Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dengue Haemoragic Fever (DHF)

1. Definisi

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

tersebut. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat

menyebabkan kematian terutama pada anak-anak serta sering

menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Selain itu juga DHF

menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan system

pembekuan darah sehingga mengakibatkan pendarahan, dan dapat

menimbulkan kematian ( Misnadiarly, 2009 )

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang

berbahaya, dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat

dan sering menimbulkan wabah ( Depkes RI, 2006 )

Kesimpulan Dengue Haemoragic Fever (DHF) yaitu suatu

penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang sangat

berbahaya dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani

dengan cepat, lebih sering menyerang pada anak-anak daripada orang

dewasa.

2. Etiologi
Virus dengue serotipe 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor

nyamuk aedes aegypti. Infeksi dengan salah satu serotype

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain

(Mansjoer, arif dkk. 2000) 5

3. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan

menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan

Complement sehingga terjadi komplek imun antibody-virus

pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan yang akan

merangsang Prostaglandin E2 di hipotalamus sehingga terjadi

termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan

reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemia. Hipovolemia juga

dapat disebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah

yang menyebabkan kebocoran plasma. Adanya komplek imun

antibody- virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi

gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, koagulopati. Ketiga hal

tersebut menyebabkan pendarahan berlebihan yang jika berlanjut

terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan dan

akhirnya terjadi asidosis metabolik. Asidosis metabolic juga

disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya terjadi perlemahan

sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi

terjadi hypoxia jaringan.


4. Manifestasi Klinis

Selain tanda dan gejala dari klasifikasi diatas, ada pula kriteria

klinis Dengue Haemoragic Fever (Mansjoer, arif dkk, 2000) adalah :

a. Demam

b. Pendarahan

c. Hepatomegali

d. Renjatan

5. Diagnosis DBD secara klinis (menurut kriteria WHO 1999)

a. Demam Tinggi mendadak selama 2 - 7 hari

b. Manifestasi Perdarahan minimal tes tourniquet + (petekia,

epistaksis, hematemesis)

c. Hepatomegali

d. Tanda – tanda syok : nadi kecil dan cepat, hipotensi, gelisah, akral

dingin, sianosis sekitar mulut.

e. Pemeriksaan Laboratorium :

1) Hemokosentrasi (Ht fase akut meningkat>20%)

2) Trombositopenia (< 100.000/uL)

Diagnosis DBD/SSD ditegakan bila ditemukan minimal 2

gejala klinik + 2 kelainan laboratorium.

Menurut WHO beratnya DBD dikelompokan :


a. Derajat ( grade) I : demam tanpa gejala khas + tes tourniquet ( + ).

Rawat jalan.

b. Derajat ( grade II : derajat I + manifestasi perdarahan spontan.

Rawat, observasi di puskesmas/ RS tipe D/C.

c. Derajat ( grade) III : derajat II + hipotensi . Rawat inap di

puskesmas/ RS Tipe D/C.

d. Derajat (grade) IV : derajat III + syok. Rawat di RS B/A.

Inilah yang biasanya disertakan dalam gejala klinis atau diagnosis

sementara di blanko laboratorium oleh diagnosis dokter yang merawat

pasien.Kata yang muncul : suspek DBD, DBD grade II, atau DSS

( Dengue Syok syndrome ).

Pada awal perjalanan penyakit, DBD dapat menyerupai kasus DD

dengan kecenderungan perdarahan yang berupa satu atau lebih

manifestasi di bawah ini, yaitu :

a. Uji bendungan ( Tourniquet ) positif

b. Perdarahan kulit

c. Perdarahan mukosa ( perdarahan hidung, perdarahan gusi )

d. Muntah darah (hematemesis) atau buang air besar darah (melena).

e. Hitung trombosit rendah ( Trombositopenia = hitung trombosit <

100.000/mm3 )

f. Pemekatan darah (hemokosentrasi) sebagai akibat dari peningkatan

permeabilitas kapiler dengan manifestasi satu atau lebih yaitu:

Peningkatan hematocrit ( Ht ) sesuai umur dan jenis kelamin > 20


% dibandingkan rujukan atau lebih baik lagi data awal

pasien.Penurunan hematocrit 20 % setelah mendapatkan

pengobatan cairan. Tanda perembesan plasma, yaitu efusi pleura ,

asistes atau proteinuria.

6. Komplikasi

a. Perdarahan

Disebabkan oleh perubahan vaskuler, trombositopenia dan

koagulopati, dan dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda

dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit.

Tendensi pendarahan dapat dilihat pada uji tourniquet positif,

petechiae dan hematemesis/melena (Hadinegoro, 2006: 24).

b. Kegagalan Sirkulasi

Dengue Syock syndrome terjadi pada hari ke 2 – 7 yang disebabkan

oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi

kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan

peritoneum, hemokosentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan

berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan

curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau penurunan perfusi

organ (Hadinegoro, 2006).

c. Hepatomegali

Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan

dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati

dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit


yang lebih besar dan lebih banyak di karenakan adanya reaksi atau

komplek virus antibody (Hadinegoro, 2006).

d. Efusi Pleura

Terjadi karena kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstrasi

cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya

cairan dalam rongga pleura dan adanya dipsnea (Hadinegoro,

2006).

7. Penatalaksanaan

a. Medik

1) Dengue Haemoragic Fever tanpa Renjatan

a) Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 liter / hari ), seperti jus jambu,

air the manis dan gula, sirup, dan susu.

b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas.

c) Jika kejang maka dapat diberi luminal.

d) Berikan infus jika terus muntah dan hematocrit meningkat.

2) Dengue Haemoragic Fever dengan Renjatan

a) Pasang infus Ringer Laktat

b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma

expander (20 – 30 ml/ kg Berat Badan), warna kuning

pekat.

c) Transfusi jika hemoglobin dan Hematokrit turun.

b. Keperawatan

1) Pengawasan tanda-tanda vita secara continue tiap jam


a) Pemeriksaan Hemoglobin, Hematocrit Trombocyt tiap 4

jam

b) Observasi intake output

c) Pada pasien Dengue Haemoragic Fever derajat I : Pasien

diistrahatkan, observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam, periksa

Hemoglobin, Hematokrit, Thrombosit tiap 4 jam beri

minum 1½ Liter – 2 liter per hari, beri kompres.

d) Pada pasien Dengue Haemoragic Fever derajat II :

Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hemoglobin,

Hematokrit, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi

lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan

sakit perut, beri infus.

e) Pada pasien Dengue Haemoragic Fever derajat III : Infus

guyur, posisi semi fowler, beri oksigen pengawasan tanda-

tanda vital tiap 15 menit pasang cateter, observasi produksi

urin tiap jam, periksa Hemoglobin, Hematokrit dan

Thrombosit.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Dengue Haemoragic Fever

(Nursalam, 2001)

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai


sumber data untuk mengevalusi dan mengidentifikasi status kesehatan

pasien (Nursalam, 2001).

a. Data biografi

Meliputi : Informasi pendahuluan atau biografi sangat membantu

menyusun riwayat kesehatan secara tepat. Informasi tersebut

meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, status

perkawinan, pekerjaan dan lain-lain.

b. Keluhan utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual

dan nafsu makan menurun.

c. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukan adanya sakit kepala, nyeri otot,

pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas,

mual, dan nafsu makan menurun.

d. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik namun jika ada

penyakit kelainan pada darah ataupun system imun mungkin akan

memperberat kondisi pasien.

e. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain

sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang

bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aegypty.


f. Riwayat kesehatan lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih

seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang

jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

g. Pola aktifitas sehari-hari

1) Pola nutrisi

Biasanya nafsu makan berkurang, mual, muntah dapat terjadi

disertai nyeri daerah perut.

2) Pola Eliminasi

Buang air kecil biasanya tidak lancar, konsistensi pekat, buang

air besar biasanya konstipasi, frekuensi BAB sering atau bisa

terlambat.

3) Pola Istirahat Tidur

Istirahat tidur terganggu, karena adanya nyeri atau panas yang

tinggi.

4) Pola Personal Hygiene

Biasanya personal hygiene pasien kurang karena adanya

kelemahan dan ketidakmampuan mandi, gosok gigi dan

keramas.

h. Pengkajian Per Sistem


1) Sistem Pernafasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernafasan dangkal,

epitaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada

auskultasi terdengar ronchi.

2) Sistem Persyarafan

Pada Dangue Haemoragic Fever Derajat III pasien gelisah dan

terjadi penurunan kesadaran serta pada Dengue Haemoragic

Fever derajat IV dapat terjadi Dengue Shock Syndrome (DSS)

3) Sistem Cardiovaskuler

Pada derajat I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet

positif, trombositipeni, pada Dengue Haemoragic Fever derajat

III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah,

hipotensi, sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada

Dengue Haemoragic Fever Derajat IV nadi tidak teraba dan

tekanan darah tak dapat diukur.

4) Sistem Pencernaan

Selaput Mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada

epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen

teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat

menelan, dapat hematemesis, melena.

5) Sistem Perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan

mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.


6) Sistem Integumen

Terjadi peningkatan suhu tubuh, pada derajat I terdapat positif

pada uji tourniquet, terjadi petechiae, pada Dengue Haemoragic

Fever derajat III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut NANDA (Nurarif & Kusuma

2013) Intervensi dan aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan

diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC (Wilkinson 2011).

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif ditandai dengan peningkatan hematokrit, peningkatan suhu

tubuh, membran mukosa kering, kelemahan dan trombositopenia.

b. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit

ditandai dengan fluktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran

normal

c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit

ditandai dengan gangguan pola tidur, melaporkan perasaan tidak

nyaman.

d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan ditandai

dengan ketidakmampuan menelan makanan, sariawan rongga

mulut.
e. Risiko perdarahan faktor resiko Koagulopati Intravaskuler

Diseminata (KID), Koagulopati Inheren (trombositopenia).

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan dan aplikasi asuhan keperawatan berdasa

rkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC (Wilkinson 2011).

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif ditandai dengan peningkatan hematokrit, peningkatan suhu

tubuh, membran mukosa kering, kelemahan dan trombositopenia.

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil :Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan

BB Normal,Tekanan Darah, Nadi, Suhu Tubuh dalam batas

normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit

baik, membrane mukosa lembab.

Intervensi :

1) Monitor Vital sign

Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien

2) Mnitor status hidrasi

Rasional : untuk mengetahui berat ringannya kuranganya

cairan tubuh

3) Observasi intake dan output. Catat jumlah, warna urine.

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan

berat jenis urine diduga dehidrasi.

4) Anjurkan untuk masukan oral (sesuai toleransi)


Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral

5) Kolaborasi pemberian cairan intravena, plasma atau darah.

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk

mencegah kekurangan volume cairan

b. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit

ditandai dengan fluktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran

normal

Tujuan : Suhu tubuh normal kembali.

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36,5 – 37,5˚ C, tidak ada tanda-

tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa

lembab.

Intervensi :

1) Kaji saat timbulnya demam

Rasional : Untuk menidentifikasi pola demam pasien dan

sebagai indicator untuk tindakan selanjutnya.

2) Observasi tanda-tanda vital pasien : suhu, nadi, tensi,

pernapasan, tiap 4 jam lebih sering

Rasional : Tanda – tanda vital merupakan acuan untuk

mengetahui keadaan umum pasien.

3) Beri penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan

suhu tubuh
Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien

dapat membantu pasien/keluarga mengurangi kecemasan yang

timbul.

4) Jelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika

hal tersebut tidak dilakukan.

Rasional : Penjelasan yang akan diberikan akan memotivasi

pasien untuk Kooperatif.

5) Anjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 ltr/24 jam dan

jelaskan manfaatnya bagi pasien.

Rasional : Peningkatan Suhu tubuh akan menyebabkan

penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan

asupan cairan yang banyak.

6) Berikan Kompres hangat pada kepala dan axilla

Rasional : Pemberian Kompres akan membantu menurunkan

suhu tubuh.

7) Kolaborasi dengan dokter pemberian antipiretik

Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi

sentralnya pada hipotalamus.

c. Gangguan rasa nyaman berhubungan gejala terkait penyakit

ditandai dengan gangguan pola tidur, melaporkan perasaan tidak

nyaman.

Tujuan : Gangguan pola tidur dapat teratasi


Kriteria Hasil : Pasien tidak terbangun di malam hari, pasien dapat

tidur dengan nyenyak.

Intervensi :

1) Kaji pola tidur pasien

Rasional : Untuk mengetahui kebiasaan tidur pasien dan

mempermudah dalam menentukan intervensi selanjutnya

2) Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman

Rasional : Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat

mempermudah pasien untuk tidur

3) Batasi pengunjung dan tindakan keperawatan pada waktu

istirahat

Rasional : Dengan membatasi pengunjung, tidur pasien tidak

terganggu.

d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dan status nutrisi adekuat

Kriteria hasil : Nafsu makan bertambah, Porsi makan dihabiskan,

IMT 18,5- 22,9.

1) Yakinkan pasien dan berikan lingkungan yang tenang selama

makan

Rasional : Lingkungan yang nyaman memberikan kemauan

saat makan
2) Identifikasi faktor pencetus mual dan muntah

Rasional : Meminimalkan faktor yang dapat menimbulkan

mual dan muntah

3) Identifikasi faktor yang mempengaruhi kehilangan selera

makan pasien

Rasional : makanan yang tidak disukai dapat diketahui

sehingga pemenuhan nutrisi dapat terlaksana dengan baik

e. Risiko perdarahan faktor resiko Koagulopati Intravaskuler

Diseminata (KID), Koagulopati Inheren (trombositopenia).

Tujuan : Tidak terjadi perdarahan.

Kriteria hasil : Trombosit 170000-380000 mm3.

Hb 13-18g/dl.

1) Observasi tanda – tanda vital

Rasional : Tanda-tanda vital batas normal menandakan keadaan

umum klien baik, serta untuk memastikan klien tidak

mengalami perdarahan.

2) Monitor jumlah trombosit, Hb, Hct, tiap hari.

Rasional : Jumlah trombosit yang dipantau tiap hari dapat

diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang di alami oleh

klien.

3) Anjurkan kepada keluarga untuk segera melapor jika ada tanda

– tanda perdarahan lebih lanjut (Epiotaksi, melena,

hematemesis, ekimosis.
Rasional : Keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan

terjadinya perdarahan, (nyata) akan membantu pasien

mendapatkan penangaan sedini mungkin.

4. Implementasi keperawatan

Iyer (2008), menyatakan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan

adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanaan

keperawatan oleh perawat bersama klien. Hal-hal yang harus kita

perhatikan ketika akan melakukan implementasi adalah implementasi

yang di lakukan sesuai dengan rencana.

Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang di

miliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik

secara umum maupun secara khusus pada klien Dengue Haemoragic

Fever (DHF), pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya

secara independen, interdependen, dan dependen.

Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan

yang di prakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan

dan keterampilan yang di milikinya. Pada fungsi interdependen adalah

di mana fungsi yang di lakukan dengan bekerja sama dengan

profesi/disiplin ilmu lain dalam keperawatan maupun pelayanan

kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang di

laksanakan oleh perawat berdasarkan pesan orang lain.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah salah satu yang di rencanakan dan perbandingan

yang sistematis pada status kesehatan klien. Evaluasi terdiri atas dua

jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif di

sebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, evaluasi berjalan,

di mana evaluasi di lakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan

di lakukan sampai tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif ini di

sebut evaluasi hasil, evaluasi akhir, evaluasi jangka panjang. Evaluasi

ini di lakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna di lakukan

dan menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi

yang di berikan. Bentuk evaluasi lazimnya menggunakan format

“SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan

balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan

keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah di tentukan

sebelumnya (Nursalam, 2006).

Anda mungkin juga menyukai