2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
1.2.TUJUAN PEDOMAN
1.3.RUANG LINGKUP
1.4.BATASAN OPERASIONAL
Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang
pelayanan yang tersedia di Unit Gawat Darurat. Triase adalah sistem seleksi
terhadap keluhan atau masalah penderita dalam situasi sehari-hari dan seleksi
terhadap penderita yang memerlukan tindakan pertolongan pertama dalam
kondisi kegawatdaruratan. Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan
pemeriksaan diagnostik dan/atau terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih
rawat.
1.5.LANDASAN HUKUM
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1 Dokter
2 S-1 Keperawatan
3 D-3 Keperawatan
4 D-3 Kebidanan
2.2.DISTRIBUSI KETENAGAAN
2.3.PENGATURAN JAGA
1. Dokter Konsulen
a. Pengaturan jadwal dokter jaga UGD terbagi 3 shift, yaitu sebagai berikut :
b. Jadwal dokter jaga UGD disusun setiap bulan oleh Kepala UGD dengan
sepengetahuan Koordinator UKP dan diperbanyak untuk didistribusikan
pada minggu terakhir setiap bulan kepada setiap dokter jaga UGD, Unit
Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, dan Unit / bagian lain
yang terkait.
c. Bila dokter jaga UGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala UGD.
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi UGD. 2. Perawat dan
Pekarya a. Pengaturan jadwal jaga perawat dan pekarya UGD terbagi
dalam 3 shift, yaitu sebagai berikut :
e. Jadwal jaga perawat dan pekarya UGD disusun setiap bulan oleh Kepala
Perawat UGD dengan sepengetahuan Koordinator UKP.
f. Bila perawat/pekarya UGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang
sudah ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Perawat UGD.
g. Jadwal jaga perawat dan pekarya UGD terpasang di papan informasi
UGD.
BAB III
STANDAR FASILITAS
3.1.DENAH LUAR
KIA
3.2.DENAH RUANG
3.3.STANDAR FASILITAS
f. Rak brosur
g. Meja komputer
h. Komputer
i. Printer
j. Kursi
a. Stetoskop
b. Termometer
c. Tensimeter
d. Otoscope
e. Palu reflek
f. Lampu senter
5. Ruang Bedah Minor Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan
tindakan bedah minor, misalnya : Jahit luka karena kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan kerja, dan sebagainya.
Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage. Pasien yang
akan dilakukan tindakan plueral puncture (thoracentesis) Kelengkapan alat
yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain:
a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Surgery desk Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone iodine
cair, H 2 O 2, alkohol 70%, NaCl 0,9%, aquadest) Tromol gauze + gauze
steril Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran) Jarum dalam +
benang (dengan berbagai ukuran) Plester + gunting plester ABD, berbagai
tampon Sofratulle Gauze gulung (dengan berbagai ukuran) Elastis
bandage (dengan berbagai ukuran) Pisau aesculap Berbagai salep
antibiotik Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray Set pemasangan infus +
berbagai cairan infus Set pemasangan nasogastric tube Set pemasangan
foley catheter Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik Spalk/bidai (berbagai
ukuran) Operating lamp Tempat sampah Sarung tangan Korentang dan
tempatnya Scoop strecher Skort plastik (apron)
e. Lemari instrumen set Sprei lobang Baskom kecil Cath kawat Alat buka jahit
Alat jahit wajah Alat jahit isi 6, 7 Haemostat bengkok Haemostat lurus
Tangkai pisau Speculum hidung T. Jarum biasa T. Jarum besar Ring
forcep Selang karet Gunting mets Catheter tray
f. 10 Tabung enema Baskom irigasi Hak bergigi Korentang klem Alat vena
sectie Alat thoracentesis Alat umbilikel Alat THT Selang dubur Foley
catheter (dengan berbagai ukuran) Tromol kasa Bak instrumen Sarung
tangan steril (dengan berbagai ukuran) f. Ruang Triase Triase adalah
sistem penyeleksian problem pasien untuk memberikan pertolongan
dengan tepat, efektif, dan efisien sesuai dengan tujuan utama UGD, yaitu :
Mencegah kematian dan cacat Menerima rujukan pasien gawat darurat
Menanggulangi korban bencana Menanggulangi false emergency sebagai
tujuan tambahan Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan
di ruang triase, antara lain : Tempat tidur Lembar status emergency
Tensimeter Stetoskop Termometer
g. Ruang pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non-Bedah) Ruang ini dapat
dipergunakan untuk pasien yang akan : Dilakukan pengukuran tanda-tanda
vital Dilakukan pemeriksaan fisik Menunggu hasil pemeriksaan penunjang
(laboratorium, radiologi) Menunggu masuk ke ruang rawat inap Dilakukan
tindakan keperawatan (pasang infus, pasang catheter), pasang nasogastric
tube, dan sebagainya) Menunggu obat Menunggu proses penyelesaian
administrasi Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor Adapun
kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
pemeriksaan kasus bedah maupun nonbedah, antara lain: Tempat tidur
Tempat sampah O2 set (sentral) Tensimeter dinding Tongue spatel Sarung
tangan Jelly Masker
h. Ruang Tindakan Obstetriginekologi
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. Tensimeter dinidng
d. Tongue spatel
e. Sarung tangan on
f. Jelly
g. Doppler
h. Spekulum
i. Tromol kapas dan savlon
a. Bak spool
b. Tempat sampah
c. Urinal, bed pan
d. Berbagai cairan (lysol, tepol)
e. Bak rendam alat
f. Bubuk detergent
g. Sikat
h. Sarung tangan on steril
i. Rak
j. Tempat jarum dan pisau bekas
k. Sapu
l. Alat pel + cairan
m.Tempat tenun kotor
n. Cikrak
a. Kloset
b. Pegangan
c. Tissue gulung
d. Tempat sampah
e. Ember
f. Gayung
4.2.SISTEM KOMUNIKASI
Komunikasi sangat penting dalam penanggulangan penerita gawat darurat
time saving is life limb saving. Selain itu kondisi kegawat daruratan yang
mungkin terjadi sehari-hari atau bencana tertentu dapat menimbulkan korban
individu atau korban massal. Komunikasi sebagai subsistem penunjang
penanggulangan penderita gawat darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan
kecepatan. Komunikasi Unit Gawat Darurat Puskesmas siap 24 jam
menggunakan sarana komunikasi intern dan extern. Intern dengan ext. Extern
dengan hotline
4.3.PELAYANAN TRIASE
Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan korban dalam
menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dan kecepatan penanganan serta
pemindahan. Pasien diseleksi berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan
kategori :
1. Pasien gawat darurat Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya serta anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, misalnya penyakit kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba,
tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC
kulit, dll
5. Kecelakaan Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cidera (fisik,
mental, sosial).
6. Cidera Masalah kesehatan yang didapat/ dialami sebagai akibat kecelakaan.
7. Bencana Peristiwa/ rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian,
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum,
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat serta pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di UGD diberlakukan kategori kasus emergency dan
false emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien emergency adalah :
Prioritas 1 (P1) yaitu pasien gawat darurat,
Prioritas 2 (P2) yaitu pasien gawat tidak darurat dan/ atau pasien darurat tidak
gawat.
Prioritas 3 (P3) yaitu pasien tidak gawat tidak darurat. termasuk pasien false
mergency
Prioritas 0 (P0) yaitu pasien yang datang dalam keadaan sudah meninggal
dunia (death on arrival).
Kartu kode warna triase dapat dgunakan sebagai cara pengklasifikasian dalam
triase setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien. Kartu warna
yang digunakan adalah :
1. MERAH
Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya : Syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernafasan Trauma kepala dengan pupil anisokor Perdarahan
eksternal masif Gangguan jantung yang mengancam Luka bakar >50% atau
luka bakar di daerah terbakar Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke
ruang resusitasi.
2. KUNING
Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda
sementara, misalnya : Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan
jantung, trauma abdomen berat) Fraktur multiple Fraktur femur/pelvis Luka
bakar luas Gangguan kesadaran/ trauma kepala Korban dengan status tidak
jelas Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan bedah.
3. HIJAU
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, misalnya : Fraktur minor Luka minor, luka bakar
minor, atau tanpa luka Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang
tindakan bedah.
4. HITAM
Korban yang telah meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah.
TRANSPORTASI PASIEN
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat darurat.
Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan penderita gawat darurat.
Dalam memberikan pelayanan transportasi kepada penderita gawat darurat, perlu
diperhatikan beberapa petunjuk di bawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda
c. Brankard
2. Alat-alat penunjang hidup yang diperlukan.
3. Cara kerja
a. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
b. Ke Puskesmas lain : Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak
diantar petugas dan membawa surat rujukan. Bila ada masalah ABC,
pasien harus diantar 1 orang perawat dengan membawa surat rujukan
dan memakai ambulans.
Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama, tidak
mengancam nyawa (false emergency). Langkah langkah dalam memberikan
pelayanan false emergency adalah sebagai berikut :
1. Penyidik (Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak yang berwajib
(Kepolisian) untuk pembuatan Visum Rt Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada permintaan
Visum Et Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara obyektif berdasarkan
pemeriksaan saat ini atau dari catatan pada Rekam Medik jika kejadiannya
sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang memintanya.
Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta atau melihatnya.
DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien sampai di
UGD. Pasien yang datang dalam keadaan DOA langsung disalurkan/ ditempatkan di
kamar jenazah. Syarat pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan foto copy bukti diri yang syah kepada
petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambil Jenazah kepada petugas.
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
4. Nomor telepon
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulans tidak
menginformasikan apapun kepada petugas UGD di puskesmas.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada dimobil ambulans
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas UGD di puskesmas
dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.
SISTEM RUJUKAN
1. Alih Rawat Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan : Permintaan pasien
Pelayanan medis tidak dapat dilakukan di puskesmas
2. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu,
yang tidak dapat dilakukan di Puskesmas Wangkal Kabupaten Probolinggo 3.
Spesimen Darah Urin Jaringan Mukus/sekret
BAB V
LOGISTIK
1. Persiapan Alat
Setiap hari petugas/pekarya pagi mengantar alkes yang terpakai untuk disterilkan
dan mengambil kembali setelah disterilkan untuk disimpan pada tempatnya. 3.
Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung jawab dinas pagi
setiap hari Sabtu dengan mengisi blanko pemesanan alkes yang ditandatangani
Kepala Perawat/Kepala UGD dengan jumlah yang sesuai pengeluaran/kebutuhan,
kecuali bila jatuh pada hari libur, pemesanan dilakukan sehari sebelumnya. 4.
Pengadaan alat umum :
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1.PENGERTIAN
6.2.TUJUAN 1.
22 4. Setiap pasien yang masuk melalui UGD harus mendapat penilaian langsung
oleh dokter jaga, untuk menyatakan kondisi kedaruratannya. 5. Pasien yang
mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam keselamatan pasien, harus
ditatalaksana dengan lengkap di UGD.
Konsultasi spesialistik dilakukan di UGD, kecuali bila penyakit pasien dianggap tidak
membahayakan. 6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa
status maupun gelang identitas. 7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang
perawatan atau kamar operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan
diketahui oleh kepala perawat jaga saat itu. 8. Sarana da prasarana harus
mengindahkan keselamatan pasien antara lain sterilitas alat, tabung oksigen, tempat
tidur dorong, privacy, dan lain-lain. 9. Terdapat evaluasi kelengkapan sarana dan
prasarana. 10.Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu : Insidens
kesalahan identifikasi kedaruratan pasien. Insidens pasien jatuh. Insidens kejadian
infus blong. Insidens kesalahan pemberian obat. Insidens kesalahan cara pemberian
obat. Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang. 11.Membangun
kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1. PENGERTIAN
TUJUAN 1.
PENUTUP