Anda di halaman 1dari 10

ISU UNDIP

Cek Fakta: Tidak Benar Undip Tetapkan Uang Pangkal Rp 87 Miliar

Beredar di media sosial kabar uang pangkal di Universitas Diponegoro (Undip) yang mencapai
miliaran rupiah. Kabar itu ramai dibagikan sejak akhir pekan lalu.

Salah satu yang mempostingnya adalah akun Agung Hendra. Dia mengunggahnya pada 22
Agustus 2020.

Dalam postingan tersebut terdapat tangkapan layar yang menyatakan uang pangkal untuk
mahasiswa studi S1 Ilmu Hukum (Reg) adalah Rp 87.000.000.000.

Selain itu postingan tersebut juga disertai narasi:

"Busyet sistem pengendalian Internalnya gimana nih masak uang pangkal lulus di UNDIP salah
ketiknya parah 87M bisa bangun city hotel tuhh"

Lalu benarkah uang pangkal di Undip mencapai Rp 87 miliar?

"Liputan6.com, Semarang - Pungutan uang pangkal atau uang sumbangan pengembangan


institusi (SPI) di Universitas Diponegoro (Undip) yang mencapai Rp87 miliar, menjadi buah
bibir dan ramai diperbincangkan warganet.

Kehebohan itu bermula dari seorang calon mahasiswa yang lulus dalam penerimaan jalur
mandiri dan menerima tagihan sumbangan pengembangan institusi sebesar Rp87 miliar. Besaran
angka pungutan uang pangkal yang mencapai puluhan miliar rupiah itu tidak saja
mengejutkan Undip namun juga mengejutkan alumninya.

Akun twitter @Tariijihy yang mengunggah tangkapan layar halaman pengumuman hasil seleksi


dari program studi S1 Ilmu Hukum dengan keterangan tagihan uang pangkal sebesar Rp87 miliar
itu pun mendapat berbagai tanggapan dari warganet. 

"Bukan main sih 87 M ??? Gilaaaaaassa," tulis @Tariijihy dalam cuitannya yang diunggah Sabtu


(22/8/2020). 

Ratna Apriyanti melalui akun twitternya @ratna_2204, menanggapai cuitan @Tariijihy. Dia


kaget padahal tagihan untuk program magister saja tidak sebesar itu. 

"Waahh...gak mungkinlah segitu...saya kan lulusan S2 Magister Kenotariatan," tulisnya.

Namun twit soal uang pangkal atau SPI Undip Rp87 miliar yang diunggah @Tariijihy yang
masih bisa dibaca pukul 18.27 WIB, sudah tidak tampak sekitar 30 menit kemudian.
Atas unggahan yang sempat viral itu, Plt Wakil Rektor III Bidang Komunikasi dan Bisnis
UNDIP, Dwi Cahyo Utomo, menegaskan trending topik lulus jalur ujian mandiri (UM) S1 harus
membayar uang pangkal Rp87 miliar, adalah hoaks.

"Tidak benar," tegasnya dalam rilis yang disebar Kasubag Humas Universitas Diponegoro
(Undip), Utami Setyowati , melalui pesan singkat WhatsApp.

Dwi Cahyo menjelaskan, Undip tidak mengenal istilah uang pangkal. Terdapat tiga jalur ujian
mandiri S1 meliputi reguler, jalur kemitraan dan golongan tidak mampu atau pemegang KIP.

“Seleksi UM S1 tahun 2020 ini, yang diumumkan pada Jumat (21/8/2020) pukul 21.00 WIB, ada
yang berbeda dari tahun sebelumnya yakni UNDIP menerima calon mahasiswa jalur UM S1 dari
keluarga kurang mampu atau pemegang KIP,” ungkapnya.

Biaya pendidikan dan SPI (Sumbangan Pengembangan Institusi) berpedoman pada ketentuan
Permendikbud nomor 25 tahun 2020.

“Format kartu bukti kelulusan yang ada di twiter tidak sesuai dengan format resmi yang
dikeluarkan oleh UNDIP. Sehingga berita uang pangkal Rp 87miliar untuk jalur kemitraan kami
tegaskan tidak benar,” tegasnya.

Utami menjelaskan, karena merugikan, UNDIP akan membawanya ke ranah hukum.

“Langkah proses hukum diambil apabila kita sudah ada bukti pemilik akun twiter yang
memposting informasi yang tidak benar,” tambahnya.

Keputusan Rektor Universitas Diponegoro Nomor: 149/UN7.P/HK/2020 tentang penetapan


besaran uang kuliah tunggal (UKT) dan sumbangan pengembangan institusi (SPI) Program
Sarjana atau Diploma Universitas Diponegoro tahun 2020 sumbangan terendah mencapai Rp 7,5
juta dan tertinggi mencapai Rp 250 juta.

1. Hukum Rp40.000.000-Rp45.000.000

2. Ekonomi Rp 10.000.000- Rp 40.000.000

3. Teknik Rp 30.000.000- Rp 45.000.000

4. Kedokteran Rp 200.000.000- Rp 250.000.000

5. Keperawatan Rp 30.000.000 40.000.000

6. Gizi Rp 35.000.000- Rp 50.000.000


7. Kedokteran Gigi Rp 100.000.000- Rp 150.000.000

8. Farmasi Rp 40.000.000- Rp 50.000.000

9. Peternakan dan Pertanian Rp 15.000.000 – Rp 30.000.000

10. Ilmu Budaya Rp 7.500.000- Rp 15.000.000

11. Sains dan Matematika Rp 25.000.000- Rp 45.000.000

12. Kesehatan Masyarakat Rp 20.000.000- Rp 30.000.000

13. Perikanan dan Ilmu Kelautan Rp 25.000.000- Rp 30.000.000

14. Psikologi Rp 30.000.000- Rp 40.000.000"

Ada juga artikel dari Kompas.com berjudul "Beredar Isu Uang Pangkal Rp 87 Miliar, Ini


Penjelasan Undip" yang tayang 23 Agustus 2020. Berikut isinya:

"SEMARANG, KOMPAS.com - Universitas Diponegoro ( Undip) meluruskan informasi yang


tidak benar terkait uang pangkal sebesar Rp 87 miliar. Sebelumnya, isu soal syarat uang pangkal
sebesar Rp 87 miliar itu mencuat saat seseorang mengunggah informasi tersebut di Twitter.
Pemilik akun tersebut mengaku sebagai calon mahasiswa yang lolos seleksi ujian mandiri (UM).

Unggahan tersebut menyebabkan informasi menjadi simpang siur dan tersebar luas hingga
sempat menjadi trending topic di Twitter. Pelaksana tugas Wakil Rektor III Bidang Komunikasi
dan Bisnis Undip Dwi Cahyo Utomo menegaskan bahwa informasi itu tidak benar. Dwi
menyebut, informasi terkait lulusan jalur UM S1 harus membayar uang pangkal Rp 87 miliar itu
adalah hoaks. "Kami tegaskan bahwa berita tersebut hoaks, tidak benar. Informasi itu tidak
benar," kata Dwi dalam keterangan yang diterima, Sabtu (22/8/2020).

Dwi menjelaskan, Undip tidak mengenal istilah uang pangkal. Terdapat tiga jalur seleksi UM S1
di Undip, yakni jalur reguler, jalur kemitraan, dan jalur bagi golongan tidak mampu atau
pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Menurut Dwi, biaya pendidikan dan sumbangan pengembangan institusi (SPI) di Undip tetap
berpedoman pada ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
Nomor 25 Tahun 2020.

"Format kartu bukti kelulusan yang ada di Twitter tidak sesuai dengan format resmi yang
dikeluarkan oleh Undip, sehingga berita perihal uang pangkal Rp 87 miliar untuk jalur
kemitraan, kami tegaskan tidak benar," kata Dwi.
Kepala Sub Bagian UPT Humas dan Media Undip Utami Setyowati menambahkan, pihak Undip
merasa telah dirugikan dengan adanya informasi tidak benar tersebut. Untuk itu, pihaknya akan
menempuh proses hukum setelah mengumpulkan bukti-bukti terkait postingan pemilik akun
Twitter tersebut. "Intinya kami meluruskan informasi yang tidak benar," kata Utami.

Undip Tanggapi Isu Bocor Data 125 Ribu Mahasiswa dan Alumni

Undip menegaskan data mahasiswa dan alumni aman tersimpan di server.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Universitas Diponegoro (Undip) Semarang memastikan


data mahasiswa perguruan tinggi negeri di kampus itu masih aman tersimpan dalam server. Hal
tersebut disampaikan Plt Wakil Rektor 3 Bidang Komunikasi dan Bisnis Undip Semarang, Dwi
Cahyo Utomo menanggapi unggahan akun Twitter @fannyhasbi tentang dugaan data 125 ribu
mahasiswa kampus tersebut yang bocor di dunia maya.   

"Sampai saat ini data yang ada di server masih aman dan berjalan seperti biasa," katanya.   

Dwi belum bisa memastikan kebenaran informasi tentang data yang diduga bocor tersebut
merupakan milik Undip atau bukan. Menurut dia, investigasi sudah dilakukan untuk
menindaklanjuti informasi tersebut.   

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan keterangan pers di
halaman Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Jakarta, Ahad (15/11)

Ia menuturkan beredarnya informasi tentang data mahasiswa yang bocor itu perlu diwaspadai
motif di belakangnya. "Jangan-jangan ini pancingan agar server Undip terbuka," tambahnya.   

Dwi juga menyebut tidak menutup kemungkinan untuk membawa unggahan tentang dugaan
kebocoran data mahasiswa Undip itu ke jalur hukum. Sebelumnya, akun Twitter @fannyhasbi
mengunggah status tentang dugaan kebocoran data 125 ribu mahasiswa dan alumnus Undip
Semarang.   

Data tersebut antara lain berisi nama, alamat, jalur masuk, alamat surat elektronik, password,
IPK, riwayat sekolah, beasiswa dan beberapa data penting lainnya.   

ISU INTERNASIONAL

Menikah, Pasangan Gay Thailand Terima Ancaman Pembunuhan dari Netizen Indonesia
Warganet Indonesia sekali lagi membuktikan betapa tidak sopannya perilaku mereka dalam
bermedia sosial. Kali ini giliran akun Facebook milik Suriya Koedsang, seorang warga
negara Thailand, yang dihujat habis-habisan.

Berawal dari unggahan Suriya di akun facebooknya tentang foto pernikahan dengan
pasangan gay-nya. Hal itu ternyata mengundang reaksi negatif dari warganet Indonesia.

Bukan ucapan selamat yang didapatkan, melainkan hujatan, kritikan pedas, hingga ancaman
mati.

Unggahan Suriya tersebut telah dikomentari lebih dari 360 ribu warganet dari mancanegara,
termasuk warganet Indonesia. Sebagai salah satu mempelai, Suriya mengungkapkan komentar
negatif itu dia terima pekan lalu setelah fotonya terunggah di Facebook.

Banyak warganet menyebut pernikahan mereka "dilarang oleh Tuhan" hingga "tanda-tanda akhir
zaman". Bukan hanya itu saja situ, warganet Indonesia diketahui juga melontarkan hinaan, mulai
dari sialan, sampai orang gila.

Melansir dari Kompas.com (13/4/2021), awalnya Suriya tidak meghiraukan komentar tersebut.


Namun, akhirnya ia mengambil jalur hukum lantaran sudah ada ancaman mati terhadap suami,
orangtua, hingga fotografer pernikahan mereka.

Baca Juga: Buat Grup Gay di Medsos, Pasangan Sesama Jenis Ditangkap

Dalam unggahan yang ditulisnya dalam bahasa Inggris, dia mengaku tidak paham kepada
warganet tetangga menghujat dan menghakimi hari bahagia mereka.

"Kami menikah di rumah saya sendiri, di negara saya. Kenapa mereka (Indonesia)
mempersoalkannya?" tulisnya.

"Kenapa kalian harus bersikap dramatis? Kenapa kalian bersikap kasar kepada kami? Perlukah
saya menyembunyikannya jika saya tak berbuat salah?" lanjut Suriya.

Dia mengaku menghormati semua agama, bahkan sempat belajar di Pattani, provinsi di mana
Islam menjadi mayoritas. Ia juga menjelaskan bahwa keluarganya yang Muslim juga
mendukungnya.

"Agama tak pernah mengajarkan membenci orang lain. Tapi menjadikan manusia yang baik,"
tegasnya.

Melansir Coconut, Senin (12/4/2021), Suriya telah melaporkan insiden yang dialaminya ke


Ronnarong Kaewpetch dari Network of Campaigning for Justice.
Ronnarong menyatakan, setiap orang Indonesia yang sudah memberikan komentar negatif
kepada pasangan gay itu dilarang ke Thailand.

"Setiap saat kalian datang ke Thailand, kami sudah siap dengan polisi untuk menahan kalian,"
ancamnya.

Meski demikian, pernikahan sesama jenis tidak diakui di "Negeri Gajah Putih" ini. RUU
Kemitraan Sipil yang tengah digodok untuk mengakui kemitraan sipil sesama jenis, masih belum
mendapat putusan pasti.
ISU NASIONAL
Kabar penangkapan babi ngepet di Bedahan, Sawangan, Depok, beberapa hari lalu telah
dipastikan sebagai rekayasa. "Semuanya yang sudah viral tiga hari sebelumnya adalah hoaks, itu
berita bohong," kata Kapolres Metro Depok Kombes Imran Edwin Siregar, Kamis (29/4/2021).
sebagai tersangka. Beberapa rekannya yang kemungkinan terlibat dalam merekayasa hal ini
masih diproses polisi. Berikut Kompas.com merangkum fakta-fakta yang sejauh ini diketahui
soal rekayasa isu babi ngepet di Depok ini:
1. AI disebut sebagai tokoh masyarakat
AI diketahui sebagai seorang tokoh masyarakat, khususnya dalam hal agama. Ia disebut
punya majelis taklim. Terima kasih telah membaca Kompas.com. Dapatkan informasi,
inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email "Tapi (disebut) tokoh juga tidak terlalu
terkenal," kata Imran.
2. Berawal dari keluhan kehilangan uang
Imran menyatakan bahwa rekayasa ini telah direncanakan oleh AI sejak lama. "Berawal
dengan adanya cerita masyarakat sekitar merasa kehilangan uang, ada Rp 1 juta, ada Rp 2
juta. Mereka mengarang cerita dari kehilangan itu dari bulan Maret, jadi ada kurang lebih 1
bulan," jelas Imran. Baca juga: Hoaks Babi Ngepet di Depok Direncanakan Pelaku sejak
Maret
3. Motif agar jadi terpandang
Polisi menyebutkan, AI melakukan rekayasa ini supaya dirinya lebih terpandang sebagai
tokoh kampung. "Tujuan mereka adalah supaya lebih terkenal di kampungnya," kata Imran.
Sementara itu, kepada wartawan, AI mengaku melakukannya bukan untuk ketenaran,
melainkan untuk menuntaskan masalah kehilangan uang yang diadukan kepadanya.
"Sehingga timbullah di hati dan pikiran saya dan kami semua ini hal tersebut, agar selesai
permasalahan yang ada di tempat kami," kata AI, Kamis. Baca juga: Pengakuan Tersangka
Rekayasa Isu Babi Ngepet di Depok, Beli Babi Rp 900.000 secara Online "Saya akui itu
adalah salah yang sangat fatal. Ini hanya rekayasa pribadi saya sendiri, hanya untuk
menyelesaikan apa yang disolusikan kepada saya," ungkapnya.
4. Babi dipesan secara online
AI mengaku, ia membeli anak babi itu secara online seharga Rp 900.000 plus ongkos kirim
seharga Rp 200.000. Kemudian, ia menyusun skenario penangkapan babi yang belakangan
disembelih itu bersama beberapa orang lainnya. "Babinya dikirim melalui jasa pengiriman
tepat pada jam 22.55. Babi itu baru datang dan dilepas di depan rumah saya," kata AI. Baca
juga: Tersangka Rekayasa Isu Babi Ngepet di Depok Mengaku Khilaf dan Meminta Maaf
"Jadi dilepas dan kami menunggu babi itu sampai datang, karena dari posisi yang dilepas
sangat mudah bagi babi itu untuk jalan ke titik yang disiapkan," lanjut AI.
5. Semuanya skenario
Imran memastikan semua kabar yang kadung tersebar selama beberapa hari terakhir adalah
hasil rekayasa AI dkk. Siapa yang membunuh dan mengubur babi itu juga sudah termasuk
dalam skenario, termasuk cerita delapan orang warga bugil menangkap babi itu. "Seolah-olah
mengarang cerita, ada tiga orang, satu orang turun tanpa menapakkan kaki, kemudian
keduanya pergi naik motor, tiba-tiba satu setengah jam berubah jadi babi, padahal itu tidak
benar. Sudah direncanakan," jelas Imran. Baca juga: Motif Pelaku Rekayasa Isu Babi Ngepet
di Depok: Supaya Terkenal
6. AI minta maaf, diancam penjara 10 tahun
AI meminta maaf kepada publik atas perbuatannya. Ia mengaku dirinya gelap mata. "Saya
pertama mau mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kejadian pada hari Selasa yang viral itu,
babi ngepet, adalah berita hoaks atau berita bohong, berita yang kami rekayasa. Saya akui itu
adalah salah yang sangat fatal dan sekali lagi atas kejadian ini saya memohon maaf yang
sebesar-besarnya terutama untuk warga Bedahan, seluruh warga negara Indonesia," tutur AI.
"Ini bukan pengalihan isu ataupun apa pun itu," lanjutnya. Baca juga: Fakta Rekayasa Isu
Babi Ngepet, Direncanakan Beramai-ramai Sejak Maret hingga Beli Babi Online AI
mengakui, rekayasa ini semuanya berasal dari idenya. "Saya khilaf, saya lemah, iman saya
turun sebagai manusia. Setan masuk ke dalam diri saya sehingga saya punya satu pikiran
yang sangat-sangat jahat dan sangat tidak masuk akal," kata AI lagi. Polisi menjerat AI
dengan Pasal 10 ayat 1 atau 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan
Hukum Pidana. AI terancam kurungan 10 tahun penjara.
ISU FAKULTAS
Polemik LKMM-Dasar SekolahVokasi dan Isu Blacklist Peserta dari FSM
Perhelatan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa tingkat Dasar (LKMMD) di
Universitas Diponegoro tahun ini sudah dimulai. Kegiatan yang rutin diadakan setiap tahunnya
oleh setiap fakultas di Universitas Diponegoro. LKMM-Dasar merupakan tingkatan kedua
setelah LKMM-Pra Dasar yang diselenggarakan di tingkat jurusan atau departemen. Kegiatan ini
menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri, meningkatkan keterampilan
dan melatih jiwa kepemimpinan. Dengan demikian, hal ini menjadi kegiatan yang penting bagi
setiap fakultas untuk menciptakan kader pemimpin yang berkualitas. Meski begitu dalam
pelaksanaannya tentu setiap fakultas terdapat problematika didalamnya salah satunya adalah
LKMM-Dasar Sekolah Vokasi yang diterpa isu yang kurang mengenakan, yakni isu jika adanya
upaya blacklist peserta dari Fakultas Sains dan Matematika (FSM)

Pelaksanaan LKMM-Dasar Sekolah Vokasi tahun 2021 telah siap dilaksanakan. Tetapi persoalan
terjadi ketika panitia LKMM-Dasar Sekolah Vokasi 2021 mempertimbangkan ulang keputusan
untuk memasukkan ataupun menutup pintu pendaftaran delegasi dari Fakultas Sains dan
Matematika (FSM) ke dalam LKMM-Dasar Sekolah Vokasi. Bukan tanpa alasan, dari pihak
panitia menilai hal ini menjadi langkah antisipatif agar kejadian tahun 2020 tidak kembali
terulang, mengingat tahun yang lalu dari delegasi FSM mengirim delegasi mereka sebanyak 5
orang, tetapi 2 di antaranya mengundurkan diri dari keikutsertaan pada LKMM-Dasar Sekolah
Vokasi 2020.

Tanggapan disampaikan oleh Rafli selaku Ketua Himpunan MAL 2021, menurutnya alasan
mundurnya kedua delegasi itu dikarenakan padatnya kegiatan kuliah dan rangkaian kegiatan
LKMM-Dasar Sekolah Vokasi 2020 yang memakan waktu cukup lama hingga kurang lebih 4
bulan.

“Sebenernya aku masih awam terkait pelaksanaan LKMM-Dasar SV dan tahun kemarin ada dua
orang delegasi FSM keluar semua, dan alasan mereka nggak jauh beda yaitu karena ada
kesibukan di kuliahnya sama kegiatan LKMM SV yang memakan waktu lama.”

Rafli juga menambahkan adanya isu yang beredar terkait akan diberlakukannya blacklist dari
LKMM-Dasar Sekolah Vokasi kepada delegasi FSM.

“Denger-denger juga di tahun ini FSM mau di-blacklist tapi apakah nanti di-blacklist-nya mau
bagaimana, apakah dikurangi kuotanya gitu aku kurang tahu” imbuhnya.

Selain itu tanggapan juga disampaikan oleh Shafira selaku komting LKMM-Dasar Sekolah
Vokasi tahun lalu, ia menyampaikan bahwa keputusan untuk ikut serta atau pengunduran dalam
LKMM-Dasar ini menjadi keputusan mahasiswa sepenuhnya
“Selama keberlangsungan tuh sebenernya tanpa melihat dari delegasi atau tanpa melihat dari
mana dia berasal, kembali lagi keputusan secara personal, delegasi hanya mengirimkan orang-
orangnya aja, ya maksudnya dalam artian bahwa nama lembaganya masing-masing, cuma kan
keterbutuhannya kembali lagi secara personal itu akan ditentukan diri sendiri” tegas Shafira saat
dimintai keterangan.

Sementara itu terkait keputusan akhir blacklist atau penahanan delegasi dari FSM belum dapat
ditetapkan, Shafira menilai untuk membahas permasalahan ini diperlukan adanya diskusi dari
panitia LKMM-Dasar Sekolah Vokasi dan pihak FSM sendiri.

“Aku nggak mau memutuskan pada hari ini di-blacklist nanti untuk dasar (LKMM-Dasar) FSM,
nggak kayak gitu aku pengennya diskusi dulu nanti terkait ketentuan darimananya sama teman-
teman panitia kalau memang FSM pengen mengirimkan delegasinya lagi dan tidak terjadi hal
yang sama, aku kembalikan lagi terkait surat-surat yang tadi mungkin mereka harus memberikan
jaminan apa untuk FSM diberikan kesempatan kembali di sini biar hal tersebut tidak terjadi lagi
mungkin kayak gitu.” tambahnya

Pelaksanaan LKMMD SV 2021 kian hari kian dekat, Shafira berharap pada tahun ini LKMM-
Dasar mampu membentuk karakter dan penerapan ilmu yang nyata bagi mahasiswa.

“Harapan tahun ini sama sih seperti tahun-tahun biasanya, pengennya jauh lebih baik daripada
yang sebelumnya tapi yang paling penting adalah pada LKMMD ini nanti lebih jadi bisa bonding
dan lebih baik lagi, bukan cuma mau dapat sertifikat aja terus bisa ngelanjutin ke jenjang yang
lainnya tapi lebih ke bagaimana mereka bisa menerapkan ilmunya dengan komplit serta
membentuk karakter dari citra LKMMD 2021 yang lebih baik.” tandasnya.

Dari LPM Cakrawala sendiri sudah menghubungi pihak FSM yang terkait, namun hingga berita
ini diterbitkan dari pihak yang terkait masih belum memberikan keterangan.

Anda mungkin juga menyukai