Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL (Ny.

E) TRISEMESTER
III DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS TANOH ALAS
ACEH TENGGARA

Oleh :
KELOMPOK 1

ADE IRAWAN RAMBE


CUT ANIDAR
DERY ANDIKA ANDRIAN
PAULINA PASARIBU
SHIENTHIA RISKA ANANDA
TOMI JEREMIS HULU
YAYANG RAHAYU

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2021
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan
sel darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada
trimester I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II
kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering
terjadi yaitu anemia defisiensi besi. (Prawirohardjo, 2010 dalam Astarina,
2014).
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb)
yang berada di bawah normal. Di Indonesia, anemia umumnya disebabkan oleh
kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi.
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada
saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III
(Waryana, 2010).
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil
disebut “potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu
dan anak). Oleh karena itulah, anemia memerlukan perhatian serius dari semua
pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2007).
Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia
dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan
jarak keduanya saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan
masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan tingkat
morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena
anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%. Tingginya prevalensinya anemia
pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia
(Adawiyani, 2013 dalam Razfi, 2014).
Mengingat dampak anemia terhadap angka kematian ibu, maka Kementrian
Kesehatan sejak tahun 1975 telah melakukan upaya penanggulangan dengan
pemberian tablet besi yang dapat dilakukan melalui pelayanan antenatal di
sarana kesehatan seperti Puskesmas, dengan rincian 30 tablet pada trimester
kedua dan 60 tablet pada trimester ketiga. Menurut Depkes RI tahun 2008,
cakupan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet dari tahun 2003-2008
mengalami penurunan dari 66% menjadi 48%. Selanjutnya hasil Riskesdas
tahun 2010 menunjukkan bahwa cakupan konsumsi 90 tablet Fe pada ibu hamil
trimester ketiga hanya sebesar 18%. (Putri, 2012).
Data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran
hidup. Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah yang diterima
Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa jumlah ibu yang meninggal
karena kehamilan dan persalinan tahun 2013 adalah sebanyak 5019 orang.
Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi
SDKI 2012 mencapai 160.681 anak (Depkes, 2014). Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia tidak dapat mencapai target MDG’s 2015 yaitu sebesar 102
per 100.000 kelahiran hidup untuk AKI dan sebesar 23 per 1000 kelahiran
hidup untuk AKB.
Penyebab kematian ibu langsung di negara-negara berkembang seperti
Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklampsi, partus lama, dan komplikasi
abortus. Penyebab kematian langsung tersebut merupakan 35 penyebab
kematian ibu terbanyak, penyakit kematian ibu tidak langsung adalah anemia
(Depkes RI dan FKM UI 2005). Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan
“Pengkajian Pada Kasus Asuhan Keperawatan  Pada Ibu Hamil Trisemester III
Dengan Anemia Puskesmas Tanoh Alas Aceh Tenggara”

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan penerapan asuhan keperawatan pada kasus ibu hamil
trisemester III dengan anemia Di Puskesmas Tanoh Alas Aceh Tenggara.

2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada kasus ibu hamil
trisemester III dengan anemia.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis pada kasus ibu hamil
trisemester III dengan anemia.
c. Mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada kasus ibu
hamil trisemester III dengan anemia.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan yang telah di buat pada
kasus ibu hamil trisemester III dengan anemia.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada kasus ibu hamil trisemester III
dengan anemia.
BAB II
TINJAUN TEORITIS

A. Konsep ibu hamil


1. Pengertian kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015). Manuaba,
2012, mengemukakan kehamilan adalah proses mata rantai yang
bersinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
uterus,pembentukan placenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai
aterm (Sholic hah, Nanik, 2017). Manuaba (2010) mengemukakan lama
kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm (cukup bulan) yaitu sekitar
280 sampai 300 hari (Kumalasari. 2015).
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu, karena
itu ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama suami
agar dapat menjalani proses kehamilan sampai melahirkan dengan aman dan
nyaman (Yuliana, 2015).
2. Proses kehamilan
Bertemunya sel sperma laki-laki dan sel ovum matang dari wanita yang
kemudian terjadi pembuahan, proses inilah yang mengawali suatu
kehamilan. Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada sperma, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio
pada dinding rahim, hingga plasentasi / pembentukan plasenta. Dalam
proses pembuahan, dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel
sperma. Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat
terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel
telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai – rumbai
(microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran telur (tuba
fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah
ovulasi.
Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel telur setiap bulan,
hormon pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma. Saat
melakukan senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon)
masuk kedalam rongga rahim melalui saluran telur untuk mencari sel telur
yang akan di buahi dan pada akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang
bisa membuahi sel telur.
a. Sel Telur (ovum)
Sel telur berada di dalam indung telur atau ovarium. Sel telur atau
ovum merupakan bagian terpenting di dalam indung telur atau ovarium
wanita. Setiap bulannya, 1-2 ovum dilepaskan oleh indung telur melalui
peristiwa yang disebut ovulasi. Ovum dapat dibuahi apabila sudah
melewati proses oogenesis yaitu proses pembentukan dan
perkembangan sel telur didalam ovarium dengan waktu hidup 24-48
jam setelah ovulasi, sedangkan pada pria melalui proses
spermatogenesis yaitu keseluruhan proses dalam memproduksi sperma
matang. Sel telur mempunyai lapisan pelindung berupa sel-sel
granulose dan zona pellusida yang harus di tembus oleh sperma untuk
dapat terjadi suatu kehamilan (Megasari, dkk, 2015).
Ovarium terbagi menjadi dua, yaitu sebelah kiri dan kanan,
didalamnya terdapat follicel primary (folikel ovarium yang belum
matang) sekitar 100.000 (Sunarti, 2013: 24). Ovarium berfungsi
mengeluarkan sel telur/ ovum setiap bulan, dan meghasilkan hormon
estrogen dan progesteron Ovarium terletak di dalam daerah rongga
perut (cavitas peritonealis) pada cekungan kecil di dinding posterior
ligamentum latum/ ligamen yang melekat pada kedua sisi uterus,
dengan ukuran 3cm x 2cm x 1cm dan beratnya 5-8 gram (Megasari,
dkk, 2015). Didalam ovarium terjadi siklus perkembangan folikel,
mulai dari folikel yang belum matang /folikel primordial menjadi
folikel yang sudah masak/ matang (follicel de graff). Pada siklus haid,
folikel yang sudah matang akan pecah menjadi suatu korpus yang
disebut corpus rubrum yang mengeluarkan hormon esterogen, saat
hormon LH (luteinizing hormone) meningkat sebagai sebagai reaksi
tubuh akibat naiknya kadar esterogen yang disebut dengan corpus
luteum / massa jaringan kuning di ovarium yang akan menghambat
kerja hormon FSH (follicel stimulating hormone) dengan menghasilkan
hormon progesteron dan berdegenerasi, jika tidak terjadi pembuahan
korpus ini akan berubah menjadi corpus albican/ badan putih dan siklus
baru pun dimulai.
b. Sel Sperma (spermatozoa)
Sperma mempunyai bentuk/ susunan yang sempurna yaitu kepala
berbenruk lonjong agak gopeng berisi inti (nucleus), diliputi oleh
akrosom dan membran plasma. Leher sperma menghubungkan kepala
dan bagian tengah sperma. Ekor sperma mempunyai panjang kurang
lebih 10 kali bagian kepala dan dapat bergetar sehingga sperma dapat
bergerak dengan cepat Sama halnya ovum yang melalui proses
pematangan, sperma juga melalui proses pematangan (spermatogenesis)
yang berlangsung di tubulus seminiferus testis. Meskipun begitu
terdapat perbedaanya yang jelas yaitu setelah melalui proses
penggandaan/ replikasi DNA dan pembelahan sel dengan jumlah
kromosom yang sama (mitosis) serta proses pembelahan sel dengan
pengurangan materi ginetik pada sel anak yang dihasilkan (meiosis)
yaitu untuk satu oogonium diploid menghasilkan satu ovum haploid
matur/ matang, sedangkan untuk satu spermatogonium diploid
menghasilkan empat spermatozoa haploid matur. Pada sperma
jumlahnya akan berkurang tetapi tidak habis seperti ovum dan tetap
diproduksi meskipun pada lanjut asia. Sperma juga memiliki enzim
hyaluronidase yang akan melunakkan sel – sel graulosa (sel pelindung
ovum) saat berada dituba. Dalam 100 juta sperma pada setiap mililiter
air mani yang dihasilkan, rata-rata 3 cc tiap ejakulasi, dengan
kemampuan fertilisasi selama 2 – 4 hari, rata-rata 3 hari (Holmes,
2011).
c. Pembuahan Ovum (Konsepsi)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konsepsi yaitu
percampuran inti sel jantan dan inti sel betina, definisi lain konsepsi/
fertilisasi yaitu pertemuan sel ovum dan sel sperma (spermatozoon) dan
membentuk zigot (Sunarti, 2013). Konsepsi terjadi sebagai dampak
beberapa peristiwa kompleks yang mencakup proses pematangan akhir
spermatozoa dan oosit, transpor gamet didalam saluran genetalia
wanita, selanjutnya peleburan gamet pria dan wanita, pembentukkan
jumlah kromosom diploid (Holmes, 2011). Sebelum terjadinya konsepsi
dua proses penting juga terjadi, yang pertama ovulasi (runtuhnya/
lepasnya ovum dari ovarium/ indung telur sebagai hasil pengeluaran
dari folikel dalam ovarium yang telah matang (matur).
Ovum yang sudah dilepaskan selanjutnya masuk kedalam uterus
(tuba fallopi) dibantu oleh rumbai – rumbai (microfilamen fimbria)
yang menyapunya hingga ke tuba. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam
dan hidup selama 48 jam (Sunarti, 2013), apabila dalam kurun waktu
tersebut gagal bertemu sperma, maka ovum akan mati dan hancur.
Kedua inseminasi yaitu pemasukan sperma (ekspulsi semen) dari uretra
pria kedalam genetalia/ vagina wanita. Berjuta-juta sperma masuk
kedalam saluran reproduksi wanita setiap melakukan ejakulasi semen /
pemancaran cairan mani. Dengan menggerakkan ekor dan bantuan
kontraksi muskular yang ada, sperma terus bergerak menuju tuba
melalui uterus. Dari berjuta-juta sperma yang masuk hanya beberapa
ratus ribu yang dapat meneruskan ke uterus menuju tuba fallopi, dan
hanya beberapa ratus yang hanya sampai pada ampula tuba (Sunarti,
2013).
d. Fertilisasi
Menurut Kamus Saku Kedokteran Dorlan definisi fertilisasi
(fertilization) yaitu penyatuan gamet jantan dan betina untuk
membentuk zigot yang diploid dan menimbulkan terbentuknya individu
baru. Fertilisasi adalah proses ketika gamet pria dan wanita bersatu,
yang berlangsung selama kurang lebih 24 jam, idealnya proses ini
terjadi di ampula tuba yaitu tabung kecil yang memanjang dari uterus
ke ovarium pada sisi yang sama sebagai jalan untuk oosit menuju
rongga uterus juga sebagai tempat biasanya terjadi fertilisasi.
1) Sebelum keduanya bertemu, terdapat tiga fase yang terjadi
diantaranya: Fase Penembusan Korona Radiata Dari 200-300 juta
hanya sekitar 300-500 yang sampai di tuba fallopi yang bisa
menembus korona radiata karena sudah mengalami proses
kapasitasi,
2) Fase Penembusan Zona Pellusida Yaitu sebuah perisai glikoprotein
di sekeliling ovum yang mempermudah dan mempertahankan
pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Spermatozoa
yang bisa menempel di zona pellusida, tetapi hanya satu yang
memiliki kualitas terbaik mampu menembus oosit,
3) Fase Penyatuan Oosit dan Membran Sel Sperma Setelah menyatu
maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid
dan terbentuk jenis kelamin baru (Megasari, dkk, 2015).
Zigot yang terdiri atas bahan genetik dari wanita dan pria, pada
manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk
autosom (kromosom yang bukan kromosom seks) sedangkan lainya
sebagai kromosom pembawa tanda seks, pada seorang pria satu
kromosom X dan satu kromosom Y. Sedangkan pada wanita
dengan tanda seks kromosom X. Jika spermatozoon kromosom X
bertemu, terjadi jenis kelamin wanita dan sedangkan bila
kromosom seks Y bertemu, terjadi jenis kelamin pria, sehingga
yang menentukan jenis kelamin adalah kromosom dari pria/ pihak
suami (Sunarti, 2013).
e) Implantasi (nidasi)
Pada hari keenam, lapisan trofoblas blastosis bersentuhan dengan
endometrium uterus, biasanya terjadi di dinding posterior atas dan mulai
berimplantasi. Pada lapisan luar sel (trofoblas), dapat mengeluarkan
enzim proteolitik (enzim yang kaya protein) yang melarutkan sebagian
endometrium. Jaringan endometrium banyak mengandung sel-sel desidua
yaitu sel-sel besar yang banyak mengandung glikogen dan mudah
dihancurkan oleh trofoblas, lalu sel-sel trofoblas (sinsitiotrofoblas)
menyekresi enzim yang mengikis endometrium untuk membantu
penyediaan nutrisi bagi embrio yang tengah berkembang serta membantu
perlekatan embrio pada endometrium. Blastula berisi massa sel dalam
(inner cell mass) akan mudah masuk ke dalam desidua, menyebabkan
luka yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Saat nidasi terjadi sedikit
perdarahan akibat luka desidua (tanda hartman) (Megasari, dkk. 2015).
3. Tanda – Tanda Kehamilan
Ada 2 tanda yang menunjukkan seorang wanita mengalami suatu
kehamilan, tanda pasti dan tanda tidak pasti. Tanda tidak pasti dibagi
menjadi dua, pertama tanda subjektif (presumtif) yaitu dugaan atau
perkiraan seorang wanita mengalami suatu kehamilan, kedua tanda objektif
(probability) atau kemungkinan hamil.
a. Tanda pasti
1) Terdengar Denyut Jantung Janin (DJJ) Denyut jantung janin dapat
didengarkan dengan stetoskop Laennec/ stetoskop Pinard pada
minggu ke 17-18. Serta dapat didengarkan dengan stetoskop
ultrasonik (Doppler) sekitar minggu ke 12(Kumalasari, 2015).
2) Melihat, meraba dan mendengar pergerakan anak saat melakukan
pemeriksaan
3) Melihat rangka janin pada sinar rontgen atau dengan USG
(Sunarti, 2013)
b. Tanda – Tanda Tidak Pasti
1) Tanda Subjektif (Presumtif/ Dugaan Hamil)
a) Aminorhea (Terlambat datang bulan) Yaitu kondisi dimana
wanita yang sudah mampu hamil, mengalami terlambat haid/
datang bulan. supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan
taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung dengan
menggunakan rumus Naegele yaitu TTP : (hari pertama HT +
7), (bulan - 3) dan (tahun + 1) (Kumalasari, 2015).
b) Mual (nausea) dan Muntah (vomiting)
c) Mengidam Wanita hamil sering makan makanan terntentu,
keinginan yang demikian disebut dengan mengidam
d) Syncope (pingsan) Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah
kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan
menimbulkan syncope atau pingsan bila berada pada tempa-
tempat ramai yang sesak dan padat. Keadaan ini akan hilang
sesudah kehamilan 16 minggu (Kumalasari, 2015: 2).
e) Perubahan Payudara Akibat stimulasi prolaktin dan HPL,
payudara mensekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan
lebih dari 16 minggu (Sartika, 2016: 8). Pengaruh estrogen –
progesteron dan somatotropin menimbulkan deposit lemak, air
dan garam pada payudara.
f) Sering miksi
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih
tertekan oleh uterus yang mulai membesar
g) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus
(tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB (Sunarsih,
2011).
h) Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.
Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit.
i) Epulis
Hipertropi papilla ginggivae/ gusi, sering terjadi pada trimester
pertama.
j) Varises (penampakan pembuluh darah vena)
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran
pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat
(Hani, 2011).
4. Perubahan Fisiologis dalam Masa Kehamilan
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah fertilisasi dan
berlanjut sepanjang kehamilan. Berikut beberapa perubahan anatomi dan
fisiologis yang terjadi pada wanita hamil, diantaranya:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Perubahan Sistem Reproduksi
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah fertilisasi dan
berlanjut sepanjang kehamilan. Berikut beberapa perubahan anatomi
dan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil, diantaranya:
a) Vagina dan Vulva
Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan ketebalan
mukosa vagina, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertrofi
(pertumbuhan abnormal jaringan) pada otot polos yang
merenggang, akibat perenggangan ini vagina menjadi lebih lunak.
Respon lain pengaruh hormonal adalah seksresi sel-sel vagina
meningkat, sekresi tersebut berwarna putih dan bersifat sangat
asam karena adanya peningkatan PH asam sekitar 31 (5,2 – 6).
Keasaman ini berguna untuk mengontrol pertumbuhan bakteri
patogen/ bakteri penyebab penyakit (Kumalasari, Intan. 2015 )
b) Uterus/ Rahim
Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/ rahim sebagai
ruang untuk menyimpan calon bayi yang sedang tumbuh.
c) Serviks
Akibat pengaruh hormon esterogen menyebabkan massa dan
kandungan air meningkat sehingga serviks mengalami penigkatan
vaskularisasi dan oedem karena meningkatnya suplai darah dan
terjadi penumpukan pada pembuluh darah menyebabkan serviks
menjadi lunak tanda (Goodel) dan berwarna kebiruan (Chadwic)
perubahan ini dapat terjadi pada tiga bulan pertama usia
kehamilan
d) Ovarium
Manuaba mengemukakan dengan adanya kehamilan, indung telur
yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan
fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia
16 minggu (Sinta, Janing. 2012.
e) Kulit
Hiperpigmentasi ini terjadi pada daerah perut (striae gravidarum),
garis gelap mengikuti garis diperut (linia nigra), areola mama,
papilla mamae, , pipi (cloasmagravidarum). Setelah persalinan
hiperpigmentasi ini akan berkurang dan hilang
f) Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan
semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk
memproduksi makanan pokok untuk bayi baru lahir : Payudara
membesar, tegang dan sakit
2) Sistem Sirkulasi Darah (Kardiovaskular)
Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum lebih
besar daripada pertumbuhan sel darah sehingga terjadi hemodelusi
atau pengenceran darah. Volume darah ibu meningkat sekitar 30%-
50% pada kehamilan tunggal, dan 50% pada kehamilan kembar,
peningkatan ini dikarenakan adanya retensi garam dan air yang
disebabkan sekresi aldosteron dari hormon adrenal oleh estrogen.
b. Perubahan Sistem Pernafasan (Respirasi)
Seiring bertambahnya usia kehamilan dan pembesaran rahim, wanita
hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas, hal ini disebabkan
karena usus tertekan ke arah diafragma akibat dorongan rahim yang
membesar.
c. Perubahan Sistem Perkemihan (Urinaria)
Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat karena menyaring darah
yang volumenya meningkat sampai 30%-50% atau lebih, serta
pembesaran uterus yang menekan kandung kemih menyebabkan sering
berkemih (Sunarti. 2013: ).
d. Perubahan Sistem Endokrin
Plasenta sebagai sumber utama setelah terbentuk menghasikan hormon
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) hormon utama yang akan
menstimulasi pembentukan esterogen dan progesteron yang di sekresi
oleh korpus luteum, berperan mencegah terjadinya ovulasi dan
membantu mempertahankan ketebalan uterus.
e. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Perubahan pada sistem gasrointestinal tidak lain adalah pengaruh dari
faktor hormonal selama kehamilan. Tingginya kadar progesteron
mengganggu keseimbangan cairan tubuh yang dapat meningkatkan
kolesterol darah dan melambatkan kontraksi otot-otot polos, hal ini
mengakibatkan gerakan usus (peristaltik) berkurang dan bekerja lebih
lama karena adanya desakan akibat tekanan dari uterus yang membesar
sehingga 38 pada ibu hamil terutama pada kehamilan trimester 3 sering
mengeluh konstipasi/sembelit.
f. Keadaan lain menimbulkan rasa mual dan pusing /sakit kepala pada ibu
terutama di pagi hari (morning sickness) jika disertai muntah yang
berlebihan hingga mengganggu aktivitas ibu sehari-hari disebut :
Hyperemesis gravidarum (Sunarti. 2013).
5. Perubahan Psikologis dalam Masa Kehamilan
a. Trisemester I
Kehamilan mengakibatkan banyak perubahan dan adaptasi pada ibu
hamil dan pasangan. Trimester pertama sering dianggap sebagai periode
penyesuaian, penyesuaian seorang ibu hamil terhadap kenyataan bahwa
dia sedang hamil. Fase ini sebagian ibu hamil merasa sedih dan
ambivalen. Ibu hamil mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan,
dan depresi teruma hal itu serign kali terjadi pada ibu hamil dengan
kehamilan yang tidak direncanakan. Namun, berbeda dengan ibu hamil
yang hamil dengan direncanakan dia akan merasa senang dengan
kehamilannya.
b. Trisemester II
Menurut Ramadani & Sudarmiati (2013), Trimester II sering dikenal
dengan periode kesehatan yang baik, yakni ketika ibu hamil merasa
nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan. Di trimester kedua ini
ibu hamil akan mengalami dua fase, yaitu fase praquickening dan pasca-
quickening. Di masa fase praquickening ibu hamil akan mengalami lagi
dan mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang dia alami dengan
ibunya sendiri. Di trimester kedua sebagian ibu hamil akan mengalami
kemajuan dalam hubungan seksual. Hal itu disebabkan di trimester kedua
relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, kecemasan,
kekhawatiran yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada ibu
hamil kini mulai mereda dan menuntut kasih 40 sayang dari pasangan
maupun daeudari keluarganya (Rustikayanti, 2016).
c. Trisemester III
Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase
penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini ibu hamil mulai
menyadari kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga dia
menjadi tidak sabar dengan kehadiran seorang bayi. Ibu hamil kembali
merasakan ketidaknyamanan fisik karena merasa canggung, merasa
dirinya tidak menarik lagi. Sehingga dukungan dari pasangan sangat
dibutuhkan. Peningkatan hasrat seksual yang pada trimester kedua
menjadi menurun karena abdomen yang semakin membesar menjadi
halangan dalam berhubungan (Rustikayanti, 2016).
6. Tanda – Tanda Bahaya Ibu Hamil
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan, jika tidak dilaporkan
atau tidak segera terdeteksi dapat menyebabkan kematian pada ibu (Asrinah,
2010).
Menurut Pillitteri (2010), tanda bahaya kehamilan yang dapat muncul
antara lain perdarahan pervagina, edema pada wajah dan tangan, demam
tinggi, ruftur membran, penurunann pergerakan 49 janin, dan muntah
persistens (Isdiaty, Nur, 2013).
Tanda bahaya kehamilan, menurut Yuni dkk (2010) diantaranya
terdapat perdarahan pervaginam, mengalami sakit kepala yang berat,
penglihatan mata kabur, terdapat bengkak di wajar dan jari-jari tangan,
keluarnya cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa, dan nyeri abdomen
yang hebat (Sartika, 2016).
B. Konsep Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan
(Tarwono, dkk 2007). Sedangkan menurut Pratami (2016) anemia dalam
kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II.
Nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga
parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan.
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah
11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33%. Konsentrasi Hb kurang dari 11
g/dl pada akhir trimester pertama dan <10 G/DL pada trisemster kedua dan
ketiga menjadi batas bawah untuk menjadi penyebab anemia dalam
kehamilannya. Nilai nilai ini kurang lebih sama nilai Hb terendah pada ibu –
ibu hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trisemester
pertama dan 10,5 g/dl pada trisemester kedua dan ketiga
(prawiroharjo,2010).
2. Perubahan fisiologi pada ibu hamil
Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali menyebabkan
komplikasi akibat berbagai perubahan anatomik serta fisiologis dalam tubuh
ibu. Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi adalah perubahan
hemodinamika. Selain itu, darah yang terdiri atas cairan dan sel-sel darah
berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan trombosis jika terjadi
ketidakseimbangan faktor-faktor prokoagulasi dan hemostasis
(Prawirohardjo, 2010).
Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara progresif
mulai minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke
32 – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma
akan meningkat kira-kira 40 – 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi
progesteron dan estrogen pada ginjal yang dinisiasi oleh jalur renin -
angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar
berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2010).
Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak
20 - 30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma
sehingga akan mengakibatkan hemodilusi dan penurunan konsentrasi
hemoglobindari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6% perempuan bisa
mencapai dibawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang abnormal dan
biasanya lebih berhubungan dengan defesiensi zat besi yang diabsorbsi dari
makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya tidak mencukupi kebutuhan
ibu selama kehamilan sehingga penambahan asupan zat besi dan asam folat
dapat membantu mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan zat besi
selama kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 – 7 mg/hari.
Volume darah ini akan kembali seperti sediakala pada 2-6 minggu setelah
persalinan (Prawirohardjo, 2010).
Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan meningkat yakni berkisar
antara 5.000 – 12.000 /ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan
masa nifas berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebab peningkatan ini belum
diketahui. Respon yang sama juga diketahui terjadi selama dan setelah
melakukan latihan yang berat (Prawirohardjo, 2010).
Selama kehamilan juga sirkumferensia torak akan bertambah lebih
kurang 6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru-paru karena pengaruh diagfragma 8 yang naik lebih
kurang 4 cm selama kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami
sedikit perubahan selama kehamilan, perubahan ini akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti sediakala
dalam minggu ke 24 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010).
3. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
Menurut Prawirohardjo(2010) klasifikasi anemia dalam kehamilan
sebagai berikut :
a. Defisiensi Besi
Pada kehamilan, resiko meningkatnya anemia deesiensi zat besi
berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan
kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat. Kehilangan zat besi terjadi
akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoienis, kehilanan
darah pada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhanya dapat
mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah. Sebagian perempuan
mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka
kebutuhan tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi. Pencegahan
anemia defesiensi zat besi dapat dilakukan dengan suplemen besi dan
asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg zat besi
selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis selma kehamilan.
Namun, banyak literatur menganjukan dosis 100 mg besi setiap hari
selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah
dengan prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan
suplemen sampai 3 minggu postpartum.
b. Defisiensi Asam Folat
Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali
lipat karena transfer folat dari ibu kejanin yang menyebabkan 9
dilepasnya cadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar dapat terjadi
karena kehamilan multiple, diet yang buruk, infeksi, adanya nemia
hemolitik. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan
tampaknya memeliki efek penghambat terhadap absorbsi folat.
Defesiensi asam folat sangat umum terjadi pada kehamilan dan
merupakan penyebab utama anemia megabolik pada kehamilan. Anemia
tipe megabolik karena defesiensi asam folat merupakan penyebab kedua
terbanyak anemia defesiensi zat gizi. Penyebabnya oleh gangguan sitesis
DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastik yang khas untuk
anemia jenis ini. Defesiensi asam folat ringan juga telah dikaitkan dengan
anomali kongenital janin, tertama dapat pada penutupan tabung neural
(neural tube defects). Selain itu, defesiensi asam folat dapat
menyebabkan kelainan pada jantung, saluran kemih, alat gerak, dan
organ lainya. Penatalaksanaan defesiensi asam folat adalah pemberian
folat secara oral sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg,
anemia umumnya dapat dikoreksi meskipun pasien mengalami pula
malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya mendapat sedikitnya 400 ug folat
perhari.
c. Anemia Plastik
Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait dengan
kehamilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa
kasus eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh
kehamilan dan hanya membaik setela terminasi kehamilan. Pada kasus-
kasus lainya, aplasia terjadi selama kehamilan dan dapat kambuh pada
kehamilan berikutnya. Terminasi kehamilan atau persalinan dapat
memperbaiki fungsi sumsum tulang, tetapi meliputi terminasi kehamilan
elektif, terapi suportif, imunosupresi, atau transplantasi sumsum tulang
setelah persalinan.
d. Anemia Penyakit Sel Sabit
Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit (sickle cell
anemia) disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infar
pulmonal, pneomonia, perdaraan antepartum, prematuritas, dan kematian
janin. Peningkatan anemia megaloblastik yang responsif dengan asam
folat, terutama pada akhir masa kehamilan, juga meningkat frekuensinya.
Beat lahir bayi dari ibu yang menderita anemia sel sabit dibawah rata-
rata, dan kematian janin tinggi. Mortalitas ibu dengan penyakit sel sabit
telah menurun dari sekitar 33% menjadi 1,5% pada masa kini karena
perbaikan pelayanan prenatal. Pemberian tranfusi darah profilaktin belum
terbukti efektifnya walaupun beberapa pasien tampak memberi hasil
yang memuaskan.
4. Penyebab
Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011) dan Pratami (2016)
penyebab anemia dalam kehamilan adalah :
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding
dengan peningkatan volume plasma
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana
zat besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan
ketidaktahuan tentang pola makan yang benar
d. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang
banyak dan perdarahan akibat luka
e. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan f. Mengalami menstruasi
berat sebelum kehamilan g. Hamil saat masih remaja
5. Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil
Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejalah anemia pada ibu hamil
sebagai berikut :
a. Kelelahan
b. Penurunan energi
c. Sesak nafas
d. Tampak pucat dan kulit dingin
e. Tekanan darah rendah
f. Frekuensi pernapasan cepat
g. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah
merah
h. Sakit kepala
i. Tidak bisa berkonsentrasi
j. Rambut rontok
k. Malaise
6. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara
lain; kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses
penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya; peningkatan
kebutuhan zat besi (Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen
lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya,
volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010).
Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit
(Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak
menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa
anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah
maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu
penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus
meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma
sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi
hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai
ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika
titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo, 2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml.
Volume plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi
tersebut mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah
eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya,
volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup
bulan dan kembali normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan
volume plasma yang terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah
30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume
plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju
peningkatan melaambaat. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II
dan memuncak pada trimester III (Pratami, 2016).
7. Komplikasi
a. Komplikasi pada ibu hamil
Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat menggangu
kesehatan ibu hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia
yang terjadi selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus,
persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,
peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung
jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa, hiperemis gravidarum,
perdarahan ante partum, atau ketuban pecah dini. Anemia juga dapat
menyebabkan gangguan selama persalinan seperti gangguan his,
gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang berlangsung lama, kala
kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali
mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang retensi plasenta dan
perdaraan postpartum akibat atonia uterus, atau perdarahan postpartum
sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.Bahaya yang dapat timbul
adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang mengakibatkan
perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera
setelah persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau
peningkatan resiko terjadinya infeksi payudara.
b. Komplikasi pada janin
Menurut (Pratami, 2016) anemia yang terjadi pada ibu hamil juga
membahayakan janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan
plasenta menurun ke dalam tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin
adalah resiko terjadinya kematian intra-uteri, resiko terjadinya abortus,
berat badan lahir rendah, resiko terjadinya cacat bawaan, peningkatan
resiko infeksi pada bayi hingga kematian perinatal, atau tingkat
intiligensi bayi rendah.
8. Penatalaksanaan
Penanganan anemia yang tepat merupakan hal penting untuk mengatasi
anemia pada awal untuk mencegah atau meminimalkan konsekuensi serius
perdarahan. Penanganan anemia secara efektif perlu dilakukan. Ibu hamil
berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan memperoleh
pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan efektif akan
memastikan ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal dan mencegah
pelaksanaan tindakan tranfusi darah. Peningkatan oksigen melalui tranfusi
darah telah ditentang selama dekade terakhir. Selain itu, tindakan tranfusi
beresiko menimbulkan masalah yang lain, seperti transmisi virus dan bakteri
(Pratami, 2016).
Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak
menunjukan tanda kekurangan zat besi dan memiliki kadar Hb lebih dari
10,0 g/dl terbukti memberi dampak positif, yaitu prevelensi anemia selama
hamil dan enam minggu postpartum berkurang. Efek samping berupa
hemokonsentrasi, yaitu kadar Hb lebih dari 13,o g/dl lebih sering terjadi
pada ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat setiap hari
dibandingkan ibu yang tidak mengkonsumsi supleman. Dalam menagani
anemia, profesional kesehatan harus menerapkan strategi yang sesuai
dengan kondisi yang dialami oleh ibu hamil. Penanganan anemia defesiensi
zat besi yang tepat akan meningkatkan parameter kehamilan fisiologis dan
mencegah kebutuhan akan intervensi lebih lanjut (Pratami, 2016).
C. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
 Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, diagnosa medis.
 Keluhan utama
Biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing, dan mata
berkunang-kunang
 Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu Pada pengkajian ini ditemukan riwayat
kehamilan yang berdekatan, dan riwayat penyakit-penyakit tertentu
seperti infeksi yang dapat memungkinkan terjadinya anemia
b. Riwayat kehamilan dan persalinan Biasanya ditemukan kehamilan
pada usia muda, dan kehamilan yang berdekatan
 Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola makan Ditemukan ibu kurang mengkonsumsi makanan yang
kaya nutrisis seperti sayuran berdaun hijau, daging merah dan tidak
mengkonsumsi tablet Fe
b. Pola aktivitas/istirahat Biasanya pada ibu hamil yang menderita
anemia mudahkelelahan, keletihan, malaise, sehingga kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak
 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah menurun, nadi
menurun, pernapasan lambat.
1) Kepala
a. Rambut biasanya rontok dan terdapat bintik hitam diwajah,
b. Mata Biasanya konjungtiva anemis dan skelera tidak ikterik
c. Mulut Biasanya bibirnya pucat dan membran mukosa kering
d. Abdomen Inspeksi : pembesaran perut tidak sesuai usia
kehamilan Palpasi : tidak teraba jelas bagian janinya
Auskultrasi : denyut jantung janin antara 120-130 kali/menit
2) Ekstreminitas
CRT>2 detik, terdapat varises dikaki, tidak ada udema, dan akral
biasanya dingin
6. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan labor dasar Hb : Biasanya Hb pada trimester pertama dab ke
dtiga kurang dari 11 g/dl dan pada timester dua <10,5 g/dl
 Hematokrit :<37% (normal 37-41%)
 Eritrosit : <2,8 juta/mm (normal 4,2-5,4 juta/mm)
D. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul :
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
4. Mual berhubungan dengan rasa makan/minum yang tidak enak
5. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis (anemia dalam
kehamilan)
6. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
E. Intervensi
intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantuk klien mencapai hasil yang
diharapkan (Deswani, 2009).
F. Implemetasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan
G. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.

PENGKAJIAN

1. Identitas pasien
Nama : Ny E
JenisKelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Agama : Nasrani
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Kemiri Kecamatan Babul Rahmah Aceh Tenggara .
Tanggal pengkajian: 17 juni 2021
2. Pengkajian fisik
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama pada Saat Di lakukan pengkajian pada tanggal 17 juni
2021 pukul 14. 00 Wib di dapatkan pasien mengeluh lemas ,pusing , tidak
nafsu makan badan terasa Lelah ketika melakukan aktifitas seperti mencuci
dan membersihkan rumah , ibu mengatakan jarang mengkonsumsi buah
dan sayuran . dan ibu juga tidak mengerti dengan penyebab Anemia, yang
terjadi pada kehamilannya. Ibu juga mengatakan takut dengan keadaan
janinnya, apabila tubuhnya, tidak mengalami kenaikan berat badan . ibu
juga mengatakan sering buang air kecil.
b. Riwayat kesehatan lalu
Pasien mengatakan belum pernah menderita penyakit kurang darah
sebelumnya . dan pasien rutin control kehamilannya kepelayanan
kesehatan setiap 1 kali sebulan Pasien mengatakan tidak mempunyai
penyakit keturunan seperti Hypertensi dan DM .
c. Riwayat obstetri
-RiwayatMenstruasi
Umur : 12 tahun
Siklus : teratur { 28hari}
Lamanya : 6 hari
Banyaknya : 3 kali gantipembalutdalam 1 hari
Konsistensi : Merah encer Keluhan{ disminore }
HPHT : 10-Nopember -2020
Taksiranpersalinan :tanggal 17- agustus 2021 Perkawinan
Lamanya perkawinan : 4tahun
Berapa kali kawin :satu kali
Riwayatkehamilan, pesalinan , Nifas yang lalu : G2A1 PO H1
No. Tgl/Thn Tempat Cara Penolong Jenis Bb/Pb Nipas Keadaan
Persalinan Persalinan Kelamin Anak
Sekarang
1. 7 juli rumah sakit sc dokter laki-laki 3,5 kg baik baik
2018 42cm

Data Keluaraga Berencana


Ibu mengatakan selalu memakai alat kontrasepsi Andalan. Supaya jarak
kehamilanya tidak terlalu rapat. Kehamilan Sekarang Ibu mengatakan saat hamil
muda sering merasa mual dan muntah dan saat hamil tua yang sering terasa
lemas dan pandangan terasa kabur .
Data Psikologi
Ibu mengatakan kehamilan yang sekarang adalah kehamilan yang diinginkan dan
anak yang lahir biasanya di kasih minum Asi selama 2 tahun . dan adanya
dukungan suami untuk menyusui , selama interaksi antara ibu dan bayi serta
suami yang sangat baik.

Data Spiritual
Pasien merupakan seorang beragama nasrani dan percaya adanyaTuhan .

Data Sosial Ekonomi


Pasien dari ekonomi rendah tinggal di rumah yang sangat kecil dan untuk
mencukupi kebutuhan sehari – hari pun pas -pasan .

Aktivitas Sehari – hari


Dapat Menolong diri sendiri : mandiri
Ditolong dengan bantuan minimum : tidakada
Ditolong dengan bantuan maksimum : tidakada
Nafsu makan :kurang selera
Makan/minum : makan 3 kali sehari tidak mengkonsumsi sayuran .
Istirahat dan pola tidur :tidur 8 jam perhari tidak ditambah tidur siang .

Pemeriksaan umum :
1. KeadaanUmum
- Tinggi / Beratbadan : 150 cm / 53 kg
- TekananDarah : 90/ 70 mmhg
- Suhu: 36,5 C
- Nadi : 84 kali / mnt
- Pernapasan : 20 kali /mnt
2. Kepala
Rambut tampak bersih , tidak ada ketombe ,tidak tampak bitnik – bintik hitam
pada wajah .
3. Muka
Wajah tampak pucat
4. Hidung : simetris.
5. Mata : Konjungtiva tampak pucat.
6. Hidung :tampak simetris.
7. Mulut :bibir tampak pucat.
8. Telinga :Simetris kiri dan kanan
9. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan vena jugularis.
10. Payudara
Simetris kiri kanan, papilla mamae menonjol tidak ada lecet ,tidak ada
pembengkakan dan tampak bersih
11. Palpasi
- Leopold I
TFU Pertengahan pusat pada dan px, teraba bundar , keras, tidak keras , tidak
rata tidak melenting kemungkinan bokong janin .
- Leopold II
pada perut ibu sebelah kanan teraba panjang dan keras seperti papan
kemungkinan punggung janindanbagianperut ibu teraba tonjoalan – tonjolan
kecil kemungkinan ekstremitas janin.
- Leopold III
Pada perut ibu bagian bawah teraba bulat , keras ,dan masih bisa di
goyangkan , kepala janin belum masuk PAP
- Leopold IV
Pada bagian perut ibu teraba bulat melenting dan belum masuk PAP
12. Auskultasi
Pada perut ibu bagian kanan terdengar detak jantung janin{ 140 kali
13. Perkusi
Reflekpatella : Positif

Data Laboratorium
Darah = Hb : 10,5gr/dl

Program terapi dokter


- Obat Oral : Sf danvit.C.
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


Data subjektif : Penurunan kadar Resiko
- Ibu mengatakan cepat Lelah saat darah HB pendarahan
melakukan aktifitas
- Ibu mengatakan sering pusing apabila
terlalu lama melakukan aktivias
Data objektifnya :
- HB 10,5 g/dl
- Konjungtifa anemis wajah dan bibi
rpucat
Data subjektif: Kelesuhan fisik Keletihan
- Ibu mengatakan cepat Lelah saat
melakukan aktivitas
- Ibu mengatakan sering pusing apabila
terlalu lama beraktivias

Data objektifnya:
- Ibu terlihat pucat dan kurang tenaga
- Konjungtiva anemis, wajah dan bibir
pucat

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko pendarahan b/d penurunan kadar hb


2. Keletihan berhubungan b/d kelesuhan fisik

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa NOC NIK


keperawatan

Resiko NOC:  Managemen energy


pendarahan setelah di lakukan tindakan  Tentukan jenis dan banyaknya
b/d penurunan keperawatan, pasien mampu aktivitas yang di butuhkan
kadar hb untuk menjaga ketahanan
mengurangi tingkat kelelahan
 Bantu pasien utuk memilih
dengan Kriteria hasil: aktifitas yang akan di lakukan
 Tidak terjadi kelelahan  Anjurkan tidur siang bila di
 Tidak terjadi kelesuan perlukan
 Tidak terjadi kehilangan selera  Bantu pasien untuk
makan menjadwalkan periode istirahat
 Tidak terjadi penurunan
motivasi tidak terjadi sakit
kepala

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


DX IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Kunjungan pertama 17 juni 2021 Pada kunjungan pertama 17
juni 2021 pukul 15:00 wib.
 Memberikan penyuluhan tentang
S:
anemia,dampak tanda dan gejalanya
ibumengatakansudahmengertit
bahayanya anemia entanganemia
 Menganjurkan pasien untuk meningkatkan Ibumengatakanakanmemakan
makanan yang banyak mengandung vitamin buahdansayuran
k dan zat besi dan kacang-kacangan
sertasayur-sayuran 0:
 Memberitahukan untuk menghindari Tampak ibu masih lemah
terjadinya konstifasi dengan menganjurkan,
A: masalah belum teratasi
cairan yang adikkuat dan tinggi serat.
P: intervensi di lanjutkan
2. Pada kunjungan pertama 17 juni 2021 pukul Pada kunjungan pertama
15:00 wib. 17 juni 2021 pukul 15:00 wib

S:
 Tentukan jenis dan banyaknya aktifitas
-ibu mengatakan akan banyak
yang di butuhkan untuk menjaga istirahat
ketahanan - ibu mengatakan akan
 Bantu pasien untuk memilih aktivitas mengurangi factor kelelahan
yang akan di lakukan
 Menganjurkan tidur siang bila di O:
perlukan -ibu terlihat belum mengerti
tentang penyebab kelelahan
 Mengintruksikan pasien,dan orang
terdekat dengan pasien untuk A: masalah belum teratasi
mengingatkan agar pasien tidak terlalu
lelah P: intervensi di lanjutkan

Anda mungkin juga menyukai