Anda di halaman 1dari 79

KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK IV BOGOR

PEDOMAN PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK IV BOGOR

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah organisasi yang berkiprah dalam bidang jasa pelayanan
kesehatan perorangan.Dalam penyelenggaraan upaya pelayanan pada pasien rumah
sakit didukung oleh banyak jenis keterampilan SDM baik yang berbentuk profesi
maupun non profesi.
Dalam menjalankan kegiatannya rumah sakit menyadari bahwa pelayanan yang
diberikan kepada pasien dalam bentuk bermacam macam asuhan yang merupakan
bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional
dibidang pelayanan kesehatan. Dengan adanya pedoman ini diharapkan rumah sakit
dapat menerapkan model pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas
pelayanan, menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang
tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan
pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatnya mutu asuhan
pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Setiap pasien yang datang kerumah sakit harus dijamin aksesnya untuk
mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan, terjamin pula kontinuitas pelayanan yang
didapat, serta mendapatkan pelayanan yang terkoordinasi dan terintegrasi dari
berbagai asuhan dari para profesional pemberi asuhan pasien. Sehingga dapatlah
diharapkan hasil pelayanan yang efektif, efisien dan menjamin keselamatan pasien,
yang akhirnya bermuara pada kepuasan pasien dan pemenuhan hak pasien.

Beberapa hal penting yang harus dikelola oleh rumah sakit adalah mengenali
dengan baik kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani oleh rumah sakit,
1
mengatur pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, dan melakukan
rujukanke pelayanan yang tepat baik di dalam maupun keluar rumah sakit serta
mengatur pemulangan pasien yang tepat ke rumah.

B. RUANG LINGKUP

Rumah Sakit Bhayangkara TK IV Bogor adalah rumah sakit yang memberikan


pelayanan melalui penyelenggaraan pelayanan secara paripurna pada unit unit gawat
darurat, rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan dan ruang perawatan khusus.
Penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan oleh berbagai kelompok profesi . Para
profesional utama yang memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit adalah staf
medis baik dokter maupun dokter spesialis, staf klinis keperawatan (perawat dan
bidan), nutrisionis dan farmasis yang rutin dan pasti selalu berkontak dengan pasien,
akan tetapi tidak kalah pentingnya profesional lain yang berfungsi melakukan asuhan
penunjang berupa analis laboratorium dan Radiografer.

Secara garis besar ada empat kelompok SDM yang mendukung jalannya rumah
sakit yaitu, kelompok medis memberikan pelayanan asuhan medis, kelompok
keperawatan memberikan pelayanan asuhan keperawatan, serta kelompok
keteknisian medis yang memberikan pelayanan penunjang medis, dan kelompok
administrasi yang memberikan pelayanan administrasi manajemen.

Pedoman ini akan membahas pengaturan apa dan bagaimana yang perlu dibuat
di rumah sakit sejak pasien menginjakkan kakinya di rumah sakit sampai pasien
dipulangkan kerumah atau dirujuk ke sarana kesehatan lain atau meninggal
dunia..Pada semua alur perjalanan pasien ini telah ada standar yang ditetapkan oleh
Kemenkes dalam Peraturan Menteri Kesehatan No ....tahun 2013.

C. BATASAN OPERASIONAL
1. Skrining pasien di luar dan di dalam RS
2. Skrining pasien rawat Inap
3. Assesmen
a Assesmen Awal
b Assesmen Ulang
c PPA yang kompeten dan berwenang
d Integrasi assesmen PPA
4. Rencana Asuhan oleh PPA
5. Kontinuitas pelayanan
a. Pengaturan Pelayanan keperawatan 24 jam
b. Pengaturan operan jaga (hand over)
6. Alur pasien
7. Penundaan dan keterlambatan pelayanan
8. Transfer pasien intrahospital

2
9. Pemulangan pasien (termasuk kriteria pemulangan yang kompleks)
10. Kriteria pasien yang diijinkan pulang sementara (cuti)
11. Kriteria pasien rawat jalan yang kompleks, untuk dibuatkan Profil Ringkas Medis
Rawat Jalan
12. Pengelolaan AMA (Penolakan Asuhan Medis)
13. Pengelolaan pasien yang meninggalkan RS tanpa pemberitahuan

D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,
3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,
4. Kepmenkes 1333/1999 tentang standar pelayanan rumah sakit,
5. Kepmenkes No 1087/2010 tentang standar K3 rumah sakit,
6. Permenkes No …./2013 tentang standar akreditasi rumah sakit,
7. Permenkes No 169/2008 tentang rekam medis,
8. Permenkes No 290/2008 tentang informed consent,
9. Permenkes No 1691/2010 tentang keselamatan pasien,
10. Permenkes No 1438/2010 tentang standar pelayanan kedokteran,
11. Permenkes No 1014/2008 tentang pelayanan radiologi diagnostik,
12. Permenkes No 411/2010 tentang pelayanan laboratorium,
13. Permenkes No 1197/2004 tentang pelayanan farmasi rumah sakit,

BAB II
3
STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan merupakan bagian penting yang perlu mendapat perhatian khusus dalam
meningkatkan pelayanan, khususnya pelayanan di RS Bhayangkara TK IV Bogor.

A.INSTALASI GAWAT DARURAT

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga

Dokter IGD S1 Kedokteran ATLS, ACLS 3

Kepala Ruang IGD Minimal D-3 Keperawatan BCLS 1

Perawat Pelaksana Minimal D-3Keperawatan BCLS 3

Bidan Minimal D-3 Kebidanan - 3

Administrasi IGD Minimal SMU - 1

2. Distribusi Sumberdaya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Waktu Kerja Jumlah Tenaga

Dokter IGD S1 Kedokteran 2 Shift 3

Minimal D-3
Kepala Ruang IGD 1 Shift 1
Keperawatan

Perawat Pelaksana Minimal D-3Keperawatan 2 Shift 3

Bidan Pelaksana Minimal D-3 Kebidanan 2 Shift 3

Administrasi IGD Minimal SMU 1 Shift 1

3. Pengaturan Jaga

4
a. Dokter Jaga IGD
1) Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 2 shift, yaitu
sebagai berikut :
a) Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 17.00 WIB
b) Shift siang malam : jam 17.00 WIB – 07.00 WIB (esok
harinya)
2) Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan.
3) Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Ruang UGD
4) Jadwal dokter jaga IGD terpasang di papan informasi IGD
b. Perawat IGD
1) Pengaturan jadwal perawat IGD terbagi dalam 2 shift, yaitu sebagai
berikut :
a) Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 17.00 WIB
b) Shift Siang : jam 17.00 WIB – 07.00 WIB (esok harinya)
2) Jadwal perawat IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Ruang IGD
dengan sepengetahuan Kasubag Wasintern.
3) Bila perawat IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Ruang IGD
4) Jadwal perawat jaga IGD terpasang di papan informasi IGD
.
B.POLIKLINIK

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


a. Tenaga Medis

Jenis Tenaga Kualifikasi Pendidikan Poliklinik Jumlah Tenaga


Kesehatan
Dokter Umum S1 Kedokteran Umum Poli Umum 1

Dokter Gigi S1 Kedokteran Gigi Poli Gigi 1

Dokter Spesialis S2 spesialis Obgyn Poli Kandungan


Kandungan 1
dan Kebidanan

Dokter Spesialis Anak S2 spesialis Anak


Poli Anak 1

5
b. Tenaga Paramedis

Jenis Tenaga Jumlah


Kualifikasi Pendidikan Poliklinik
Kesehatan Tenaga
D3 Keperawatan 1
Perawat Poli Umum
SPK 1

Perawat Gigi D3 Keperawatan gigi Klinik Gigi 1

Poli Kandungan dan


Bidan D3 Kebidanan 1
Kebidanan

2. Distribusi Sumber Daya Manusia

Distribusi SDM Poliklinik yaitu 1 dokter dan 1 perawat / bidan berdasarkan jadwal
buka poliklinik.

a. Pengaturan Jaga
Jadwal pelayanan poliklinik berdasarkan jadwal yang telah disepakai
pada masing masing jam operasional nya
b. Bila dokter poliklinik berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Perawat Poliklinik
c. Jadwal dokter poliklinik terpasang di papan ruang tunggu Poliklinik.

C. UNIT KAMAR BERSALIN

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga


Dokter Kandungan
S2 Spesialis Obgyn - 1
dan Kebidanan

Kepala Ruang Kaber Minimal D-3 Kebidanan - 1

Bidan Pelaksana Minimal D-3Kebidanan - 3

6
2. Distribusi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Waktu Kerja Jumlah Tenaga

Kepala Ruang Kaber Minimal D-3 Kebidanan 1 Shift 1

2 Shift
Bidan Pelaksana Minimal D-3Kebidanan 3

3. Pengaturan Jaga
a. Pengaturan jadwal bidan kamar bersalin terbagi dalam 2 shift, yaitu
sebagai berikut :
1) Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 17.00 WIB
2) Shift Siang malam : jam 17.00 WIB – 07.00 WIB (esok harinya)
b.Jadwal bidan kamar bersalin disusun setiap bulan oleh Kepala Ruang Kaber
dengan sepengetahuan Kasubag Wasintern.
c.Bila bidan kamar bersalin berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Ruang Kaber
d.Jadwal bidan jaga kamar bersalin terpasang di papan informasi kamar
bersalin
D. UNIT KEPERAWATAN
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga


Kepala Ruang Minimal D-3
- 1
Keperawatan Keperawatan

Perawat Pelaksana D-3 Keperawatan - 3

2. Distribusi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Waktu Kerja Jumlah Tenaga


Kepala Ruang Minimal D-3
1 Shift 1
Keperawatan Keperawatan
7
Perawat Pelaksana Minimal D-3 Keperawatan 2 Shift 3

3. Pengaturan Jaga
a. Pengaturan jadwal perawat rawat inap terbagi dalam 2 shift, yaitu sebagai
berikut :
1) Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 17.00 WIB
2) Shift Siang malam : jam 17.00 WIB – 07.00 WIB (esok harinya)
b. Jadwal perawat rawat inap disusun setiap bulan oleh Kepala Ruang
Keperawatan dengan sepengetahuan Kasubag Wasintern.
c. Bila perawat rawat inap berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya
dan melaporkan kepada Kepala Ruang Keperawatan
d. Jadwal perawat jaga keperawatan terpasang di papan informasi unit
keperawataan

E. UNIT KAMAR OPERASI

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga

BTCLS,
Kepala Ruang Kamar
S1 Keperawatan, Ners Keterampilan 1
Operasi
Bedah dasar
S1 Keperawatan, Ners 1
Staff Kamar Operasi D3 Keperawatan 2
D3 Kebidanan 1

2. Distribusi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Waktu Kerja Jumlah Tenaga


Kepala Ruang Kamar
S1 Keperawatan, Ners 1 Shift 1
Operasi

8
S1 Keperawatan, Ners 1
Staff Kamar Operasi D3 Keperawatan 2 Shift 1
D3 Kebidanan 1

3. Pengaturan Jaga
a) Pengaturan jadwal kamar oprasi terbagi dalam 2 shift, yaitu sebagai berikut :
1) Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 17.00 WIB
2) Shift Siang : jam 17.00 WIB – 07.00 WIB (esok harinya)
b) Jadwal dinas sewaktu waktu dapat berubah saat ada operasi darurat.
c) Jadwal kamar operasi disusun setiap bulan oleh Kepala Ruang Kamar
Operasi dengan sepengetahuan Kasubag Wasintern.
d) Bila petugas kamar bersalin berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya
dan melaporkan kepada Kepala Ruang Kamar Operasi
e) Jadwal petugas jaga kamar operasi terpasang di papan informasi kamar
operasi.
.

F. UNIT LABORATORIUM

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga

Kepala Ruang Minimal D-3 Analis


- 1
Laboratorium Kesehatan

Administrasi
SMA - 2
Laboratorium
D-3 Analis Kesehatan 1
Analis Pelaksana -

2. Distribusi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Waktu Kerja Jumlah Tenaga


Kepala Ruang
D3 Analis Kesehatan 1 Shift 1
Laboratorium

9
Administrasi
SMA 2 Shift 2
Laboratorium

Analis Pelaksana D3 Analis Kesehatan 2 Shift 1

3. Pengaturan Jaga
a) Pengaturan jadwal pelayanan laboratorium terbagi dalam 2 shift, yaitu
sebagai berikut :
1) Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 17.00 WIB
2) Shift Siang malam : jam 17.00 WIB – 07.00 WIB (On call)
b) Jadwal unit laboratorium disusun setiap bulan oleh Kepala Ruang
Laboratorium dengan sepengetahuan Kasubag Wasintern. Bila analis
laboratorium berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah ditentukan,
maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya dan
melaporkan kepada Kepala Ruang Laboratorium
c) Jadwal analis / petugas jaga laboratorium terpasang di papan informasi unit
laboratorium

G. UNIT RADIOLOGI

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga

Kepala Ruang
Minimal D-3 Radiologi 1
Radiologi

Administrasi Ruang
SMA 1
Radiologi

Petugas Radiografer D3 Radiologi 1

2. Distribusi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Waktu Kerja Jumlah Tenaga


Kepala Unit
1 Shift 1
Radiologi

10
Administrasi Unit
SMA 1 Shift 1
Radiologi

Petugas Radiografer D3 Radiologi 2 Shift 1

3. Pengaturan Jaga
a) Pengaturan jadwal pelayanan Radiologi terbagi dalam 2 shift, yaitu sebagai
berikut :
1) Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 17.00 WIB
2) Shift Siang malam : jam 17.00 WIB – 07.00 WIB ( On call)
b) Jadwal unit radiologi disusun setiap bulan oleh Kepala Ruang Radiologi
dengan sepengetahuan Kasubag Wasintern.
c) Bila petugas radiologi berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya
dan melaporkan kepada Kepala Ruang Radiologi
d) Jadwal petugas jaga radiologi terpasang di papan informasi unit radiologi

H. UNIT FARMASI

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga


Kepala Ruang Apoteker STRA, SIPA 1
Farmasi

Asisten Apoteker S1 Farmasi STRTTK,SIPTTK 1

Administrasi SMA - 3

2. Distribusi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Waktu Kerja Jumlah Tenaga


Kepala Instalasi Sarjana Farmasi, Apoteker, 1 Shift 1
Farmasi memiliki STRA, SIPA
11
S1 Farmasi memiliki
Asisten Apoteker 2 shift 1
STRTTK, SIPTTK

Administrasi SMA 2 shift 3

3. Pengaturan Jaga
a) Pengaturan jadwal pelayanan Farmasi terbagi dalam 2 shift, yaitu sebagai
berikut :
1) Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 17.00 WIB
2) Shift Siang malam : jam 17.00 WIB – 07.00 WIB (esok harinya)
b) Jadwal unit radiologi disusun setiap bulan oleh Kepala Ruang Farmasi
dengan sepengetahuan Kasubag Wasintern.
c) Bila petugas Farmasi berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya
dan melaporkan kepada Kepala Ruang Farmasi
d) Jadwal petugas jaga Farmasi terpasang di papan informasi unit Farmasi

I. UNIT REKAM MEDIS

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga


Kepala Ruang Rekam D3 RMIK - 1
Medis
Staff Rekam Medis D3 RMIK - 2

Assembling SMA - 3

2. Distribusi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Waktu Kerja Jumlah Tenaga


Kepala Ruang Rekam D3 RMIK 1 Shift 1
Medis

12
Staff Rekam Medis D3 RMIK 2 Shift 2

Assembling SMA 2 Shift 3

3. Pengaturan Jaga
a) Pengaturan jadwal pelayanan Rekam Medis terbagi dalam 2 shift, yaitu
sebagai berikut :
1) Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 17.00 WIB
2) Shift Siang : jam 17.00 WIB – 07.00 WIB (esok harinya)
b) Jadwal unit Rekam Medis disusun setiap bulan oleh Kepala Ruang Rekam
Medis dengan sepengetahuan Kasubag Wasintern.
c) Bila petugas Rekam Medis berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya
dan melaporkan kepada Kepala Ruang Rekam Medis
d) Jadwal petugas jaga Rekam Medis terpasang di papan informasi unit rekam
medis

J. UNIT GIZI

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga

Kepala Ruang Gizi S1 Gizi - 1

Staff Gizi SMK Tata Boga - 1

Administrasi SMA - 1

2. Distribusi Sumber Daya Manusia

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Waktu Kerja Jumlah Tenaga

13
Kepala Ruang Gizi S1 Gizi 1 Shift 1

Staff Gizi SMK Tata Boga 2 shift 1

Administrasi SMA 2 shift 1

3. Pengaturan Jaga
a) Pengaturan jadwal pelayanan Giziterbagi dalam 2 shift, yaitu sebagai
berikut :
1) Shift Pagi : jam 04.00 WIB – 12.00 WIB
2) Shift Siang : jam 12.00 WIB – 19.00 WIB
b) Jadwal unit Gizi disusun setiap bulan oleh Kepala Ruang Gizi dengan
sepengetahuan Kasubag Wasintern.
c) Bila petugas Gizi berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya
dan melaporkan kepada Kepala Ruang Gizi
d) Jadwal petugas jaga Unit Gizi terpasang di papan informasi unit Gizi.

BAB III

14
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RS BHAYANGKARA TK IV BOGOR

B. STANDAR FASILITAS
1. INSTALASI GAWAT DARURAT

a. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan
pertolongan tindakan resusitasi segera dan memerlukan pengawasan
ekstra, misalnya :
1) Kasus henti nafas

15
2) Kasus henti jantung
3) Pasien yang dicurigai sakit jantung
4) Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena
hipoglikemia, stroke, syok, dan sebagainya)
5) Kasus kejang demam
6) Kasus cedera kepala berat
7) Kasus tenggelam

Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi, antara lain :

1) Tempat tidur
2) Tensimeter
3) Oksigen sentral + selang O2
4) Monitor set
5) Oksimeter
6) Defibrilator
7) Suction set
8) EKG
9) Nebulizer
10) Lampu senter
11) Stetoskop
12) Obat-obatan

b. Ruang Bedah Minor


Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan bedah
minor, misalnya:
1) Jahit luka karena kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, dan
sebagainya
2) Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain :
1) Tempat tidur
2) Tensimeter
3) Lemari Instrumen Set
4) O2 set
5) Surgery desk

2. POLIKLINIK

a Fasilitas Tersedia

Tabel Fasilitas yang tersedia pada Instalasi Rawat Jalan

16
No Poliklinik / Ruangan Pelayanan Tersedia
1 Poliklinik Umum Pengobatan medis umum
2 Poliklinik Kebidanan dan Pemeriksaan kehamilan
Kandungan Pemeriksaan kelainan reproduksi wanita
Pemeriksaan Infertilitas
3 Poliklinik Anak Pengobatan penyakit pada anak anak
4 Poliklinik Gigi Pemeriksaan dan pengobatan penyakit
Gigi dan Mulut

b Peralatan medis yang tesedia

Tabel peralatan medis yang tersedia pada Instalasi Rawat Jalan

No Poliklinik / Ruangan Peralatan Medis


1 Poliklinik Umum - Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer
- Timbangan Badan
- X-ray lamp

2 Poliklinik Kebidanan dan - Alat USG


Kandungan - Meja Gynekologi
- Instrumen Pemeriksaan Vagina

3 Poliklinik Anak - Stetoskop


- Tensimeter
- Termometer
- Timbangan Badan

4 Poliklinik Gigi - Dental Unit


- Alat Instrumen tambal Gigi
- Alat Instrumen pemeriksaan
dan perawatan Gigi
- X-Ray Lamp

2. UNIT KAMAR BERSALIN

a Ruang Bersalin
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan
pertolongan tindakan persalinan dan tindakan kuret.
17
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bersalin, antara lain :
a Tempat tidur
b Tensimeter
c Oksigen + selang O2
d Partus Set
e Hecting Set
f Alat Vacum
g Alat Resusitasi Ibu dan Bayi
h Infus Set
i Peralatan ibu dan bayi baru lahir
j Nier Bekken
k Lampu tindakan
l Obat-obatan
m Troly Emergency

b Ruang Rawat Inap


Ruang yang digunakan pasien untuk rawat gabung ibu dan bayi, ruang
observasi post partus normal maupun patologis serta untuk pasien dengan
kasus Gynecology. Ruang Rawat Inap ini terdiri dari :
1) 2 kamar Kelas 1, berisi 2 bed pasien
2) 2 kamar kelas 2, berisi 3 bed pasien
3) 2 kamar Kelas 3, berisi 3 bed pasien
Dengan fasilitas yang disediakan berdasarkan kamar, yaitu:
a. Kamar Kelas 1
a) Terdapat 2 tempat tidur
b) AC
c) Terdapat TV 21”
b. Kamar Kelas 2
a) Terdapat 3 tempat tidur
c. Kamar Kelas 3
a) Terdapat 3 tempat tidur

3. UNIT KEPERAWATAN

Ruang yang difungsikan untuk merawat pasien dengan penyakit tertentu


termasuk kasus bedah dan non bedah. Ruang rawat inap ini terdiri dari :

a 2 kamar kelas 1 dewasa


b 2 kamar kelas 2 dewasa
18
c 1 Kamar kelas 3 dewasa
d 1 Kamar kelas 3 Anak
e 1 kamar perinatology
f 1 kamar isolasi
g 1 Kamar HCU

Dengan fasilitas yang disediakan pada setiap kamar, yaitu :

a Kamar Kelas 1 Dewasa


1) 1 Kamar terdapat 2 bed pasien
2) TV 21 inci
3) AC

b Kamar Kelas 2 Dewasa


1) 1 Kamar terdapat 3 bed pasien
c Kamar Kelas 3 Dewasa
1) 1 Kamar terdaapat 3 bed pasien
d Kamar kelas 3 Anak
1) 1 Kamar terdapat 3 bed pasien
e Kamar perinatology
1) Terdapat 2 inkubator
f Kamar Isolasi
1) Terdapat 1 bed pasien
g Kamar HCU
1) Terdapat 1 bed pasien

4. UNIT KAMAR OPERASI


Kamar Operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi
sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun
akut, yang membutuhkan keadaan suci hama /steril dan kondisi khusus lainnya.
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi, antara lain :

a Meja operasi
b Meja Instrumen
c Meja Mayo
d Mesin Cauter
e Mesin Anestesi
f Suction Pump
g Lampu Operasi
h AC Sentral
i Trolly Obat
j Trolly untuk tempat tulis-menulis dan tempat lembar kertas
k Tempat sampah Medis
l Standar Infus
19
m Tempat Cuci Tangan

5. UNIT LABORATORIUM

Ruang yang difungsikan untuk memeriksa sample (spesimen) dari pasien


untuk menegakan diagnosa.

a Standar Ruangan :
1) Lokasi Laboratorium di area poli rawat jalan.
2) Luas laboratorium 17.5 m2 terbagi menjadi 2 ruang.
3) Fasilitas air mengalir, pendingin ruangan,lemari pendingin.
4) Tersedia wastafel, untuk cuci tangan dan bak cuci.
5) Lantai berkeramik putih.
b Standar Peralatan Kerja dan Kantor :
1) Meja Laboratorium dilapisi keramik
2) Kursi Laboratorium, lemari, meja tulis dan kursi.
3) Komputer
c Standar Alat dan Bahan Habis Pakai.
1) Peralatan Utama :
a) Alat pemeriksaan Kimia klinik : 1 unit.
b) Alat pemeriksaan Hematologi : 1 unit.
c) Alat pemeriksaan Urine : 1unit
d) Micropipet ukuran 5uL, 10uL,20uL 50uL, 100uL, 200uL, 50uL,
1000uL.
e) Microscope binoculer : 1 unit.
f) Sentrifuge : 2 unit.
g) Roller Mixer : 1unit

2) Peralatan Penunjang :
a) Tabung reaksi 5 ml dan 10 ml.
b) Alat-alat gelas.
c) Wadah plastik untuk sampel urin dan sputum.

3) Bahan Habis Pakai :


a) Reagen, bahan kontrol, dan kalibrator.
b) Larutan Klorin.
c) Kapas alkohol dan plester.
d) Sarung tangan berbagai ukuran, dan Masker sekali pakai.
e) Tissue

6. UNIT RADIOLOGI
a Ruang Penyinaran / X-Ray
1) Pesawat X-Ray
20
2) Dental X-Ray
3) CR
4) X-Ray Lamp
5) Ruang ganti pasien
6) Ruang kamar gelap
7) Komputer
8) Control panel Pesawat X-Ray
9) Perlengkapan proteksi radiasi

7. UNIT FARMASI

a Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1) Lokasi menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
2) Luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di rumah
sakit.
3) Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan
limbah.
4) Memenuhi persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan,
kelembaban, tekanan dan keamanan baik dari pencuri maupun
binatang pengerat.
5) Ruang penyimpanan memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi dan sistem pemisahan untuk
menjamin mutu produk dan keamanan petugas.
6) Ruang pelayanan cukup untuk seluruh kegiatan pelayanan farmasi
rumah sakit dan terpisah antara ruang pelayanan pasien rawat jalan,
pelayanan pasien rawat inap dan pelayanan kebutuhan ruangan.
7) Ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyimpan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan
sesuai hukum, aturan, persyaratan dan teknik manajemen yang baik.
b Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama
untuk perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun
cair untuk obat luar dan dalam.Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif
pada pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk
peralatan tertentu setiap tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia:
Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik
nonsteril maupun aseptik.
1) Peralatan administratisi terdiri dari :
a) Furniture (meja, kursi, rak, kabinet, dan lain-lain).
b) Komputer dan printer
21
c) Alat tulis kantor, jaringan internet

2) Peralatan gudang penyimpanan. Peralatan gudang penyimpanan


terbagi menjadi :
a) Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum berisi : Timbangan
miligram, lemari oabt besar, besi, Lemari obat kecil, besi,
lemari obat, kayu, kaca, lemari pendingin obat 1 pintu.
b) Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus terdiri dari:Lemari
pendingin dan AC untuk obat yang termolabil Fasilitas peralatan
penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala.
c) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat
psikotropika dengan pintu ganda.
d) Peralatan Unit Pelayanan terdiri dari :
e) Pelayanan terdiri dari: Blender obat, mortir, stamper, timbangan
miligram dan anak timbangan,etalase obat kayu, lemari obat
kaca, meja peracikan.

3) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropika,


berkunci ganda, dengan kunci yang selalu dibawa oleh apoteker /
asisten apoteker penanggungjawab shift
4) Lemari pendingin untuk perbekalan farmasi yang termolabil.
5) Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah
yang baik.
6) Pemadam Kebakaran atau Alat Pemadan Api Ringan (APAR)

8. UNIT REKAM MEDIS


a Ruang Pendaftaran
1) Meja
2) Kursi
3) Komputer
4) Printer
5) Telepon
6) Peralatan Tulis
7) Form Status Pasien
8) Ruang tunggu

b Ruang Penyimpanan Arsip


1) Rak
2) Lemari
3) Meja
4) Blower
5) Termometer ruangan
6) Komputer
22
9. UNIT GIZI
a Ruang Konsultasi Gizi
1) Meja
2) Kursi
3) Alat Tulis

b Ruang penyelenggaraan makanan


1) Alat makan
2) Lemari alat makan
3) Meja
4) Peralatan memasak

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. SKRINING PASIEN

23
Skrining adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit/kelainan secara klinis .Skrining dilakukan pada kontak
pertama di dalam atau di luar Rumah Sakit.Kontak pertama adalah dimana pasien
diterima untuk pertama kalinya di Rumah Sakit, biasanya pasien pertama kali datang
ke Unit Rawat Jalan ataupun Instalasi Gawat Darurat.
Skrining awal sangat perlu dilakukan untuk memeperoleh informasi yang tepat
tentang masalah kesehatan yang dihadapi pasien guna menentukan dan mengambil
keputusan tentang pengobatan serta tindak lanjut sehingga setiap pasien yang
diterima dapat dilayani di RS. Bhayangkara TK IV Bogor sesuai dengan fasilitas dan
sumber daya yang tersedia

1. Skrining Pasien Di Luar Rumah Sakit


a. Permintaan rujukan dapat disampaikan oleh kalangan non medis
(masyarakat, keluarga pasien, dll.) maupun kalangan medis (praktik dokter,
praktik perawat/bidan, puskesmas, klinik, RS lain)
b. Permintaan rujukan dapat diterima oleh petugas Pendaftaran,dokter jaga atau
petugas IGD.
c. Setiap permintaan rujukan dari kalangan non medis perlu dimintakan
informasi mengenai kondisi pasien, kesadaran, jumlah korban (dalam
keadaan bencana alam, kecelakaan), kemampuan mobilitas pasien.
d. Setiap permintaan rujukan dari kalangan medis perlu dimintakan informasi
mengenai diagnosis kerja, indikasi rujukan, tanda-tanda vital, kesadaran,
pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan dan hasilnya, pengobatan yang
sudah diberikan.
e. Skrining untuk pasien di luar RS Bhayangkara TK IV Bogor menggunakan
Form Skrining Rawat Jalan

2. Skrining Pasien Di Dalam Rumah Sakit


Pasien yang masuk melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) maupun poliklinik
memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dan tepat. Waktu berperan
sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat.
Proses skrining di dalam Rumah Sakit dilakukan dengan dua cara:

a. Evaluasi Visual atau Pengamatan


1) Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat
dan memerlukan pertolongan segera langsung diarahkan
menurut triage nya.

24
2) Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan
pertolongan segera akan di arahkan ke poliklinik (apabila jam
poliklinik)
3) Jika RS belum mempunyai pelayanan spesialistik tertentu
sesuai kebutuhan pasien maka pasien disarankan untuk di rujuk
ke fasilitas yang sesuai.

b. Dengan pemeriksaan penunjang sebelumnya atau yang di bawa


pasien dari luar Rumah Sakit.

Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang terdahulu atau


yang dibawa pasien dari luar Rumah Sakit bisa ditentukan apakah
Rumah Sakit memiliki jenis layanan yang dibutuhkan oleh pasien.
Apabila Rumah Sakit tidak menyediakan pelayanan yang dibutuhkan
maka akan dilakukan KIE rujukan.

3. Skrining Pasien Rawat Inap


a . Tata Cara skrining pasien rawat inap :
1) Pasien yang datang berobat ke RS.bhayangkara TK IV Bogor
berkewajiban dilakukan skrining pada saat pasien diputuskan untuk
dirawat inap.
2) Unit Gawat darurat (UGD) memberikan pelayanan 24 jam setiap hari,
dan semua pasien emergency diterima di Unit Gawat darurat (UGD)
selama 24 jam.
3) Semua pasien gawat darurat diterima di ruangan triage
4) Dokter dan perawat tiage mengidentifikasi pasien ( sesuai proses
triage).
5) Konsultasi dengan dokter konsultan ahli dapat dilakukan segera, sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
6) Pemeriksaan penunjang medis misalnya : laboratorium, pemeriksaa
radiologi dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dan skrining,
dikerjakan dalam ruang lingkup UGD.
7) Semua pemeriksaa penunjang dilakukan dalam bentuk cito, sehingga
dalam waktu singkat ( kurang dari 2 jam) hasilnya dapat diperoleh.
8) Selain proses triage juga dilakukan pengkajian awal, yaitu :
a) Riwayat kesehatan.
b) Pemeriksaan Psikologi
c) Sosial ekonomi, misalnya status keluarga, dll
d) Riwayat Alergi
e) Status fungsional, contoh risiko jatuh
f) Skrining nyeri
g) Skrining status gizi
25
h) Kebutuhan edukasi
i) Discharge planning
j) Initial diagnose
9) Jika hasil skrining dokter memutuskan pasien harus dirawat inap, maka
dokter mengisi formulir rawat inap dengan lengkap, untuk kemudian
dibawa ke ruang perawatan.
10) Pasien ditunggu stabil dan dilengkapi hasil tesnya sebelum
dipindahkan ke ruangan lain.
11) Pasien yang memerlukan tindakan operasi segera direncanakan oleh
dokter DPJP
12) Jika pasien perlu dirujuk karena beberapa alasan, maka pasien
diobservasi 6-8 jam sebelum dirujuk.
13) Alasan merujuk pasien, antara lain :
a) Ruangan perawatan penuh
b) Pasien memerlukan perawatan namun SDM dan fasilitas rumah
sakit yang membutuhkan belum ada.
14) Pasien yang keadaan umumnya baik dan tidak memerlukan perawatan
lanjut diizinkan pulang.

b . Dari hasil Skrining pasien rawat inap maka akan ditentukan prioritas
kebutuhan pelayanan pasien berdasarkan :

1) Pelayanan Preventif
adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu  yang  tidak  diinginkan. Reverensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum
atauantisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, presensi diartikan sebagai upaya sengaja
dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seorang atau masyarakat. Upaya preventif bertujuan
untuk mencegah terjadinya penyakit di gangguan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Usaha yang dilakukan yaitu:
a) pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil,
remaja, dll)
b) pemberian vitamin B, sodium
c) pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan
menyusui
d) deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita,
penyakit).
e) imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

2) Pelayanan Paliatif

26
Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipline yang berfokus
pada pasien penyakit serius atau mengancam jiwa. Tujuan pelayanan
paliatif adalah mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan,
dan mempertahankan kualitas hidup dari saat setelah diagnosis.
Tujuan dicapai melalui intervensi yang mempertahankan kesejahteraan
fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, meningkatkan komunikasi dan
koordinasi pelayanan, memastikan pelayanan yang layak secara
budaya dan konsisten dengan nilai/ nilai dan prevensi pasien,
memberikan bantuan jika diperlukan dan meningkatkan kemungkinan
bahwa pasien meninggal dengan keadaan minimal.
Di Indonesia sendiri sebenarnya telah ada ketentuan dari
Kementerian Kesehatan yang menyatakan bahwa harus ada
penerapan perawatan paliatif untuk beberapa jenis penyakit serius.
Namun sampai saat ini memang pelaksanaannya masih terhambat
dengan berbagai hal sehingga belum ada perawatan paliatif yang
maksimal yang bisa diterima pasien di rumah sakit.
Walaupun sampai saat ini perawatan paliatif seringnya dilakukan
pada pasien kanker, namun sebenarnya ada beberapa penyakit yang
juga membutuhkan perawatan ini, seperti:
a) Penyakit yang diderita oleh orang dewasa, adalah Alzheimer,
demensia, kanker, penyakit kardiovaskuler (termasuk dengan
serangan jantung), sirosis, penyakit paru obstruktif kronis,
diabetes, HIV/AIDS, gagal ginjal, Multiple Sclerosis, Parkinson,
dan TBC.
b) Penyakit yang dialami oleh anak-anak, yaitu kanker, penyakit
jantung dan pembuluh darah, sirosis, ganggguan pada sistem
imunitas, HIV/AIDS, meningitis, penyakit ginjal, dan masalah
pada sistem saraf.

Pelayanan Kuratif
Pelayanan kuratif bertujuan untuk merawat dan
mengobati anggota keluarga, kelompok yang menderita
penyakit atau masalah kesehatan. Usaha yang
dilakukan, yaitu:
a) Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya
dukungan psikis penderita
b) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut
perawatan dari puskesmas dan rumah sakit
c) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
dirumah, ibu bersalin dan nifas
d) Perawatan tali pusat bayibaru lahir

3) Pelayanan Rehabilitatif
27
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita /
pasien yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok
tertentu yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang
dilakukan yaitu :
a) Pelatihan fisik yang mengalami gangguan fisik seperti, patah
tulang, kelainan bawaan
b) Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya
stroke (fisioterapi)

c. Untuk penentuan prioritas kebutuhan baik pelayanan


preventif, kuratif, paliatif dan rehabilitative akan dituliskan
pada hasil skrining di Form IGD dan RJ pada point
diagnose.

B. PENGELOLAAN ALUR PASIEN

1. ALUR PENDAFTARAN
a. Alur Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (Poliklinik)
1) Pasien datang dan mengambil kartu antrian
2) Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor antrian.
3) Petugas menanyakan apakah sudah pernah berobat ke Rumah Sakit
Bhayangkara TK IV Bogor
4) Petugas tetap menanyakan keluhan utama dan kebutuhan layanan
pasien, walaupun pasien telah mengetahui tujuan poliklinik, dan
langsung didaftarkan kepoliklinik tujuan
5) Setelah proses pendaftran selesai, maka pasien dipersilahkan untuk
duduk menunggu antrian pelayanan Poliklinik yang dituju.
6) Petugas mengamati kondisi pasien dan menanyakan kepada keluarga
pasien yang mendaftar, apakah kondisi pasien memungkinkan untuk
duduk menunggu antrian pelayanan, apabila kondisi pasien lemah,
maka petugas dapat menyarankan pasien untuk dilayani di IGD
7) Dalam proses pendaftaran petugas juga memberikan informasi tentang
perkiraan biaya pemeriksaan rawat jalan.
8) Petugas mengambilkan berkas rekam medis pasien dan
mendistribusikan nya pada poliklinik terkait.
b. Alur Pendaftaran Pasien Gawat Darurat
1) Untuk pendaftaran pasien IGD tidak perlu menggunakan kartu antrian,
tetapi tetap dilayani sesuai dengan prioritas kegawatan pasien.
2) Pendaftaran pasien gawat darurat dapat dilakukan setelah kegawatan
pasien diatasi terlebih dahulu.
3) Pendaftaran pasien gawat darurat dapat dengan menanyakan kartu
identitas pasien kepada pasien/keluarga/ pengantar.

28
4) Bila pasien dalam kondisi tidak sadar dan tidak ada keluarga, maka
petugas mencari kartu identitas pasien pada barang-barang yang
dibawa pasien.
5) Bila kartu identitas pasien tidak ditemukan (pasien tanpa identitas)
maka pasien diberi inisial, yaitu Tn/Sdr/An X jika pasien laki-laki dan
Ny/Nn/An Y jika pasien perempuan.
6) Petugas melengkapi form identitas sosial pasien, kemudian
mendistribusikan ke IGD.

c. Alur pendaftaran Pasien Rawat Inap


1 ) Petugas menanyakan Surat Pengantar Masuk Rumah Sakit (MRS) dari
dokter pengirim, bila pasien datang dengan rujukan dari RS luar /
fasyaskes lain/ praktisi kesehatan lain nya.
2) Bila pasien dari IGD atau Poliklinik dinyatakan harus
masuk rumah sakit (MRS) oleh dokter pemeriksa, maka
dokter pemeriksa membuatkan Surat Permintaan Masuk
Rawat Inap.
3) Petugas mewawancara keluarga pasien untuk proses
pendaftaran Rawat Inap
4) Termasukpersetujuan rawat inap, persetujuan rencana
asuhan pada Form general consent , informasi
perkiraan biaya serta jenis asuransi yang dapat
digunakan pada RS Bhayangkara TK IV Bogor, alur
pelayanan, hak pasien dan keluarga, serta pelayanan
privasi pada Form
5) Setelah proses pendaftaran rawat inap selesai, petugas
mendistribusikan berkas Rekam Medis pasien pada unit
terkait.

2. ALUR PROSES PELAYANAN PASIEN

a. Ketersediaan tempat tidur rawat inap

Rumah Sakit Bhayangkara TK IV Bogor mempunyai ketersediaan


(jumlah) tempat tidur, terdiri dari :
1) Kelas I : 4 Tempat Tidur
2) Kelas II : 6 Tempat Tidur
3) Kelas III : 6 Tempat Tidur
4) Perinatologi : 2 Tempat Tidur
5) Ruang isolasi : 1 Tempat Tidur
6) HCU : 1 Tempat Tidur

Apabila arus pasien Unit Gawat Darurat penuh sesak dan memerlukan
asuhan lanjutan di unit rawat inap, maka MPP (Manajer Pelayanan Pasien)
29
berkoordinasi dengan PPA (Profesional Pemberi Asuhan) untuk mencegah
penumpukan pasien di Unit Gawat Darurat. Salah satu nya adalah
memonitor ketersediaan tempat tidur yang ada di RS Bhayangkara TK IV
Bogor. Bila tempat tidur yang ada sudah penuh semua maka MPP
berkoordinasi dengan PPA untuk langkah selanjutnya yang di ambil agar
pasien tidak menumpuk dan tidak tertunda dalam mendapatkan Asuhan,
misalnya dengan merujuk pasien ke RS lain yang sama kompeten nya.
MPP berkolaborasi dengan PPA menberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga atau wali pasien sebelum memindahkan pasien ke RS lain dengan
menuliskan pada Form Edukasi yang ditandangai oleh Pemberi Edukasi
(MPP atau PPA) dan pemerima edukasi ( Pasien atau keluarga)

b. Fasilitas penempatan sementara pasien

Alur pasien menuju dan penempatannya di Unit Gawat Darurat


berpotensi membuat pasien bertumpuk. Terlebih lagi bila ada kejadian luar
biasa, seperti kecelakaan beruntun dan masal, keracunan masal serta
kejadian lain yang perpotensi membuat penumpukan pasien di Gawat
Darurat. Sehingga dibutuhkan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas,
teknologi medis, dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan
sementara pasien. PPA menggolongkan terlebih dahulu kriteria kegawatan
pasien.Apabila pasien tersebut gawat tidak darurat maka dapat di
tempatkan di Poli Klinik bila Poliklinik tidak sedang dalam pelayanan.Untuk
pasien Gawat Darurat yang telah selesai registrasi Rawat Inap dan telah
mendapatan asuhan serta siap d transfer, maka segera di transferkan ke
unit Rawat Inap agar tempat tidur d UGD dapat digunakan oleh pasien yang
datang.Kolaborasi MPP dan PPA juga diperlukan dalam menyelesaikan
masalah tersebut. Agar pasien atau keluarga tidak mengeluhkan pelayanan
di Gawat Darurat yang penuh sesak maka ketika keluarga pasien
mendaftarkan pasien di pendaftaran Rawat Jalan, petugas pendaftaran
rawat jalan perlu untuk memberikan informasi dan edukasi pada keluarga
pasien dan menuliskan pada form Edukasi.

c. Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien

Selain fasilitas penempatan sementara pasien, tenaga untuk


menghadapi penumpukan pasien di beberapa lokasi sementara juga
dibutuhkan.Untuk mengatasi masalah ini semua staff di RS Bhayangkara
TK IV Bogor turut berperan serta menyelesaikan masalah tersebut,
terutama tenaga kesehatan.Perawat atau Dokter Unit Gawat Darurat dapat
melaporkan kepada Pawas pada hari itu agar mendapatkan bantuan
tenaga dalam pelayanan.Pawas dapat meminta bantuan tenaga kepada
perawat Poli, Rawat Inap maupun Kamar Besalin agar pasien tetap
terlayani dengan baik. Koordinasi staff staff terkait dapat dilakukan oleh

30
MPP. Sehingga pasien tetap mendapatkan asuhan dan tidak mengganggu
pelayanan yang berpengaruh pada keselamatan pasien.

d. Alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan dan pelayanan


lainnya.

1) Alur pelayanan Rawat Jalan (Poliklinik)


a) Setelah pasien melakukan proses pendaftaran untuk
pemberian pelayanan Rawat Jalan maka pasien di arahkan
ke ruang tunggu Poliklinik Rawat Jalan.
b) Perawat rawat jalan menerima berkas Rekam Medis pasien
untuk dimasukkan ke register Poliklinik Rawat Jalan.
c) Perawat rawat jalan memilah berkas rekam medis pasien
berdasarkan poliklinik yang dituju.
d) Dilakukan skrining awal kepada pasien oleh perawat rawat
jalan.
e) Kemudian pasien di KIE tentang waktu pemberian
pelayanan oleh DPJP yang dimaksud,
f) Bila terjadi penundaan pelayannan, maka perawat akan
memberikan informasi kembali kepada pasien.
g) Seluruh pemberian informasi kepada pasien akan dituliskan
pada Form Edukasi.
h) Pemberian pelayanan oleh DPJP dimulai pada proses
assessment medis dan perawatan.
i) Penegakan diagnose oleh DPJP bisa disertai pemeriksaan
penunjang yang disertai advis oleh DPJP
j) Pemberian terapi oleh DPJP berdasarkan advis dari DPJP
(Resep) akan diberikan oleh perawat kepada petugas
farmasi.
k) Selanjutnya pasien menyelesaikan administrasi di kasir
dan mengambil obat serta diberi penjelasan tentang dosis,
jenis dan cara minum obat yg di bawa pulang di unit
farmasi.

2) Alur pelayanan IGD


a) Pasien di skrinning oleh perawat IGD saat pasien datang
b) Bila pasien tidak membutuhkan perawatan kegawatan,
maka diarahkan ke Poliklinik (bila jam buka Poliklinik)
c) Bila pasien membutuhkan rujukan, maka akan dilakukan
proses rujukan
d) Bila pasien dapat dilayani di RS Bhayangkara TK IV Bogor,
maka pasien masuk proses triage

31
e) Di dalam triage akan dikelompokkan menurut prioritas
kegawatan.
f) Selanjutnya dilakukan assessment medis dan assessment
perawatan
g) Penegakan diagnosa oleh dokter jaga IGD desertai dengan
pemeriksaan penunjang
h) Dilakukan konsultasi oleh dokter jaga IGD kepada DPJP
berdasarkan diagnosa dan hasil pemeriksaan penunjang
yang dituliskan pada Lembar Konsul
i) Pelaksaan terapi lanjutan sesuai dengan advise DPJP di
Form IGD point instruksi lanjutan yang diberi stempel SBAR
TBAK
j) Stabilitasi kondisi pasien sampai dengan proses transfer
siap dilakukan ke unit rawat inap
k) Bila kondisi pasien belum memungkinkan dilakukan proses
transfer, maka perlu dilakukan observasi di IGD
l) Pasien dan keluarga diberikan informasi alasan penahanan
untuk observasi, di tuliskan pada Form Edukasi
m) Apabila dalam masa observasi kondisi pasien memburuk,
maka dokter jaga IGD melakukan assessment ulang
terhadap kondisi pasien
n) Perkembangan selama observasi dicatat di lembar
Observasi pasien.
o) Catatan observasi dilampirkan pada Form Transfer Pasien
Antar Unit.
p) Apabila terjadi penumpukan pasien (seluruh tempat tidur di
IGD terpakai), maka akan disediakan ekstra bed untuk
memberikan pelayanan pasien yang masuk IGD
selanjutnya.
q) Setiap terjadi penumpukan / penundaan pelayanan harus
diinformasikan kepada pasien dan keluarga oleh petugas
IGD atau di fasilitasi oleh MPP yang tertulis pada form
edukasi.

3) Alur pelayanan Rawat Inap


a) Saat pasien dinyatakan harus masuk rumah sakit (MRS)
oleh dokter pemeriksa, maka dokter menulis surat
permitaan rawat inap yang selanjutnya digunakan pasien
atau keluarga untuk mendaftar pada pendaftaran rawat
inap.

32
b) Perawat IGD atau Poliklinik melengkapi Form Transfer
Pasien Antar Ruangan yang selanjutnya digunakan untuk
serah terima pasien di unit rawat inap.
c) Pasien diskrining ulang oleh perawat rawat inap
d) Dilakukan assessment awal rawat inap baik medis maupun
perawatan
e) Dilakukan rencana asuhan pada pasien oleh medis,
perawat, dan nakes lainnya seperti gizi dan farmasi
f) Apabila di dalam proses asuhan diperlukan pemeriksaan
ulang / tambahan oleh DPJP, maka pasien akan dilakukan
pemeriksaan sesuai kebutuhan (ke unit radiologi atau
laboratorium)
g) Bila dalam proses asuhan pasien membutuhan tindakan
pembedahan, maka akan dilaksanakan tindakan
berdasarkan regulasi kamar operasi.
h) Bila pasien membutuhkan pelayanan rehabilitative (Rehab
Medik) maka dilakukan kerjasama dengan petugas rehab
medic dari RS luar.
i) Dilakukan assessment lanjutan (resiko tinggi) yang
meliputi : pasien post op, mall nutrisi, resiko jatuh, dan
tahanan.
j) Dilakukan Discharge Summary oleh DPJP, perawatan, Gizi,
dan Farmasi untuk seluruh pasien rawat inap yang KRS,
baik yang pulang atas permintaan sendiri (APS), rujuk,
meninggal dunia, sembuh, melarikan diri ataupun cuti.
k) Pasien atau keluarga menyelesaikan proses administrasi I
kasir sesuai dengan status penjamin pasien
l) Mengambil obat pulang dibagian farmasi serta
mendaparkan edukasi tentang dosis, jenis, dan cara minum
obat oleh petugas Farmasi.
m) Keluarga pasien di arahkan ke unit rawat inap untuk
mengambil instruksi pasien pulang dan ringkasan pasien
pulang yang selanjutnya di gunakan untuk kontrol sesuai
dengan jadwal yang diinstruksikan serta dilakukan
pengecekan ulang obat yang akan dibawa pulang dan
pemberian edukasi untuk perawatan di rumah.

e. Efisiensi pelayanan non klinis penunjang asuhan dan tindakan kepada


pasien

1) Transportasi
a) Rumah sakit Bhayangkara TK IV Bogor menyediakan
layanan program ambulance
33
b) Apabila pasien yang ingin berobat ke RS Bhayangkara TK
IV Bogor tidak memungkinkan dalam kondisi datang sendiri
atau tidak ada kendaraan untuk mengantar, maka dapat
meghubungi RS dan akan dijemput oleh driver beserta
perawat yang akan mendampingi selama menuju RS.
c) Apabila pasien yang sudah diperboleh kan pulang setelah
rawat inap, maka dapat menggunakan dengan kendaraan
sesuai dengan kondisi pasien.

2) Linen
a) Pasien atau keluarga dapat meminta linen baru kepada
perawat rawat inap bila menginginkan linen tersebut
diganti, misalkan terkena cairan tubuh pasien.
b) Perawat mengambilkan stok linen di ruangan dan menuju
kamar pasien untuk mengganti linen.

3) Gizi
a) Apabila pasien rawat inap memerlukan air panas, maka
keluarga pasien dapat memberitahu perawat bahwa
memerlukan air panas untuk keperluan pasien.
b) Perawat mengarahkan keluarga pasien untuk mengambil di
tempat atau dispenser yang sudah disediakan oleh rumah
sakit.

f. Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai kebutuhan pasien


Pemberian pelayanan asuhan pada pasien rawat inap akan
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan baik fisik maupun penunjang.
Sehingga pada proses pelayanan nya nanti sesuai dengan sasaran
dan dapat menekan biaya serta tidak merugikan keluarga maupun
pasien.
Misalkan untuk pasien resiko jatuh, maka harus dipasang tanda
Resiko Jatuh dan dipasang pengaman bed / pagar bed. Serta pada
gelang identitas tertempel stiker warna kuning (Fall Risk).

g. Akses pelayanan yang bersifat mendukung

1) Layanan Kerohanian

a) Perawat / Staf rumah sakit memberitahu dan.menawarkan


kepada pasien tentang adannya pelayanan kerohanian
sesuai dengan Agama dan kepercayaan yang dianut
pasien.

34
b) Pasien atau keluarga meminta pelayanan kerohanian
kepada perawat / staf rumah sakit sesuai dengan Agama
dan kepercayaan yang dia anut.
c) Perawat / staf rumah sakit merespon permintaan pelayanan
kerohanian dengan meminta pasien atau keluargamengisi
form permintaan pelayanan kerohanian.
d) Perawat /Staf penanggung jawab shift menghubungi tim
pelayanan kerohanian. Tim pelayanan rohaniyang
menghubungi pemuka Agama sesuai dengan Agama yang
dianut pasien.
e) Perawat / staf rumah sakit menyimpan formulir permintaan
pelayanan kerohanian di rekam medis pasien.

C. PENUNDAAN DAN KETERLAMBATAN PELAYANAN

Penundaan pelayanan adalah adanya waktu menunggu yang lama untuk


pelayanan diagnosis dan pengobatan atau dalam mendapatkan rencana pelayanan
yang membutuhkan penempatan di daftar tunggu.Kriteria ini tidak termasuk waktu
tunggu pelayanan rawat jalan yang dikarenakan penundaan karena dokter terlambat
datang.
Daftar Tunggu adalah rincian nama pasien yang membutuhkan antrian
pelayanan pada unit tertentu yang diatur berdasarkan waktu kedatangan pasien pada
unit tersebut, yang dapat terlewati oleh prioritas pelayanan atas dasar kondisi
kegawatdaruratan yang disampaikan oleh dokter penanggung jawab pasien.

1. Tatalaksana Penundaan Pasien Rawat Jalan


a. Pasien dan keluarga diberikan informasi tentang alasan penundaan
pelayanan, menunggu dan /atau penempatan didaftar tunggu serta alternative
pelayanan yang bisa didapatkan oleh petugas
b. Pasien atau keluarga pasien menandatangani bukti pemberian informasi
penundaan pelayanan yang ada dalam berkas rekam medis pasien.
c. Pasien dipersilahkan menunggu di ruang tunggu jika penundaan masih
dalam jam kerja atau pasien dipersilahkan meninggalkan tempat jika
penundaan/ menunggu hingga akhir jam kerja/ lebih dari 24 jam.
d. Jika pada batas waktu yang ditentukan, belum ada informasi tentang
penundaan pelayanan maka petugas akan memberitahukan kepada pasien/
keluarga melalui alat telekomunikasi yang dapat digunakan atau pasien/
keluarga dapat menanyakan kepada unit terkait tentang informasi penundaan
tersebut.

2. Tatalaksana Penundaan Pelayanan Rawat Inap

35
a. Pasien yang akan mendapatkan pelayanan rawat inap, dan pada saat
melakukan registrasi di Tempat Pendaftaran Pasien diketahui bahwa kamar
yang dikehendaki masih belum dapat dipergunakan, misalnya masih dalam
proses pembersihan, masih dilakukan perbaikan, dsb., maka setelah
diberitahukan alasan penundaan dan kemungkinan penyelesaian pekerjaan
tersebut, pasien dan atau keluarganya dapat ditawari untuk tetap menunggu
atau dipindahkan ke kamar lainnya
b. Pasien yang akan mendapatkan pelayanan rawat inap tidak dapat dilayani
pemesanan kamar sesuai keingan pasien, untuk menghindari adanya
penundaan pelayanan rawat inap maka untuk sementara kamar akan di
alihkan atau dititipkan, walaupun tidak sesuai dengan keinganan pasien.

3. Tatalaksana Penundaan Pelayanan Diagnostic


a. Pasien yang membutuhkan pelayanan diagnostik (radiologi atau
laboratorium), dimana diketahui pemeriksaan tersebut tidak dapat
dilaksanakan karena peralatan diagnostic yang dikehendaki belum dapat
dipergunakan (misalnya karena rusak), maka apabila masih dilakukan
perbaikan, pasien dan atau keluarga diberikan informasi mengenai alasan
penundaan tersebut dan perkiraan waktu penyelesaian dan pelaksanaan
pemeriksaan yang dikehendaki.
b. Apabila dimungkinkan maka pelayanan diagnostic tersebut dapat disarankan
untuk dialihkan ke sarana pelayanan kesehatan lain di luar RS.

4. Tatalaksana Penundaan Pelayanan Bedah


a. Pelayanan bedah elektif dapat mengandung konsekuensi terjadinya waktu
tunggu pelayanan.
b. Perawat Unit Kamar Operasi melakukan pencatatan dan
mengkoordinasikannya dengan Tim Bedah untuk waktu pelaksanaan
sesuai dengan jadwal yang tersedia dan urutan kedatangan pasien.
c. Pasien diberi informasi mengenai waktu pelaksanaan tindakan bedah tersebut
dan diberikan alternative pelayanan bedah di sarana pelayanan kesehatan
lain di luar Rumah Sakit apabila diperlukan.
d. Penundaan pelayanan Bedah diinformasikan kepada pasien dan dituliskan
pada Form Rekam medis

D. PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN ( PPA )


1. PPA Yang Kompeten Dan Profesional
a. Asuhan pasien dilakukan oleh PPA dan staf klinis yang kompeten dan
berwenang.
b. Asuhan pasien dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau
rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif,
atau kombinasinya, yang berdasarkan hasil asesmen dan asesmen ulang
36
pasien.
c. Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan
oleh semua PPA, dan dapat dibantu oleh staf klinis lainnya.
d. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama
berhak mendapat asuhan yang sama/seragam di rumah sakit.
e. Asuhan pasien yang seragam terefleksi dalam hal-hal sebagai berikut:
1) akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan oleh
PPA yang kompeten,dapat dilakukan setiap hari, setiap minggu atau
setiap waktu;
2) penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis dan
pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada
populasi yang sama;
3) pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama di semua unit
pelayanan di rumah sakit;
4) pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima
asuhan keperawatan yang setara di seluruh rumah sakit;
5) penerapan serta penggunaan regulasi, form dan rekam medis yang
sama dalam asuhan klinis pasien.
f. Pelayanan dan asuhan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk
pelayanan dan asuhan pasien terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal
dan vertikal.
g. Pelayanan/asuhan terintegrasi horizontal melibatkan kontribusi PPA yang
sama pentingnya/sederajat.
h. Pelayanan/asuhan terintegrasi vertikal merupakan pelayanan berjenjang
oleh/melalui berbagai unit pelayanan sampai ke tingkat pelayanan yang
berbeda.
i. Manajer Pelayanan Pasien (MPP) berperan dalam mengintegrasikan
pelayanan dan asuhan melalui komunikasi dengan para PPA.

2. Integrasi Asuhan PPA

Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi berfokus pada pasien dan


mencakup elemen sebagai berikut :
a. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga;
b. DPJP sebagai Ketua tim PPA;
c. DPJP melakukan koordinasi asuhan inter PPA dan bertugas dalam seluruh
fase asuhan rawat inap pasien serta teridentifikasi dalam rekam medis pasien;
d. Bila kondisi pasien membutuhkan lebih dari 1 (satu) DPJP, ditetapkan DPJP
Utama;
e. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan berkolaborasi secara
interprofesional;
f. Perencanaan pemulangan pasien yang terintegrasi;
37
g. Asuhan gizi yang terintegrasi;
h. Peran MPP dalam mendorong penerapan pelayanan dan asuhan yang
terintegrasi antar PPA.

3. Rencana Asuhan Oleh PPA


a. Asuhan pasien dilakukan oleh PPA dan staf klinis yang kompeten dan
berwenang.
b. Asuhan pasien dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau
rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif,
atau kombinasinya, yang berdasarkan hasil asesmen dan asesmen ulang
pasien.
c. Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan
oleh semua PPA, dan dapat dibantu oleh staf klinis lainnya.
d. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama
berhak mendapat asuhan yang sama/seragam di rumah sakit
e. Asuhan pasien yang seragam terefleksi dalam hal-hal sebagai berikut:
1) akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan oleh
PPA yang kompeten, dapat dilakukan setiap hari, setiap minggu atau
setiap waktu;
2) penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis dan
pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada
populasi yang sama;
3) pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama di semua unit
pelayanan di rumah sakit;
4) pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima
asuhan keperawatan yang setara di seluruh rumah sakit;
5) penerapan serta penggunaan regulasi, form dan rekam medis yang
sama dalam asuhan klinis pasien.

E. KONTINUITAS PELAYANAN
1. Pengaturan Pelayanan Keperawatan 24 Jam
a. Pengaturan jadwal perawat rawat inap terbagi dalam 2 shift, yaitu sebagai
berikut :
1) Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 17.00 WIB
2) Shift Siang : jam 17.00 WIB – 07.00 WIB (keesok harinya)
b. Jadwal perawat rawat inap disusun setiap bulan oleh Kepala Ruang
Keperawatan dengan sepengetahuan Kasubag Wasintern.
c. Bila perawat rawat inap berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya
dan melaporkan kepada Kepala Ruang Keperawatan
d. Jadwal perawat jaga keperawatan terpasang di papan informasi unit
keperawataan
38
Kami melaksanakan setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat itu berdinas dan pasien akan dirawat oleh seorang
perawat yang berbeda di hari berikutnya sesuai dengan jadwal perawat jaga.
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien
tertentu.

Dimulai perawat menuju kamar pasien masing-masing dan


memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga dan menanyakan keadaan
pasien.

2. Perawat Operan (Hand Over)


a. Tatalaksana komunikasi serah terima pasien/ operan antar shift atau antar
petugas ruangan
1. Lakukan pengkajian ulang
2. Kumpulkan data yang di perlukan
3. Pastikan diagnose medis pasien dan prioritas masalah keperawatan
yang akan di lanjutkan
4. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian
5. Siapkan rekam medis pasien termasuk rencana perawatan harian
6. Lakukan serah terima dengan shift berikutnya atau perawat ruang lain.
Data yang wajib di serahterimakan adalah: status kesehatan pasien,
ringkasan asuhan, perkembangan pasien dan rencana asuhan.
7. Petugas/perawat yang di operi wajib mengulangi pesan/read
back,apa yang sudah di sampaikan.
8. Tanda tangan serah terima pasien.

F. TRANSFER PASIEN ANTAR UNIT (INTRAHOSPITAL)

Transfer pasien antar unit pelayanan (intra rumah sakit) adalah memindahkan
pasien dari satu unit ke unit lain di dalam RS Bhayangkara TK IV Bogor, yang memiliki
pelayanan & fasilitas yang sesuai dengan status dan kebutuhan pasien akan
perawatan lanjutan, berdasarkan pertimbangan faktor penyakit, fasilitas, dan
ketenagaan.
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan
keamanan pasien saat menjalani transfer, dan transfer pasien hanya dilakukan
apabila kondisi pasien layak untuk ditransfer.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan petugas yang akan mendampingi transfer pasien,
menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien saat
transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staff medis dan staff
keperawatan yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih.

39
Dalam melakukan transfer pasien antar ruangan di RS Bhayangkara TK IV Bogor
harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :.
1. Prosedur transfer hanya boleh dilakukan apabila pasien dalam keadaan yang
cukup baik / stabil / transportable untuk dipindahkan ke unit lain (dapat ditangani
dengan aman dengan fasilitas medik / non medik dan dokter / perawat yang
kompeten dalam proses transfernya).
2. Pasien yang akan ditransfer maka kegawatannya diatasi terlebih dahulu di unit
yang akan merujuk.
3. Pasien di transfer dari atau ke unit lain dengan mempertimbangkan kebutuhan
transportasi medik (kursi roda, bed, brankard) harus diperiksa secara seksama
dan dipastikan bahwa pasien layak dibawa dengan alat tersebut.
4. Pasien ditransfer ke unit lain dengan mempertimbangkan keselamatan pasien,
kelayakan transport dan harus memenuhi pencegahan dan pengendalian infeksi.
5. Proses mentransfer pasien tetap memperhatikan kesinambungan pengobatan &
perawatan pasien serta memastikan agar unit lain mampu memenuhi kelanjutan
kebutuhan pasien.
6. Sebelum ditransfer ke unit lain dipastikan bahwa sudah tersedia tempat
perawatan atau fasilitas diagnostik atau terapi yang diperlukan tersebut di unit
lain.
7. Bila pasien dalam pengelolaan manajer pelayanan pasien (MPP) maka
kesinambungan proses transfer dipantau, diikuti, dan transfer nya disupervisi
oleh manajer pelayanan pasien (MPP).
8. Pasien yang dipindahkan di unit lain harus menyertakan formulir Transfer Pasien
Antar Ruangan, yaitu formulir yang berisi kondisi atau status klinik pasien,
prosedur dan tindakan yang telah dilakukan dilakukan di unit yang akan
melakukan transfer, serta prosedur dan tindakan yang akan dilanjutkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien di unit yang akan dilakukan transfer. Formulir ini
memuat :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan jam MRS
c. DPJP Utama dan DPJP Konsulan
d. Indikasi pasien masuk di rawat
e. Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostic
(Riwayat kesehatan dapat di tulis pada kolom alasan di rawat )
f. Memuat setiap diagnosis yang di buat
g. Memuat setiap prosedur yang dilakukan
h. Memuat obat yang diberikan dan tindakan lain yang dilakukan
i. Memuat keadaan pasien pada saat dipindah (transfer)
9. Formulir ini digunakan pada transfer pasien :
a. IGD ke IRNA,HCU, Ruang Isolasi
b. IRNA ke HCU, Ruang Isolasi
c. HCU ke Ruang Isolasi, IRNA

40
d. Ruang Isolasi ke HCU, IRNA
e. Ruang Rawat Gabung Ibu dan Bayi ke Ruang HCU
f. Ruang HCU ke Ruang Ruang Rawat Gabung Ibu bayi
g. Ruang Rawat Anak ke Ruang HCU
h. HCU anak ke Ruang Rawat Anak
i. IRNA, IGD, Poliklinik ke Ruang Operasi

Berikut ini adalah panduan perlu tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat
atau derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh dokter
DPJP) :

1. Derajat 0
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhanya dengan ruang rawat inap.
Transfer pasien dapat didampingi oleh perawat.

2. Derajat 1
Pasien dengan resiko perburukan kondisi atau pasien yang sebelumnya
menjalani perawatan di High Care Unit ( HCU ), dimana membutuhkan
perawatan di ruang rawat inap biasa. Dapat didampingi oleh perawat dengan
dibantu Portir ( memiliki kemampuan BLS ). Perawat pada derajat ini harus yang
sudah memiliki kompetensi BLS, cara pemberian oksigen, sudah berpengalaman
dalam memberikan obat – obatan yang spesifik, dapat melakukan suction dan
perawatan trakheostomi bila memungkinkan.

3. Derajat 2
Pasien yang membutuhkan observasi atau intervensi yang lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan satu system organ atau perawatan pasca
operasi yang membutuhkan perawatan di ruang intensif. Pasien harus
didampingi perawat terlatih dan dokter. Perawat transfer pada level ini harus
mempunyai kompetensi seperti pada level 1ditambah dengan kompetensi :
mempunyai pengalaman kerja 2 tahun merawat pasien kritis, dapat memberikan
bantuan pernapasan menggunakan ambubag, dapat menggunakan defibrillator,
dapat melakukan perawatan CVP.

4. Derajat 3
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut ( advanced
respiratory support ) dengan dukungan atau bantuan pada minimal 2 sistem
organ, termasuk pasien- pasien yang membutuhkan penanganan multi
organ.dan harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih dan
berpengalaman yaitu perawat didampingi dokter yang memiliki kompetensi
ACLS.

41
5. Kompentensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang Harus di Bawa
Selama Transfer Antar Ruangan

Pasien Petugas Keterampilan Yang Peralatan


Pendamping Dibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 Perawat Bantuan Hidup Dasar ( BLS )  Status Rekam
Medis
 Hasil
Pemeriksaan
Penunjang ( foto
Rontgen )
 Formulir
Transfer
 Kursi Roda atau
Tempat Tidur

Derajat 1 Perawat dan  Bantuan Hidup Dasar  Semua


Portir ( BLS ) Peralatan pada
 Pemberian obat- obatan Pasien Derajat
yang spesifik 1, ditambah;
 Keterampilan Suction  Tabung Oksigen
dan Kanul
 Suction
 Tiang Infus
Portabel
 Pompa infuse
dengan baterai
 Oksimetri denyut
Derajat 2 Dokter dan  Semua Ketrampilan pada  Semua
Perawat Pasien Derajat 0 dan 1 Peralatan pada
 Perawat dengan Pasien Derajat 0
kompetensi ketrampilan dan 1 ditambah;
oksigenasi dengan  Monitor EKG bila
menggunakan ambubag memungkinkan
 Perawatan CVP dan tekanan
 Perawatan Trakheostomi darah
 Pengalaman kerja 2
tahun merawat pasien
kritis (ICU) bila

42
memungkinkan
Derajat 3 Dokter dan  Semua Keterampilan  Semua
Perawat pada Pasien Derajat 0, 1 Peralatan pada
dan 2 ditambah; Pasien Derajat
 Kompetensi Perawat 0, 1 dan 2
dapat menggunakan  Defibrillator bila
Defibrillator memungkinkan
 Standar Kompetensi  Alat Bantu
Dokter harus memiliki Pernafasan
Sertifikat ACLS (ventilator) bila
memungkinkan

G. HAK PASIEN DALAM PELAYANAN DAN ASUHAN

1. Hak Dan Kewajiban Pasien

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan


yang berlaku Rumah Sakit
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar Rumah Sakit.
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan .
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya

43
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
Rumah Sakit terhadap dirinya
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya
q. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana
r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai
dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Mengidentifikasi Dan Menghargai Agama, Keyakian


Dan Nilai-Nilai Pribadi
a. Pelaksanaan dalam Identifikasi nilai-nilai kepercayaan pasien memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai dengan latar belakang kepercayaan dan budaya klien serta
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya
klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila
budaya yang dimiliki pasien bertentangan dengan kesehatan.
b. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Di loket pendaftaran
a) Petugas berpenampilan rapi dan menggunakan atribut seragam
lengkap.
b) Petugas santun dan ramah dalam bertutur kata sehingga pasien
maupun keluarganya lebih terbuka untuk mengungkapkan hal-
hal terkait pelayanan.
c) Pada saat pasien dinyatakan rawat inap,petugas menanyakan
agama dan keyakinan serta kepercayaan maupun budaya yang
dianut pasien.
d) Mengidentifikasi nilai-nilai kepercayaan yang dianut pasien
apabila ada atau pantangan yang dipercayai pasien,seperti hari
naas,tidak boleh makan sesuatu,lahir langsung sunat dan lain-
lain.
2) Di ruang perawatan

44
a) Petugas perawat mengadakan pedekatan dengan santun dan
ramah dalam bertutur kata sehingga pasien maupun keluarganya
lebih terbuka untuk mengungkapkan hal-hal terkait pelayanan.
b) Petugas perawat melaksanakan assesment pasien terkait
spiritual dan kepercayaan pasien
c) Apabila pasien dengan kepercayaannya membutuhkan
pelayanan kerohanian seperti do’a,petugas keperawatan bisa
menghubungi tim pelayanan kerohanian.
d) Petugas menghormati kepercayaan pasien terhadap suatu hal
sesuai sesuai aturan Rumah Sakit, seperti :
(1) Menolak dilakukan transfusi darah oleh suatu kepercayaan.
(2) Menolak resusitasi jantung dalam keadaan membutuhkan
resusitasi (selama stadium akhir hidup).
(3) Menolak pulang hari tertentu karena kepercayaannya.
(4) Menolak dilayani petugas laki-laki pada pasien perempuan.
(5) Menolak diberikan imunisasi pada anaknya.
(6) Menolak dirawat lanjutan secara medis dan mencari
pengobatan alternatif.
(7) Tidak memakan sesuatu jenis makanan tertentu,missal
daging sapi,ikan bersisik dan lain-lain.
(8) Pada bayi perempuan minta disunat karena kepercayaan.
(9) Dan lain-lain.

3. Simpan Rahasia Pasien Dan Menghormati Kebutuhan Privasi


a. Rekam Medis
1) Pengambilan dokumen dari rekam medis dari tempat penyimpanan
hanya dapat dilakukan oleh petugas rekam medis.
2) Peminjaman dokumen rekam medis oleh petugas medis di dalam
rumah sakit harus disertai buku expedisi peminjaman dokumen rekam
medis yang ditandatangani oleh peminjam atau pengambil serta
petugas rekam medis yang menyerahkan dokumen.
3) Peminjam dokumen rekam medis oleh petugas medis di luar rumah
sakit harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala RS
Bhayangkara TK IV Bogor..
4) Peminjam dokumen rekam medis oleh instansi di luar rumah sakit
(pengadilan atau kepolisian) harus disertai pengajuan tertulis oleh
instansi bersangkutan kepada Kepala RS Bhayangkara TK IV Bogor
dan penyerahannya disertai berita acara.
5) Permintaan salinan atau copy isi dokumen rekam medis oleh pasien
atau keluarganya harus disertai pengajuan tertulis kepada Kepala RS
Bhayangkara TK IV Bogor serta menandatangani pernyataan
kerahasiaan isi rekam medis dan penyerahannya disertai berita acara.

45
6) Setiap lembar hasil fotocapy dokumen rekam medis yang diberikan
kepada pihak luar harus ditandatangani oleh pejabat yang membawahi
Instansi Rekam Medis atau Kepala Bidang Penunjang Medis dan diberi
stempel rumah sakit.
7) Orang tua baru anak adopsi menerima hak sebagai orang tua asli,
berhak untuk memeriksa dokumen rekam medis anak angkatnya
hingga dewasa, kecuali dokumen rekam medis masa lampau yang
berkaitan dengan orang tua aslinya.
8) Penyimpanan data rekam medis dilakukan secara sentralisasi di
Instansi Rekam Medis.
9) Terkait keamanan dokumen rekam medis selain petugas tidak
diperkenankan masuk ke ruang penyimpanan dokumen rekam medis.
10) Melakukan sumpah untuk petugas rekam medis yang belum
menempuh pendidikan diploma rekam medis, sedangkan untuk
mahasiswa melakukan konfirmasi dengan pihak institusi pendidikan
untuk sumpah profesinya.
11) Akses informasi rekam medis hanya diperbolehkan kepada orang yang
berhubungan langsung dengan pelayan pasien seperti dokter, perawat,
tenaga kesehatan lain.
12) Unit atau bagian/Staf lain yang dapat mengakses informasi rekam
medis diluar tenaga kesehatan harus diambil sumpah untuk menjaga
kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien.

b. Pelayanan Privasi Pasien


1) Tidak memasang papan nama pasien di setiap Instalasi rawat Inap.
2) Perawat melakukan serah terima dinas di kantor perawat dan pada
saat keliling ruangan bersifat konfirmasi kepada pasien.
3) Perawat rawat inap menyimpan data rekam medis di lemari atau laci
yang aman.
4) Pada saat dokter visite dan melakukan pemeriksaan fisik tetap
menjaga privasi pasien dengan cara :
a) Meminta penunggu pasien atau orang yang sedang berkunjung
untuk keluar sebentar karena dokter akan memeriksa pasien.
b) Menutup gorden atau penyekat kamar.
c) Meminta ijin kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan fisik
dan memakaikan selimut.
d) Menyediakan tempat atau ruangan untuk konsultasi antara
pasien atau keluarga dengan dokter (di ruang konsultasi dokter,
ruang kepala ruangan).
5) Rumah sakit menghormati hak pasien atau keluarga untuk tidak mau
dikunjungi karena alasan kesehatan pasien, dengan memberikan
tulisan di pintu masuk kamar pasien bertuliskan “Mohon maaf demi

46
kesembuhan pasien, untuk sementara pasien tidak dapat
menerima tamu atau pengunjung”. Dilengkapi dengan pengisian
formulir permintaan pembatasan pengunjung.
6) Setiap pasien mengisi formulir Pelepasan Informasi Medis yang berisi
kepada siapa saja pasien tersebut memberi kewenangan kepada
rumah sakit untuk menjelaskan status medisnya. Dan pasien
menandatangani pernyataan tersebut.
7) Bila ada yang menanyakan tentang kondisi kesehatan pasien melalui
telepon selain keluarga, petugas tidak diperkenankan memberikan
informasi tanpa seijin pasien atau keluarga.
8) Dokter dan perawat di RS Bhayamgkara TK IV Bogor wajib menjaga
kerahasiaan informasi kesehatan pasien, informasi hanya diberikan
kepada keluarga terdekat dan seijin pasien.
9) Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan dilakukan
pemeriksaan penunjang atau pindah rawat/kamar, pastikan saat transfer
privacy pasien terlindungi, contoh dengan menggunakan selimut
10) Jika pasien masih dalam kondisi sadar dan berkompeten dalam
mengambil keputusan, pasien wajib mengisi formulir pelepasan
informasi (termasuk dalam Persetujuan Umum) baik rawat jalan
maupun rawat inap.
11) Melakukan pembatasan jam berkunjung.
12) Untuk pasien dengan kondisi terminal atau gaduh gelisah bila ada
kamar kosong dipindahkan ke kamar tersebut, bila tidak ada,
diberitahukan kepada keluarga pasien yang lain untuk menjaga 1 (satu)
orang saja yang ada di dalam ruangan.
13) Bila ada telusur kasus seperti untuk kepentingan akreditasi atau
penelitian, wajib meminta ijin kepada pasien untuk kesediaannya
ditelisur. Pihak yang berkepentingan membuat pernyataan secara
tertulis untuk menjaga kerahasiaan data rekam medis pasien,
14) Peliputan oleh media cetak maupun elektronik harus mengajukan
permohonan kepada Kepala rumah sakit secara tertulis dan harus
mendapat ijin dari pasien. Pasien wajib mengisi formulir pelepasan
informasi kepada media tersebut, dengan demikian rumah sakit tidak
bertanggungjawab terhadap kerahasiaan data rekam medis pasien.
15) Apabila dijumpai ada peliputan wartawan di area rumah sakit, temasuk
pada saat jam berkunjung maka perawat atau satuan pengamanan
berwenang menanyakan ijin dari Kepala rumah sakit dan ijin dari
pasien, apabila tidak ada ijin dari keduanya, petugas rumah sakit wajib
melarang dan menghentikan peliputan serta meminta wartawan
meninggalkan rumah sakit.

47
4. Penyimpanan Barang Milik Pasien

Pasien gawat darurat & koma yang tidak ada satupun penunggu maka yang
menitipkan barang berharga adalah petugas IGD dan di dampingi oleh saksi
yaitu petugas satpam, dengan cara petugas satpam mengambil formulir
penyimpanan barang di loket pendaftaran. Selanjutnya satpam akan menyiapkan
formulir penyimpanan barang berharga (rangkap dua) dan mengisinya sesuai
jumlah dan kondisi barang yang akan dititipkan. Setelah proses pengisian dan
pengecekan barang selesai, security akan mengambil formulir kedua (tindasan)
untuk disimpan di dalam loker bersama barang dan formulir pertama diberikan
kepada petugas yang menitipkan barang untuk disimpan di dalam rekam medis
pasien yang nantinya diberikan kepada keluarga pasien sebagai bukti
pengambilan. Setelah keluarga pasien ada, maka barang segera dilimpahkan
kepada keluarga yang ada dengan prosedur yang telah ditetapkan RS
Bhayangkara TK IV Bogor.

5. Identifikasi Populasi Pasien Resiko Kekerasan

Perlindungan rumah sakit terhadap pasien dari kekerasan fisik terutama


pada pasien yang tidak mampu melindungi dirinya sepertibayi, anak-
anak,manula,perempuan, pasien jiwa, penyandang cacat dan lain sebagainya.
a. Pengawasan terhadap lokasi yang berpotensi terjadinya tindak perilaku
kekerasan dengan monitoring/kontroling setiap 2 jam sekali atau lebih intensif
disetiap ruangan terutama lokasi-lokasi perawatan yang terpencil atau jauh
dari jangkauan pos security.
b. Pengawasan ketat terhadap ruang perawatan bayi dan anak–anak untuk
mencegahterjadinya penculikan dan perdagangan bayi/anak di ruang anak
dan ruang perawatan bayi .
c. Untuk membatasi jumlah pengunjung yang membludak, RS Bhayangkara TK
IV Bogor memberlakukan jam kunjung. Jam kunjung pagi mulai jam 10.00-
12..00, sedangkan sore mulai jam 16.00-18.00. Sedangkan pada ruang-ruang
perawatan khusus seperti HCU harus dengan seijin petugas jaga
d. Semua pengunjung diluar jam kunjungan rumah sakit, baik di luarjam kantor
dan di luar jam pelayanandidaftarkan dan dicatat oleh petugas security, dan
diberi tanda pengenal berupa name tag “TAMU” atau Name tag “PEMBESUK”
sesuai kebutuhan.
e. Kekerasan pada lansia, dapat dicegah dengan beberapatindakan preventif,
antara lain,perawat melakukan pemeriksaan secara berkala diruangan,
pengaman bed digunakan dengan benar.

48
6. Hak Melaksanakan Second Opinion

Second opinion adalah pendapat medis yang diberikan oleh dokter kedua
atau ahli medis, ketika salah satu dokter memberikan diagnosis atau
merekomendasikan tindakan medis lain untuk individu. Individu pasien didorong
untuk mendapatkan opini kedua setiap kali dokter merekomendasikan operasi
atau menyajikan individu dengan diagnosis medis yang serius.Hak istimewa
pasien untuk meminta pemeriksaan dan evaluas kondisi kesehatan oleh dokter
kedua untuk memverifikasi atau membandingkan dengan diagnosis oleh dokter
pertama. Situasi yang memungkinkan untuk munculnya kebutuhan second
opinion adalah ketika pemeriksaan oleh dokter pertama menghasilkan
rekomendasi untuk dilakukan operasi atau diberikan pengobatan eksperimental.
Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah
merupakan hak seorang pasien dalam memperoleh jasa pelayanan
kesehatannya. Hak yang dipunyai pasien ini adalah hak mendapatkan pendapat
lain (second opinion) dari dokter lainnya yang berkompeten. Untuk mendapatkan
pelayanan yang optimal, pasien tidak usah ragu untuk mendapatkan “second
opinion” tersebut.Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah
pasien lebih teredukasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya.
Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi
perawat atau langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian
mengemukakan keinginannya untuk mendapatkan pendapat lain atau second
opinion. Dokter yang merawat berkewajiban menerangkan kepada pasien dan
keluarganya hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendapatkan second
opinion. Apabila keputusan mengambil pendapat lain telah disepakati, maka
formulir Permintaan Pendapat Lain (Second opinion) diisi oleh pasien atau
walinya dan diketahui oleh Dokter (DPJP) serta saksi. Setelah mendapatkan
hasil dari pendapat Dokter lain pihak rumah sakit dan keluarga
mendiskusikannya dengan dokter penanggung jawab pertama, sehingga
didapatkan hasil akhir yang diinginkan oleh pasien dan keluarga.
Dalam rangka membantu pasien untuk mendapatkan Second Opinion,
Rumah Sakit perlu memberikan beberapa pertimbangan kepada pasien atau
keluarga sebagai berikut :
a. Second Opinion sebaiknya didapatkan dari dokter yang sesuai kompetensinya
atau keahliannya.
b. Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau
keluarga terhadap dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat penting
untuk dijadikan referensi.
c. Carilah informasi sebanyak-banyaknya di internet tentang permasalahan
kesehatan tersebut. Carilah sumber informasi internet dari sumber yang
kredibel seperti : WHO, CDC, IDAI, IDI atau organisasi resmi lainnya.

49
d. Bila keadaan emergensi atau kondisi tertentu maka keputusan second opinion
juga harus dilakukan dalam waktu singkat.
e. Mencari second opinion diutamakan kepada dokter yang dapat menjelaskan
dengan mudah, jelas, lengkap dan dapat diterima dengan logika. Dokter yang
beretika tidak akan pernah menyalahkan keputusan dokter sebelumnya atau
tidak akan pernah menjelekkan pendapat dokter sebelumnya atau
menganggap dirinya paling benar.
f. Bila melakukan second opinion sebaiknya tidak menceritakan pendapat dokter
sebelumnya atau mempertentangkan pendapat dokter sebelumnya, agar
dokter terakhir tersebut dapat obyektif dalam menangani kasusnya, kecuali
dokter tersebut menanyakan pengobatan yang sebelumnya pernah diberikan
atau pemeriksaan yang telah dilakukan.
g. Bila sudah memperoleh informasi tentang kesehatan jangan menggurui dokter
yang anda hadapi karena informasi yang anda dapat belum tentu benar.
Tetapi sebaiknya anda diskusikan informasi yang anda dapat dan mintakan
pendapat dokter tersebut tentang hal itu..
h. Bila pendapat lain dokter tersebut berbeda, maka biasanya penderita dapat
memutuskan salah satu keputusan berdasarkan argumen yang dapat diterima
secara logika. Dalam keadaan tertentu disarankan mengikuti advis dari dokter
yang terbukti terdapat perbaikan bermakna dalam perjalanan penyakitnya.
Bila hal itu masih membingungkan tidak ada salahnya melakukan pendapat
ketiga.
i. Keputusan second opinion terhadap terapi alternatif sebaiknya tidak dilakukan
karena pasti terjadi perbedaan pendapat dengan pemahaman tentang kasus
yang berbeda dan latar belakang ke ilmuan yang berbeda.
j. Kebenaran ilmiah di bidang kedokteran tidak harus berdasarkan senioritas
dokter atau gelar yang disandang. Tetapi berdasarkan kepakaran dan
landasanpertimbanganilmiah berbasis bukti penelitian di bidang kedokteran
(Evidance Base Medicine).

7. Hak Mendapat Informasi Tentang Kondisi, Diagnosis Pasti Dan Rencana


Asuhan
a. Dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan/asesmen tindakan
untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar
dan layak. Dokter memang dapat mendelegasikan proses pemberian
informasi dan penerimaan persetujuan, namun tanggungjawab tetap
berada pada dokter pemberi delegasi untuk memastikan bahwa
persetujuan diperoleh secara benar dan layak.
b. Penjelasan yang diberikan harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dan dipahami atau cara lain yang dapat dimengerti oleh pasien dan
keluarga. Hal – hal yang disampaikan dalam penjelasan, antara lain:
1) Diagnosa dan tatacara tindakan kedokteran, meliputi :
2) Tindakan klinis dan hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut
50
3) Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan maka
sekurang – kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding.
4) Indikasi atau keadaan klinis pasienyang membutuhkan dilakukkannya
tindakan
5) Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan
tindakan

8. Informasi Kompetensi Dan Kewenangan PPA


a. Asuhan pasien dilakukan oleh PPA dan staf klinis yang kompeten dan
berwenang.
b. Asuhan pasien dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau
rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif,
atau kombinasinya, yang berdasarkan hasil asesmen dan asesmen ulang
pasien.
c. Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan
oleh semua PPA, dan dapat dibantu oleh staf klinis lainnya.
d. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama
berhak mendapat asuhan yang sama/seragam di rumah sakit.
e. Asuhan pasien yang seragam terefleksi dalam hal-hal sebagai berikut:
1) akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan oleh
PPA yang kompeten,dapat dilakukan setiap hari, setiap minggu atau
setiap waktu;
2) penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis
dan pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada
populasi yang sama;
3) pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama di semua unit
pelayanan di rumah sakit;
4) pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima
asuhan keperawatan yang setara di seluruh rumah sakit;
5) penerapan serta penggunaan regulasi, form dan rekam medis yang
sama dalam asuhan klinis pasien.
f. Pelayanan dan asuhan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk
pelayanan dan asuhan pasien terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal
dan vertikal.
g. Pelayanan/asuhan terintegrasi horizontal melibatkan kontribusi PPA yang
sama pentingnya/sederajat.
h. Pelayanan/asuhan terintegrasi vertikal merupakan pelayanan berjenjang
oleh/melalui berbagai unit pelayanan sampai ke tingkat pelayanan yang
berbeda.
i. Manajer Pelayanan Pasien (MPP)berperan dalam mengintegrasikan
pelayanan dan asuhan melalui komunikasi dengan para PPA.

51
9. Hak Menolak Atau Tidak Melanjutkan Pengobatan

Hak pasien dan keluarga mengambil keputusan menolak/ menghentikan


pengobatan/ terapi selama dalam perawatan di Rumah Sakit.
a. Dokter DPJP menjelaskan hubungan penyakit dengan indikasi dan
resiko/dampak menolak pengobatan terhadap pasien dengan bahasa yang
mudah dimengerti.
b. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya dan
mengungkapkan apa alasan menolak.
c. Petugas memberitahu pasien, keluarga atau keluarga pasien yang dokter
tentang tersedianya alterntife tindakan, pelayanan atau pengobatan
d. Isi formulir yang telah ditanda tangani oleh pasien/keluarga selanjutnya
diserahkan kepada petugas/perawat untuk ditanda tangani dokter DPJP dan
perawat sebagai saksi, check isi kelengkapannya dan arsipkan dalam catatan
Rekam Medis Pasien.
e. Buat laporan resume pulang perawatan pasien sesuai dengan standar oleh
DPJP
f. Dokumentasikan pada formulir catatan perkembangan terintegrasi oleh
dokter.
g. Bila ada perubahan mengambil keputusan, akan dlaksanankan lebih lanjut
sesuai indikasi tindakan keperawatan.

10. Hak Menolak Resusitasi

a. Bagaimana pasien memberitahukan keinginannya mengenai DNR


Seorang pasien dewasa dapat memberikan consent atau persetujuan
untuk DNR secara oral atau tertulis (seperti surat wasiat) kepada seorang
dokter dengan setidaknya hadir dua saksi.
Sebelum memutuskan tentang CPR, pasien harus bicara terlebih
dahulu dengan dokternya tentang kesehatannya secara keseluruhan dan
keuntungan serta kerugian dari CPR terhadap dirinya. Diskusi secara
menyeluruh lebih awal akan memastikan bahwa keinginan pasien
sepenuhnyadiketahui
Jika seorang pasien tidak menginginkan CPR dan meminta DNR,
seorang dokter harus menyetujui atau jika tidak setuju, dokter dapat:
1) Mentransfer pasien ke dokter lain
2) Memulai proses untuk menyelesaikan argumentasi atau perdebatan
jika pasien berada di rumah sakit atau rumah perawatan

3) Jika argumentasi atau perdebatan dalam kurun waktu 72 jam, dokter


harus mentransfer pasien ke dokter lain
52
b. Pihak yang berhak memutuskan DNR jika pasien tidak kompeten
Pertama, keputusan bahwa pasien tidak kompeten untuk memutuskan
CPR bagi dirinya harus dibuat oleh minimal dua dokter.Dokter harus
memberitahukan hasilnya kepada pasien dan pasien berhak untuk
menyatakan keberatan.
Jika seorang pasien sudah dinilai tidak kompeten untuk memutuskan
tentang CPR dan tidak memberitahukan tentang keinginannya sebelumnya,
perintah DNR dapat ditulis dengan consent dari seseorang yang dipilih oleh
pasien, oleh anggota keluarga (pasangan hidup, orang tua, anak, maupun
saudara kandung) atau teman terdekat atau orang yang ditunjuk dari
pengadilan secara hukum.
Dalam kasus ini ada dua pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
1) Advance Directive: ini adalah dokumen yang memuat keinginan dan
keputusan pasien sekiranya di kemudian hari ia tidak mampu
melakukannya. Dokumen ini dapat berbentuk surat wasiat yang
menyebutkan keinginan atau keputusan pasien dengan jelas, atau
berbentuk penunjukan orang lain yang spesifik secara khusus untuk
mengambil keputusan medis atas diri pasien (durable power of
attorneyfor health care). Ada beberapa kontroversi tentang bagaimana
surat wasiat diinterpretasikan. Dalam beberapa kasus, surat wasiat
bisa sudah dibuat jauh hari di masa lalu dan pandangan pasien sudah
banyak berubah. Ada juga kasus di mana pasien berubah pikiran
tentang keputusannya mengenai end-of-life ketika mereka benar-
bena rmenghadapinya. Dalam kasus-kasus seperti ini surat wasiat
ditinjau kembali berdasarkan komunikasi dengan anggota keluarga,
teman terdekat, atau tenaga kesehatan yang memiliki hubungan yang
panjang dengan pasien.
2) Surrogate decision maker: dalam hal ketiadaan dokumen, orang
terdekat pasien atau yang mengenal keinginan pasien dapat
membantu. Meskipun pada praktiknya, semua anggota keluarga dapat
dilibatkandalam diskusi untuk mencapai kesepakatan, secara hukum
dikenal hirarki hubungan untuk menentukan siapa yang akan menjadi
wali atas pasien:
a) Wali yang sah dengan otoritas membuat keputusan medis
b) Individu yang ditunjuk langsung oleh pasien

c) Pasangan hidup pasien

d) Anak pasien yang sudah dewasa

e) Orang tua pasien

f) Saudara kandung pasien yang sudah dewasa

53
Penulisan advance directive dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
a) Menggunakan formulir yang disediakan dari dokter
b) Menuliskan keinginan sendiri

c) Meminta formulir dari departemen kesehatan atau departemen


pemerintah

d) Memanggil pengacara

e) Menggunakan software komputer khusus untuk dokumen legal


(tergantung hukum masing-masing negara)
Sebaiknya segala sesuatu yang sudah ditulis dicek kembali oleh
dokter ataukuasa hukum untuk memastikan bahwa apa yang sudah pasien
yang tulis dimengerti sebagaimana mestinya (mencegah pengertian ganda
atau ambigu).
Setelah semuanya selesai, sebaiknya melakukan notarisasi jika
memungkinkandan dikopi untuk diserahkan pada keluarga dan dokter.

H. PEMULANGAN PASIEN (TERMASUK KRITERIA PEMULANGAN YANG


KOMPLEKS)
1. Perencanaan Pemulangan Pasien (DISCHARGE PLANNING)
a. Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau Discharge planning :
1) Adalah pengkajian yang dilakukan untuk skirining kebutuhan pasien
terhadap rencana pemulangannya,dimana dilakukan sedini
mungkin,demi kepentingan penanganan selanjutnya dirumah
2) Merupakan suatu proses multidisiplin melibatkan PPA dan MPP
3) Sasarannya adalah meningkatkan / menjaga kontinuitas
pelayanandengan memenuhi kebutuhan pelayanan pasien yang
berkelanjutan dari pelayanan kesehatan di rumah sakit menuju fasilitas
kesehatan lanjutan.
4) Proses dimulai saat admisi rawat inap
5) Memastikan keselamatan pasien keluar dari rumah sakit dan
memperoleh asuhan yang tepat pada fase berikutnya di fasyankes lain
atau dirumah
6) Dasar atau filosofi P3 adalah : keberhasilan asuhan pasien di rawat
inap agar berlanjut juga di rumah.

b. Kriteria pasien yang membutuhkan Discharge Planning :


1) Usia > 65 tahun
2) Pasien yang membutuhkan lebih dari satu multidisplin/ lebih dari satu
DPJP
3) Mengalami keterbatasan mobilitas
4) Membutuhkan perawatan atau pengobatan lanjutan
54
5) Memerlukan bantuan / tergantung kepada orang laindalam aktifitas
sehari hari
Apabila pasien memenuhi salah satu dari criteria di atas, maka pasien
membutuhkan perencanaan pulang.
Tujuan utama Discharge Planning adalah membantu klien dan keluarga
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Discharge Planning yang efektif
juga menjamin perawatan yang berkelanjutan disaat keadaan yang penuh
dengan stress. Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk Rumah
Sakit dan secara periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan.

segera dilaksanakan, periksa apakah pasien atau orang terdekat telah mendapat
instruksi tertulis atau intruksi verbal tentang penanganan, obat – obatan, dan
aktivitas yang boleh dilakukan di Rumah. Tanda dan gejala yang menunjukkan
perlunya kontak yang terus – menerus dengan pelayanan kesehatan
perlu ditinjau.

c. Prinsip Discharge Planning


Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke
lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan
yaitu:
1) Discharge Planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana
sumber– sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan
pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu tempat.
2) Perencanaan pemulangan pasien bila dimungkinkan wajib
dilaksanakan dan dibuat sejak pasien MRS
3) Perkiraan lama dirawat seyogyanya didokumentasikan dan
dikomunikasikan kepada pasien dan keluarga dalam waktu 1 x 24 jam
sejak pasien MRS.
4) Perencanaan pemulangan pasien dibuat dalam bentuk suatu alur
proses yang linier, mulai dari pendokumentasian asuhan pasien,
pemberian resep, pemesanan transportasi, dan penjadwalan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
5) Discharge planning di buat oleh MPP (Manajer Pelayanan Pasien),
dengan mengisi Form Discharge Planning berisi :
a) Identitas Pasien
b) Tanggal masuk dan rencana tanggal pulang
c) Kriteria pasien yang membutuhkan discharge planning
d) Diagnosa utama dan diagnosa sekunder
e) Obat-obatan saat pulang terkait penyakitnya
f) Edukasi diit dan gizi
g) Transportasi saat pulang
h) Pemenuhan kebutuhan dan tindak lanjut

55
i) Fasilitas kesehatan terdekat yang bisa dihubungi
6) Bila pasien MRS di luar jadwal dinas MPP, maka Perawat Penanggung
Jawab Shift berwenang untuk membuat Discharge Planning, untuk
dilaporkan kepada MPP keesokan hari nya.
7) Laporan sementara dapat dilakukan lewat via WA atau Telepon.
8) Perencanaan pemulangan pasien yang kompleks mengikutsertakan
tenaga professional secara multidisplin untuk memastikan proses
pemulangan pasien terlaksana dengan baik.

d. Karakteristik
Beberapa karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam membuat
rencana pemulangan adalah:
1) Berfokus pada pasien. Nilai, keinginan dan kebutuhan pasien
merupakan hal penting dalam perencanaan. Pasien dan keluarga harus
berpartisipasi aktif dalam hal ini.
2) Kebutuhan dasar pasien pada waktu pulang harus diidentifikasi pada
waktu masuk dan terus dipantau pada masa perawatan.
3) Kriteria evaluasi menjadi panduan dalam menilai keberhasilan
implementasi dan evaluasi secara periodik.
4) Rencana pemulangan suatu proses yang melibatkan tim kesehatan
dari berbagai disiplin ilmu.
5) Pasien harus membuat keputusan yang tertulis mengenai rencana
pemulangan.

e. Cara Penyampaian
1) Ikut sertakan keluarga dalam proses pemulangan pasien.
2) Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas.
3) Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu
perawatan.
4) Perkuat penjelasan lisan dengan intruksi tertulis.
5) Motivasi pasien untuk mengikuti langkah–langkah
tersebut dalam melakukan perawatan dan pengobatan.
6) Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yang harus
dilaporkan pada tim kesehatan.
7) Berikan nama dan nomor telepon fasilitas kesehatan
terdekat yang dapat dihubungi pasien.

f. Asesmen Awal Pasien (Pengkajian Keperawatan)


Identifikasi pasien dengan mempelajari rekam medis untuk merancang
Discharge Planning.
1) Lakukan kajian/asesmen terhadap:
a) Kebutuhan perawatan dan medikasi terkini.

56
b) Kemajuan fisik, mobilitas dan kondisi psikis/status mental pasien.
c) Kondisi rumah, sosial dan finansial.
d) Siapa pengaruh utama pasien serta kebutuhan/keinginannya.
e) Keterlibatan keluarga dalam merawat pasien, identifikasi siapa
caregiver(pengasuh) utama pasien.
2) Setelah asesmen awal pasien dilakukan, analisis hasil asesmen
dengan tim multidisipliner terkait mengenai:
a) Perencanaan
(1) Tetapkan prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh
pasien dankeluarga.
(2) Ikutsertakan keluarga dalam proses perencanaan
pemulangan pasien.
(3) Gunakan pendekatan multidisiplin dalam menyusun
perencanaan dantatalaksana pasien. Perencanaan ini
disusun untukmenetapkan kriteria hasilyang hendakdicapai
terkait dengankebutuhan pemulangan.
(4) Koordinator perawatan di ruangan harus memastikan
pasien memperolehperawatan yang sesuai dan adekuat
serta proses discharge planning berjalanlancar.
(5) Menginformasikan pasien mengenai rencana keperawatan,
pastikan bahwa kebutuhan – kebutuhan khusus pasien
terpenuhi.
(6) Finalisasi discharge planning pasien 48 jam sebelum
pasien dipulangkan,dan konfirmasikan dengan pasien dan
keluarga.
(7) Apabila kondisi pasien berubah (tiba-tiba memburuk) dari
yang telahdirencanakan, maka lakukan evaluasi ulang
terhadap rencana pemulanganpasien.

b) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu
penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan
penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan.
(1) Persiapan sebelum hari pemulangan pasien
(a) Menganjurkan cara untuk mengubah keadaan rumah
demi memenuhikebutuhan pasien.
(b) Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan
memberikan informasitentang sumber-sumber
pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat
dilakukan sekalipun pasien masih dirumah.
(c) Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar
serta kemauan untuk belajar, mengadakan

57
sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat
mungkin selama dirawat dirumah sakit (seperti
tandadan gejala terjadi komplikasi kepatuhan
terhadap pengobatan,kegunaan alat-alat medis,
perawatan lanjutan, diet, latihan pembatasan yang
disebabkan oleh penyakit atau pembedahan).
(d) Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap
penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada
anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam
perawatan pasien.

(2) Penatalaksanaan pada hari pemulangan


Jika beberapa aktifitas berikut ini dapat dilakukan sebelum
hari pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif.
Adapun aktifitas yang dilakukan pada hari pemulangan antara
lain:
(a) Periksa instruksi pemulangan dokter, masukan dalam
terapi atau kebutuhan akan alat-alat medis yang
khusus. (instruksi harus dituliskansedini mungkin).
(b) Tentukan apakah pasien dan keluarga telah
dipersiapkan dalamkebutuhan transportasi menuju
rumah.
(c) Persiapkan pasien dengan prescription atau resep
pengobatan pasiensesuai dengan yang diinstruksikan
oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk
kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang
aman.
(d) Berikan informasi tentang jadwal kontrol / periksa
dokter.
(e) Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu untuk ke
mobil ambulans/mobil antar jemput pasien.
(f) Bantu pasien menuju kursi roda, gunakan sikap tubuh
dan teknikpemindahan yang sopan.
(g) Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan
bagi pasien yang masih membutuhkan kursi roda.
(3) Evaluasi
(a) Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan
tentang penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-
tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada
dokter.
(b) Minta pasien atau anggota keluarga
mendemonstrasikan setiap pengobatan yang akan

58
dilanjutkan di rumah.
(c) Perawat yang melakukan perawatan di rumah
memperhatikan keadaan rumah, mengidentifikasikan
rintangan yang dapat membahayakan bagi pasien,
dan menganjurkan perbaikan.

2. Kriteria Pasien Pulang


a. Pasien Pulang Rawat Jalan
1) Kriteria pasien rawat jalan yang dipulangkan dari Rumah Sakit
Bhayangkara TK IV Bogor :
a) Pasien stabil :
(1) Jalan nafas paten
(2) Breathing adekuat
(3) Sirkulasi hemodinamik stabil
(4) Suhu : demam ↓ ≤ 39 ⁰Celcius
(5) Perdarahan teratasi
(6) Luka telah dirawat, dijahit, dibebat
(7) Fraktur telah dipasang bidai
(8) Nyeri teratasi dan berkurang, nyeri ringan VAS 1-3
(9) Tidak kejang
(10) Ibu hamil tidak dalam fase inpartu kala aktif
(11) Ibu hamil dengan kondisi kehamilan fisiologis
b) Mendapatkan penjelasan dari DPJP atau dokter jaga dan atau
perawat mengenai :
(1) Kondisi
(2) Diagnosa
(3) Hasil pemeriksaan
(4) Rencana perawatan selanjutnya : konsul, pemeriksaan
ulang perawatan luka
(5) Resiko bila menolak rawat inap, observasi, pendampingan
transfer dan dirujuk dengan ambulance, dll
(6) Prognosis
(7) Obat – obat yang di bawa pulang dan cara minum.
(8) Rencana perawatan selanjutnya (kapan kontrol,
pelayanan homecare dan fisioterapi).
(9) Diet /  pembatasan makanan yang sesuai untuk
kesehatannya.

2) Tata laksana pemulangan pasien dari IGD atau Poliklinik (Rawat


Jalan)
(1) Dokter dan Perawat / bidan mengidentifikasi pasien.
(2) Dokter menjelaskan mengenai :

59
(a) Kondisi, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang bila ada,
diagnosa pasien bahwa pasien boleh pulang / tidak
memerlukan rawat inap.
(b) Dokter menuliskan resep obat dan menjelaskan pada
pasien / keluarganya tentang cara minum obat.
(c) Dokter memberikan anjuran kapan kontrol, anjuran diet
atau perawatan selanjutnya (pemeriksaan yang masih perlu
dilakukan atau konsul ke dokter lain bila perlu).
(3) Perawat / bidan menyerahkan hasil pemeriksaan penunjang,
surat keterangan istirahat / sakit bila ada pada pasien /
keluarganya.
(4) Perawat atau Petugas menyerahkan surat pengantar mengurus
administrasi di kasir dan resep obat.
(5) Pasien membayar di kasir dan mengambil obat di Farmasi.
(6) Perawat / bidan membantu pasien menuju kendaraan bila
diperlukan,ataudibantu Satpam dan Non Medis lainnya.

b. Pasien Pulang Rawat Inap (KRS)


1) Kriteria pasien pulang dari rawat inap
a) Pasien diperbolehkan pulang berdasarkan status kesehatan dan
kebutuhan pelayanan selanjutnya
b) Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit,
pasien sebaiknyadipulangkan dan memperoleh discharge
planning yang sesuai.
c) Yang berwenang memutuskan pasien boleh pulang atau tidak
adalah dokter Penangggung Jawab Pelayanan (DPJP).
d) Pastikan pasien dan keluarganya berperan aktif dalam
perencanaan danpelaksanaan pemulangan pasien.
e) Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh ( holistik ).
f) Nilailah kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien.
g) Pertimbangkan juga aspek sosial, budaya, etnis, dan finansial
pasien.
h) Tentukan tempat perawatan selanjutnya untuk pasien yang
memerlukan kesinambungan asuhan (setelah pasien
dipulangkan dari rumah sakit) yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan pasien. Penentuan tempat ini dilakukan oleh
perawat bersama dengan dokter penanggung jawab pasien.
Berikut adalah beberapa contoh tempat perawatan :
(1) Perawatan di rumah dengan penggunaan peralatan
tambahan untuk menunjang perawatan pasien.
(2) Perawatan di rumah dengan didampingi oleh perawat atau
keluarga yang telah mendapatkan edukasi tentang

60
perawatan dirumah.
(3) Rumah sakit/ fasilitas perawatan jangka panjang.
(4) Fasilitas kesehatan baik perorangan atau institusi yang
berada di sekitar pasien tinggal untuk memberikan bantuan
pelayanan.
i) Pastikan terjadinya komunikasi efektif antara pelaksanaan
perawatan primer,sekunder dan sosial untuk menjamin bahwa
setiap pasien menerima perawatan dan penanganan yang
sesuai dan akurat, yaitu dengan :
(1) Petugas rumah sakit sebaiknya melakukan komunikasi
dengan dokter keluarga pasien / tim pelayanan primer
mengenai rencana pemulangan pasien.
(2) Identifikasi pasien–pasien yang memerlukan perawatan
khusus/ ekstra seperti kebutuhan perawatan kebersihan
diri, sosial dan sebagainya. Usahakan untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan berikan dukungan tambahan.
(3) Diskusikan kembali dengan pasien dan buatlah
kesepakatan mengenai rencana keperawatan.
(4) Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses
pemulangan pasien.
(5) Pastikan bahwa pasien dan keluarga telah memperoleh
informasi yang akurat.
j) Hak pasien sebelum dipulangkan :
(1) Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis,
assesmenmedis, rencana perawatan, detail kontak yang
dapat dihubungi daninformasi relevan lainnya mengenai
rencana perawatan dan tatalaksanaselanjutnya.
(2) Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya,
bersama dengankerabat atau teman pasien.
(3) Rancangan rencana pemulangan dimulai sesegera
mungkin baik sebelum/ saat pasien masuk rumah sakit.
(4) Memperoleh informasi lengkap mengenai layanan yang
relevan dengan perawatannya dan tersedia di masyarakat.
(5) Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas
perawatan jangka panjang, termasuk dampak finansialnya.
(6) Diberikan nomor kontak yang dapat dihubungi saat pasien
membutuhkan bantuan/ saran mengenai pemulangannya.
(7) Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail
layanan yangdapat diakses.
(8) Memperoleh informasi lengkap mengenai kriteria
dilakukannya perawatan yang berkesinambungan.

61
2) Proses penatalaksanaan pasien pulang sembuh
a) DPJP melakukan pemeriksaan dan mengevaluasi hasil
pemeriksaan untuk menentukan apakah pasien dapat pulang.
b) Dokter DPJP  menjelaskan pada pasien dan keluarganya bahwa
pasien boleh pulang.
c) DPJP memberikan pesan / anjuran pada pasien dan keluarganya
(obat yang masih harus diminum, anjuran diet, waktu kontrol,
perawatan lanjutan yang dibutuhkan seperti fisioterapi /
homecare dll).
d) Dokter  memberi instruksi pada perawat / bidan bahwa pasien
boleh pulang secara lisan dan tertulis di Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi (CPPT) beserta instruksi / pesan / anjuran
pada pasien dengan lengkap.
e) DPJP melengkapi dan menandatangani :
(1) Catatan perkembangan Pasien Terintegrasi
(2) Ringkasan Pasien Pulang
(3) Lembar Masuk dan Keluar Pasien (RM 8.1) menulis
diagnosa akhir.
(4) Menulis resep untuk obat pulang.
f) Menulis surat konsul / pengantar bila pasien memerlukan konsul
(misal konsul ke Spesialis Rehab Medik bila butuh fisioterapi,
atau kepada dokter dan petugas homecare dll), Surat
Keterangan Dirawat dan Surat Keterangan Istirahat bila
dianggap perlu.
g) Perawat / bidan melengkapi dan mengecek kelengkapan  berkas
pasien pulang
h) Perawat / bidan menginformasikan kepada keluarga pasien
untuk menyelesaikan administrasi pembiayaan pasien di kasir
dan pengambilan obat di Farmasi.
i) Keluarga pasien menunjukkan bukti administrasi kepada perawat
/ bidan di ruang rawat .
j) Perawat / bidan menyerahkan kepada keluarga pasien :
(1) Ringkasan Pasien Pulang
(2) Instruksi Pasien Pulang
(3) Surat Konsul (bila dikonsul ke dokter ahli lain), Surat
Keterangan
(4) Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan di Rumah
Sakit.
k) Perawat / bidan mengedukasi ulang obat pulang beserta
penjelasan mengenai cara peminuman dan dosis
l) Perawat / bidan melepaskan alat-alat yang terpasang : infus,
NGT, DC, dll.

62
m) Perawat / bidan menggunting gelang identitas pasien.
n) Perawat / bidan mendampingi pasien menuju kendaraan pribadi /
ambulance di pintu keluar Rumah Sakit dengan kursi roda /
brancart.

3) Proses penatalaksanaan pasien yang ingin pulang atas permintaan


sendiri (Pulang APS) atau menolak rencana asuhan medis pada
pasien rawat inap dan rawat jalan diberikan informasi dan edukasi
mengenai :
a) Resiko yang timbul akibat pulang paksa.
b) Pasien diberi alternatif ke tempat pelayanan kesehatan terdekat,
apabila sewaktu – waktu ada keluhan
c) Pasien yang tidak kompeten untuk memahami risiko yang
berhubungan dengan pulang paksa, dikarenakan gangguan jiwa,
maka informasi dan edukasi diberikan kepada keluarga pasien.
d) Apabila ada keluarga pasien yang berprofesi sebagai dokter,
kepadanya diberitahukan tentang kondisi pasien tersebut untuk
mengurangi resiko karena menolak nasehat medis.
e) Apabila pasien atau keluarga tetap memutuskan untuk keluar
Rumah Sakit atau menolak asuhan rencana medis dan
penghentian pengobatan, maka pasien atau keluarga harus
mengisi Form permintaan Pulang Atas Permintaan Sendiri .
(Pulang APS) disertai alasan dan ditandatangi oleh DPJP,
pasien atau keluarga, dan perawat sebagai saksi.
f) Kemudian dilakukan evaluasi tiap bulan oleh karu unit terkait
tentang alasan pasien pulang atas permintaan sendiri sebagai
bahan peningkatan mutu Rumah Sakit.

4) Penatalaksaan pasien pulang karena


meninggal dunia
a) Apabila ada pasien yang di nyatakan meninggal oleh dokter
pada ruang rawat inap atau di IGD maka petugas membuatkan
Surat kematian dan mencatat pada Register Pasien Meninggal.
b) Laporkan  ke petugas kamar jenazah/ security bahwa ada pasien
yang meninggal.
c) Segera pindahkan jenazah ke kamar jenazah , bila jenazah
sudah dirapikan, dan apabila jenazah di bawa pulang sebelum
2jam , maka keluarga harus menandatangani surat pernyataan.
d) Apabila keluarga menghendaki pelayanan pemulasaraan
jenazah di Rumah Sakit, maka keluarga mengisi Form
Permintaan Pemulasaraan Jenazah.

63
e) Sambil menunggu proses pemulasaraan jenazah, petugas
menginformasikan kepada keluarga untuk proses administrasi di
bagian kasir.
f) Petugas menghubungi driver ambulance untuk persiapan
jenazah di bawa pulang.
g) Petugas Kamar Jenazah melakukan serah terima jenazah
kepada keluarga.

5) Pasien yang diizinkan pulang


sementara (cuti)
Pulang sementara adalah pemulangan pasien dengan ijin dokter
yang merawat (DPJP) dalam satu waktu tertentu, untuk hal tertentu,
misal : cuti lebaran, mempunyai hajatan, ada kerabat yang meninggal.
a) Kriteria pasien yang diijinkan pulang sementara yaitu:
(1) Pasien efektif, yaitu pasien yang bukan dalam kondisi
darurat untuk segera ditangani.
(2) Pasien tersebut mendapat ijin dari dokter yang merawat
(DPJP).
(3) Kondisi pasien sudah membaik (sehat) dan tidak terdapat
komplikasi.
(4) Pasien tidak dijadwalkan untuk menjalani operasi atau
pemeriksaan atas penyakit yang diderita dalam waktu
dekat.
(5) Ada keluarga pasien yang siap mendampingi pasien
selama perawatan dirumah atau didokter keluarga.

b) Penatalaksanaan Pasien yang diizinkan pulang sementara (cuti)


(1) Pasien atau keluarga menyampaikan kepada perawat
bahwa menghendaki pulang sementara (cuti)
(2) Pasien atau keluarga mengisi Form Permohonan Cuti
Perawatan.
(3) Laporkan pada DPJP tentang permintaan pasien / keluarga
oleh perawat.
(4) Berikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai
ijin sementara karena masih perlu perawatan lanjut oleh
dokter DPJP
(5) Pastikan bahwa kondisi pasien tersebut layak untuk keluar
RS sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh Dokter
DPJP.
(6) Lengkapi catatan medis tentang kondisi terakhir pasien
dengan disertai contact person oleh dokter

64
(7) Lakukan deposit sebesar perkiraan biaya perawatan
sebelumnya serta biaya ambulance selama ijin pulang
sementara (jika pasien umum) oleh pasien atau keluarga.
(8) Tanda tangani surat ijin pulang sementara pasien oleh
DPJP
(9) Apabila sampai rentang waktu yang ditentukan pasien tidak
kembali, pasien dihubungi untuk segera kembali, jika tetap
tidak kembali pasien dinyatakan pulang atas permintaan
sendiri dan harus mengisi form Pulang Atas Permintaan
Sendiri (Pulang APS).
(10) Simpan formulir permohonan ijin pulang sementara dari
pasien/ keluarga dalam rekam medis pasien.
(11) Tempat tidur pasien selama cuti merupakan hak pasien dan
tidak boleh dipakai oleh pasien lain.

I. RINGKASAN PASIEN PULANG (DISCHARGE SUMMARY)


1. Ringkasan pasien pulang ( resume medis pasien rawat inap ) adalah
ringkasan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan khususnya
dokter selama perawatan hingga pasien keluar b aik dalam keadaan hidup
( sembuh ) atau meninggal.
2. Ringkasan pasien pulang mencakup :
a. Identitas pasien
b. Alasan masuk rumah sakit
c. Kelainan yang ditemukan pada saat pemeriksaan fisik dan lainnya yan penting
(alergi, dll)
d. Hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan (Lab, Radiologi, dll)
e. Diagnosa awal dan diagnose akhir, termasuk diagnose utama dan diagnosa
sekunder.
f. Tindakan atau Prosedur Operatif / Non Operatif
g. Terapi pengobatan selama di Rumah Sakit, termasuk Diit, Farmakologi, dan
terapi lainnya.
h. Obat yang dibawa pulang.
i. Konsultasi
j. Instruksi / Anjuran (Follow Up)
k. Kondisi pasien saat pulang
l. Lanjutan Pengobatan
3. Ringkasan Pasien Pulang bertujuan sebagai acuan dalam menjamin kontinuitas
pelayanan medis dengan kualitas tinggi serta sebagai bahan referensi yang
berguna bagi dokter yang menerima, apabila pasien tersebut dirawat kembali di
rumah sakit.
4. Tata Laksana

65
a. Ringkasan pasien pulang diisi dengan lengkap dan jelas oleh dokter umum
maupun dokter spesialis yang memberikan pelayanan terhadap pasien
tersebut yaitu DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) sebelum pasien
pulang
b. Ringkasan pasien pulang diisi berdasarkan ringkasan pelayanan medis yang
diterima pasien selama masa perawatan hingga pasien keluar dari rumah
sakit baik dalam keadaan hidup maupun meninggal.
c. Ringkasan Pasien Pulang terdokumentasikan dalam Rekam Medis pasien
rangkap empat dalam lembar NCR warna putih, merah, kuning dan hijau.
d. Lembar warna putih pada Ringkasan Pasien Pulang di tempatkan di rekam
medis pasien.
e. Salinan resume medis warna hijau diberikan kepada pasien / keluarga pasien
saat pasien pulang..
f. Salinan Ringkasan Pasien Pulang warna kuning diberikan untuk pasien rawat
inap yang memerlukan pelayanan dan pengobatan berkelanjutan, misalnya :
pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit lain, pasien yang membutuhkan
perawatan rutin di rumah dan dilakukan oleh dokter/ perawat setempat,
fasilitas kesehatan lain.
g. Salinan Ringkasan Pasien Pulang warna merah diberikan untuk kepentingan
pasien dengan pihak ketiga, misalnya : klaim asuransi.
h. Penyelesaian ringkasan medis rawat inap harus diselesaikan dalam waktu
maksimal 24 jam setelah pasien pulang.

J. KRITERIA PASIEN RAWAT JALAN YANG KOMPLEKS, UNTUK DIBUAT PROFIL


RINGKAS MEDIS RAWAT JALAN

Profil ringkas medis pasien rawat jalan dibuat bertujuan untuk petugas medis
atau dokter mengetahui riwayat penyakit dahulu pasien dan meningkatkan mutu serta
keselamatan pasien profil ringkas rawat jalan untuk tindakan berlanjut kepada pasien
dengan diagnosis komplek dan atau yang membutuhkan asuhan kompleks misalnya
pasien yang datang beberapa kali dengan masalah komplek, menjalani tindakan
beberapa kali dan datang di beberapa unit klinis. Contoh nya adalah pasien dengan
penyakit Diabetes Melitus dirawat oleh dokter penyakit dalam tetapi disertai dengan
luka gangren, sehingga dibutuhkan tindakan debridement oleh dokter bedah. Pasien
dengan asuhan kompleks seperti ini membutuhkan PRMRJ.
1. Profil ringkas medis pasien rawat jalan dibuat oleh DPJP.
a. Pasien rawat jalan dengan asuhan yang kompleks atau yang diagnosisnya
kompleks diperlukan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ).
b. Pasien rawat jalan yang memerlukan PRMRJ adalah:
1) Pasien dengan diagnosis yang kompleks;
2) Pasien dengan asuhan yang kompleks.

66
c. PRMRJ disimpan didalam berkas rekam medis rawat jalan agar mudah di
telusur oleh masing-masing DPJP.
d. Berbagai informasi penting tentang pasien tertuang di dalam PRMRJ.
e. Penyelesaian profil ringkas medis rawat jalan harus diselesaikan dalam waktu
maksimal 24 jam setelah pasien pulang.
f. Proses evaluasi terhadap pengisian PRMRJ akan di laksanakan setiap bulan
oleh tim PMKP yang bersumber dari data pencatatan KARU rawat jalan untuk
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
2. Isi dari PRMRJ mencakup tentang :
a. Identitas pasien
b. Riwayat alergi
c. Riwayat rawat inap, tindakan atau operasi
d. Tanggal periksa
e. Nama dokter atau poliklinik
f. Diagnosa
g. Terapi atau obat
h. Tanda tangan dokter

K. PENGELOLAAN AMA (PENOLAKAN ASUHAN MEDIS)


Hak menolak atau tidak melanjutkan pengobatan adalah kegiatan
menjelaskan kepada pasien mengenai haknya dalam memutuskan pengobatan
yang akan dilakukan terhadap dirinya, pasien berhak memutuskan menerima
atau menolak melakukan pengobatan serta berhak menghentikan pengobatan
saat pengobatan berlangsung. Sebagai acuan untuk menjamin hak pasien
dalam memutuskan pengobatan yang akan dilakukan terhadap dirinya dan
pasien menerima segala resiko dari pengobatannya sehingga tidak terjadi
penuntutan di kemudian hari.
1. Langkah – langkah pelaksanaan:
a. Dokter memeriksa pasien,
b. Dokter merumuskan diagnosa pasien,
c. Dokter memberikan advise pada petugas,
d. Petugas menerima advise dokter tentang rencana asuhan,
e. Petugas memberitahukan tentang penyakit pasien serta rencana asuhan yang
akan dilaksanakan,
f. Petugas memberitahukan bahwa pasien harus dirujuk bagi pasien yang tidak
bisa ditangani di Rumah Sakit
g. Petugas memberitahukan pasien atau keluarga tentang hak untuk menolak
atau tidak melanjutkan pengobatan,
h. Petugas menyiapkan lembar persetujuan ataupun penolakan terhadap
tindakan medik yang akan dilakukan (form informed consent),
i. Petugas menjelaskan isi dari informed consent.

67
j. Petugas meyakinkan bahwa pasien atau keluarga paham dengan penjelasan
tersebut,
k. Petugas memberikan kesempatan pada pasien atau keluarga untuk
mengambil keputusan berkenaan dengan kelanjutan pengobatan pasien,
l. Petugas memberitahukan pasien dan keluarga tentang tanggung jawabnya
berkaitan dengan keputusan tersebut, apabila pasien menolak maka petugas
meminta pasien untuk mengisi dan menandatangani inform concent dengan
disertai materai 6000
m. Petugas memberikan alternatif pilihan tindakan,tempat rujukan lain kepada
pasien.
n. Petugas membubuhkan tanda tangan pada informed consent yang telah
ditandatangani pasien dan saksi,
o. Petugas mendokumentasikan hasil kegiatan.

L. PENGELOLAAN PASIEN YANG MENINGGALKAN RS TANPA PEMBERITAHUAN


Kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien dan keluarga apabila pasien
keluar dari rumah sakit tanpa seijin rumah sakit atau melarikan diri.Pasien melarikan
diri adalah pasien yang keluar/ pulang dari rumah sakit sebelum dokter, perawat,
profesi lain mengijinkan pulang dan tidak ada surat ijin pulang dari billing.
1. Tata laksana pasien melarikan diri :
a. Jika kejadian diluar jam dinas, perawat yang mengetahui atau menemukan
kejadian tersebut melapor kepada perawat penanggung jawab shift, kemudian
perawat penanggung jawab shift melaporkan kepada kepala ruangan dan
mencatat pada Form Pasien Melarikan Diri
b. Perawat penanggung jawab shift menghubungi bagian kasir dan petugas
keamanan di RS Bhayangkara TK IV Bogor (Satpam)
c. Kepala Ruangan melaporkan pada Pawas yang piket pada hari itu dan
Manajer Pelayanan Pasien (MPP)
d. Pawas dan petugas keamanan membuat Laporan kepada pihak berwajib.
e. Pihak Manajemen menelusuri ke alamat sesuai yang tercantum di rekam
medis.
2. Kriteria pasien melarikan diri yang wajib di laporkan kepada pihak berwenang:
a. Pasien dengan penyakit menular
b. Pasien dengan gangguan kejiwaan (sakit jiwa)
c. Kecenderungan bunuh diri
d. Perilaku agresi

68
BAB V

KESELAMATAN PASIEN

A. Sasaran Keselamatan Pasien


a. Ketepatan Identifikasi Pasien
Rumah Sakit Bhayangkara TK IV Bogor menggunakan 3 identitas, yaitu
nama pasien dan tanggal lahir, no register.
1) Pemasangan gelang identitas sesuai kebijakan Rumah Sakit
2) Pasien dilakukan identifikasi pada saat:
a) Sebelum pemberian obat, darah atau produk darah
b) Sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis
c) Sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur
d) Pada saat pasien dalam pembiusan
e) Pada saat pasien setengah sadar
f) Pada saat pasien berpindah tempat tidur
g) Pada saat pasien berpindah kamar
h) Pada saat pasien berpindah lokasi dalam lingkungan RS
i) Pada pasien yang lupa identitas
j) Pada pasien dengan gangguan syaraf
k) Pada pasien tanpa identitas
b. Peningkatan komunikasi Efektif
1) Prosedur komunikasi efektif dalam pemberian asuhan dan pelayanan
sebagai berikut :
a) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah (Catat)
b) Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah (Baca/read back)
c) Mengkorfirmasi apa yang sudah ditulis dan dibaca ulang (Konfirmasi)
d) Melakukan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon
kepada pemberi perintah dengan meminta tandatangan dan nama
terang pemberi perintah
69
2) Pelaksanaan prosedur serah terima atau hand over dari berbagai unit.
3) Pelaksanaan pelaporan hasil nilai kritis sesuai dengan regulasi RS
c. Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai
1) Pelaksanaan prosedur proses identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian
label dan penyimpanan elektrolit konsentrat
2) Pelaksanaan prosedur terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai atau high
alert di unit perawatan baik rawat inap maupun rawat jalan.
3) Kebijakan obat-obat yang perlu diwaspadai sebagai berikut:
a) Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di unit pelayanan pasien kecuali
jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang kurang hati-hati
b) Elekrolit konsentrat boleh berada di IGD, kamar operasi dan ruang
perinatologi sesuai kebutuhan.
c) Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus
diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted)
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien operasi
1) Pelaksanaan prosedur tentang penandaan lokasi operasi (site marking) pada
pasien yang akan di laksanakan prosedur pembedahan.
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1) Pelaksanaan prosedur tentang hand hygiene yang
mengadopsi/menyesuaikan dengan petunjuk hand hygiene dari WHO dan
sesuai regulasi RS.
f. Pengurangan risiko pasien jatuh
1) Menerapkan asesmen awal pasien risiko jatuh dan asesmen ulang bila ada
indikasi
2) Implementasi asesmen risiko jatuh dengan memasang gelang berwarna
kuning dan memberi tanda risiko jatuh pada tempat tidur pasien yang berisiko
jatuh.

70
BAB VI

KESELAMATAN KERJA

A. KESELAMATAN DAN KEAMANAN.

Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah sakit
yaitu semua lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan dan area bisnis
yang ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan pasien,
keluarganya, pengunjung dan petugas rumah sakit:

1. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit.


a. Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik
masyarakat rumah sakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga
siapapun yang berada di rumah sakit terhindar dari kecurian maupun
pengambilan secara paksa miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit
diidentifikasi, pengunjung dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang
menunggu/ menginap di rumah sakit diidentifikasi, pasien dan keluarga
diinfokan untuk tidak membawa barang berharga dan uang yang
berlebihan,
b. Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan pengunjung
di rumah sakit. Pasien, keluarganya, dan petugas dilindungi oleh rumah
sakit dari bahaya akan kekerasan fisik maupun mental baik oleh
pengunjung maupun petugas rumah sakit sendiri. Disediakan sebuah
sistem bila petugas, pasien/ maupun keluarga mengindetifikasi
kemungkinan terjadinya kekerasan mental maupun fisik.
c. Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru ataupun
renovasi gedung.
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari bahaya karena
polusi debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang
diakibatkan oleh adanya penambahan bangunan di dalam rumah sakit.
71
Oleh karena itu untuk setiap proses renovasi bangunan gedung baru dan
proses pemusnahan, area bangunan tersebut dilindungi dengan
menggunakan sekat triplek, dan ditulisi informasi larangan masuk, kecuali
yang berkepentingan.

d. Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang


disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit.
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan dan
keamanan pasien/ keluarga dan masyarakat rumah sakit lain dari cedera,
jatuh, pencurian, pengamanan tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh,,
penandaan lantai licin dan lantai beda level untuk mencegah pasien jatuh,
pintu kamar mandi pasien yang terbuka ke luar untuk dapat segera
membantu pasien yang terkunci tanpa mencenderai saat pintu dibuka
paksa, dan fasilitas lain yang dibutuhkan.
e. Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital ground.
1) Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang aman dari
segi fisik lingkungannya seperti semua saluran pembuangan tertutup
dan tidak bau.
2) Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
3) Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan pembungkus
sehingga tidak mengancam keselamatan
4) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah
jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi.
5) Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak adanya
lubang, perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain, yang
dapat berisiko menyebabkan gangguan keselamatan.
6) Tempat bermain anak ditata rapi, dengan cat yang aman, tidak ada
bagian yang berkarat, berlubang maupun tajam yang dapat
menyebabkan keselamatan fisik anak terganggu.
7) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu lintas
berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang ada di
sekitarnya.
8) Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk mencegah gangguan
keselamatan pada masyarakat dan fasilitas rumah sakit. Akses masuk
dan keluar rumah sakit berada di pintu masuk sebelah kanan.
9) Pengaturan waktu berkunjung, waktu berkunjung / besuk ke pasien
diatur 2 kali dalam sehari yaitu :
(a) Pagi 10.00 Wib – 12.00 Wib
(b) Sore 16.00 Wib – 18.00 Wib
10) Identitas pegawai dan peserta didik, seragam pegawai dan tamu.
Untuk mencegah terjadinya masalah keamanan pada masyarakat di

72
rumah sakit maka semua petugas dan peserta didik di Rumah Sakit
Bhayangkara TK IV BGR menggunakan label Identitas dan pakaian
seragam sesuai ketentuan rumah sakit pada setiap periode tugasnya
baik pagi, siang, maupun malam. Untuk tamu rumah sakit seperti
Medical Representative dan tamu rumah sakit diberikan identitas tamu
yang dikelola oleh piket Security.
f. Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam.
Jarum/ benda tajam ditempatkan pada container khusus sehingga
tidak mencederai staf maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang
terkena jarum, maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur
yang berlaku.

g. Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi.


a) Petugas radiologi merupakan salah satu staf yang akan terkena
dampak paparan radiasi, oleh karena itu apron yang digunakan
dilakukan perawatan dan uji secara berkala untuk memastikan apron
masih tetap aman digunakan. Perawatan terhadap apron dilakukan
setiap hari setelah digunakan oleh petugas radiologi, sedangkan uji
terhadap efektifitas apron dilakukan oleh petugas PPR setiap 1 tahun
sekali.
b) Setiap petugas di ruangan radiologi menggunakan badge radiasi yang
di uji setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk memastikan
keefektifan badge tersebut.
h. Pencegahan terjadinya penculikan bayi.
Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang yang
masuk ke ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan, keluarga pasien
memiliki ID berupa kartu ijin menunggu saat berada di ruangan
perawatan.Pintu ruangan dikunci dan dipegang oleh petugas jaga shif.

i. Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.


Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien
pada tangannya, piket staf pengawasan apabila ada seseorang dengan
menggunakan gelang tersebut berada di luar ruangan perawatan tanpa
didampingi oleh petugas rumah sakit.

Bila petugas security menemukan individu seperti itu, maka petugas


melakukan identifikasi pada pasien tersebut dan melakukan kontak dengan
ruangan perawatan untuk koordinasi.

2. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit.

a. Pendidikan Kesehatan Akibat Kerja.

73
Setiap petugas atau yang terdaftar sebagai karyawan atau pemberi
pelayanan kesehatan di rumah sakit harus mengetahui dan melaksanakan
hal-hal yang berhubungan dengan pencegahan kesehatan akibat kerja.
Dalam hal ini yang dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan kerja adalah
bekerjasama dengan bagian Diklat dan Tim-tim dari Instalasi lain dalam
memberikan pengetahuan terhadap seluruh karyawan mengenai
pencegahan kesehatan akibat kerja dengan cara:

a) Melalui orientasi karyawan baru


b) Melalui training-training di unit kerja masing-masing
c) Melalui penyuluhan-penyuluhan kepada petugas.
d) Melalui Sosialisasi terhadap karyawan baru dan lama.

2) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja di Rumah Sakit.


Adalah suatu rangkaian dari proses rekrutmen, dimana setiap calon
wajib mengikuti pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di Unit Rikkes
Rumah Sakit Bhayangkara TK IV Bogor. Yang bertujuan untuk mencari dan
menempatkan karyawan dengan kondisi kesehatan yang sesuai dengan
jenis pekerjaannya (sesuai dengan persyaratan jabatan).

Jenis Pemeriksaan Kesehatan yang dilakukan untuk calon karyawan


adalah sebagai berikut:

a) Wawancara
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan penunjang
d) Pemeriksaan Tambahan.
Pemeriksaan tambahan ini dilakukan khusus bagi tenaga Perawat,
Bidan, Dokter, Analis, Asisten Apoteker, Apoteker yaitu HbsAg

3) Pemeriksaan kesehatan berkala bagi petugas rumah sakit.


Pemeriksaan ini diberikan bagi petugas yangtelah bekerja minimal 12 bulan
berturut- turut.Tujuan dari dilakukan pemeriksaan berkala adalah :
a) Memberikan perawatan atau tindakan preventif bagi petugas
yang bertugas di Unit pelayanan yang memiliki resiko tinggi
sesuai dengan standar kesehatan dan keselamatan kerja yang
berlaku.
b) Meningkatkan produktivitas kerja dan memberikan keadaan
nyaman kepada petugas.
c) Memantau kondisi kesehatan petugas pada unit kerja tersebut
diatas.

Pemeriksaan kesehatan berkala terbagi menjadi:


74
(a) Pemeriksaan Kesehatan berkala tahunan yaitu pemeriksaan
yang dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali bagi petugas yang
bekerja di Unit Pelayanan yang beresiko tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Laboratorium
(2) Radiologi
(3) UGD
(4) Kamar Bedah
(5) Kamar Bersalin
(6) HCU
(7) Dokter Umum
(8) Pemeliharaan Alat Medis
(9) Perawat Ruangan
(10) Perawat Diagnostik
(11) Perawat Poliklinik
(12) Laundry
(13) Farmasi

Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(1)Pemeriksaan Fisik
(2)Visus Mata
(3)Pemeriksaan yg dilakukan apabila diperlukan:
(a) Darah lengkap
(b) Urine Lengkap
(c) HBs Ag
(d) Anti HBs
(e) Anti HCV
(f) Anti HIV
(g) SGOT
(h) SGPT
(i) Gamma GT
(j) Foto Thorax
(b) Pemeriksaan Kesehatan berkala 2 tahunan yaitu pemeriksaan
yang dilakukan setiap 2 tahun sekali bagi petugas yang bekerja di
Unit Pelayanan Pasien secara langsung.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Rekam Medis
(2) Gizi
(3) Administrasi Rawat Jalan
(4) Administrasi Rawat Inap
(5) Informasi
(6) Pengemudi

75
(7) Keamanan

Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(1) Pemeriksaan Fisik
(2) Visus Mata
(3) Pemeriksaan yg dilakukan apabila diperlukan:
(1) Darah lengkap
(2) Urine Lengkap
(3) HBs Ag
(4) Anti HBs
(5) Anti HCV
(6) Anti HIV
(7) SGOT
(8) SGPT
(9) Gamma GT
(10) Foto Thorax

4) Pemberian Imunisasi.
Pemberian vaksin ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu, dan Vaksin yang digunakan adalah vaksin hepatitis B rekombinan.
Pemberian vaksinasi:
1) Sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat petugas
melakukan pemeriksaan berkala.
2) Sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat petugas
mengalami kecelakaan kerja pada hubungan kerja.
3) Pemberianvaksinasi bagi petugas tiga kali dengan jadwal 0-1-3 (vaksin
kedua berjarak 1 bulan dari vaksin pertama, dan vaksin ketiga berjarak
dua bulan dari vaksin kedua), kemudian dilanjutkan pemeriksaan
laboratorium titer Anti Hepatitis B 1 bulan setelah pemberian vaksin
ketiga
3. Penanganan kecelakaan akibat kerja.
a. Jenis Kecelakaan yang ditangani oleh Rumah Sakit terhadap petugas:
1) Kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja / termasuk
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
2) Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau
wajar dilalui.

b. Dalam melakukan penanganan terhadap petugas yang mengalami


kecelakaan kerja yang dilakukan oleh rumah sakit adalah:
(1) Promosi Kesehatan

76
(a) Melakukan sosialisasi tentang keselamatan kerja
terhadap petugas sebelum melakukan pekerjaannya.
(b) Pemberian Informasi tentang pencegahan terjadinya
kecelakaan tertusuk jarum melalui pamflet ditempatkan di tempat
kerja masing-masing.
(c) Menekankan tentang Pemakaian alat pelindung diri
yang tepat terhadap petugas.

(2) Penanganan dan Pengobatan.


Penanganan dan pengobatan Kecelakaan Tertusuk Jarum dan
tumpahan cairan tubuh.
(a) Tercemar Hepatitis B (HBsAg Positif)
(1) Bila HBsAg negatif dan tidak kebal, dalam waktu 24 jam
lakukan pemberian HBIG (Hepatitis B Imunoglobulin)
dengan dosis 0.06 ml/kg. Dilanjutkan dengan pemberian
vaksinasi hepatitis B sebanyak 3 kali.
(2) Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs < 100 mIU/ml, diberi
suntikan Hepatitis B sebanyak 1 kali.
(3) Jika Anti HBsAg positif dengan titer > 100 mlU/ml tidak
perlu dilakukan tindakan. 

(b) Tercemar Hepatitis C (HCV Positif)


(1) Bila Anti HCV Positif berarti petugas pernah terinfeksi virus
hepatitis C.
.
(2) Lihat catatan kesehatan petugas sebelumnya, bila SGPT
sering abnormal dalam jangka waktu 6 bulan berarti
petugas tersebut kemungkinan menderita Hepatitis C
menahun.
(3) Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT selama 6
bulan, bila SGPT abnormal kemungkinan terjadi penularan
dan rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.

(c) Bila Anti HCV Negatif


(1) Ulang pemeriksaan Anti HCV 3 bulan kemudian, jika hasil
Anti HCV tetap negatif berarti tidak terjadi penularan.
(2) Jika setelah 3 bulan terjadi serokonversi yaitu Anti HCV
menjadi positif lakukan pemantauan SGPT selama 6 bulan.
(3) Bila hasil SGPT tetap normal berarti telah terjadi penularan
dan “telah sembuh”
(4) Jika terjadi kenaikan SGPT secara fluktuatif dalam jangka
waktu 6 bulan, rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.

77
(d) Tercemar HIV (HIV Positif)
(1) Lakukan konseling berupa informasi lengkap mengenai
resiko penularan HIV kepada suami/istri, manfaat dan efek
samping pemberian antiretroviral sebagai pencegahan.
(2) Bila tusukan / irisan tidak berat / superfisial tidak perlu
diberikan pencegahan.
(3) Untuk luka tusukan / irisan lebih berat / menembus kulit
berikan AZT selama 4 minggu.
(4) Untuk luka tusukan / irisan berat / menembus kulit lebih
dalam hingga keluar darah berikan AZT + indinavir /
nelfinavir selama 4 minggu.
(5) Setelah pemberian antiretroviral lakukan pemantauan hasil
pemeriksaan laboratorium setiap 3 bulan selama 1 tahun.
(6) Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun tetap negatif
berarti tidak tertular.

(e)Penyakit Akibat Kerja


(1) Rehabilitasi
(2) Setiap petugas yang mengalami kecelakaan kerja tersebut
terus dipantau perkembangan status kesehatan karyawan
selama periode pemantauan dan diserahkan ke Kaur
Jangmed dan MFK. Kaur Jangmed bersama dengan
Pimpinan Rumah Sakit Bhayangkata TK IV Bogor akan
memutuskan pengobatan selanjutnya bila petugas tersebut
positif tertular.
(3) Jika ditemukan kasus khusus akan ditindak lanjuti bersama
Dokter Spesialis.
4. Pencegahan dan pengendalian benda tajam serta penanganan kecelakaan kerja
akibat benda tajam/tertusuk jarum.
a. Pengertian:

a) Hazard ialah benda atau bahan berpotensi menimbulkan bahaya pada


keselamatan dan kesehatan saat kerja khususnya pada pemberi
pelayanan ataupun penerima pelayanan pada umumnya.
b) Yang dimaksud dengan terkena benda tajam adalah luka tusuk / iris
pada karyawan / petugas yang ditimbulkan oleh benda tajam.
c) Benda tajam adalah semua benda tajam yang berada di rumah sakit,
baik yang telah digunakan terhadap pasien yang menderita atau
diduga menderita hepatitis B / C dan atau HIV, antara lain jarum,
pisau, gunting, maupun benda lain yang berpotensi menimbulkan
luka.

78
b. Panduan Pencegahan dan Penanganan Tertusuk jarum dan sejenisnya di
peruntukkan khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan jarum dan
cairan tubuh infeksius, mencakup unit kerja keperawatan, klinikal (Dokter,
Laboratorium, Radiologi), CS (petugas kebersihan), laundry.
c. Tujuan pencegahan dan penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya
adalah:
a) Mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien, keluarga,
pengunjung, dan petugas pemberi pelayanan kesehatan dari
benda/bahan infeksius dan microorganisme (Bakteri, kuman, dan
Virus) melalui cara kontak, terciprat, dan sebagainya.
b) Menjaga kesehatan dan keselamatan petugas.
c) Mencegah terjadinya cidera akibat paparan bahan/benda berpotensi
bahaya meliputi, bahan /benda potensi bahaya (cairan tubuh
infeksius) melalui cara kontak, ataupun terciprat, dsb

BAB VII

PENUTUP

Demikian pedoman Pelayanan dan Asuhan Pasien RS dibuat agar menjadi pedoman
dalam pelaksanaan pelayanana dan asuhan pasien di Rumah Sakit Bhayangkara TK IV
Bogor

Bogor, 2019
KARUMKIT BHAYANGKARA TK. IV BOGOR

dr. Hj. FAUZIAH RIHANI


PEMBINA NIP. 196410041997032001

79

Anda mungkin juga menyukai