Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH PKN

“KASUS PELANGGARAN HUKUM YANG TERKAIT DENGAN


PRINSIP RULE OF LAW”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II
NURHAYATI MONGILONG (20602098)
FILEA MARIA MUMU (20602099)
VIRGINIA ADISTI TIWOUW (2060109)
CHANDRA TARUNA RENGKUAN (20602101)
JESIKA JELITA MOMONGAN (20602122)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
Rule of law atau doktrin hukum yang muncul pada abad ke 19, seiring degan negara konstitusi
dan demokrasi. Rule of law adalah konsep tentang common law yaitu seluruh aspek negara
menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian

Dalam hal berbicara tentang Rule of law teringat dengan kasus Gayus Halomoan Tambunan
atau biasa dikenal dengan Gayus Tambunan.
Gayus Tambunan adalah seorang pegawai pajak, yang usianya masih 30 tahun. Tapi sepak
terjangnya sudah menggegerkan masyarakat Indonesia. Kasus bermula dari kecurigaan Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terhadap rekening milik Gayus di Bank
Panin.
Dalam kasus pajak ini Gayus dibidik Polri dengan 3 pasal, yakni pasal penggelapan, pencucian
uang, dan korupsi. Pada persidangan di PN Tangerang tanggal 3 Maret 2010 ia dituntut satu
tahun penjara, tetapi dinyatakan bebas dan tidak bersalah dan Pada tanggal 22 December 2010,
Gayus dituntut 20 tahun penjara dan divonis 7 tahun penjara pada 19 Januari 2010, di PN
Jakarta Selatan ia dinyatakan terbukti menyalahgunakan wewenang saat menjadi pegawai
pajak, menyuap polisi dan hakim, serta memberikan keterangan palsu pada saat penyidikan.

Lantas apa Hubungan Antara Kasus Gayus dan Rule Of Law??

Nah, Jika diperhatikan dan di pahami,Kasus mafia pajak gayus tambunan ini memiliki
hubungan yang erat dengan ‘Rule Of Law’. Pada ‘Rule Of Law’ sangat diperlukan untuk
sebuah Negara agar tercapai suatu keadilan yang dapat dinikmati oleh seluruh warga
negaranya. Pada kasus Gayus, terjadi ketidakadilan yaitu:

-Pertama Korupsi dalam jumlah besar yang merugikan masyarakat banyak dihukum dengan
hukuman yang ringan dari seharusnya.
-Kedua Aparat hukum yang seharusnya menjadi payung sebuah Negara hukum tidak bekerja
semestinya tetapi bekerja sebaliknya.
-Ketiga rakyat Indonesia sebagian besar telah menjalankan kewajibanya melakukan
pembayaran pajak, sehingga pemanfaatan pajak merupakan Hak Asasi Rakyat Indonesia. Akan
tetapi terdapat oknum-oknum di kepegawaian pajak yang menyalahgunakan kewenangan nya
sehingga merugikan Hak Asasi masyarakat Indonesia.

Gambaran ini mengukuhkan negara hukum di indonesia sebagai welfare state, karena
sebenarnya mustahil mewujudkan cita-cita Rule Of Law sementara posisi dan peran negara
sangat minimal dan lemah. Atas dasar inilah negara diberikan keluasan dan kemerdekaan
bertindak atas dasar inisiatif Dalam gagasan welfare state ternyata negara memiliki
kewenangan yang relatif lebih besar, dibandingkan dengan format negara yang bersifat negara
hukum formal saja. Sejalan dengan kemunculan ide demokrasi konstitusional yang tak
terpisahkan dengan konsep negara hukum, Dalam prinsip negara ini unsur penting pengakuan
adanya pembatatasan kekuasaan yang dilakukan secara konstitisional. Nah oleh karena itu,
terlepas dari adanya pemikiran dan praktek konsep negara hukum yang berbeda.

Supremasi hukum (rule of law) merupakan sebuah prinsip inti demokrasi liberal yang
mewujudkan ide-ide, seperti konstitusionalisme dan pemerintah dengan kekuasaan terbatas.[1]
Supremasi hukum berupaya untuk menegakkan dan memosisikan hukum pada tingkatan
tertinggi. Hal tersebut sejalan dengan arti supremasi hukum secara etimologis, yakni supremasi
(berada pada tingkatan tertinggi) dan hukum (peraturan perundang-undangan dan norma).[2]
Supremasi hukum berfungsi untuk melindungi setiap warga negara tanpa adanya intervensi
dari pihak mana pun, termasuk penyelenggara negara.

Dalam suatu negara, penegakan supremasi hukum dapat berjalan dengan dua prinsip, yaitu
prinsip negara hukum dan prinsip konstitusi.[3] Dalam prinsip negara hukum, tidak ada
penyelewengan yang dilakukan oleh penegak hukum sehingga masyarakat memiliki
kedudukan yang sama di hadapan hukum. Sementara itu, prinsip konstitusi menjadikan
konstitusi sebagai landasan dalam bermasyarakat sehingga hak setiap warga negara terjamin.
Prinsip supremasi hukum dibangun dan dikembangkan dari teori liberal tentang hukum yang
telah ada sebelumnya.

Meskipun demikian, supremasi hukum juga dianggap sebagai truisme. Dalam pengertian yang
sempit, hukum direduksi menjadi pernyataan bahwa siapa pun harus tunduk patuh kepada
hukum. Prinsip ini kurang memperhatikan kandungan hukum yang ada sehingga memunculkan
pernyataan bahwa supremasi hukum berlaku di zaman Nazi Jerman dan Uni Soviet karena
penindasan dan kekerasan dibalut legalitas.

Ajaran tentang Rule of Law adalah suatu prinsip hukum yang menyatakan bahwa hukum harus
memerintah suatu negara dan bukan keputusan pejabat-pejabat secara individual. Istilah
tentang Rule of Law ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang Teolog Skotlandia bernama
Samuel Rutherford dari Inggris pada abad 16.
Dalam paham Negara Hukum, Rule of Law mengandung arti dan keyakinan bahwa kesatu,
"Hukum mempunyai kedudukan tertinggi (The Supremacy of Law)", kedua, Adanya
persamaan dalam hukum dan pemerintah (Equality Before The Law) dan ketiga, berlakunya
asas "Legalitas" dalam segala bentuknya dalam kenyataan praktek ( Due Process the Law ).
Sebenarnya jika merujuk pada prinsip ketiga dari kerangka Rule of Law, maka pendapat bahwa
Kasus Meiliana tidak berjalan dalam koridor Rule of Law adalah kurang tepat.
Asas Legalitas secara umum menurut Von Feuerbach yang berbunyi, "Nullum Delictum Nulla
Poena Sine Praevia Lege Poenali" yang berarti tidak ada tindak pidana atau delik atau
hukuman, jika tidak ada peraturan yang mendahuluinya, telah diterapkan secara benar dalam
kasus Meiliana ini. Hakim pada kasus ini telah menerapkan Rule of Law dengan "Asas
Legalitas" nya dengan memberlakukan dan menerapkan pasal 156 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. Tetapi kenapa sih harus melulu Rule of Law yang diberlakukan? Negara kita
kan punya Rule of Pancasila?
Di Indonesia bahkan Konsep Negara Hukum Rule of Law adalah yang paling sering dibahas
oleh pakar-pakar hukum, bahkan saat ini terlihat bahwa, Rule of Law seakan dianggap sebagai
satu-satunya jalan dan Dewa Penyelamat "Penegakan Hukum Bangsa" . Rule of Law saat ini
juga telah menjadi trend dan bercorak kekinian, sampai semua orang Indonesia gemar sekali
menggunakan istilah ini tanpa pandang bulu.
Kata Rule of Law, bahkan sekarang sering dijadikan senjata sakti untuk memprotes apapun
hal-hal yang tidak sesuai dengan pemikiran yang dianut dan disuka, tak perduli di wilayah
mana penegakan dan aturan hukum yang dimaksud. Indonesia bahkan menurut saya sedang
dihinggapi apa yang dinamakan " Rule of Law Fever " akibat Globalisasi Hukum dan
Globalisasi Konsep Rule of Law, sampai-sampai melupakan konsep bahwa negara kita
mempunyai sumber dari segala sumber hukum, grund norm, staatfundamentalsnorm yang
bernama Pancasila.

Pancasila adalah ideologi yang unik, sumber dari segala sumber hukum yang digali dari nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia. Dalam kasus Meiliana ini terlihat jelas Indonesia sebagai negara
telah melupakan Pancasila. Mobilisasi Hukum (Legal Mobilization) dari kedua pihak dalam
kasus Meiliana, telah menyeret kasus Meiliana untuk diselesaikan dalam ranah hukum formal
atau pengadilan, demi tegaknya senjata yang dinamakan Rule of Law, padahal Rule of Law
tersebut bukanlah tradisi bangsa Indonesia, tetapi tradisi hukum yang diadopsi dari negara
barat.
Konsep dari barat pastilah memiliki banyak kelebihan. Indonesiapun banyak mengadopsi
Konsep dari Barat dalam berbagai bidang kehidupan. Tanpa bermaksud apriori, alangkah
baiknya kita menerapkan sendiri konsep yang lahir dan diambil dari nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat kita, karena apa yang diterapkan di luar Indonesia, pasti belum tentu cocok untuk
masyarakat Indonesia yang sangat majemuk. Konsep Hukum yang diadopsi dari nilai-nilai
bangsa dan sesuai dengan cita-cita masyarakat Indonesia (Ius Constituendum) itulah yang
bernama PANCASILA.

Anda mungkin juga menyukai