Kelas : AKT 5C
Judul : Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah dan Perbedaan Akuntansi Syariah dengan
Konvensional
Pendahuluan
Akuntansi sebagai salah satu ilmu yang pada zaman sekarang sering diterapkan dalam
Perintah Allah Subhanahu wa taala (Swt.) yang disampaikan melalui Nabi untuk mencatat
transaksi yang bersifat tidak tunai dan kewajiban umat Islam membayar zakat berimplikasi
terhadap munculnya kebutuhan umat Islam untuk mengembangkan dan menerapkan akuntansi.
kekuasaan pemerintahan Islam pada masa kekhalifahan. Beberapa bukti bahkan menunjukkan
bahwa buku akuntansi yang dikarang oleh Luca Pacioli, yang dikenal sebagai bapak akuntansi
modern, merujuk pada praktik akuntansi yang diterapkan dan dikembangkan oleh masyarakat
Maka dari itu kemudian berkembanglah konsep akuntasi syariah, dimana dalam
Namun meskipun demikian,akuntansi syariah bukanlah suatu ilmu yang hanya bisa diterapkan
oleh negara-negara Islam, karena akuntansi syariah sendiri lebih berkembang pesat di negara
Pada tahun 1494, Luca Pacioli memublikasikan buku yang berjudul Summa de
berpasangan. Subjudul inilah yang menjadi cikal bakal munculnya akuntansi. Setahun
Seiring berjalannya waktu, akuntansi mulai diakui sebagai disiplin ilmu tersendiri.
Setelah Perang Dunia II, pengaruh akuntansi semakin terasa di dunia barat. Bagi banyak
negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan standar dan praktek nasional yang
Dari sistem ini, pembukuan dan laporan keuangan dapat tersusun secara sistematis dan
terpadu karena dapat menggambarkan laba, rugi, kekayaan, serta hak milik perusahaan.
Selanjutnya, sistem akuntansi diberi nama sesuai dengan nama orang yang
mengembangkannya atau dari nama negara masing-masing. Seperti misalnya, Sistem Anglo
Saat ini, sistem akuntansi yang paling banyak digunakan adalah Anglo Saxon. Ini
disebabkan karena Anglo Saxon dapat mencatat berbagai macam transaksi secara lebih
mudah. Di samping itu, sistem Anglo Saxon melakukan pembukuan yang terdapat dalam
satu bagian akuntansi. Sedangkan sistem lain justru memisahkan antara pembukuan dengan
akuntansi.
2. Perkembangan akuntansi syariah di masa Rasulullah dan Khalifah
Sejarah membuktikan bahwa Ilmu Akuntansi telah lama dipraktekkan dalam dunia
islam, seperti istilah jurnal (dahulu zornal), telah lebih dahulu digunakan pada zaman
khalifah islam dengan istilah “jaridah” untuk buku catatan keuangan. Begitu juga dengan
double entry yang ditulis oleh Luca Pacioli. Dapat kita saksikan dari sejarah, bahwa ternyata
Islam lebih dahulu mengenal sistem akuntansi, karena Al Quran telah diturunkan pada tahun
610 M, yakni 800 tahun lebih dahulu dari Luca Pacioli yang menerbitkan bukunya pada
tahun 1494.
Negara Madinah merupakan letak awal perkembangan Islam yaitu pada tahun 622 M
atau tahun 1 H. Hal ini didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara
sehingga kegiatan kenegaraan dilakukan secara gotong royong atau kerja sama dan Negara
tersebut tidak memiliki pemasukan dan pengeluaran. Bentuk sekertariat didirikan akhir
tahun 6 H Nabi Muhammad SAW bertindak sebagai kepala Negara dan juga sebagai ketua
Mahkama Agung. Mufti besar dan panglima perang tertinggi bertindak sebagai penanggung
penyimpanan ketika adanya pembayaran wajib zakat dan usur (pajak pertanian dari muslim)
dan adanya perluasan wilayah atau jizia yaitu pajak perlindungan dari non muslim, dan juga
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana,
dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang, sehingga hampir tidak
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab sudah dikenalkan dengan istilah “Diwan”
yaitu tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan
yang berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji. Khalifah Umar menunjukkan bahwa
akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan antar
masyarakat. Selain itu Baitul Maal sudah diputuskan di daerah-daerah taklukan islam.
al-Rasull wa sirr yaitu berarti memelihara pencatatan rahasia. Dalam hal pengawasan
pelaksanaan agama dan moral lebih difokuskan kepada muhtasib yaitu orang-orang yang
dalam penjualan, orang yang tidak banyak hutang dan juga termasuk ke dalam perhitungan
ibadah bahkan termasuk memeriksa iman, dan juga masih banyak yang lain yang termasuk
perhitungan atau sesuatu ketidak adilan didunia ini untuk semua mahluk
Pada masa pemerintahan Ali yaitu adanya sistem administrasi Baitul Maal difokuskan
pada pusat dan lokal yang berjalan baik, surplus pada Baitul Maal dibagikan secara
profesional sesuai dengan ketentuan Rasulallah SAW. Adanya surplus ini menunjukkan
bahwa proses pencatatan dan pelaporan berlangsung dengan baik. Khalifah Ali memilki
a. Metode Istinbath (Eduksi), yaitu menyimpulkan dari sumber-sumber hukum Islam yang
hukum ibadah dan muamalah. As-Sunnah, yaitu sebagai penjabar, penjelas, dan perinci
hukum-hukum yang ada dalam Al-Quran. Ijtihad-ijtihad ahli fiqih dan ulama untuk
meletakan undang-undang dan peraturan-peraturan yang lebih rinci yang selalu disesuaikan
islami dengan teori-teori akuntansi positif, dengan membahas segi-segi persamaan dan
perbedaannya.
dengan ketentuan syariah. Argumen yang mendukung pendekatan ini menyatakan bahwa
yang memerlukannya. Selain itu, pendekatan ini sesuai dengan prinsip ibaha
(boleh) yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terkait dalam bidang muamalah
boleh dilakukan sepanjang tidak ada larangan yang menyatakannya. Adapun argumen
yang menentang pendekatan ini menyatakan bahwa ini tidak bisa diterapkan pada
masyarakat yang kehidupannya wajib berlandaskan pada wahyu dan dipandang merusak
Pendekatan deduktif ini dipelopori oleh beberapa pemikir akuntansi syariah, antara
lain Iwan Triyuwono, Akhyar Adnan, Gaffikin dan beberapa pemikit lainnya. Mereka
Pendekatan ini diawali denngan menentukan tujuan berdasarkan prinsip ajaran Islam
yang terdapat dalam Al-Qur‗an dan Sunnah. Kemudian tujuan tersebut dignakan untuk
terhadap tujuan dan akuntansi yang dikembangkan. Adapun argumen yang menentang
c. Pendekatan Hibrid
Pendekatan ini didasarkan pada prinsip syariah yang sesuai dengan ajaran Islam dan
diaplikasikan dalam akuntansi syariah. Dan selanjutnya yang perlu dilakukan oleh
bottom line menjadi fourt bottom line (ekonomi, sosial, lingkungan, dan kesesuaian
syariah).
a. Mengklaim sebagai praktik yang bebas nilai, terpisah dari nilai spiritual
informasi dari kegiatan yang memiliki satuan moneter atau bernilai material
c. praktik akuntansi yang berlaku saat ini hanya berfokus pada pemberian bagaimana
penyajian laporan keuangan akan dapat menyenangkan shareholder atau menarik investor
perbankan Islami. Sistem kapitalis yang dibangun dengan konsep dan filosofi yang
berbeda dengan Islam dan melahirkan akuntansi kapitalis. Jika konsep akuntansi
kapitalis ini diterapkan pada lembaga atau transaksi yang berbeda secara filosofis dan
konsepsional dengan konsep dan filosofi Islam maka akan muncul inkonsistensi nilai
yang akhirnya akan menimbulkan inkonsistensi persepsi dan prilaku. Oleh karenanya
maka muncullah pemikiran akuntansi Islam. Munculnya akuntansi Islam ini didorong
b. Meningkatnya tuntunan kepada etika dan tanggung jawab sosial yang selama ini
f. Kebutuhan akan sistem akuntansi dalam lembaga bisnis syariah seperti bank,
g. Kebutuhan yang semakin besar pada norma perhitungan zakat dengan menggunakan
misalnya dalam Baitul Maal atau kekayaan milik umat Islam atau organisasinya.
Hamid
a. Islam sebagai agama yang memiliki aturan-aturan khusus dalam sistem ekonomi
keuangan (misalnya, free interest banking system) dan pasti memerlukan teori
akuntansi yang khusus pula yang dapat mengakomodasi ketentuan syariah itu.
b. Kalau dalam berbagai studi disimpulkan bahwa aspek budaya yang bersifat lokal
Wan Ismail
Wan Ismail mengemukakan akuntansi Islam itu sangat perlu bagi ummat Islam
a. Adanya konsep personal accountability antara manusia dengan Allah dan antara
b. Adanya konsep dimana kekayaan adalah, harta adalah milik Allah. Manusia hanya
kepada Allah SWT. Oleh karenanya maka pemanfaatannya harus sesuai dengan
syariah
Taheri
pribadi. Kepemilikan publik bila diperlukan untuk kebutuhan sosial saja. Sedangkan
dalam Islam asset (kekayaan) harus tersebar disemua lapisan masyarakat dan tidak
prinsip dan kriteria akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah. Sistem pada
akuntansi syariah yaitu ketauhiddan, sedangkan sistem akuntansi konvensional yaitu
ekonomi yang rasional. Prinsip akuntansi syariah yaitu syariah, kepentingan umat,
pada etika yang bersumber pada hukum Al-Quran dan Sunnah sedangkan kriteria
kapitalis modern.
epistimologi kapitalis
Haniffa
meliputi:
(1) Entitas, akuntansi konvensional mengakui adanya pemisahan antara entitas bisnis
dan pemilik, dalam akuntansi syari’ah entitas tidak memiliki kewajiban yang terpisah
dari pemilik.
(2) Going concern, bisnis terus beroperasi sampai dengan tujuan tercapai (akuntansi
(3) Periode akuntansi, meskipun ada kesamaan dalam menentukan periode akuntansi
(4) Unit pengukuran, akuntansi konvensional menggunakan unit moneter sebagai unit
ditujukan untuk memenuhi kewajiban kepada Allah swt., kewajiban sosial, dan
kewajiban individu.
(6) Obyektivitas, bebas dari bias subyektif, dalam akuntansi syari’ah obyektivitas
(8) Konsistensi, yang dimaksudkan adalah pencatatan dan pelaporan secara konsisten
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima oleh umum, dalam akuntansi
Syariah menemukan bahwa bank Syariah yang merupakan cabang dari bank konvensional telah
melakukan pembiayaan kepada sebuah rumah sakit namun ternyata terjadi transaksi non
shariah compliance pada rumah sakit tersebut. Sementara pembiayaan itu sudah berlangsung
selama empat tahun dan selama empat tahun rumah sakit tersebut membayar margin tiap bulan
kepada bank Syariah artinya karena pengelolaannya rumah sakit tersebut tidak shariah
compliance maka secara tidak langsung bank mendapatkan margin dari penghasilan non halal
dari rumah sakit tersebut sehingga penghasilan bank Syariah tersebut bercampur dengan
Dari kasus tersebut berdasarkan pada prinsip akuntansi Syariah yang full disclosure dan
transparasi terhadap akuntabilitas Syariah maka bank Syariah dalam laporan keuangannya
harus mengungkapkan semua transaksi tersebut terkait dengan pendapatan non-halal selama
empat tahun dengan membuat catatan tambahan atas laporan keuangan tersebut tentang dana
penghasilan yang telah digunakan dan dibagikan kepada nasabah dalam bentuk non-halal
sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan untuk sisa margin non
halal dari rumah sakit tersebut dikembalikan dalam bentuk sedekah dan memperbaiki akad
akuntabilitas dan pelaporan. Akuntabilitas tercermin dari tauhid yaitu dengan menjalankan
segala aktivitas ekonomi sesuai dengan ketentuan Islam. Sedang pelaporan ialah bentuk
Dalam akuntansi syariah, Al-Quran dan Al Hadist menjadi sumber utama pengembangan
teori akuntansi. Prinsip akuntansi harus mengacu pada nilai-nilai yang terkandung dalam kedua
sumber utama hukum tersebut. Bila mana ada praktik akuntansi yang bertentangan dengan
nilai-nilai Al-Quraan dan Al Hadist maka harus dihilangkan atau diganti dengan yang sesusai
Praktik akuntansi pada masa Rasulullah mulai berkembang setelah ada perintah Allah
melalui Alquran untuk mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai dan untuk membayar zakat.
Dalam hal ini perintah Allah Swt. untuk mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai telah
mendorong setiap individu untuk senantiasa menggunakan dokumen ataupun bukti transaksi
(Alquran 2:282)
Tonggak sejarah akuntansi dimulai Pada tahun 1494, Luca Pacioli memublikasikan buku
pembukuan berpasangan. Subjudul inilah yang menjadi cikal bakal munculnya akuntansi.
Daftar Pustaka
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/35076/C.1-
Rizal%20Yaya.pdf?sequence=1
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1503781&val=17955&title=KON
SEP%20KEPEMILIKAN%20ASSET%20TETAP%20DALAM%20AKUNTANSI%20SYA
RIAH
https://media.neliti.com/media/publications/284459-akuntansi-dalam-pandangan-islam-
b793a957.pdf
https://www.slideshare.net/tajussubqiKINGCROWN/bab-1-konsep-akuntansi-syariah