Anda di halaman 1dari 1

Namun sangat disayangkan, pergantian kebijakan dari para pemimpin yang cenderung tambal sulam

menjadikan pendidikan Indonesia tidak terfokus dan majunya pendidikan Indonesia seakan hanya
sebuah wacana belaka. Hal tersebut tidak terlepas dari sistem pendidikan Indonesia yang masih
bersifat diskriminatif dan elitis.

Alih-alih ia mengaku telah belajar dari gadget, justru lebih banyak dari mereka terjebak dalam
hegemoni teknologi – merasa ketergantungan pada fitur-fitur yang ditawarkan gadget.

Di tengah hegemoni teknologi, aplikasi adalah tempat yang cocok untuk menuangkan kreativitas.
Melihat data Programme for International Student Assessment (PISA), sangat ironi melihat
kemampuan membaca anak-anak Indonesia.

Apalagi mudahnya akses informasi melalui gadget dan pengaruh candunya menjadikan manusia lupa
akan sosial lingkungannya – hal ini sangat berbahaya yang jika sudah dipraktikkan oleh anak-anak
dari tingkat dasar.

Kalau teknologi tidak direspon dengan baik dan juga kebijakan pendidikan yang asal-asalan, maka
yang akan terjadi adalah lahirnya zombie-zombie dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mereka adalah yang sangat candu pada teknologi dan melupakan morality – sebuah kehidupan yang
terombang-ambing modernitas tanpa pendirian.

Bisa kita simpulkan bahwa generasi muda sebagai ujung tombak dalam mempertahankan nilai
kebangsaan agar tetap tumbuh, berkembang, dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai