilayah

kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit (3) dari (4)

kriteria kawasan perkotaan sebagi berikut :

a. Αktivitasnya penduduknya lebih dari 50% pada sektor nonagraris,

terutama industri, perdagangan dan jasa.

b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah beradius 2,5 km,

pasar dengan radius 2 km, memiliki rumah sakit beradius kurang

dari 5 km, bioskop, atau hotel.

c. Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik


d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas

perkotaan

Puskesmas kawasan perdesan merupakn puskesmas yang

wilyah kerjanya meliputi kawasan yng memenuhi paling sedikit tiga

(3) dari (4) kriteria kawasan perdesaan seperti berikut :

a. Αktivitas penduduknya lebih dari 50% (lima puluh persen) pada

sektor agraris

b. Memiliki fasilitas antara lain sekolah beradius lebih dari 2,5 km,

pasar dan perkotaan dengan radius lebih dari 2 km, rumah sakit

beradius lebih dari 5 km, serta tidak memiliki fasilitas berupa

bioskop atau hotel

c. Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90%

d. Terdapat akses jalan dan tranportasi menuju fasilitas. Puskesmas

kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan puskesmas yang

wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai

berikut :

1) Berada diwilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana,

pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir

2) Αkses tranportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu jarak

tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan

waktu lebih dri 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu

dapat terhalang iklim atau cuaca


3) Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang

tidak stabil (Siti Nur Kholifah, 2016).

7. Upaya Kesehatan

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorang tingkat pertama.

upaya kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan

berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama

meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan

masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial

meliputi pelayanan promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,

kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, gizi, serta pencegahan

dan pengendalian penyakit upaya kesehatan perseorang tingkat

pertama dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan pelayanan gawat

darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care, dan atau rawat

inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Upaya

kesehatan perseorang tingkat pertma dilaksanakan sesuai dengan

setandar prosedur operasional dan standar pelayanan. Untuk

melaksanakan upaya kesehatan, puskesmas harus menyelenggarakan,

manajemen puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan

keperawatan kesehatan masyarakat, dan pelayanan laboratorium (Siti

Nur Kholifah, 2016)


8. Akreditasi

Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, puskesmas wajib

diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali. Αkreditasi

dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang

ditetapkan oleh mentri (Siti Nur Kholifah, 2016).

9. Sistem Informasi Puskesmas

Setiap puskesmas wajib melakukan kegiatan sistem informasi

puskesmas. Sistem informasi puskesmas dapat diselenggarakan secara

elektronik atau nonelektronik. Sistem informasi puskesmas paling

sedikit mencakup pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas dan

jaringannya, survei lapangan, laporan lintas sektor dan laporan jejaring

fasilitas pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya (Siti Nur Kholifah,

2016).

10. Pengertian Perawat

Perawat menurut Undang-Undang kesehatan No.23 tahun 1992

menyebutkan bahwa perawat adalah mereka yang memiliki

kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan

berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan

keperawatan. Perawat dipuskesmas adalah semua tenaga lulusan

pendidikan keperawatan yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang

dan hak penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan


pelayanan perawatan kesehatan kepada masyarakat dipuskesmas yaitu

sebagai pelaksana keperawatan dipuskesmas (depkes, 2013 dalam

jurnal yenni, dkk 2019)

11. Peran Perawat Kesehatan

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam

suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam

ataupun dari luar dan bersifat. Peran perawat adalah sebagai pelaksana

pelayanan keperawatan, dan institusi pendidikan, sebagai pendidik,

peneliti, serta pengembang keperawatan. Peran utama dari perawat

kesehatan masyarakat adalah memberikan asuhan keperawatan pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun

yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan

apakah itu dirumah, sekolah, panti, dan sebaginya sesuai kebutuhan

dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat, perawat

idealnya memiliki 12 peran dan fungsi, peran tersebut antara lain

pemberi pelayanan kesehatan, penemu kasus, sebagai pendidik atau

penyuluhan kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan, konselor

keperawatan, panutan (role model), pemodifikasi lingkungan,

konsultan, advokadt, pengelola, peneliti dan pembaharu (inovator).

Namun masih rendahnya tingkat pendikan yaitu mayoritas tingkat

pendidikan SPK dan D3, dari seluruh peran dan fungsi yang harus
dilakukan oleh perawat hanya 6 saja yang menjadi prioritas. Keenam

fungsi tersebut adalah :

a. Peran sebagai penemu kasus

Peran perawat pelaksana (care provider) bertugas untuk

memberikn pelayanan berupa asuhan keperawatan secara langsung

kepada klien (individu, keluarga maupun komunitas) sesuai dengan

kewenangannya. Αsuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat

dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui

pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses

keperawatan, sehingga masalah yang muncul dapat ditentukan

diagnosis keperawatannya, perencanaannya, dan dilakukan

tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan yang

dialaminya, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.

Αsuhan keperawatan yang diberikan melalui hal yang sederhana

sampai dengan masalah yang kompleks.

b. Peran sebagai care provider menuntut perawat untuk memberi

kenyamanan dan rasa aman bagi klien, melindungi hak dan

kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan seimbang,

memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya, dan

berusaha mengembalikan kesehatan klien.


c. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan ditujukan

kepada individu, keluarga, kelompok, masyarakat berupa asuhan

keperawatan masyarakat yang utuh (holistik) serta

berkesinambungan (komprehensif). Keperawatan yang diberikan

secara langsung (indirect care ) pada berbagai tatanan kesehatan

yaitu meliputi dipuskesmas, ruang rawat inap puskesmas keliling,

sekolah, panti, posyandu, keluarga (rumah pasien atau klien).

B. Konsep Penyakit Pneumonia

1. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut

parenkim paru yang biasanya dari suatu Infeksi Saluran Pernafasan

Bawah Akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai

dengan sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus,

bakteri, mycoplasma, dan substansi asing, berupa radang paru-paru

yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui

gambaran radiologi. (Nurarif, 2015 dalam Penelitian Karya Tulis

Ilmiah Dwi Rizki, 2018)

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang

terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat

yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda

asing. (muttaqin, 2008 dalam Penelitian Karya Tulis Ilmiah Dwi Rizki,

2018)
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya ber

hubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan. ( Abdul Wahid dkk,

2013)

2. Anatomi Fisiologi

a. Rongga Hidung (cavum)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum

nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalam nya

terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat

(kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda

asing yang masuk lewat saluran pernafsan. Selain itu, terdapat juga

rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel

kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat kronka yang

mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan

udara yang masuk bersama udara. Juga terdapat kronka yang

mempunyai banyak kapiler dara Yang berfungsi menghangatkan

udara yang masuk. Disebelah belakang rongga hidung terhubung

dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae

padapermukaan rongga hidungterdapat rambut-rambut halus dan

selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk

kedalam rongga hidung.


b. Faring (tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring merupaka

percabangan dua saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings)

pada bagian depandan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian

belakang. Faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletak

nya pita suara. (pita vocalis). Masuk nya udara melalui faring akan

menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.

Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke

saluran pernapsan karena saluran pernapasan pada saat tersebut

sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita mengatur agar

peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan

sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Funsi utama faring

adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan

juga sebagai jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga

menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara percakapan

c. Pangkal tenggorokan (laring)

Laring merupakan suatu saluran yang di kelilingi oleh

tulang rawan. Laring berada diatara orofaring dan trakea, didepan

lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis.

Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring laring di selaputi

oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang

cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getran suara

pada laring. Fungsi utama laring menghasilkan suara dan juga


sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok di

susun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. pangkal

tenggorokdapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis).

Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal

tenggorokan dan pada waktu bernapas katup membuka. Pada

pangkal tenggorokan terdapat selaput suara yang akan bergetarbila

adaudara dari paru-paru, misal nya pada waktu kita bicara

d. Batang tenggorokan (trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjang nya kurang lebih

10cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada

(torak) dingding tenggorokan tipis dan kaku, di kelilingi oleh 4

cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-

silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke

saluran pernapasan. Batang tenggorokan (trakea) terletak di

sebelah depan tenggorokan. Di dalam rongga dalam dada,

batangtenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok

(bronkus) di dalam paru paru, cabang tenggorok bercabang-cabang

lagi menjadi saluran yang sangat kecil yang disebut gelembung

paru-paru (alveolus)
e. Cabang batang tenggorokan (bronkus)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu

bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus

sama dengan trakea hanya tulang rawan bronkus betuknya tidak

teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang

rawan nya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus

bercabang-cabang lagi menjadi brokiolus.batang tenggorokan

bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan

sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus

bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan

(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus

sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua

bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk kedalam

gelembung paru-paru atau alveolus. Fungsi utama bronkus adalah

menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.

f. Bronchiolus

Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak

mengandungkelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan

jaringan ikat longgar, sel bronkiolar tanpa silia (sel clara ). Lamina

propria tidak mengandung sel goblet. Bronchiolus berfungsi sebagi

pengatur jumlah udara yang masuk dan keluar dari alveoli.


g. Alveolus

Kantong berdingding sangat tipis pada bronkioli terminalis.

Tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara

darah dan udara yang di hirup. Jumlahnya 200-500 juta. Terdapat

tiga jenis sel-sel alveolar sel alveolar tipe I adalah epitel yang

membentuk dingding alveolar, tipe dua sel-sel alveolar tipe I

adalah sel epitel yang membentuk dingding alveolar tipe II adalah

sel-sel yang aktip secara metabolik mensekrasi surfaktan yang

meru suatu fosfolifit yang melapisi pembukaan dalam dan

mencegah alveolar agartidak kolaps, datipe III makrofagyang

meripakan sel-sel fagositis yang besar yang memakan berada asing

(mid, lendir, bakteri), dan bekerja sebagai mekanisme pertahan

yang penting. (Karya Tulis Ilmiah Kris Wahyudi,2020)

3. Etiologi Pneumonia

a. Bakteri : Streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.

b. Virus: Influenza, parainfluenza, adenovirus, virus sinsisial

pernafasan, hantaravirus, rhinovirus, virus herpes simpleks,

citomegalovirus, micoplasma, pneumococcus, streptococ cus,

staphylococcus.

c. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidi oido

mycosis, cryptococosis, pneumocytis carini.

d. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.


e. Inhalasi: Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.

( Abdul Wahid dkk,2013)

4. Manifestasi Klinis

Menururut Nanda Nic- Noc (2013) dan Nanda Nic Noc (2015)

manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan pneumonia adalah:

a. Demam sering tampak sebagai tanda infeksiyang pertama. Paling

sering terjadi pada usia 6 bulan- 3 bulan dengan suhu mencapai

39°C – 40,5°C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan

peka rangsangan atau terkadang eurofia dan lebih aktip dari

normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa

b. Meningismus, yaitu tanda- tanda meningael tanpa infeksi meninges

terjadi dengan awitan demam yang tiba tiba di sertai dengan nyeri

kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher adanya tanda

kerning dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.

c. Anoreksia, merupakan hal yang umum di sertai dengan penyakit

masa anak-anak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.

Menetap sampai pada derajat yang lebih besar atau yang lebih

sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang

sampai ke tahap pemulihan.

d. Muntah, biasanya berlangsung singkat tetapi dapat menetap selama

sakit.
e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.

Sering menyertai infeksi pernafasan. Kususnya karena virus

f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa di

bedakan dengan nyeriapendiksitis.

g. Keluaran nasal, sering menyertai dengan infeksi saluran

pernafasan. Mungkin encer dan sedikit (rinorea) atau lkental dan

purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi

h. Batuk merupakan gambaran umum dari penyakit umum dari

penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti hanya fase akut.

i. Bunyi pernafasan seperti batuk, mengi, merokok, auskultasi

terdengar mengi, krekels.

j. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada

anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak anak menolak untuk

minum dan makan peroral. (dalam kti Jahya Bukhari Adnan Selam

2019)

5. Patofisiologi

Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian

parifer melalui saluran repiratori. Mula-mula trjadi adema akibat reaksi

jaringan yang mempermudah polifrerasi dan penyebaran kuman ke

jaringan sekitar nya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi,

yaitu terjadi serbukan fibrin semakin bertambah, terdafat fibrin dan

leukosit di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium


hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli,

sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris

menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem

bronkopilmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetep

(Nursalam, 2016 Penelitian Karya Tulis Ilmiah Kris Wahyudi, 2020).

Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis cairan

edema masuk kedalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah

banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan

bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke lobus yang sama atau

mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalui cairan bronkial yang

terinfeksi. Melalui saluran limfe paru bakteri dapat mencapai aliran

darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan pirau/shunt kanan ke

kiri dengan ventilasi perfusi yang mismatc, sehingga berakibat pada

hipoksia kerja jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi

oksigen yang menurun dan hipertakipnea. Pada keadaan yang berat

bisa terjadi gagal nafas ( Nursalam , 2016 dalam Penelitian Karya

Tulis Ilmiah Kris Wahyudi, 2020)


Pathway Pneumonia

Pneumonia

Bakteri, jamur, dan virus

Terhirup

Compliance paru
Masuk ke alveoli
menurun

Proses peradangan
Pola Nafas
Tidak Efektif

Suhu tubuh meningkat Infeksi Cairan Eksudat


masuk kedalam Difusi menurun
alveoli
Hipertermia Kerja sel goblet
meningkat
Gangguan
Sputum Tertelan ke
Produksi sputum Pertukaran
lambung
meningkat Gas

Konsolidasi cairan
Konsolidasi cairan Cairan menekan
sputum di lambung
sputum di jalan nafas syaraf frenikus

Bersihan Jalan Asam lambung


meningkat Nyeri Akut
Nafas Tidak Efektif

Mual & muntah

Defisit Nutrisi
WOC Pneumonia

Virus, Bakteri, jamur protozoa dan


mikroba (penyebab)

Invasi Saluran napas atas

Kuman berlebih dari bronkus Kuman terbawa kesaluran cerna Infeksi saluran nafas
bawah
Αkumulasi secret dibronkus Infeksi saluran cerna
Dilatasi pembuluh darah Peradangan

Peningkatan flora normal diusus


Eksudat masuk alveoli Suhu tubuh

MK Bersihan Mucus di bronkus Peristalic usus


Ganggun disfusi gas MK Hipertermi
jalan napas
tidak efektif Bau mulut tak sedap
Malabsorpsi MK Gangguan pertukarn Suplay O2 dalam
gas darah
Αnoreksia
Frekuensi BΑB 3x/ Hari
Edema alvioli Hipoksia
Intake
MK Resiko kekurangan
volume cairan tekanan dinding paru MK Intoleransi
aktivitas

MK Ketidak efektifan pola napas Pemenuhan paru

Sumber: (Nanda, 2015; Nurarif & Kusuma, 2015; Smeltzer & suzanne, 2002)
6. Pemeriksaan Penunjang

a. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural ( misal: lobar,

bronchial: dapat juga menyatakan abses) luas inflatrasi, empiema

(Stapilacoccus), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (Bakterial),

atau penyebatran/perluasan infiltrasi nodul ( lebih sering virus ).

Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.

b. GDA/ nadi oksimetris :tidak nomal mungkin terjadi, tergantung

pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

c. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat di ambil

biosi jarum, transtakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi

pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari

satu organisme ada : bakteri yang umum meliputi Diplococus

Pneumonia, Stapilococcus, Aures A-Hemolik Streptococcus,

Hemophlus Influenza : CMV. Catatan: keluar skutum tak dapat di

identifikasi semua organisme yang ada. Keluar darah dapat

diidentifikasi semua organisme yang ada. Keluar darah dapat

menunjukan bakteremia sementara.

d. JDL : leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah

terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS

memungkin kan berkembang nya pneumonia bakteria.


e. Pemeriksaan serelogi : mister atau virus atau legionella, aglutinin

dingin membantu dan membedakan diagnosis organisme khusus.

f. Pemerikssan funsi paru : voluume mungkin menurun (kongesti dan

kolaps alveolar ): tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan

komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia).

g. Elektrolit : natrium dan kloridan mungkin rendah.

h. Blirubin : mungkin meningkat. Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan

paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan

keterlibatan sitoplasmik (CMP : karakteristik sel rekayasa (rubela).

(Karya Tulis Ilmiah Jahya Bukhari Adnan Selam, 2019

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

1) Oksigen 1-2L/menit

2) IVFD (INTRA ( intra venous fluid drug) / (pemberian obat

melalui intra vena) dekstrose 10%, NACI 0,9%= 3:1, + KCI 10

meq / 500 ml cairan

3) Jumlah cairan sesui berat badan, kenaikan suhu, dan status

hidrasi.

4) Jika sesak tidak terlalu hebat dapat di mulai dengan makanan

entral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feding drip.


5) Jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan

salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki

transpormukossiller.

6) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

(Nurarif & kusuma, 2015 dalam Penelitian Puspa

Rhamadhani, 2018)

b. Penatalaksanaan keperawatan

1) Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia

secara primer yaitu memberikan pendidikan kepada keluarga

klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit

pneumonia dengan pelindungan kasus dilakukan melalui

imunisasi, hygiene personal, dan sanitasi lingkungan. Peran

sekunder dari perawat adalah memberikan fisiotera g dada,

nebulasi, suction, dan latihan nafas, dalam dan bentuk efektif

agar penyakit tidak kembali kambuh. (Karya Tulis Ilmiah

Jahya Bukhari Adnan Selam, 2019)

8. Komplikasi Pneumonia

Komplikasi hampir tidak pernah di jumpai komplikasi yang

dapat di jumpai adalah: Epiema, otitis media akut, komplikasi lain

seperti meningtis, osteolitis, peritonitis lebih jarang diliat. (Karya Tulis

Ilmiah Jahya Bukhari Adnan Selam, 2019)


C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam

mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan

ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatanyang

berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001 dalam

Penelitian Karya Tulis Ilmiah Puspa Rhamadhani, 2018).

a. Identitas Klien.

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan

darah, pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan,

pekerjaan, TB/BB, alamat. Pada kasus pneumonia banyak terjadi

pada :

1) jenis kelamin : Paling banyak menderita pneumonia yaitu laki-

laki tapi tidak menutup kemungkinan perempuan.

2) Umur : Usia yang paling rentang terkena pneumonia yaitu

usiatua (lanjut usia) dan anak-anak.

b. Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang: Gejala saat ini dan

durasinya : adanya sesak nafas atau kesulitan bernafas, nyeri dada

dan kaitan nyeri dengan pernapasan: batuk, produktif atau tidak

produktif, warna, konsistensi sputum,: gejala lain: kesakitan


pernapasan atas saat ini atau kesakitan akut lain; penyakit kronik

seperti DM, PPOK, atau penyakit jantung; medikasi saat ini;

alergi obat. (LeMone atal, 2016 dalam Penelitian Karya Tulis

Ilmiah Puspa Rhamadhani, 2018).

c. Riwayat kesehatan dahulu.

Dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang

berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang

mungkin dapat dipengaruhi atau memengaruhi penyakit yang

diderita klien saat ini (Rohman & Walid, 2009 dalam Penelitian

Karya Tulis Ilmiah Puspa Rhamadhani, 2018).

d. Riwayat Kesehatan keluarga.

Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan

kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan alergi

dalam satu keluarga,penyakit yang menular akibat kontak

langsung antara anggota keluarga (Rohman & Walid, 2009 dalam

Penelitian Karya Tulis Ilmiah Puspa Rhamadhani, 2018).

e. Pemeriksaan fisik :

Tampilan, distress nyata, tingkat kesadaran : tanda-tanda

vital, antara lain suhu; warna aksesorius, pernapasan; suara paru.

(LeMone. atal, 2016 dalam Penelitian Karya Tulis Ilmiah Puspa

Rhamadhani, 2018).
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan persistem

dimulai dari kepala Sampai ujung kaki dapat lebih mudah. Dalam

melakukan pemeriksaan fisik perlu dibekali kemampuan dalam

melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis dan rasional.

Teknik pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar yang digunakan

meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Mutaqqin,

2010 dalam Penelitian Karya Tulis Ilmiah Puspa Rhamadhani,

2018)

1) Penampilan umum: Yaitu penampilan klien dimulai pada saat

mempersiapkan klien untuk pemeriksaan.

2) Kesadaran Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian

yaitu kualitatif dan kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai

antara lain yaitu composmentis mempunyai arti mengalami

kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup

terhadap stimulus yang diberikan, apatis yaitu mengalami

acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya, samnolen

yaitu mengalami kesadaran yang lebih rendah dengan

ditandai tampak mengantuk bahwa untuk, sopor mempunyai

arti bahwa klien memberikan respon dengan rangsangan yang

kuat dan refleks pupil terhadap cahaya tidak ada. sedangkan

penilaian kesadaran terhadap kuantitatif dapat diukur

melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale dengan

aspek membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan


respons motorik yaitu nilai 6 (Aziz alimul, 2009 dalam

Penelitian Puspa Rhamadhani, 2018).

3) Tanda-Tanda Vital: merupakan pemeriksaan fisik yang rutin

dilakukan dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang

paling sering dilakukan adalah pengukuran suhu, dan frekuensi

pernafasan (Mutaqqin, 2010 dalam Penelitian Puspa

Rhamadhani, 2018). Pada pasien pneumonia biasanya

mengalami demam suhu diatas 370c, pernapasan cepat

(Tachypnea).

4) Kepala.

Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe

tidak ada, pertumbuhan rambut jarang, warna rambut hitam,

kekuatan rambut: mudah dicabu atau tidak, dan tidak ada

pembengkakan atau tidak ada nyeri tekan.

5) Mata

Kebersihan mata : mata tanpak bersih, gangguan pada

mata: mata berfungsi dengan baik, pemeriksaan konjungtiva:

anemis atau ananemis, sclera biasanya putih, pupil: isokor

atau anisokor dan kesimetrisan mata: mata simetris kiri

dan kanan dan ada atau tidaknya massa atau nyeri tekan

pada mata.
6) Telinga

Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan baik,

bentuk telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga.

7) Hidung

Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan hidung,

nyeri sinus, polip, fungsi pembauan dan apakah menggunakan

otot bantu pernapasan.

8) Mulut dan Gigi

Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya

sputum saat batuk atau tidak, keadaan bibir, keadaan platum,

kelengkapan gigi, dan kebersihan gigi.

9) Leher

Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher; terbatas atau

tidak, ada atau tidak pembesaran kelenjer thyroid, ada atau

tidaknya pembesaran vena juguralis dan kelenjer getah

bening.

10) Thoraks

a) Paru-paru

Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada,

frekuensi napas cepat (tachipnea), irama, kedalamannya

pernapasan cuping hidung.

Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar

kiri dan kanan.


Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan sangat

kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi).

Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya jaringan

yang lebih padat atau konsolidasi paru-paru seperti

pneumonia.

b) Jantung

Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis

tampak atau tidak.

Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa

(pembengkakan) dan ada atau tidaknya nyeri tekan.

Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara perkusi

jaringan yang padat seperti pada daerah jantung).

Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara jantung

II (terdengar bunyi lub dub lub dub) dalam rentang normal.

11) Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada atau

tidaknya lesi, ada atau tidaknya stretch mark.

Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5- 30 x/

menit).

Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi cairan).

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pemberasan hepar.


12) Punggung

Tidak ada kelaina bentuk punggung, tidak ada terdapat luka

pada punggung.

13) Ekstremitas

a) Atas : terpasang infus, apa ada kelemahan atau tidak pada

ekstremitas atas.

b) Bawah: ada atau tidaknya gangguna terhadap ekstremitas

bawah seperti : kelemahan. Penilaian Kekuatan Otot

mempunyai skala ukur yang umumnya dipakai untuk

memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan selain

mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai untuk

melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama

menjalani perawatan atau sebaliknya apakah terjadi

perburukan pada penderita. (Suratun, dkk, 2008 dalam

Penelitian Karya Tulis Ilmiah Puspa Rhamadhani, 2018).

Penilaian tersebut meliputi :

 Nilai 0: Paralisis total atau tidak ditemukan adanya

kontraksi pada otot.

 Nilai 1: Kontaksi otot yang terjadi hanya berupa

perubahan dari tonus otot, dapat diketahui dengan

palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi


 Nilai 2: O tot hanya mampu mengerakkan persendian

tetapi kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh

gravitasi

 Nilai 3: Dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat

melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat

terhadap tahanan yang diberikan pemeriksa.

 Nilai 4: Kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai

dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan.

 Nilai 5: Kekuatan otot normal.

14) Genetalia

Terpasang kateter atau tidak.

15) Integumen

Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah : pernyataan yang jelas singkat

dan pasti tentang masalah pasien serta penyebabnya yang dapat

dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan. Menurut

(Dianosa Medis & Nanda, 2015). Kemungkinan Diagnosa

keperawatan yang muncul adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi

jalan nafas: spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya


mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya

eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas

pembawa oksigen darah.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa sputum.

d. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea: ansietas,

posisi tubuh, deformitas dinding dada, gangguankoknitif,

keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi, obesitas, keletihan

otot spinal.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah tindakan yang dirancang untuk membantu

klien dalam beralih dari tingkat yang diinginnkan dalam hasil

yang diharapkan (Gordon, 1994 dalam Penelitian Karya Tulis Ilmiah

Puspa Rhamadhani, 2018).

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang

perawat lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi

yang di prakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif

(Mc.Closkey & Bulechek, 2004 dalam Penelitian Karya Tulis Ilmiah

Puspa Rhamadhani, 2018).


Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas

efektif berhubungan keperawatan 1 x 24 jam 1. Posisikan pasien untuk

dengan obstruksi jalan bersihan jalan napas tidak memaksimalkan

nafas: spasme jalan efektif teratasi dengan kriteria ventilasi

nafas, sekresi tertahan, hasil : 2. Buang sekret dengan

banyaknya mukus, 1. Mendemontrasikan batuk memotivasi pasien

adanya jalan nafas efektif dan suara nafas untuk melakukan batuk

buatan, sekresi bronkus, bersih,tidak ada sianosis atau menyedot lendir

adanya eksudat di dan dyspneu (mampu 3. Motivasi pasien untuk

alveolus, adanya benda mengeluarkan sputum, bernafas pelan, dalam,

asing di jalan nafas. mampu bernafas dengan batuk

mudah, tidak ada pursed 4. Ajarkan bagaimana cara

lips) batuk efektif

2. Menunjukan jalan nafas 5. Auskultasi suara nafas,

yang paten (klien tidak catat adanya suara

merasa tercekik, irama tambahan

nafas, frekuensi pernafasan 6. Dukung pasien untuk

dalam rentang normal, melakukan nafas dalam,

tidak ada suara nafas tahan selama 2 detik,

abnormal) bungkukkan ke depan,

3. Mampu tahan 2 detik dan

mengidentifikasikan dan batukkan 2 -3 kali

mencegah faktor yang dapat 7. Minta pasien untuk

menghambat jalan nafas menarik nafas dalam

beberapa kali, keluarkan

perlahan dan batukkan


di akhir ekshalasi

(penghembusan)

8. Monitor kecepatan

irama, kedalaman dan

kesulitan bernafas

9. Monitor suara nafas

tambahan
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk

berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam. memaksimalkan ventilasi

gangguan kapasitas Gangguan pertukaran pasien 2. Pasang mayo bila perlu

pembawa oksigen darah teratasi dengan kriteria hasi: 3. Lakukan fisioterapi dada

berhubungan dengan 1. Mendemonstrasikan jika perlu

ketidakseimbangan peningkatan ventilasi dan 4. Keluarkan sekret dengan

ventilasi-perfusi, oksigenasi yang adekuat batuk atau suction

perubahan membrane 2. Memelihara kebersihan 5. Auskultasi suara nafas,

alveolar-kapiler paru paru dan bebas dari catat adanya suara

tanda tanda distress tambahan

pernafasan 6. Barikan pelembab udara

3. Mendemonstrasikan batuk 7. Atur intake untuk cairan

efektif dan suara nafas mengoptimalkan

yang bersih, tidak ada keseimbangan.

sianosis dan dyspneu 8. Monitor respirasi dan

(mampu mengeluarkan status O2

sputum, mampu bernafas 9. Catat pergerakan dada,

dengan mudah, tidak ada amati kesimetrisan,

pursed lips) penggunaan otot

4. Tanda tanda vital dalam tambahan, retraksi otot

rentang normal supraclavicular dan


5. AGD dalam batas normal intercostal

6. Status neurologis dalam 10. Monitor suara nafas,

batas normal seperti dengkur

11. Monitor pola nafas :

bradipnea, takipnea,

kussmaul, hiperventilasi,

cheyne stokes, biot

12. Auskultasi suara nafas

catat area penurunan /

tidak adanya ventilasi

dan suara tambahan

13. Monitor TTV, AGD,

elektrolit dan status

mental

14. Observasi sianosis

khususnya membran

mukosa

15. Jelaskan pada pasien dan

keluarga tentang

persiapan tindakan dan

tujuan penggunaan alat

tambahan (O2, Suction,

Inhalasi)

16. Auskultasi bunyi

jantung, jumlah, irama

dan denyut jantun


3. Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi

kebutuhan tubuh keperawatan selama 1x24 jam makanan


berhubungan dengan diharapakan ketidak 2. Kolaborasi dengan ahli

anoreksia, akibat toksin seimbangan nutrisi kurang dari gizi untuk menentukan

bakteri dan rasa sputum. kebutuhan tubuh teratasi dengan jumlah kalori dan

kriteria hasil : nutrisi yang di

1. Adanya peningkatan berat butuhkan pasien

badan sesuai dengan tujuan 3. Anjurkan pasien untuk

2. Berat badan ideal dengan meningkatkan intake

tinggi badan 4. Yakinkan diet yang

3. Mampu mengidentifikasi dimakan mengandung

kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk

4. Tidak ada tanda-tanda mencegah konstipasi

malnutrisi 5. Berikan makanan yang

5. Tidak terjadi penurunan terpilih (sudah di

berat badan yang berart konsultasikan dengan

ahli gizi)

6. Ajarkan pasien

bagaiamna membuat

catatan makanan harian

7. Monitor jumlah nutrisi

dan kandungan kalori

8. Berikan informasi

tentang kebutuhan nutrisi

9. Kaji kemampuan pasien

untuk mendapatkan

nutrisi yang dibutuhkan


4. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu sesering

dengan : penyakit/ keperawatan selama 1x24 jam mungkin

trauma, peningkatan pasien menunjukkan : Suhu 2. Monitor warna dan suhu


metabolisme, aktivitas tubuh dalam batas normal kulit

yang berlebih, dehidrasi dengan kreiteria hasil : 3. Monitor tekanan darah,

1. Suhu 36 – 37C nadi dan RR

2. Nadi dan RR dalam 4. Monitor penurunan

rentang normal tingkat kesadaran

3. Tidak ada perubahan warna 5. Monitor WBC, Hb, dan

kulit dan tidak ada pusing, Hct

merasa nyaman 6. Monitor intake dan

output

7. Berikan anti piretik

8. Selimuti pasien

9. Berikan cairan intravena

10. Kompres pasien pada

lipat paha dan aksila

11. Tingkatkan sirkulasi

udara

12. Tingkatkan intake cairan

dan nutrisi

13. Monitor TD, nadi, suhu,

dan RR

14. Catat adanya fluktuasi

tekanan darah

15. Monitor hidrasi seperti

turgor kulit, kelembaban

membran mukosa)
5. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Buka jalan nafas,

napas berhubungan keperawatan 1x24 jam gunakan teknik chin lift

dengan apnea: ansietas, diharapkan ketidakefektifan atau jaw thurst bila perlu.
posisi tubuh, deformitas pola nafas teratasi dengan 2. Posisikan pasien untuk

dinding dada, gangguan kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi

koknitif, keletihan 1. Mendemontrasikan batuk 3. Identifikasikan pasien

hiperventilasi, sindrom efektif dan suara nafas perlunya pemasangan

hipovnetilasi, obesitas, yang bersih, tidak ada alat jalan nafas buatan

keletihan otot spinal. sianosis dan dyspneu 4. Pasang mayo bila perlu

(mampu mengeluarkan 5. keluarkan secret dengan

sputum, mampu bernafas batuk atau suction

dengan mudah, tidak ada 6. Auskultasi suara nafas,

pursed lips) catat adanya suara

2. Menunjukkan jalan nafas tambahan

yang paten (klien tidak 7. Lakukan suction pada

merasa tercekik, irama mayo

nafas, frekuensi pernafasan 8. Berikan pelembab udara

dalam rentang normal, kasa basah Nacl lembab

tidak ada suara nafas 9. Atur intake untuk cairan

abnormal) mengoptimalkan

3. Tanda Tanda vital dalam keseimbangan

rentang normal (tekanan 10. Monitor respirasi dan

darah, nadi) status O2

11. Pertahankan jalan nafas

yang paten

4. Implementasi Keperawatan

Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor


lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi

implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.

Tujuan implementasi adalah melaksanakan hasil dari rencana

keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui

kondisi kesehatan pasien dalam periode yang singkat,

mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, dan

menemukan perubahan sistem tubuh. (Karya Tulis Ilmiah Puspa

Rhamadhani, 2018)

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan

perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi

adalah proses penilaian, pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang

rencana keperawatan (Griffith & Christensen, 1986 dalam Penelitian

Karya Tulis Ilmiah Puspa Rhamadhani, 2018)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan

Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi

masalah Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn. W Dengan

Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia di UPTD Puskesmas Plered

Tahun 2021.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Pada kasus ini tempat pengambilan kasus dilakukan di UPTD

Puskesmas Plered, dilakukan pada Tn.W yang mengalami

gangguan sistem pernafasan : Pneumonia.

2. Waktu penelitian

Kegiatan penelitian ini di lakukan selama 3 hari pada tanggal 11 -

13 juli 2021

C. Subyek Penelitian

Subjek penelitian pada studi kasus ini adalah Tn. W pasien dengan

diagnosa medis Pneumonia.

D. Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data merupakan cara untuk

mengumpulkan atau mengambil data yang akan dilakukan dalam

penelitian studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian studi kasus


ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu

jenis data yang diperoleh langsung dari responden, sedangkan data

sekunder yaitu data yang diperoleh dari petugas kesehatan yang terkait.

Dalam keperawatan, data yang didapat bisa langsung dari pasien,

keluarga, maupun tenaga kesehatan lain. Adapun teknik pengumpulan

data yang diterapkan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara yaitu melakukan tanya jawab langsung yang dilakukan

perawat kepada pasien maupun keluarga untuk mengetahui tentang

identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu,

keluarga dan lain-lain.

2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi yaitu melakukan pengamatan dan mencatat tindakan

atau respon yang terjadi pada diri pasien. Pemeriksaan fisik

dilakukan untuk mengetahui sesuatu yang normal maupun

abnormal dari sistem tubuh pasien dengan pendekatan IPPA

(Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi).

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari

puskesmas dan rekam medis pasien.

E. Analisa Data
Analisa data adalah pengelolaan dan penganalisaan data dengan

teknik-teknik tertentu. Adapun urutan dalam analisis adalah :

1. Pengumpulan Data

Pengelolaan data diambil dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumen yang dilakukan kepada pasien. Pada wawancara ini, hal

yang ditanyakan pada pasien meliputi identitas, keluhan, riwayat

penyakit dan lain-lain.

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan

dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan

nilai normal

3. Penyajian Data

Dalam studi kasus ini data disajikan dalam bentuk teks (tekstular).

Penyajian secara tekstular biasanya digunakan untuk penelitian

atau data kualitatif. Penyajian cara tekstular adalah penyajian data

hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat. Kerahasiaan dari

responden dijamin dengan mengaburkan identitas dari responden.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan


perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode induksi.

F. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data

atau informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan

data dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena

peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan

dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti

G. Etika Penelitian

Etika penelitian yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari:

1. Informed consent (persetujuan menjadi pasien)

Lembar persetujuan penelitian akan di berikan kepada klien

responden, tujuan adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang di teliti selama pengumpulan data.

Jika obyek menolak untuk di teliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan menghormati haknya.

2. Anominimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencankan nama

responden namun lembar tersebut diberikan kode


3. Confideniality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi pasien di jamin oleh penelitidan hanya

kelompok data tertentu yang di laporkan hasil peneliti


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Identitas

Nama : Tn. W

Umur : 62 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Suku Bangsa : Sunda-Indonesia

Status Perkawinan : Sudah menikah

Golongan Darah :A

Tanggal Pengkajian : 11 Juli 2021

Diagnosa Medis : PNEUMONIA

Alamat : Kp.Pangkalan RT.03 RW.06 Kel.

Palinggihan Kec. Plered Kab.

Purwakarta
2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang

Suku Bangsa : sunda

Hubungan dengan klien : Anak

Alamat : Kp.pangkalan RT.03 RW.06 Kel.

Palinggihan Kec.Plered Purwakarta

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Klien mengatakan batuk berdahak

2) Riwayat masuk sekarang (PQRST)

Pada saat pengkajian tanggal 11 juli 2021 di peroleh data

TTV:150/90 mmHg N:96x/menit RR:24x/menit

S:37,5°C, keadaan umum pasien tampak lemas, tinggkat

kesadaran composmetis, pasien mengatakan pusing,

kepala terasa di tusuk-tusuk


3) Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit,

pasien mengatakan hanya sakit biasa seperti demam,

batuk.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit

pneumonia dari keluarganya

c. Genogram

Bagan 4.1 Genogram

Umur ?

71 65
65 71 67

Keterangan Simbol :

: Laki - laki
C
: Perempuan

: Pasien
x..... : Meninggal

: Tinggal serumah

Keterangan :

d. Data Pola Kebiasaan Pasien

Tabel 4.1 Data Pola Kebiasaan Pasien

NO Data Biologis Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Pola Makan

 Frekuensi 2 x/hari 2x/hari

 Porsi makan 1 porsi habis 1 porsi habis

 Jenis Nasi, Lauk, Sayur Nasi, Lauk, Sayur

 Pantangan Tidak boleh memakan yang Tidak boleh memakan yang

mengandung minyak, tidak ada mengandung minyak, ada


 Gangguan
50Kg (sedikit)
menelan
Baso 45Kg
 Berat badan
Tidak ada diet Ayam
 Makanan yang
Tidak ada keluhan
disukai
Mengurangi makanan yang
 Diet
berminyak
 Keluhan
Tidak ada

2. Pola Minum

 Frekuensi 2 liter/hari 2 liter/hari

 Jumlah/cc

 Jenis Air mineral Air mineral

 Pantangan Tidak ada Tidak ada


 Keluhan Tidak ada Tidak ada
3. Pola Eliminasi BAB

 Frekuensi ±1x/hari ±1x/hari

 Warna Kuning Kuning

 Bau Tidak berbau Tidak berbau

 Konsistensi Padat Lembek

Tidak ada Tidak ada


 Keluhan
4. Pola Eliminasi BAK

 Frekuensi ±2-3x/hari ±2-3x/hari

 Warna Kuning Kuning

 Bau Tidak bau Tidak bau

 Jumlah / cc Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada


 Alat bantu
Tidak ada Tidak ada
 Keluhan

5. Pola istirahat dan tidur

 Frekuensi 1-2x/hari 2-3x/hari

 Lama tidur siang 2 jam 2 jam

 Lama tidur malam

 Kebiasaan 7 jam 8 jam

penghantar tidur

 Keluhan tidur
Tidak ada Tidak ada
 Kebiasaan

penggunaan obat

tidur
Tidak ada Tidak ada
 Keluhan
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
6. Pola Kebersihan

 Mandi 2x/hari 1x/hari

 Mencuci rambut 1x3hari 1x2hari

 Sikat gigi

 Mengganti 2x/hari 1x/hari

pakaian 3x/hari 1x/hari


7. Pola Aktivitas

 Jenis pekerjaan Buruh Tidak bekerja

 Waktu bekerja 9 jam Tidak ada

 Lama bekerja 9 jam Tidak ada

 Jenis olahraga Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada


 Frekuensi

olahraga
Tidak ada Tidak ada
 Keluhan
Berkumpul dengan keluarga Tidak ada
 Kegiatan diwaktu

luang

A. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Compoasmentis

2) Tingkat Kesadaran : 15 (GCS : E : 5 M : 5 V : 4 )

3) Tanda – tanda vital

a) Tekanan Darah : 150/90 mmHg

b) Nadi : 96 x/menit

c) Respirasi : 24 x/menit
d) Suhu : 37,5°C

4) IMT

BB : 50 kg

TB : 150 cm

IMT = Berat badan ( kg )

( Kuadrat tinggi badan m² )

IMT = 45 = 45 = 20 ( Ideal )

1,50 x 1,50 2.25

5) Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Inpeksi: wajah simetris tidak terdapat adema di wajah Kulit

rambut beruban dan bersih, tidak tampak adanya lesi,

sklera, ikterik, konjungtiva ananemis. Palpasi: tidak

terdapat benjolan dan nyeri tekan

b) Mata

Konjungtiva ananemis, sklera ikterik, fungsi penglihtan

baik dan tidak ada nyeri tekan

c) Hidung
Tidak terdapat pernapasaan cuping hidung, fungsi

penciuman baik dan tidak ada nyeri tekan

d) Mulut

Mulut tidak simetris antara atas dan bawah, warna bibir

pucat, tidak ada lesi, terdapat paries

e) Telinga

Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak

ada perdarahan, adanya sedikit kotoran fungsi pendengaran

kurang baik dan tidak ada nyeri tekan

f) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan refleks menelan

baik

g) Dada

Tidak ada lesi, bentuk dada normal, tidak ekspansi dingding

dada, vokal premitus kiri dan kanan sama, suara nafas

vesikuler dan ada suara tambahan

h) Jantung

Tidak tampak ictus cordis, tidak ada nyeri tekan, suara s1

s2 reguler (lup dup) dan tidak ada tanda-tanda penurunan

fungsi jantung

i) Abdomen
Bentuk abdumen rata, tidak ada lesi, bising usus 12x/menit,

tidak terdapat nyeri tekan

j) Ekstremitas Atas

Tidak ada oedem, tidak ada sianosis, warna kulit sawo

matang, kulit kering

k) Ekstremitas Bawah

Tidak ada oedem, tidak ada sianosis, warna kulit sawo

matang, kulit kering

l) Genetalia dan anus

Tidak terkaji

f. Data Sosial

Pasien mengatakan hanya berdiam di rumah dan pasien hanya

mampu berintraksi dengan keluarga

g. Data Spiritual

Pasien beragama islam, klien mengatakan ikhlas dan sabar atas

penyakit yang deritanya sekarang dan selama sakit pneumonia

h. Analisa Data

Tabel 4.2 Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 DS: Pneumonia Ketidak efektifan bersihan

-klien mengeluh batuk disetai Masuk ke paru jalan nafas

keluar darah Pertahan primer tidak

DO: adekuat
-ada batuk Pembentukan pneumonia

-mengeluarkan darah Kerusakan membrak alveloar

-TTV:150/90 mmHg Proses pradangan

-Nadi :96 x/menit Pembentukan sputum

-RR: 24 x/menit berlebihan

-Suhu: 37,5 °C Bersihan jalan nafas


2 DS: Pneumonia Pola nafas tidak efektip

-klen mengetakan sesak saat Proses pradangan

bernafas Pembentukan sputum

DO: berlebihan

-klien nampak sesak Penumpukan sekret

-keluar darah dari mulut Sekret sulit di keluarkan

-TD : 150/90 mmHg Obstruksi

-N :96 x/menit Sesak nafas

-RR : 24 x/menit Pola nafas tidak efektif

-S : 37,5 °C
3 DS: Pneumonia Hipertermi

-klien mangatakan demam Terbentuk nya eksudat serous

sudah 4 hari tidak turun turun Proses inflamasi

DO: Pengaktipan mediator zat

. TD: 150/90 mmHg kimia

. RR: 24 x/mnt SSP merespon dengan

. N :96 x/mnt meningkatkan suhu tubuh

. S : 37,5 C Demam

. Kulit teraba hangat

. Bibir tampak pucat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret

2. Pola nafas tidak efektip berhubungan dengan gangguan pernafasan

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

C. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk

efektif berhubungan keperawatan 1 x 24 jam memaksimalkan ventilasi

dengan obstruksi jalan bersihan jalan napas tidak 2. Buang sekret dengan memotivasi

nafas: spasme jalan efektif teratasi dengan kriteria pasien untuk melakukan batuk

nafas, sekresi tertahan, hasil : atau menyedot lendir

banyaknya mukus, 1. Mendemontrasikan batuk 3. Motivasi pasien untuk bernafas

adanya jalan nafas efektif dan suara nafas pelan, dalam, batuk

buatan, sekresi bronkus, bersih,tidak ada sianosis 4. Ajarkan bagaimana cara batuk

adanya eksudat di dan dyspneu (mampu efektif

alveolus, adanya benda mengeluarkan sputum, 5. Auskultasi suara nafas, catat

asing di jalan nafas. mampu bernafas dengan adanya suara tambahan

mudah, tidak ada pursed 6. Dukung pasien untuk melakukan

lips) nafas dalam, tahan selama 2 detik,

2. Menunjukan jalan nafas bungkukkan ke depan, tahan 2

yang paten (klien tidak detik dan batukkan 2 -3 kali

merasa tercekik, irama 7. Minta pasien untuk menarik nafas

nafas, frekuensi pernafasan dalam beberapa kali, keluarkan

dalam rentang normal, perlahan dan batukkan di akhir

tidak ada suara nafas ekshalasi (penghembusan)

abnormal) 8. Monitor kecepatan irama,


3. Mampu kedalaman dan kesulitan bernafas

mengidentifikasikan dan 9. Monitor suara nafas tambahan

mencegah faktor yang

dapat menghambat jalan

nafas
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik

napas berhubungan keperawatan 1x24 jam chin lift atau jaw thurst bila perlu.

dengan apnea: ansietas, diharapkan ketidakefektifan 2. Posisikan pasien untuk

posisi tubuh, deformitas pola nafas teratasi dengan memaksimalkan ventilasi

dinding dada, gangguan kriteria hasil : 3. Identifikasikan pasien perlunya

koknitif, keletihan 1. Mendemontrasikan batuk pemasangan alat jalan nafas

hiperventilasi, sindrom efektif dan suara nafas buatan

hipovnetilasi, obesitas, yang bersih, tidak ada 4. Pasang mayo bila perlu

keletihan otot spinal. sianosis dan dyspneu 5. keluarkan secret dengan batuk

Ortopnue. (mampu mengeluarkan atau suction

sputum, mampu bernafas 6. Auskultasi suara nafas, catat

dengan mudah, tidak ada adanya suara tambahan

pursed lips) 7. Lakukan suction pada mayo

2. Menunjukkan jalan nafas 8. Berikan pelembab udara kasa

yang paten (klien tidak basah Nacl lembab

merasa tercekik, irama 9. Atur intake untuk cairan

nafas, frekuensi pernafasan mengoptimalkan keseimbangan

dalam rentang normal, 10. Monitor respirasi dan status O2

tidak ada suara nafas 11. Pertahankan jalan nafas yang

abnormal) paten

3. Tanda Tanda vital dalam

rentang normal (tekanan

darah, nadi)
3. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu sesering mungkin
dengan : penyakit/ keperawatan selama 1x24 jam 2. Monitor warna dan suhu kulit

trauma, peningkatan pasien menunjukkan : Suhu 3. Monitor tekanan darah, nadi dan

metabolisme, aktivitas tubuh dalam batas normal RR

yang berlebih, dehidrasi dengan kreiteria hasil : 4. Monitor penurunan tingkat

1. Suhu 36 – 37C kesadaran

2. Nadi dan RR dalam 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct

rentang normal 6. Monitor intake dan output

3. Tidak ada perubahan warna 7. Berikan anti piretik:

kulit dan tidak ada pusing, 8. Selimuti pasien

merasa nyaman 9. Berikan cairan intravena

10. Kompres pasien pada lipat paha

dan aksila

11. Tingkatkan sirkulasi udara

12. Tingkatkan intake cairan dan

nutrisi

13. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

14. Catat adanya fluktuasi tekanan

darah

15. Monitor hidrasi seperti turgor

kulit, kelembaban membran

mukosa)

D. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan

No Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
/Jam
1. Minggu, Ketidak efektifan 1. Membantu posisikan klien S:

11 Juli bersihan jalan nafas semi fowler untuk -klien mengatakan masih

2021 17.00 berhubungan dengan memaksimalkan ventilasi batuk dahak

WIB penumpukan sekret 2. Membantu klien buang sekret

dengan memotivasi pasien O:

untuk melakukan batuk -Klien tampak batuk_batuk

3. Mengajarkan bagaimana cara -terdat suara nafas tambahan

batuk efektif ronkhi

4. Mengauskultasi suara nafas, -Klien mampumengikuti

catat adanya suara tambahan cara melakukan batuk efektif

5. Meminta pasien untuk -TD: 150/90 mmHg

menarik nafas dalam, -nadi :96x/menit

keluarkan perlahan dan batuk -RR: 27x/menit

kan di akhir penghembusan -suhu :37,5°C

6. Mengkaji suara nafas A:

tambahan Masalah ketidak

efektifan bersihan jalan

nafas belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi:

1. Bantu klien buang

sekret dengan

memotvasi pasien untuk

melakukan batuk

2. Auskultasi suara nafas,

catat adanya suara

tambahan

3. Ajarkan bagaimana cara


batuk efektif

4. Minta pasien untuk

menarik nafas keluarkan

perlahan dan batukkan

di akhir prnghembusan
2. Senin, 12 Pola nafas tidak 1. Mengkaji suara nafas S:

Juli 2021 efektif tambahan Klien mengatakan sesak

17.00 WIB 2. Mengkaji kecepatan irama nafas

kedalaman dan kesulitan O:

bernafas -Adanya suara tambahan

3. Mengkaji pola nafas ronkhi

4. Mengkaji tekanan darah, -Tidak ada penggunaan otot

nadi, suhu, dan status bantu nafas

pernafasan -TD: 150/90mmHg

-Nadi:96 x/menit

-RR:24 x/menit

-suhu: 36,5°C

A: pola nafas tidak efektif

P:

Lanjutkan intervensi

1. Kaji suara nafas

tambahan

2. Kaji keceptan irama,

kedalaman dan

kesulitan bernafas

3. Kaji pola nafas kaji

tekanan darah, nadi,

suhu dan status


pernafasan
3 Selasa, Hipertermi 1. Memonitor sesering mungkin S:

13juli 2021 2. Memonitor tekanan darah, Pasien merasa suhu tubuh

09.00 WIB nadi, resvirasi nya sudah normal

3. Memonitor intake dan output O:

4. Mengkompres pasien pada setelah di kaji suhu pasien

lipatan paha dan aksila 36,5°C

A:

Masalah tertasi

P:

Hentikan intervensi
B. Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis membandingkan antara teori dengan asuhan

keperawatan pada Tn. W dengan kasus Pneumonia yang di laksanakan kurang

lebih selama tiga hari pada tanggal 11 sampai 13 Juli 2021 di UPTD

Puskesmas Plered. Pada pembahasana ini akan diuraikan pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Tn.W dengan Pneumonia sesuai fase dalam proses asuhan

keperawatan yang meliputi : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses keperawatan dengan mengumpulkan data –

data dari pasien yang akurat sehingga akan diketahui masalah yang ada

pada pasien. Tahap pengkajiankeperawatan meliputipengumpulan data,

validasi data, dan identifikasi pola masalah.

Pada tinjauan teori pasien dengan Pneumonia secara teoritis manifestasi

klinis yang dapat di temukan yaitu demam, meningismus, anoreksia,

muntah, diare, nyeri abdomen, batuk, terdapat suara nafas tambahan

seperti mengi dan krekels, dan sakit tenggorokan.

Dari hasil pengkajian yang dijelaskan pada asuhan keperawatan teoritis

ternyata tidak semua muncul pada kasus Tn. W , tanda gejala tersebut

antara lain yang dirasakan yaitu batuk, demam, dan terdapat suara nafas

tambahan.

79
2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis subjektif dan objektif

yang telah di peroleh pada tahap pengkajian.

Setelah dilakukan proses pengkajian maka penulis menganalisa dan

mengidentifikasi menjadi rumusan diagnosa keperawatan aktual maupun

resiko. Berdasarkan hal tersebut penulis dalam kasus asuhan keperawatan

pada Tn.W dengan Pneumonia menegakan sebanyak 3 diagnosa,

berdasarkan data pengkajian penulis menegakan diagnosa yang pertama

yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret, alasannya karna klien mengalami batuk di sertai dahak yang sulit

dikeluarkan , diagnosa kedua yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan gangguan pernafasan , karena klien mengalami batuk, dan

diagnosa terakhir yaitu hipertermi berhubungan dengan proses infeksi,

karena terjadi kenaikan suhu tubuh.

3. Intervensi keperawatan

Rencana atau intevensi keperawatan adalah untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan perawat.

Perencanaan yang digunakan untuk mengatasi masalah. Masalah bersihan

jalan nafas tidak efektif dengan intervensi bantu klien posisikan semi

fowler, bantu klien buang sekret dengan memotivasi pasien untuk

melakukan batuk, auskultasi suara nafas, minta klien untuk nafas dalam,

dan kaji adanya suara tambahan. Masalah pola nafas tidak efektif dengan

intervensi kaji suara nafas tambahan, kaji kecepatan irama kedalaman dan
kesulitan bernafas, kaji pola nafas, dan kaji tanda – tanda vital. Dan

masalah hipertermi dengan intervensi monitor suhu sesering mungkin, kaji

tanda – tanda vital, monitor intake dan output, kompres pada lipatan paha

dan aksila.

4. Implementasi keperawatan

Pada tahap tindakan keperawatan ini penulis melakukan tindakan sesuai

dengan yang sudah penulis buat, diantaranya diagnosa pertama yaitu

bersihan jalan nafas tidak efektif penulis melakukan tindakan keperawatan

sebagai berikut : membantu klien posisikan semi fowler, membantu klien

buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk,

mengauskultasi suara nafas, meminta klien untuk nafas dalam, dan

mengkaji adanya suara tambahan.

Pada diagnosa kedua yaitu pola nafas tidak efektif penulis melakukan

tindakan keperawatan sebagai berikut : mengkaji suara nafas tambahan,

mengkaji kecepatan irama kedalaman dan kesulitan bernafas, meng kaji

pola nafas, dan mengkaji tanda – tanda vital.

Dan pada diagnosa ketiga yaitu hipertermi penulis melakukan tindakan

keperawatan sebagai berikut : memonitor suhu sesering mungkin,

mengkaji tanda – tanda vital, memonitor intake dan output, menganjurkan

kompres pada lipatan paha dan aksila.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah fase akhir dalam proses keperawatan.

Melalui evaluasi keperawatan perawat dapat memberikan pendapat pada


kuantitas dan kualitas yang diberikan. Evaluasi adalah salah satu cara

menilai apakah asuhan keperawatan yang diberikan telah tercapai sesuai

dengan kriteria yang telah di tetapkan pada intervensi keperawatan.

Pada tahap evaluasi pada Tn. W dengan diagnosa keperawatan bersihan

jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, dan hipertermi tidak

semua masalah teratasi. Hal ini disebabkan penanganan kasus yang

membutuhkan waktu dan penulis tidak dapat memantau secara terus

menerus perkembangan keadaan klien.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan Asuhan Keperawatan Pada

Klien dengan Pneumonia Di UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta

penulis dapat mengambil kesimpulan:

1. Hasil pengkajian pada klien di dapatkan Tn.W mengeluh batuk keluar

darah dan batuk yang sulit untuk di keluarkan.

2. Diagnosa keperawatan utama yang muncul yaitu ketidakefektipan jalan

nafas, pola nafas tidak efektif, dan hipertermi.

3. Perencanaan yang di gunakan untuk mengatasi masalah. bersihan jalan

nafas tidak efektif dengan intervensi bantu klien posisikan semi fowler,

bantu klien buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan

batuk, auskultasi suara nafas, minta klien untuk nafas dalam, dan kaji

adanya suara tambahan. Masalah pola nafas tidak efektif dengan intervensi

kaji suara nafas tambahan, kaji kecepatan irama kedalaman dan kesulitan

bernafas, kaji pola nafas, dan kaji tanda – tanda vital. Dan masalah

hipertermi dengan intervensi monitor suhu sesering mungkin, kaji tanda –

tanda vital, monitor intake dan output, kompres pada lipatan paha dan

aksila.
4. Pelaksanaan tindakan pada khasus ini di laksanakan sesuai dengan

intervensi yang telah di buat dan di lakukan pada tanggal 11 juli 2021 – 13

juli 2021

5. Ahkir dari proses keperawatan adalah evalusi terhadap asuhan

keperawatan yang di berikan pada evaluasi yang peneliti lakukan selama 3

hari dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas,

pola nafas tidak efektif, dan hipertermia

6. Berdasarkan hasil evalusi di temukan hasil yaitu Tn.W masih tetap batuk

dan keluar darah sudah mulai membaik, tetapi batuk masih tetap ada.

B. Saran

1. Bagi klien dan keluarga

Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang bagaimana

menangani masalah pneumonia teratasi dan kebutuhan kenyamanan pasien

terpenuhi.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat peningkatan mutu pendidikan yang lebih kualitas dan provesonal

agar tercipta perawat yang profesional, terampil, inovatif, aktif, dan

bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara

menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.

3. Manfaat bagi penulis


Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan. Sebagai bahan untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman penulis dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien pneumonia.


DAFTAR PUSTAKA

Aprilya, Yuyun. Dimu Ludji 2019 asuhan keperawatan pada pasien pneumonia
http://repository.poltekeskupang.ac.id/549/1/KTI%20%28%20ASKEP
%PNEUMONIA%20PADA%20An.%20R.%20F%202019.pdf dikutip pada
tanggal 29 juni 2021 pada jam 21.52.

Bukhari Jahya Adnan Selam 2019 asuhan keperawatan pada pasien pneumomnia
(http//repository.poltekskupangac.id/1582/1/Kti%20%Jahya%20%Ttg
%20Pneumoniapdf) dikutip pada tanggal 30 juni2021 pada jam 09:36.

laila Yulianti 2020 asuhan keperawatan pada pasien pneumonia


http://repo.potekesmedan.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2955/Yul
ianti%20laia.pdfsequenc=1&isAllowed=y dikutip pada tanggal 25 juli 2021
pada jam 07:06.

Rhamadhani Puspa 2018 asuhan keperawatan pada pasien pneumonia


http://repo.stikesperintis.ac.id/135/1/13%20PUSPA
%20RAMADHANI.pdfdikutip pada tanggal 07 juni 2021 pada jam 09:20.

Riski Dwi 2018 asuhan keperawatan pada pasien pneumonia


http://repo.stikescme_jbg.ac.id/1263/18/151210009riski_KTI
%20bockunci.pdf) dikutif pada tanggal 13 juli 2021 pada jam 23:33.

Wahid Abd. dkk (2013) Keperawatan Medikal Bedah :Asuhan Kperawatan Pd


Gangguan Sistem Respirasi Jakarta : CV Trans Info Media.

Wahyudi Kris 2020 asuhan keperawatan pada pasien pneumonia


(http://repository.poltekkes.kaltm.ac.id/1066/1/KTI%20KRIS
%20WAHYUDI.pdf) dikutip pada tanggal 29 juni 2021 jam 21:52.

81
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PNEUMONIA

DI ANJURKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Hendar Sutisna, S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

SOLAHUDIN
1800001037
TINGKAT III

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA

PURWAKARTA

2021
SatuanAcaraPenyuluhan (SAP)

PNEUMONIA

Topik: Pneumonia

Sub Topik :

1. Pengertian Pneumonia

2. Penyebab Pneumonia

3. Tanda dan gejala Pneumonia

4. Pencegahan Pneumonia

Hari/ tanggal : minggu , 11 Juli 2021

Tempat :Rumah pasien

Waktu :20 menit

Sasaran :Pasien dan Keluarga

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan proses penyuluhan selama 20menit diharapkan pasien

mampu memahami tentang penyakit Pneumonia

2. Tujuan Instruksional

Setelah mengikuti penyuluhan selama 10menit pasien dapat menjelaskan

kembali tentang :
a. Pengertian Pneumonia

b. Penyebab Pneumonia

c. Tanda dan gejala Pneumonia

d. Pencegahan Pneumonia

B. MetodePenyuluhan

1. Demonstrasi

2. Tanya jawab

C. Media

1. Leaflet

D. Materi (UraianTerlampir)

A. Pengertian Pneumonia

B. Penyebab Pneumonia

C. Tanda dan gejala Pneumonia

D. Pencegahan Pneumonia

Pengorganisasian

Pembicara : Solahudin
E. Strategipelaksanaan

No Tahap Waktu Kegiatanpenyuluhan Sasaran

kegiatan
1 Pembuk 3menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam

aan b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan dan

c. Menyampaikan menyimak

maksud dan tujuan c. Bertanya mengenai

materi perkenalan dan tujuan

d. Menjelaskan pokok jika ada yang kurang

pembahasan jelas.

e. kontrak waktu

2 Pelaksan 10 a. Melakukan

aan menit penyuluhan tentang

pengertian Chronic

Kidney Desaese

(CKD)

b. Melakukan

penyuluhan tentang

penyebab Chronic

Kidney Desaese

(CKD)

c. Melakukan

penyuluhan tentang
tanda gejala

d. Melakukan

penyuluhan tentang Mendengarkan dan

pencegahan Chronic menyimak

Kidney Desaese

(CKD)

e. Memberikan

pertanyaan pada pasien

a. Menutup pertemuan

dan mengucapkan

salam
3 Evaluasi 5menit a. Memberikankesempat

anuntukbertanya

b. Memberikan Bertanya dan menjawab

kesempatan untuk pertanyaan

menjawab pertanyaan
4 Penutup 2menit a. Menyampaikan a. Mendengarkan dan ikut

kesimpulan materi serta

b. Mengakhiri kegiatan b. Mendengarkan dan

penyuluhan memperhatikan

c. Mengucapkan salam c. menjawab

F. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
a. Pasien ditempat penyuluhan

b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah pasien

c. Media yang digunakan dalam penyuluhan leaflet

2. Evaluasi Proses

a. Pasien antusias terhadap materi penyuluhan

b. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjawab

pertanyaan yang sudah di berikan

3. Evaluasi Hasil

1. Pasien dapat memahami pengertian Pneumonia

2. Pasien dapat memahami penyebab Pneumonia

3. Pasien dapat memahami tentang tanda gejala Pneumonia

5. Pasien dapat memahami tentang pencegahan Pneumonia

Metodeevaluasi : Tanya jawab

G. Pengesahan

Purwakarta, 08 Juli 2021

Sasaran Pemberi Penyuluh

(……………………) (……………………)
Mengetahui

Dosen Pembimbing

Ns. Hendar Sutisna, S.Kep.,M.Kep

Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI


KOMPLEMENTER MADU HITAM
DI ANJURKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Hendar Sutisna, S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
SOLAHUDIN
1800001037
TINGKAT III

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA

PURWAKARTA

2020 – 2021
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Terapi Komplementer Jintan Hitam

Topik: Jintan Hitam

Sub Topik :
1. Pengertian terapi komplementer madu hitam

2. Tujuan terapi komplementer madu hitam

3. Manfaat terapi komplementer madu hitam

4. Alatdan bahan yang di sediakan

5. Teknik terapi komplementer madu hitam

Hari/ tanggal :Selasa, 13 Juli 2021

Tempat :Rumah pasien

Waktu :10 menit

Sasaran : Pasien dan Keluarga

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan proses penyuluhan selama 10 menit diharapkan pasien

mampu memahami dan mampu melakukan batuk efektif

2. Tujuan Instruksional

Setelah mengikuti penyuluhan selama 10 menit pasien dapat menjelaskan

kembali tentang :

a. Pengertian terapi komplementer madu hitam

b. Tujuan terapi komplementer madu hitam


c. Manfaat terapi komplementer madu hitam

d. Alatdan bahan yang di sediakan

e. Teknik terapi komplementer madu hitam

B. MetodePenyuluhan

1. Demonstrasi

2. Tanya jawab

C. Media

1. Leaflet

D. Materi (UraianTerlampir)

1. Pengertian terapi komplementer madu hitam

2. Tujuan terapi komplementer madu hitam

3. Manfaat terapi komplementer madu hitam

4. Alatdan bahan yang di sediakan

5. Teknik terapi komplementer madu hitam

Pengorganisasian

Pembicara : Solahudin

E. Strategipelaksanaan

Tahap
No Kegiatan penyuluhan
kegiatan Waktu Sasaran
1 Pembukaan 3 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan dan

c. Menyampaikan maksud menyimak

dan tujuan materi c. Bertanaya mengenai

d. Menjelaskan pokok perkenalan dan tujuan

pembahasan jika ada yang kurang

e. kontrak waktu jelas.

2 Pelaksanaan 10 a. Melakukan penyuluhan Mendengarkan dan

menit tentang terapi menyimak

komplementer madu

hitam

b. Melakukan penyuluhan

tentang tujuan terapi

komplementer madu hitam

c. Melakukan penyuluhan

tentang manfaat terapi

komplementer madu hitam

d. Melakukan penyuluhan

tentang teknik terapi

komplementer madu hitam

e. Memberikan pertanyaan

pada pasien

a. Menutup pertemuan dan

mengucapkan salam
3 Evaluasi 5 menit a. Memberikan kesempatan Bertanya dan menjawab

untuk bertanya pertanyaan

b. Memberikan kesempatan

untuk menjawab

pertanyaan
4 Penutup 2 menit a. Menyampaikan a. Mendengarkan dan

kesimpulan materi ikut serta

b. Mengakhiri kegiatan b. Mendengarkan dan

penyuluhan memperhatikan

c. Mengucapkan salam c. Menjawab

F. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Pasien ditempat penyuluhan

b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah pasien

c. Media yang digunakan dalam penyuluhan leaflet

2. Evaluasi Proses

a. Pasien antusias terhadap materi penyuluhan

b. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjawab pertanyaan

yang sudah di berikan

3. Evaluasi Hasil
a. Pengertian terapi komplementer minyak jintan hitam

b. Tujuan terapi komplementer minyak jintan hitam

c. Manfaat terapi komplementer minyak jintan hitam

d. Alat dan bahan yang di sediakan

e. Teknik terapi komplementer minyak jintan hitam

Metodeevaluasi : Tanya jawab

G. Pengesahan

Purwakarta, 08 Juli 2021

Sasaran Pemberi Penyuluh

(……………………) (……………………)
Mengetahui

Dosen Pembimbing

Ns. Hendar Sutisna, S.Kep.,M.Kep

H. Lampiran materi

1. Pengertian terapi komplementer

Terapi komplementer adalah terapi teradisional dalam pengobatan

modern

2. Tujuan terapi komplementer

Terapi ini bertujuan untuk mengobati penyakit dengan metode

bahan alami. Terapi komplementer madu hitam adalah terapi

menggunakan bahan alam untuk meredakan inflamasi pada ginjal

3. Alat dan bahan yang disediakan


a. Madu hitam

b. susu

c. Gelas dan sendok

Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth: Saudara/i
calon responden
Di
UPTD Puskesmas plered
Purwakarta Dengan hormat,
Saya mahasiswa D-III Keperawatan Akper RS Efarina Purwakarta
semester VI bermaksud akan melakukan penelitian tentan Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Sistem pernafasan Pneumonia di UPTD
Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2021, sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah pada program studi
D-III Keperawatan jurusan Keperawatan di Akper RS Efarina
Purwakarta. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden yang merupakan sumber
informasi bagi penelitian ini.
Demikian permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya saya
ucapkan terima kasih.
Purwakarta, Juli 2021

Solahudin
1800001037

Lampiran 4

LEMBAR KONSULTASI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

Nama : Solahudin

Nim : 180001037

Judul : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn. W Dengan


Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia Di UPTD Puskesmas
Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2021.

Pembimbing I : Ns. Hendar Sutisna, S.Kep.,M.Kep


No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Masukan Pembimbing Paraf
1. Juma, 28 Mei 1. Pengajuan
2021 Hipotesa
2. Senin, 7 Juni 1. Revisi Hipotesa
2021
3. Jumat/ 11 Juni 1. Revisi Hipotesa
2021 2. ACC Hipotesa
4. Selasa, 15 Juni 1. Revisi Hipotesa
2021 2. Konsul Judul
3. ACC Judul
5. Selasa, 22 Juni 1. Konsul proposal
2021 BAB I, BAB II,
BAB III
6. Senin, 28 Juni 1. Revisi BAB I,
2021 BAB II, BAB III
2. ACC BAB I, BAB
II, BAB III
3. ACC Sidang
Proposal
7. Kamis, 1 Juli 1. Sidang Proposal
2021
8. Sabtu, 10 Juli 1. Revisi proposal
2021 BAB I, BAB II,
BAB III
2. konsul BAB IV
9. Senin, 12 Juli 1. ACC Proposal
2021 BAB I, BAB II,
BAB III
2. Revisi BAB IV
3. Konsul BAB V
10. Sabtu, 14 Juli 1. Revisi BAB IV
2021 dan BAB V
11. Sabtu, 17 Juli 1. Revisi BAB IV
2021 dan BAB V
12. Kamis, 22 Juli 1. Revisi BAB 4 dan
2021 BAB 5
13. Minggu, 25 Juli 1. Revisi BAB IV
2021 dan BAB V
2. ACC BAB IV dan
BAB V
3. ACC sidang akhir
14. Minggu, 08 1. Revisi KTI BAB
Agustus 2021 I-V setelah sidang
2. ACC BAB 1-V

Lampiran 5

LEMBAR KONSULTASI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

Nama : Solahudin

Nim : 180001034

Judul : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn. W Dengan


Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia Di UPTD Puskesmas
Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2021.

Pembimbing II : Ns. Aditiya Rahman, S.Kep

No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Masukan Pembimbing Paraf


1. Rabu, 7 Juli 1. Konsul Proposal
2021 BAB I, BAB II,
BAB III
2. Kamis, 15 Juli 1. Revisi Proposal
2021 BAB I
2. ACC BAB I
3. Konsul BAB IV
dan BAB V
3. Jumat, 23 Juli 1. ACC BAB IV dan
2021 BAB
4. Kamis, 12 1. Revisi BAB I-V
Agustus 2021 setelah sidang
5. Kamis, 26 1. ACC BAB I-V
Agustus 2021 setelah sidang
Lampiran 9

RIWAYAT HIDUP

Nama : Solahudin

Tempat tanggal lahir : Karawang 09 Maret 2000

NIM :1800001037

Alamat : Kp. Kalenraman Des. Gempol Kec. Banyusari

Riwayat Pendidikan

1. SDN Gempol Lulus Tahun 2012

2. Mtsn 2 Cirebon Lulus Tahun 2015

3. Man Model Cirebon Lulus Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai