Anda di halaman 1dari 8

CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

https://journal.ilininstitute.com/index.php/caradde
Volume 3 | Nomor 1 | Agustus |2020
e-ISSN: 2621-7910 dan p-ISSN: 2621-7961
DOI: https://doi.org/10.31960/caradde.v3i1.539

Pembekalan Materi CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental


Sustainability) dalam Training of Trainers Akademisi Pendamping Desa Wisata

Rina Fitriana1, Diana Simanjuntak2, Retno Dewanti3

Keywords : Abstrak. Kemenparekraf dan Kemendes PDTT serta 109


CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Perguruan Tinggi di di Indonesia mengadakan program
Environmental Sustainability); Desa “Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Pendampingan”
Wisata; Pemberdayaan Masyarakat; dengan tujuan membantu desa wisata menaikkan peringkat dan
memberikan wadah pengabdian masyarakat bagi akademisi.
Pendampingan,Training of Trainers. Training of Trainers diadakan selama 3 (tiga) hari dan salah satu
materinya adalah CHSE (Cleanliness, Health, Safety and
Environmental Sustainability). 12 akademisi mengikuti secara
Corespondensi Author offline dan 3 akademisi mengikuti secara online melalui Zoom. 53%
Jurusan D4 Perhotelan, (8 peserta) menyatakan bahwa itu adalah kali pertama mendengar
Politeknik Sahid tentang CHSE dan 47% (7 peserta) menyatakan pernah mendengar
Email: rinafitriana@polteksahid.ac.id CHS tanpa E (yang memang ditambahkan kemudian) walaupun
secara umum, 93% (14 peserta), menyatakan mereka tidak asing
dengan ide kesehatan, keamanan dan keselamatan dalam
History Article pariwisata. 100% peserta menyatakan materi yang diberikan mudah
Received: 07-Juni-2020; dipahami dan dapat diimplementasikan di desa wisata, walaupun
Reviewed: 07-Juli-2020; 73% (11 peserta) diantaranya menyatakan akan lebih baik apabila
Accepted: 15-Agustus-2020; ada praktek lapangan di desa wisata. Disimpulkan bahwa materi
Avalaible Online: 16-August-2020; CHSE merupakan materi yang harus diberikan kepada akademisi
Published: 20-Agustus-2020; dan pelaku wisata demi tercipatnya pariwisata yang sehat, aman
dan nyaman di era new normal.

Abstract. The Ministry of Tourism and Creative Economy together


with the Ministry of Villages, Development of Disadvantaged
Regions, and Transmigration, and 109 Higher Education
Institutions in Indonesia held a program called "Assistance Based
Community Empowerment in Tourist Villages" with the aim of
helping tourist villages raise their levels and facilitating academics for
their community service. Training of Trainers was held for 3 (three)
days and one of the materials was CHSE (Cleanliness, Health, Safety
and Environmental Sustainability). 12 academics taking part offline
and 3 online academics taking part via Zoom. 53% (8 participants)
stated this was the first time they heard about CHSE and the
remaining 47% (7 participants) said they had heard of CHS without
E (which was added later) although in general, 93% (14 participants),
stated they were familiar with the idea of health, safety and security
in tourism. 100% participants stated the material provided was
understandable and could be implemented in a tourist village,
although 73% of them (11 participants) consider field practice needed
for better understanding. It was concluded that the material must be
given to academics and tourism actors for the sake of promoting
healthy, safe and comfortable tourism in the new normal era.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution


4.0 International License

138
Caradde: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 3 No 1, Agustus 2020

PENDAHULUAN dan pengelola atraksi, pengrajin oleh-oleh dan


sebagainya.
Desa wisata didefinisikan sebagai Setelah beberapa bulan bergulat
kawasan pedesaan yang dipergunakan untuk dengan pandemi Covid-19 yang melemahkan
tujuan wisata dengan dengan menyajikan alam kehidupan ekonomi masyarakat di segala
dan budaya masyarakatnya sebagai daya Tarik sektor termasuk sektor pariwisata yang
(Andayani et al., 2017). Desa wisata sangat terpukul paling hebat (Budastra, 2020;
efektif dalam rangka mengenalkan serta Hanoatubun, 2020), masyarakat mulai
memberi peluang sebesar-besarnya kepada kembali bangkit dan belajar hidup
masyarakat pedesaan untuk memahami esensi berdampingan dengan virus tersebut, tentu
dunia pariwisata serta menikmati hasil dari saja dengan menerapkan protokol kesehatan
kepariwisataan tersebut (Azahra & yang diperlukan di setiap kegiatan yang
Khadiyanto, 2013; Hermawan, 2016; Sudana, dilakukan. Pusat perdagangan dan bisnis
2013) sudah mulai dibuka, begitupun dengan
Dengan adanya desa wisata sebagai destinasi wisata yang mulai beroperasi
wadah, pemberdayaan masyarakat secara kembali. Hakim (2020) menyatakan bahwa di
optimal untuk mengembangkan desanya tengah euphoria dibukanya kembali destinasi
menjadi lebih baik. Pembangunan pariwisata wisata di Indonesia, terdapat banyak desa
yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan wisata yang sudah mulai beroperasi dengan
dapat diwujudkan melalui desa wisata yang menerapkan protokol kesehatan yang
dalam praktik pembangunan serta mencegah penularan Covid-19.
pengembangannya sejalan dengan Di tengah semangat memasuki era new
keberlangsungan kondisi alam, sosial, dan normal ini, Kementerian Pariwisata dan
budaya masyarakat serta menitikberatkan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
pada pemanfaatan sumberdaya lokal, (Kemenparekraf RI) kembali memfasilitasi
pencapaian kesejahteraan, dan peningkatan akademisi dalam pengabdian kepada
taraf hidup masyarakat (Rusyidi & masyarakat melalui program pemberdayaan
Fedryansah, 2018; Wijaya, 2018) masyarakat di desa wisata. Program yang
Adanya pandemi Covid-19 yang bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat Desa
cukup keras memukul sektor pariwisata tanah Wisata Berbasis Pendampingan” tersebut
air sejak awal tahun 2020 ternyata berdampak mentargetkan terbentuknya 2000 desa wisata
luar biasa pula terhadap desa wisata di yang tersebar di seluruh Indonesia.
Indonesia. Survey yang dilakukan oleh Desa Diharapkan melalui program ini desa-desa
Wisata Institute (2020) terhadap 97 desa wisata yang mengikuti pendampingan dapat
wisata di seluruh Indonesia mencatat bahwa naik tingkat sehingga akhirnya mencapai
tidak kurang dari 92.8% desa (atau sekitar 90 peringkat desa wisata mandiri. Pada bulan
desa) terdampak oleh pandemi Covid-19 Februari 2020, Kemenparekraf dan Kemendes
walaupun sebagian besar dari penduduk di PDTT serta sejumlah 109 Perguruan
desa-desa tersebut tetap mempertahankan Tinggi di seluruh Indonesia telah
profesi aslinya. menandatangani Perjanjian Kerja Sama
Tidak dapat dipungkiri bahwa (PKS) untuk melakukan Pendampingan
pariwisata menyumbang penghasilan yang Desa Wisata di lokasi desa wisata yang
cukup besar sehingga pandemi ini tingkat pengelolaannya berada diantara
menyebabkan desa-desa wisata tadi menderita peringkat rintisan, berkembang dan maju.
kerugian mencapai puluhan hingga ratusan Sebagai langkah awal dari program
juta rupiah. Hampir 99% desa wisata di pendampingan tersebut, Kemenparekraf
Indonesia ditutup karena diberlakukannya menyelenggaran Training of Trainer yang
kebijakan pembatasan sosial yang diadakan sebagai sarana upgrading knowledge
mengakibatkan pembatalan tamu yang akan serta menyamakan persepsi dan standar materi
berkunjung dan pada akhirnya memicu efek diantara semua akademisi yang nantinya akan
domino yang panjang bagi para pelaku usaha turun sebagai pendamping di desa wisata.
pariwisata di desa wisata seperti pengusaha Dalam hal ini, akademisi sebagai pendamping
rumah makan, pemilik homestay, seniman desa wisata memiliki peran vital sebagai
139
Rina Fitriana, dkk. Pembekalan Materi CHSE (Cleanliness, Health, Safety …

fasilitator, edukator, supervisor, motivator, senada diungkapkan Pradono selaku


evaluator dan komunikator (Tarunajaya, Executive Director MarkPlus Toursim (2020)
2020) yang menyatakan bahwa berdasarkan survey
Training of Trainer ini diadakan di 7 yang dilakukan organisasinya, terungkap
(tujuh) tempat berbeda di seluruh Indonesia bahwa penerapan protokol CHS di suatu
dan salah satu lokasi pelaksanaannya adalah destinasi wisata juga dinilai oleh 46,3 persen
Kota Medan, dimana beberapa Perguruan responden mempengaruhi minat kunjungan
Tinggi dari provinsi Sumatera Utara, karena memberikan rasa aman kepada para
Sumatera Barat, Aceh, Riau dan Riau pengunjung/wisatawan.
Kepulauan berkumpul selama 3 (tiga) hari Persepsi wisatawan sangat besar
untuk membahas beberapa materi yang pengaruhnya terhadap pilihan mereka
berkaitan dengan operasional desa wisata dan mengenai destinasi yang dikunjungi, terutama
berdiskusi mengenai segala permasalahan apabila hal tersebut menyangkut keamanan,
yang biasa ditemukan di desa wisata menurut keselamatan dan kesehatan selama berwisata
pengalaman mereka masing-masing. Pemateri sehingga himbauan seputar berwisata aman
dalam semua kegiatan tersebut adalah tim dan sehat, dari mulai pemakaian masker,
Master Trainer Desa Wisata Kemenparekraf mencuci tangan secara regular, menjaga jarak
yang berjumlah 19 (sembilan belas) orang dan fisik, hingga bermacam himbauan lain
ditempatkan masing-masing 3 (tiga) orang mengenai perilaku sehat di destinasi
pada setiap lokasi kegiatan. Master Trainer ini bertebaran di media sosial dan media massa (I.
dipilih dari akademisi yang telah N. Hakim, 2020)
berpengalaman dalam menangani Menilik kondisi saat ini, pemberian
pendampingan desa wisata. materi yang berhubungan dengan keamanan,
Adapun kegiatan yang Penulis ikuti kesehatan, dan keselamatan wisatawan dan
adalah kegiatan Training of Trainer di Kota pelaku usaha wisata dipandang perlu untuk
Medan yang bertempat di Ballroom Santika terciptanya pariwisata yang sehat, aman dan
Premiere Dyandra Hotel & Covention dan nyaman sesuai dengan yang diharapkan pada
beralamat di Jalan Kapten Maulana Lubis era new normal ini. Akademisi, sebagai salah
No.7 Petisah Tengah, Kecamatan Medan satu pihak yang mendampingi desa wisata,
Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara. wajib memahami materi CHSE (Cleanliness,
Salah satu materi yang diberikan Health, Safety and Environmental Sustainability)
dalam kegiatan Training of Trainer tersebut sehingga nantinya mampu membantu desa
adalah materi CHSE (Cleanliness, Health, Safety wisata dalam sosialisasi dan implementasi
and Environmental Sustainability)yang protokol kesehatan yang diperlukan,
merupakan program baru yang
disosialisasikan Kemenparekraf dalam METODE
mendorong kegiatan wisata yang aman dan
sehat di seluruh destinasi di Indonesia. Materi Pemberian materi CHSE (Cleanliness,
ini pada dasarnya adalah penguraian tentang Health, Safety and Environmental Sustainability)
aspek-aspek CHSE (Cleanliness, Health, Safety ini dilakukan secara online dan offline dengan
and Environmental Sustainability) berikut keseluruhan peserta sebanyak 15 (lima belas)
penerapannya di desa Prosedur standarisasi orang dengan memakai beberapa metode
K3 pada usaha wisatayang didirikan harus sebagai berikut:
dilakukan, sehingga kecelakaan wisata pada 1. Metode Sosialisasi: diisi paparan Master
saat dilapangan dapat diantisipasi (Mulasari et Trainer kepada peserta. Dalam paparan ini
al., 2020). dibahas aspek-aspek CHSE (Cleanliness,
Pihak wisatawan saat ini menjadi lebih Health, Safety and Environmental
cermat dalam memilih jenis kegiatan apa saja Sustainability) yang harus diterapkan di
yang aman untuk dilakukan. Dengan desa wisata lengkap dengan contoh-
demikian keselamatan dan kesehatan kerja contohnya, baik penerapan di homestay,
karyawan maupun wisatawan tetap terjaga. atraksi, dan lain sebagainya.
Terlebih di era new normal ini masyarakat 2. Metode Tutorial: para Master Trainer
begitu peduli akan kesehatan, keamanan dan memutarkan beberapa video yang memuat
keselamatan selama mereka berwisata. Hal contoh-contoh bagaimana CHSE

140
Caradde: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 3 No 1, Agustus 2020

(Cleanliness, Health, Safety and


Environmental Sustainability) diterapkan di
desa wisata sejak mulai penjemputan
wisatawan dan saat mereka ada di mobil
jemputan, saat mereka berada di atraksi,
saatsampai dan tinggal di homestay desa
wisata maupun pada tahapan lain kegiatan
mereka selama berada di desa wisata.
3. Metode Diskusi: Metode diskusi dilakukan
untuk menambah pemahaman, menggali
pengalaman para peserta sekaligus
membahas apa yang kira-kira akan
menjadi tantangan penerapan CHSE
(Cleanliness, Health, Safety and
Environmental Sustainability) di desa wisata.
4. Metode Evaluasi: yaitu tahapan akhir yang Gambar 1. Tes Rapid
dilakukan untuk mengukur sampai
dimana pemahaman peserta atas materi Saat hasil tes seluruh peserta,
yang diberikan serta bagaimana tanggapan narasumber dan panitia telah diketahui “non
mereka atas penerapan CHSE (Cleanliness, reaktif” maka dilaksanakan pembukaan
Health, Safety and Environmental kegiatan yang dilakukan oleh DR. Wisnubawa
Sustainability) di desa wisata. Pada tahap Tarunajaya selaku Direktur Pengembangan
ini juga peserta dapat memberikan SDM Pariwisata Kemenparekraf.
masukan dansaran secara tertulis dan
anonim mengenai hal-hal yang dirasa
penting untuk ditambahkan pada materi
pelatihan CHSE (Cleanliness, Health, Safety
and Environmental Sustainability) di masa
mendatang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Training of Trainers


Akademisi Pendamping Desa Wisata ini
Gambar 2. Foto Bersama Peserta dan TIM
seluruhnya memakan waktu selama 3 (tiga)
hari, dimana sesi pembekalan materi CHSE
Pemberian materi CHSE (Cleanliness,
(Cleanliness, Health, Safety dan Environmental
Health, Safety and Environmental Sustainability)
Sustainability) terdapat di hari pertama.
dengan metode paparan dan metode tutorial
Sebelum kegiatan dimulai, semua peserta dan
dilakukan selama 90 menit, kemudian diikuti
panitia wajib mengikuti rapid test Corona 19
dengan 30 menit diskusi dan berbagi
sebagai bagian dari protokol kesehatan yang
pengalaman diantara para akademisi dan
harus dipatuhi.
ketiga Master Trainers. Selama paparan materi,
terlihat bahwa sebagian peserta sudah pernah
mendengar dan memahami apa yang
dimaksud dengan CHS, namun mereka baru
mendengar mengenai aspek terakhir yaitu
Environmental Sustainability yang dimasukkan
terakhir ke dalam program CHSE (Cleanliness,
Health, Safety and Environmental Sustainability)
yang disosialiasikan Kemenparekraf sehingga
belum sama sekali sempat didengungkan
melalui kegiatan diskusi online, webinar
maupun diskusi WA group diantara
141
Rina Fitriana, dkk. Pembekalan Materi CHSE (Cleanliness, Health, Safety …

akademisi, industri dan pelaku wisata secara Sustainability) dan 47% (7 peserta)
umum. menyatakan pernah mendengar CHS
tanpa E (yang memang ditambahkan
kemudian) melalui berbagai sumber.
Namun secara umum, yakni 93% (14
peserta), menambahkan bahwa mereka
tidak asing lagi dengan ide kesehatan,
keamanan dan keselamatan dalam
kegiatan wisata yang terkandung di dalam
CHSE (Cleanliness, Health, Safety and
Environmental Sustainability)

15
10
5
Tidak
0
Gambar 3. Paparan Materi CHSE Ya

Pada malam harinya, peserta juga


dibagi ke dalam kelompok yang terdiri atas 3
(tiga) orang dan diberi kesempatan untuk
mengadakan diskusi kelompok mengenai
penerapan materi tersebut di desa wisata. Grafik 1. Kekinian Materi
Setelah pemberian materi dan tutorial
serta diskusi dilakukan, untuk mengukur
pemahaman peserta dan mendapat masukan 2. Sebanyak 100% peserta menyatakan
atas materi yang diberikan, maka peserta materi CHSE (Cleanliness, Health, Safety
diminta untuk menjawab sebuah survey yang and Environmental Sustainability)yang
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sebagai diberikan dalam pelatihan ini mudah
berikut: dipahami karena adanya contoh-
1. Apakah Saudara sudah pernah mendengar contoh dan video yang menyertainya.
tentang CHSE (Cleanliness, Health, Safety
dan Environmental Sustainability) sebelum
pelatihan ini? Jelaskan.
2. Apakah materi CHSE (Cleanliness, Health, 15
Safety dan Environmental Sustainability)
yang diberikan dalam pelatihan ini mudah 10
Sulit
dipahami? Beri tanggapan.
Mudah
3. Menurut Saudara, dapatkan materi CHSE 5
(Cleanliness, Health, Safety dan Environmental
Sustainability) ini diimplementasikan di 0
desa wisata binaan Saudara? Jelaskan. Pemahaman Materi
4. Saran dan masukan Saudara mengenai
materi CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Grafik 2. Pemahaman Materi
Environmental Sustainability) agar kami bisa
meningkatkan mutu pelatihan di masa 3. 80% peserta (yakni 12 orang) menyatakan
mendatang. materi yang diberikan dapat
Dari keempat pertanyaan diperoleh hasil diimplementasikan di desa wisata,
sebagai berikut: walaupun 50% (6 peserta) yang meyakini
1. 53% (8 peserta) menyatakan bahwa penerapan dan tingkat keberhasilan
pelatihan itu adalah kali pertama berpulang pada budaya masing-masing
mendengar tentang CHSE (Cleanliness, desa wisata sehingga sangat perlu untuk
Health, Safety and Environmental

142
Caradde: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 3 No 1, Agustus 2020

menggali dan memperkenalkan konsep ini menunjukkan bagaimana peserta sependapat


melalui pendekatan budaya. Dari bahwa penerapan CHSE (Cleanliness, Health,
wawancara lebih lanjut, diketahui bahwa Safety and Environmental Sustainability)
20% peserta (yakni 3 orang) merasa desa merupakan usaha bersama dari semua pihak
wisata masih memerlukan sarana dan untuk kembali memulihkan kegiatan
prasarana untuk dapat pariwisata khususnya di desa wisata.
mengimplementasikan hal tersebut, seperti Pengabdian kepada masyarakat yang
ketersediaan air bersih dan tempat cuci mengambil bahasan mengenai Covid-19 dan
tangan. mengajak masyarakat untuk melakukan
kebiasan baik di kala pandemi, seperti
memakai masker, mencuci tangan dan
menjaga jarak, merupakan salah satu cara
15
mengedukasi masyarakat agar menerapkan
10 pola hidup sehat dan memutus rantai
penularan Covid-19 (Kiswantoro et al., 2020)
5 Tidak Dengan adanya Training of Trainer ini,
Ya diharapkan desa wisataakan memiliki
0 pendamping yang mumpuni dalam
penyusunan dan penerapan protol kesehatan
di desa wisata. Protokol kesehatan yang
memadai diyakini akan menjadi salah satu
daya tarik yang membuat wisatawan akan
kembali meramaikan desa wisata, sesuai yang
Grafik 3. Implementasi Materi
survey MarkPlus yang menyatakan bahwa
lebih dari 46% wisatawan saat ini melihat
keamanan dan kesehatan sebagai faktor utama
4. Seluruh peserta (100%) menyatakan puas
saat mempertimbangkan destinasi yang akan
dengan materi yang berguna dan kekinian,
didatangi (Pradono, 2020)
namun 73% (11 peserta) diantara
Apabila wisatawan sudah tertarik untuk
menyatakan akan lebih baik apabila materi
kembali berwisata ke desa, diharapkan 99%
tersebut disertai praktek lapangan di desa
desa wisata di Indonesia yang menurut survey
wisata sehingga protokol kesehatan yang
Desa Wisata Institute terpaksa menghentikan
terkandung di dalam materi tersebut dapat
operasionalnya selama pandemi, dapat
diimplementasikan secara langsung, baik
kembali beroperasional dan berkontribusi bagi
di arena atraksi, homestay, angkutan,
meningkatnya kesejahteraan masyarakat di
maupun tempat-tempat lain yang
desa tersebut.
dikunjungi wisatawan selama berada di
desa wisata.
SIMPULAN DAN SARAN

Hasil dari pengabdian masyarakat kali


15 ini, yaitu berupa pemberian materi CHSE
(Cleanliness, Health, Safety and Encironmental
10 Sustainability) kepada akademisi pendamping
Tidak desa wisata, adalah peningkatan kompetensi
akademisi berkaitan dengan penerapan CHSE
5 Ya (Cleanliness, Health, Safety dan Environmental
Sustainability) dan protokol kesehatan yang
0 wajib diterapkan, khususnya di desa wisata.
Kepuasan Perlu Dari survey yang dilakukan pasca pelatihan
praktik terungkap bahwa seluruh peserta menganggap
materi ini menarik, kekinian, dan dibutuhkan
Grafik 4. Kelayakan Materi serta mudah dipahami. Terkait dengan
implementasinya di desa wisata, Sebagian dari
Hasil survey di atas pada dasarnya para akademisi berpendapat bahwa dalam
143
Rina Fitriana, dkk. Pembekalan Materi CHSE (Cleanliness, Health, Safety …

penerapannya harus menggunakan


pendekatan nilai-nilai budaya local di desa Desa Wisata Institute. (2020). Survey Desa
masing-masing. Wisata Institute. (2020). Dampak Pandemi
Sebagai saran dan masukan dari Covie-19 terhadap Desa/Kampung Wisata di
peserta, materi tersebut hendaknya dilengkapi Indonesia.
dengan praktek lapangan yang langsung https://desawisatainstitute.com/riset
dilakukan di desa wisata untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam dan sebagai Hakim, I. N. (2020). Wabah dan Peringatan
implementasi atas materi yang telah diberikan. Perjalanan dalam Persepsi Wisatawan.
JUMPA, 7(1), 31–51.
UCAPAN TERIMAKASIH
Hakim, L. (2020). COVID-19 and the Moment
Atas kepercayaan yang diberikan to Evaluate Tourism Euphoria ,
sehingga terlaksananya kegiatan Pengabdian Indonesia. Journal of Indonesian Tourism
kepada Masyarakat ini, kami Penulis and Development Studies, 8(2), 119–123.
mengucapkan terimakasih yang sebesar- https://doi.org/10.21776/ub.jitode.202
besarnya kepada Bapak Frans Teguh, sebagai 0.008.02.09
Plt Deputi Bidang Sumber Daya dan
Kelembagaan, dan Bapak Wisnubawa Hanoatubun, S. (2020). Dampak covid-19
Tarunajaya, selaku Direktur Pengembangan terhadap perekonomian indonesia.
SDM Pariwisata, beserta seluruh jajarannya EduPsyCouns Journal, 2(1), 146–153.
di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. Semoga usaha kita bersama ini dapat Hermawan, H. (2016). Dampak
mewujudkan SDM Pariwisata Indonesia yang Pengembangan Desa Wisata
lebih maju dan berdaya saing, serta menjadi Nglanggeran Terhadap Ekonomi
catatan amal baik kita di hadapan Tuhan Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwisata, 3(2),
Yang Maha Esa. Amin. 105–117.

Kiswantoro, A., Rohman, H., & Susanto, D.


DAFTAR RUJUKAN R. (2020). Penyaluran Alat Pencegahan
dan Sosialisasi Protokoler Kesehatan
Andayani, A. A. I., Martono, E., & untuk Pelayanan Kunjungan Wisatawan
Muhamad, M. (2017). Pemberdayaan dalam Menghadapi New Normal Pasca
Masyarakat Melalui Pengembangan Pandemi Covid-19. Jurnal Abdimas
Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Pariwisata, 1(2), 38–51.
Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi
Di Desa Wisata Penglipuran Bali). Jurnal Mulasari, S. A., Izza, A. N., Masruddin,
Ketahanan Nasional, 23(1), 1. Hidayatullah, F., A., F. D. P. B. M., &
https://doi.org/10.22146/jkn.18006 Astry, A. (2020). Pelatihan kesehatan dan
keselamatan kerja ( k3 ), service excellent
Azahra, R. K., & Khadiyanto, P. (2013). , serta pengelolaan sanitasi lingkungan
Pengaruh keberadaan desa wisata tempat wisata Desa. Jurnal Pemberdayaan:
terhadap peningkatan kesejahteraan Publikasi Hasil Pengabdian Kepada
masyarakat (studi kasus: desa karang Masyarakat, 4(1), 61–66.
tengah, kabupaten bantul). Ruang, 1(1),
51–60. Pradono, M. N. (2020). Kampanye Protokol
CHS di Destinasi Wisata Perlu Strategi
Budastra, I. K. (2020). Dampak Sosial Khusus.
Ekonomi Covid-19 Dan Program https://ekonomi.bisnis.com/read/20200
Potensial Untuk Penanganannya : Studi 707/12/1262502/kampanye-protokol-
Kasus Di Kabupaten Lombok Barat chs-di-destinasi-wisata-perlu-strategi-
Socio-Economic Impacts of Covid-19 khusus
and Potential Programs for Mitigation : a
Case Study in Lombok Barat District. Rusyidi, B., & Fedryansah, M. (2018).
Jurnal Agrimansion, 20(1), 48–57.

144
Caradde: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 3 No 1, Agustus 2020

Pengembangan Pariwisata Berbasis


Masyarakat. Jurnal Pekerjaan Sosial, 1(3),
155–165.
https://doi.org/10.24843/jdepar.2017.v
05.i01.p26

Sudana, I. P. (2013). Strategi Pengembangan


Desa Wisata Ekologis di Desa Belimbing,
Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.
Analisis Pariwisata, 13(1), 11–31.

Tarunajaya, W. B. (2020). Buku Panduan


Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata
Berbasis Pendampingan (Kerjasama
Kemenparekraf, Kemendes PDTT dan
Perguruan Tinggi). Direktorat
Pengembangan SDM Pariwisata
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.

Wijaya, G. (2018). Bentuk-Bentuk Partisipasi


Masyarakat dalam Pengembangan Desa
Wisata Berwawasan Lingkungan. Studi
Pustaka, 6(4).

145

Anda mungkin juga menyukai