BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain ditentukan oleh
tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan terlaksananya sistem penanggulangan
gawat darurat,karena keadaan tersebut memerlukan waktu tanggap (response time) yang sangat
terbatas
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat menimpa seseorang
atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa sehingga memerlukan
Tindakan yang cepat dan tepat agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah
terjadinya kecacatan yang tidak perlu
Pasien yang masuk instalasi gawat darurat ruma sakit tentunya butuh pertolongan yang
cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalammemberikan pelayanan gawat darurat sesuai
dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat
darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat
Berdasarkan hal tersebut di atas,maka disusunlah buku pedoman pelayanan Instalasi
Gawat Darurat RS Bhayangkara Semarang. Diharapkan dengan tersusunnya buku ini dapat
meningkatkan pelayanan gawat darurat sesuai standar yang ditentukan
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan disusunnya buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara
Semarang adalah untuk menata Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara Semarang agar dapat
meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan, dan harapan masyarakat
D. BATASAN OPERASIONAL
-Gawat darura
Adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak
orang memerlukan penanganan/pertolongan segera dlam arti pertolongan semacam itu maka
korban akan mati atau cacat/kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup
-Triase
Adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya
kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan Tindakan segera. Atau proses khusus memilah
pasien berdasarkan berat cidera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat
-Transfer pasien
Adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/ ruang tindakan
lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu
Adalah pasien yang datang ke IGD yang tidak mengancam nyawa dan tidak
-Visum et repertum
Adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter dalam ilmu kedokteran forensik
atas pemmintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia,
baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh
justicia
Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
asesmen resiko, identifkasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, elaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
-Keselamatan kerja
pekerjaan
E. LANDASAN HUKUM
STANDAR KETENAGAAN
spesialis anestesi
umum yang memiliki sertifikat ATLS/ACLS dan telah menjalani masa percobaan
pelatihan BTCLS/PPGD/GELS
e. Ketua Tim adalah perawat lulusan D ll Keperawatan dengan masa kerja minimal
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Jumlah dan kualifikasi tenaga dokter dan perawat instalasi gawat darurat harus
memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan pasien. Instalasi gawat darurat harus
memiliki dokter terampil dan perawat terampil dengan dibuktikan adanya sertifikat
kebutuhan tenaga instalasi gawat darurat dan disampaikan kepada pimpinan rumah
sakit sebagai dasar untuk merencanakan kebutuhan tenaga dan dasar untuk
mengukur kecukupan jumlah dan kualifikasi tenaga dokter atau perawat instalasi
gawat darurat, dengan melakukan rekruitmen dan seleksi terhadap tenaga yang
dipersiapkan
Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten, atau Kota, serta
Rumah Sakit menggunakan metode WISN (Workload Indikator Staff Need) atau
C. POLA KETENAGAAN
D. PENGATURAN JAGA
i. Bila dokter konsulen oleh karena satu dan lain hal tidak bisa memnuhi
2. Hari Sabtu
ii. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan atas sepengetahuan
terakhir setiap bulan kepada setiap dokter jaga IGD dan bagian lain
yang terkait
iii. Bila dokter jaga IG D berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
c. Ka Sub IGD
i. Jadwal Kasub IGD sesuai dengan jam kerja staf setiap Senin sampai
Jumat kecuali hari libur jam 07.00 - 15.00
ii. Bila Kasub IGD akan menjalani tugas supervisi RS pada malam
kecuali pada hari libur maka tidak masuk pagi, langsung supervisi
d. AdministrasiLogistik
e. Perawat
ii. Jadwal jaga perawat tiap shift bergantian pagi selama 3 hari
kemudian libur 1 hari kemudian malam 3 hari setelah itu libur lepas 2
iv. Jadwal jaga perawat disusun tiap bulan oleh Ka Sub IGD
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS
1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan penanganan segera atau Tindakan
resusitasi dan memerlukan pengawasan ekstra, misalnya :
- Kasus henti nafas/henti jantung
- Pasien tidak sadar (stupor,koma) oleh penyebab yang belum teridentifikasi
- Kasus kejang (status konvulsi)
- Kesus syok
o Klem(2 buah)
o Knife holder (1 buah)
o Gunting episiotomi(1 buah)
o Kateter logam (1 buah)
o Pinset anatomi(1 buah)
o Pinset cirurgis (1 buah)
o Benang cat gut (1 rol)
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan tindakan bedah minor,misalnya:
o Plester putih
o Plester coklat
o Plester antiseptik
o Sarung tangan
o Tulle
o Kassa steril dalam tromol
o Alkohol
o Perhidrol
o NaCI 0,9%
o Betadine
o Gunting verban
o Kotak/waskom
o Hand rub
o Benang jahit beberapa ukuran
o Kapas
o Verban roll
o Hacting set steril dalam tromo!
o Rawat luka set steril dalam tromol
b. THT set
o Spekulum telinga
o Pinset bayonet
o Klem
o Hak lancip
o Pinset kecil
o Spekulum hidung
o Tongue spatel
o Kassa steril
o Cermin laringoskopi
o Head lamp
c. Otoskop
d. Lampu tindakan
4. Ruang Observasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan tindakan non bedah atau pasien yang
memerlukan pemantauan namun tidak perlu ditempatkan di ruang resusitasi, misalnya:
• Tindakan EKG
• Pemasangan kateter urin
• Pemasangan NGT
• Kumbah lambung
• Pasien hiperglikemia sedang diregulasi insulin
Ruang int terdiri dan 3 tempat tidur yang dipiahkan oleh kelambu dilengkap! dengan akses oksigen
sentral
5. Ruang Isolasi
Ruang yang digunakan untuk pasten yang terindikas! menderita penyakit menular dalam kondisi/ stabil
sementara menunggu untuk ditransfer, misal pasien:
• Difter
•Morbili
• TBC
Ruangen ini delengkapi oleh APD untuk pasien dan penunggu dengan menerapkan prinsip
kewaspadaan standar
6. Ruang Transit
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang telah selesai dilakukan tindakan/penanganan dan dalam
kondisi stabil menunggu untuk ditransfer. Ruang ini terdiri dari 6 tempat tidur, dimana 2 tempat tidur
dilengkapi dengan akses oksigen sentral
7. Ruang Admisi
Ruang yang difungsikan bagi pasien atau keluarda pasien atau pengantar yang berfungsi untuk
Ruang ini ditempati oleh dua orang petugas admisi dan satu orang petugas kasir dengan peralatan:
• Lemari penyimpanan untuk gelang identitas, berkas rekam medis kosong, form rekanan, dan
kuitansi
8. Ruang Tunggu
Ruang yang difungsikan untuk pengantar atau keluarga pasien menunggu selama proses di IGD
sebelum transfer pasien. Ruang ini dilengkapi dengan:
a. Tempat duduk
b. 1 buah TV untuk hiburan
c. 1 buah TV untuk informasi RS
d. Pengeras suara menerima panggilan dari dalam IGD
e. Tempat sampah
Di ruangan ini terdapat satu orang petugas security yang menjaga dan membatasi penunggu/pengunjung
yang masuk ke ruang IGD
9. Ruang Administrasi
Ruang yang difungsikan untuk menyelesaikan pencatatan terkait pelayanan kepada pasien IGD baik
oleh dokter maupun perawat serta tempat untuk pemberian informasi kepada pasien/keluarga. Ruang
ini dilengkapi dengan:
o Plester antiseptik
o Sarung tangan
o Tourniquet
o Spidol permanen
o Hand rub
o Kapas alkohol
o Kassa
e. Kamera IGD
o 4 tensimeter
o 5 stetoskop dewasa
o 1 stetoskop anak
o Senter
o Termometer
o Palu refleks
Ruang yang difungsikan bagi pasien yang akan ke kamar mandi dan tempat untuk membuang urin
atau cairan lain. Perlengkapan spool hock seperti pispot, urinal, dan baskom ditempatkan di dekat
toilet.
Di depan toilet terdapat penyemprot air dan lubang pembuangan untuk membersihkan tubuh pasien
atau peralatan yang kotor terkena pasir atau kotoran lainnya.
Wastafel terletak di depan toilet dilengkapi dengan sabun antiseptik dan tisue.
12. Ruang Ganti Perawat
Ruang yang difungsikan untuk perawat ganti baju atau makan sekaligus penyimpanan barang-barang
pribadi selama shift jaga dengan perlengkapan:
c. Loker penyimpanan
e. Lemari es
f. Peralatan makan
Ruang yang difungsikan untuk istirahat dokter jaga yang dilengkapi dengan :
a. Kamar mandi
b. 1 tempat tidur
c. Meja dan kursi
d. Wastafel
e. Lemari baju dan loker
f. Lemari es
g. Dispenser air
h. Lemari alat makan
15. Pos Keamanan
Ruang tempat petugas keamanan untuk memantau keamanan, melayani informasi seputar rumah
sakit, dan membantu pasien yang hendak ke IGD. Pos keamanan dilengkapi dengan :
a. Meja dan kursi
b. Layar CCTV
c. Telepon dan HT
BAB IV
B. Sistem Komunikasi
C. Penerimaan Pasien
Pasien yang datang di teras IGD diterima oleh petugas terlatih yang ada di depan
GD dibantu perawat jaga dimana telah tersedia alat transportasi seperti kursi roda dan brankar pasien.
Pada saat pasien masuk ke 1GD dicatat jam datangnya untuk
selanjutnya dilakukan triase
D. Triase
1GD RS Bhayangkara Semarang menggunakan sistem triase dalam memberikan pelayanan kepada
pasien, terutama pasien dengan kondisi dimana beberapa pasien datang hampir bersamaan, jumlah
tenaga kesehatan yang terbatas dan adanya konsulan dari ruang rawat inap untuk tetap bisa
memberikan pelayanan kepada pasien dengan menggunakan skala prioritas. Sistem triase yang dipakai
di IGD RS Bhayangkara Semarang adalah Metode ESI (Emergency Severity Index)
Triase metode ESI dapat dilakukan oleh dokter jaga atau perawat IGD yang sudah berpengalaman. Ole
karena itu, pengalaman petugas pelaksana triage di IGD sangat penting untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam penggolongan tingkat kegawatan pasien. Menurut algoritme ESI, pasien digolongkan
dalam 5 level sesuai hasil pemeriksaannya
Triase ESI tidak menentukan lama waktu yang diperlukan hingga dievaluasi oleh dokter (response
time), melainkan pemilahan secara cepat pasien mana yang harus dievaluasi lebih dahulu oleh dokter
jaga.
Tatalaksana triase ESI lebih lanjut dapat dilihat di Panduan Triase
E. Asesmen Pasien
Dokter dan perawat IGD berkoordinasi dalam melakukan asesmen IGD dengan mengacu pada form
asesmen IGD dan form asesmen keperawatan IGD. Untuk kasus gawat darurat, pengisian form dapat
ditunda sampai tindakan medis dan keperawatan awal selesai dilakukan. Selain itu, terdapat lembar
observasi yang digunakan untuk mencatat perubahan kondisi serta tatalaksana yang dilakukan selama
pasien belum ditransfer atau dalam proses stabilisasi.
Sisauweuy
Untuk pasien IGD yang akan diakukan cito operasi, dokter bedah dan dokter anestesi akan melakukan
asesmen pra bedah dan asesmen pra anestesi serta informed consent di IGD sesuai dengan Pedoman
Pelayanan Instalasi Bedah
Sentral dan Panduan Pelayanan Anestesi
F. Pendaftaran Pasien
Penanganan pasien gawat darurat tidak menunggu pendaftaran melainkan penanganan terlebih dahulu.
Pasien atau keluarga atau pengantar membawa surat keterangan dari petugas IGD ke bagian admisi
untuk penempatan ruang rawat inap dan pendaftaran. Proses admisi dilakukan olen petugas admisi
berkoordinasi dengan petugas kasir. Setelah proses admisi selesai, petugas admisi akan menyerahkan
berkas rekam medis/status ke petugas IGD untuk dilengkapi. Setelah menyerahkan status, petugas
admisi akan memasang gelang identitas pasien.
G. Transfer Pasien
Proses transfer pasien IGD di dalam RS Bhayangkara Semarang mengikuti buku Panduan Transfer
Pasien RS Bhayangkara Semarang yang ada. Pasien telah distabilkan terlebin dahulu di IGD sebelum
proses transfer. Pasien dinilai berdasarkan level transfernya untuk menentukan kebutuhan peralatan
dan petugas transfer. Setelah itu pasien disiapkan untuk transfer baik untuk kepentingan pemeriksaan
penunjang, masuk rawat inap, maupun tindakan bedah di kamar operasi. Setelah transfer, petugas
transfer melakukan serah terima dengan perawat jaga
H. Informed Consent
Pemberian informasi dilakukan oleh dokter jaga IGD kepada pasien atau keluarganya mengenai
persetujuan yang akan dibuat. Pasien dan keluarga diberi kesempatan untuk bertanya dan memahami
maksud persetujuan tersebut. Setelah itu pasien atau keluarga akan mengisi formulir Informed Consent
yang tersedia dan menandatanganinya. Dokter jaga IGD juga menandatangani formulir tersebut.
Pelaksanaan informed consent sesuai SPO Pemberian Informed Consent. Untuk informed consent
bedah dilakukan oleh dokter spesialis bedah dan informed consent anestesi oleh dokter spesialis
anestesi.
J. Stabilisasi
a. Airway
Jalan nafas bebas atau telah terpasang alat bantu pembebasan jalan nafas. Bila dicurigai patah tulang
leher, dipasang collar brace
b. Breathing
c. Circulation
Pemberian cairan loading adekuat / koloid / obat vasopresor sehingga tekanan darah sistolik ≥
90mmHg
d. Disability
e. Time
Setelah pasien diobservasi selama 4 jam di IGD, harus ada keputusan untuk transfer ke rawat inap
atau rujuk
K. Pelayanan False Emergency
Setelah melalui proses triase, maka kasus yang tergolong false emergency dan diperlukan rawat jalan
akan diarahkan ke Poliklinik RS Bhayangkara Semarang. Di luar jam kerja (di atas jam 12.00 pada
hari kerja) dan hari libur, pelayanan rawat jalan di poliklinik tidak tersedia sehingga seluruh pasien
yang datang ke RS Bhayangkara Semarang dilayani di IGD. Pada saat seperti ini sering terjadi kasus
false emergency. Petugas IGD akan tetap mendahulukan penanganan pasien yang gawat darurat sesuai
level triase.
Apabila datang korban masal dalam jumlah banyak, maka penanganan pasien menggunakan sistem
triage labeling dengan ketentuan:
Penanganan pasien berdasarkan hasil triase tersebut. Apabila diperlukan tenaga tambahan, maka akan
didatangkan perawat dan dokter jaga yang saat itu sedang libur berdasarkan jadwal jaga. Apabila
lokasi dan peralatan IGD tidak memadai akan berkoordinasi dengan bagian IPSRS. Untuk sister
komunikasi berkoordinasi dengan bagian humsar. Untuk evakuasi dan perawatan jenazah
berkoordinasi dengan instalasi dokpol dan forensic
RS Bhayangkara Semarang sebagai RS kepolisian menjadi pusat rujukan bagi penyidik untuk proses
visum et repertum. Penyidik dan korban akan datang ke IGD untuk permintaan visum et repertum.
Pasien, yang dalam hal ini korban akan tetap diberlakukan proses triase dalam penanganannya. Ada
beberapa poin dalam permintaan visum et repertum ini, antara lain:
khusus yang tersedia di IGD. Pencatatan oleh dokter dilakukan di formullr yang tersedia.
Untuk pemeriksaan dalam (otopsi) jenazah, petugas kamar jenazah akan menghubungi dokter
spesialis forensik untuk meniadwalkan otopsi. Bila otopsi tidak dapat dilakukan segera, maka
jenazah akan ditempatkan di lemari penyimpanan dahulu.
Penyidik yang meminta visum et repertum korban kasus persetubuhan/ percabulan/ perzinahan
membawa korban ke IGD. Dokter jaga dibantu oleh perawat akan melakukan wawancara dan
pemeriksaan fisik luar. Kemudian dokter jaga melakukan pemeriksaan obstetri dan ginekologi
didampingi oleh bidan (dipanggil dari bidan yang bertugas di kamar bersalin saat itu) yang
diperlukan. Setiap temuan didokumentasikan di formulir yang tersedia
Dokumentasi gambar korban menggunakan kamera yang tersedia di IGD.
Bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi (termasuk
pemeriksaan USG kandungan) akan dikonsulkan pada jam kerja
Poliklinik
Proses penerimaan visum et repertum menggunakan kitir tanda terima visum antara petugas kepolisian
dengan petugas IGD baik untuk penyerahan maupun pengambilan hasil visum
Pasien Death On Arrival adalah pasien yang saat tiba di IGD dalam keadaan meninggal dunia. Petugas
IGD akan memastikan kondisi pasien telah meniggal dunia dan memberitahukan kepada pengantar
pasien. Pasien akan tetap didokumentasikan pada asesmen IGD baik keperawatan maupun medis.
Resusitasi tidak selalu diberikan.
Kemudian perawat akan merawat jenazah dan dokter jaga akan menerbitkan Surat Keterangan
Kematian. Selanjutnya jenazah akan dikirim ke kamar jenazah sementara pengantar akan
menyelesaikan administrasi yang diperlukan di ruang admisi IGD. Pemulangan jenazah dengan
ambulans jenazah dikoordinasikan dengan bagian ranmor RS.
Dalam pelayanan pasien sehari-hari, IGD R$ Bhayangkara juga menerima pasien rujukan dari fasilitas
kesehatan atau tenaga kesehatan lain dari luar RS yang dapat
berupa:
P. Sistem Rujukan
Pasien di IGD RS Bhayangkara Semarang yang telah dilakukan stabilisasi dan perlu dirujuk karena
ketidakmampuan pelayanan ataupun alasan non medis akan diberikan informasi terlebih dahulu untuk
memperoleh persetujuan rujukan. Setelah setuju untuk dirujuk, maka petugas IGD akan mempersiapkan
rujukan dengan:
1.Berkoordinasi dengan petugas admisi mengenai pasien yang akan dirujuk dan kebutuhan
pelayanannya
2. Petugas admisi akan menghubungi RS rujukan untuk menginformasikan kondisi pasien dan
memastikan kemampuan pelayanannya
3. Setelah memperolen kesepakatan dengan RS rujukan, petugas IGD akan berkomunikasi dengan
perawat di RS rujukan mengenai informasi pasien lebih lanjut
4. Petugas ID menghubungi sopir ambulans untuk menyediakan ambulans di IGD beserta keperluan
transfer
5. Perawat jaga ambulans akan menerima serah terima pasien dengan perawat jaga IGD untuk
selanjutnya mendampingi pasien selama transfer
6. Setelah mentransfer pasien, perawat ambulans akan kembali ke IGD untuk menyerahkan lembar
transfer kepada perawat IGD untuk selanjutnya disertakan dalam berkas rekam medis pasien
BAB V
KEBIJAKAN
1.Setiap pasien IGD yang telah dilakukan asesmen (dan asuhan bila diperlukan), keluarga atau pengantar
akan diarahkan ke bagian admisi untuk diproses rawat jalan atau rawat inap;
2. Pelayanan gawat darurat terutama life saving dilaksanakan tanna membayar uang muka terlebih
dahulu;
3.Dalam memberikan pelayanan, seluruh petugas IGD selalu menghormati dan melindungi hak-hak
pasien;
4. Selain menangani kasus true emergency, IGD RS Bhayangkara Semarang juga melayani kasus false
emergency sesuai kebijakan RS;
5. Pasien DOA tidak dilakukan resusitasi kecuali atas permintaan keluarga dan dicatat di lembar asesmen
IGD serta didaftarkan nomor rekam medis;
6. Obat dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku (terutama obat dan alat resusitasi) harus selalu
tersedia;
7. Memberikan pelayanan kesehatan pasien Gawat Darurat selama 24 jam secara terus menerus dan
berkesinambungan;
8. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan triase untuk mendapatkan pelayanan yang tepat sesuai
kondisinya;
9. Bila terjadi bencana baik yang terjadi di dalam maupun luar RS Bhayangkara Semarang, IGD siap
untuk melakukan penanggulangan bencana sesuai disaster plan yang dilaksanakan Komite K3 RS
Bhayangkara Semarang:
10. Setiap tindakan medis yang dilakukan harus berdasarkan permintaan dokter atas persetujuan pasien/
penanggung jawabnya;
11. Setiap ada pasien dengan perhatian khusus (contoh: anggota polisi, tahanan, karyawan, pejabat, tapa
identitas, kasus kepolisian) dilakukan penanganan sesuai kondisinya dan pelaporan melalui SMS
kepada Ka Inst IGD, Karumkit, Kasubbid yanmed dokpol, Humsar, dan Ka Instalasi terkait:
12. Bila ada pasien umum rawat inap (tapa penjamin/asuransi) dan tidak membawa biaya saat itu namun
telah dilakukan penanganan sesuai kondisinya, maka resep yang dipakai di IGD saat itu bisa masuk
resep dalam (dibayarkan saat pulang tanpa menitipkan uang muka);
13. Pemasangan gelang identitas untuk pasien IGD yang rawat inap dilakukan oleh petugas bagian
admisi;
14. Pengantar pasien IGD tidak diperbolehkan masuk ke ruangan IGD kecuali atas permintaan petugas
IGD;
15. Pengunjung dan pasien RS selain akan berobat ke IGD tidak diperbolehkan masuk ke ruangan IGD;
16. Pasien yang meninggal di IGD, jenazah yang telah dirawat akan dikirim ke kamar jenazah untuk
selanjutnya diproses sesuai prosedur;
17. Setiap pasien IGD dilakukan asesmen medis dan asesmen keperawatan oleh dokter jaga dan perawat
IGD;
18. Setiap pelayanan dan Tindakan yang dilakukan sesuai dengan SPO yang berlaku di RS Bhayangkara
Semarang.
BAB VI
LOGISTIK
Pengelolaan obat dan alat kesehatan dan alat umum meliputi pemesanan, pengambilan, penyimpanan, dan
pencatatan obat atau alat untuk keperluan pelayanan 1GD. Mekanisme logistik di 1GD R$ Bhayangkara
Semarang adalah sebagai berikut:
1.Persiapan alat
Ka Sub IGD akan membuat daftar permintaan obat untuk persediaan di IGD sesuai kebutuhan kepada
petugas di gudang obat. Kemudian petugas di gudang obat akan menyediakan obat sesuai permintaan
dan diantar ke IGD. Setelah itu petugas logistik IGD akan mencatat di buku inventaris (stok opname).
Setiap pemakaian obat dan alkes ke pasien akan diganti dengan resep dan dikembalikan ke lemari.
Perawat jaga akan melakukan serah terima inventaris tersebut kepada perawat jaga selanjutnya. Untuk
logistik obat dan alat di Lemari Obat IGD dibawah tanggung jawab Instalasi Farmasi
Untuk peralatan medis besar (misal: defibrilator, monitor ekg), Ka Inst IGD akan membuat nota dinas
permintaan alat yang ditujukan kepada Kasubbid Yanmeddokpol untuk ditindaklanjuti sesuai prosedur.
Setelah alat diterima oleh petugas logistik IGD akan dicatat di dalam buku inventaris peralatan IGD
Untuk peralatan medis biasa (misal: tensimeter, stetoskop, termometer, instrumen), Ka Inst IGD akan
membuat daftar permintaan di buku renbut untuk selanjutnya petugas logistik akan mengajukan ke
gudang umum untuk pengadaan. Setelah barang tersedia, petugas logistik akan mengambil barang ke
gudang umum untuk selanjutnya mencatat proses serah terima di dalam buku inventaris peralatan IGD
4. Penyediaan alat umum
Untuk peralatan umum seperti brankart, kursi, AC, telepon, hp, kamera, dll permintaan dibuat di buku
bon alat ke bagian gudang umum. Hal ini termasuk alat tulis dan perlengkapannya. Setelah barang
tersedia di gudang umum, petugas logistik akan mengambil dan melakukan serah terima dengan
petugas gudang umum
5. Penyeterilan alat
Petugas logistik atau perawat akan membawa instrumen/alat kotor ke bagian CSSD dibungkus plastik
kuning di dalam kontainer Khusus. Kemudian serah terima di buku setor alkes dan mendapat form bukti
(penerimaan dan pengambilan barang) dari bagian CSSD. Penyetoran dilakukan setiap hari iam 08.00 -
10.00 dan 12.00 - 13.00. Pengambilan dilakukan setiap hari jam 12.00 - 13.00 dan 15.00 - 16.00
6. Pemeliharaan alat
Untuk peralatan khusus seperti defibrilator, pengecekan dilakukan setiap pergantian shift oleh perawat
jaga. Pembersihan peralatan lain (non medis) dilakukan setiap pagi oleh seluruh perawat jaga shift pagi.
Kalibrasi alat dilaksanakan oleh petugas IPSRS secara rutin.
Bila ada peralatan yang rusak, petugas logistik akan menghubungi IPSRS bagian pengaduan/komplen
dan mencatat di buku laporan kerusakan alat. Petugas IPSRS akan mendatangi IGD untuk melihat
kerusakan dan menindaklanjuti
Linen kotor yang ditempatkan di bak linen sesuai pengelompokannya (infeksius di dalam plastik kuning
dan non infeksius dalam plastik hitam) akan diambil oleh petugas laundry keliling tiap hari jam 08.00 -
09.00 yang dicatat di buku setor linen kotor. Kemudian linen bersih akan diantar oleh petugas laundry
setiap hari jam 15.00 - 16.00 ke IGD.
8.Pembuangan sampah
Pembuangan sampah ke dalam sampah medis, sampah non medis, dan sampah benda taiam sesuai
kategori sampah. Plastik atau tempat sampah yang sudah waktunya dibuang akan diambil ole petugas
keliling IPAL setiap hari jam 06.00 atau bila didapati perlu membuang sampah diluar jam tersebut
dapat menghubungi petugas IPAL untuk mengambil ke IGD
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safely) adalah suatu sister dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Proses ini meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
insiden keselamatan pasien yang selaniutnya dsebut insiden adalah setian kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mencakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien,
terdiri dari:
a. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. Insiden
sudah teriadi dan pasien mengalami cedera
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah teriadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tapi tidak timbul cedera.
Artinya kejadian ini sudah terjadi tetapi tidak menimbulkan cedera kepada pasien
d. Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera
tapi belum terjadi insiden
e. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Definisi
tentang kejadian sentinel adalah:
i. Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang
mendasari penyakitnya (contoh: bunuh diri)
ii .Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang
mendasari penyakitnya
iii. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah
iv. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang yang bukan orang tuanya
B. Tujuan
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir "Pelaporan Insiden
Keselamatan"
6. Melaporkan kejadian kepada atasan langsung (Kasub IGD)
7. Melaporkan kepada Komite KPRS
BAB VIl
KESELAMATAN KERJA
A.Pendahuluan
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan
pasien selama 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyal risiko terpajan infeksi, ole sebab itu
tenaga kesehatan wailb menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari risiko tertular penyakit.
Selain itu, R$ Bhayangkara Semarang membentuk suatu sister untuk mengurangi risiko kecelakaan
kerja bagi seluruh karyawannya termasuk tenaga kesehatan yang bertugas di IGD R$ Bhayangkara
Semarang.
Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah
peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam menerapkan Kewaspadaan Standar, yaitu cara
penanganan untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien tapa
memperdulikan status infeksi.
B.Tujuan
1. Tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri, pasien, dan
masyarakat dari penyebaran infeksi
2. Tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai risiko tinggi terinfeksi
penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip kewaspadaan standar
Prinsip utama prosedur Kewaspadaan Standar dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga
higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan, dan sterilisasi peralatan. Kegiatan pokok dari
prinsip tersebut adalah:
Setiap petugas ID wajib menerapkan cuci tangan dengan benar baik menggunakan hand rub maupun
hand wash pada waktu dan saat yang telah ditentukan;
Alat kesehatan bekas pakai hanya dipakai satu kali untuk satu pasien.
Pembuangan jarum di tempat sampah benda tajam yang disediakan tidak perlu disarungkan kembali;
5. Pengelolaan limbah
Pembuangan limbah dibedakan infeksius dan non infeksius disediakan tempat sampah dengan
kresek kuning dan hitam. Pembuangan sampah sesuai ketentuan untuk kemudian dijemput petugas
kesling yang bertugas;
Bila ada tumpahan cairan tubuh digunakan spill kit yang telah disediakan sesuai prosedur yang ada;
7. Penanganan pasien dengan penyakit menular menerapkan prinsip kewaspadaan standar dengan
memakai APD.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan di IGD RS Bhayangkara Semarang dalam memberikan pelayanan adalah:
Adalah keterlambatan pertolongan pasien gawat darurat (true emergency) yang dapat
memperburuk prognosis. Pelayanan pertama gawat darurat dikatakan terlambat apabila pelayanan
terhadap penderita gawat darurat yang dilayani dengan tindakan life saving oleh petugas IGD
lebin dari 5 menit
Petugas gawat darurat adalah petugas yang bekerja di IGD RS Bhayangkara dan telah
mendapat pelatihan BTCLS / PPGD
Tindakan darurat atau life saving adalah tindakan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa
manusia yang sedang terancam karena penyakit atau luka-luka yang dideritanya
Yang termasuk di sini adalah pasien true emergency. Sedangkan untuk pasien false
emergency dan DOA tereksklusi. Standar dari Kemenkes adalah 0%
Keberhasilan penanganan kegawatan pasien gawat darurat sangat dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan IGD. Angka ini menunjukkan jumlah pasien true emergency dengan kegawatan medik
yang meninggal di unit gawat darurat. Pasien DOA, pasien yang meninggal di luar IGD, dan
pasien dengan keadaan gawat tidak darurat tereksklusi
3. Kuesioner
Mutu pelayanan pasien di IGD secara keseluruhan dinilai menggunakan kuesioner yang
diedarkan oleh Bagian Diklit kepada pasien atau keluarga pasien di ruang rawat inap. Interpretasi
hasil kuesioner tersebut akan dibuat oleh bagian Diklit dan didistribusikan kepada Kepala IGD
untuk penilaian mutu pelayanan di IGD
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan data harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan kepada Komite Mutu RS Bhayangkara Semarang dan
Karumkit Bhayangkara Semarang
BAB X
PENUTUP
Demikianlah buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun. Kami mengharapkan semua
pihak di RS Bhayangkara Semarang untuk dapat bersama-sama mendukung dan mengembangkan sistem
pelayanan IGD RS Bhayangkara Semarang.
Semua petugas baik petugas medis, paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati ketentuan yang telah ditetapkan di
dalam buku pedoman pelayanan ini.
Ditetapkan : Semarang
Pada tanggal :