3 Juli 2021
Chusnul Chotimah
KELOMPOK 5 :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM BERJUDUL :
PEMBUATAN NATA DE COCO
Oleh :
Kelompok 5
Telah diperiksa, diperbaiki, dan disetujui sesuai hasil praktikum atas saran dan
petunjuk dari asisten dan dosen pembimbing
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya dan atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi Industri
yang berjudul Pembuatan Nata de Coco.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktikum Mikrobiologi
Industri. Di samping itu, kami juga berharap laporan praktikum ini mampu
memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa khususnya
dan pihak lain pada umumnya.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat menyelesaikan
dengan baik dan benar tanpa adanya bantuan dorongan dari berbagai pihak yang
berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan, maupun fasilitas yang diperoleh. Untuk
itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati,
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dian Yanuarita P., S.T., M.T. selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium Mikrobiologi Industri 2021.
3. Teman-teman yang membantu kami, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan
kritik dan saran dari pembaca sehinga dapat digunakan untuk membantu
memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami semoga
laporan praktikum ini dapat bemanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
Nata de coco adalah salah satu makanan olahan dari air kelapa sebagai salah satu makanan
diet karena kandungan serat yang melimpah yang dalam proses fermentasinya memanfaatkan
bakteri Acetobacter xylinum. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui peran bakteri Acetobacter
xylinum dalam proses fermentasi, mengetahui tekstur, aroma, rasa, warna, ketebalan, dan pH nata
de coco. Metode percobaan yaitu pertama, memanaskan 1 liter air kelapa. Setelah itu, menambahkan
gula pasir dan 5 gram pupuk ZA, kemudian didinginkan. Setelah dingin menambahkan asam cuka,
kemudian menuangkan ke dalam loyang. Setelah itu, menambahkan 20 mL starter nata de coco.
Kemudian menutupnya dengan koran dan mengikat dengan karet, mengamati hasilnya selama 2 hari
selama 1 minggu. Hasil yang didapatkan dari percobaan tersebut adalah tekstur cair, rasa masam,
aroma asam, warna putih keruh, dan pH 3.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
fermentasi. Serat-serat putih ini biasa disebut dengan nata yang merupakan hasil
metabolit sekunder bakteri Acetobacter xylinum. Oleh karena itulah air kelapa dapat
dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan selulosa bakteri atau nata de coco,
disamping untuk memanfaatkan limbah air kelapa sehingga dapat mengurangi
dampak negatif yang diakibatkan dari limbah air kelapa tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
aktivitas bakteri Acetobacter xylinum. Sebaliknya, air kelapa yang telah bertunas
mengandung minyak berlebihan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum.
Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk dibuat menjadi minuman
fermentasi karena kandungan zat gizinya kaya akan nutrisi yaitu gula, protein,
lemak dan relatif lengkap sehingga sangat baik untuk pertumbuhan bakteri
penghasil produk pangan. Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein
0,2%, lemak 0,15%, karbohidrat 7,27%, gula, vitamin, elektrolit dan hormon
pertumbuhan. Kandungan gula maksimum 3 gram per 100 mL air kelapa. Jenis gula
yang terkandung adalah sukrosa, glukosa, fruktosa dan sorbitol. Gula-gula inilah
yang menyebabkan air kelapa muda lebih manis dari air kelapa yang lebih tua
(Warisno, 2004).
Air kelapa mengandung mineral seperti kalium dan natrium. Mineral-mineral
itu diperlukan dalam poses metabolisme, juga dibutuhkan dalam pembentukan
kofaktor (senyawa kimia non-protein yang diperlukan untuk aktivitas biologis
protein) enzim-enzim ekstraseluler oleh bakteri pembentuk selulosa. Selain
mengandung mineral, air kelapa juga mengandung vitamin-vitamin seperti
riboflavin, tiamin, biotin. Vitamin-vitamin tersebut sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan maupun aktivitas Acetobacter xylinum pada saat fermentasi
berlangsung sehingga menghasilkan selulosa bakteri. Oleh karena itulah air kelapa
dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan selulosa bakteri atau nata de
coco, disamping untuk memanfaatkan limbah air kelapa sehingga dapat mengurangi
dampak negatif yang diakibatkan limbah air kelapa tersebut (Pambayun, 2002).
2.4 Pupuk ZA
Pupuk ZA merupakan pupuk anorganik yang mengandung nitrogen dan
sulfur. Nitrogen merupakan unsur hara yang utama dalam pertumbuhan tanaman
sebagai penyusun protein, sedangkan sulfur merupakan penyusun asam amino
pembentuk protein (Fauziah et al., 2018). Pupuk ZA atau disebut Ammonium Sulfat
adalah salah satu pestisida anorganik yang dirancang untuk memberikan tambahan
hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Selain itu, pupuk ZA merupakan salah
satu jenis herbisida organik yang dapat membunuh gulma dibandingan jenis pupuk
yang lain. Kandungan pupuk ZA sebesar 21% unsur nitrogen dan 24% unsur sulfur.
Peran nitrogen dalam pupuk ZA adalah membuat bagian tanaman menjadi lebih
hijau dan segar dalam proses fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman dan
menambah kandungan protein pada hasil panen.
Penggunaan pupuk ZA sebagai sumber amonium sulfat dalam pembuatan
nata de coco memang masih menimbulkan kontroversi. Badan POM dalam hal ini
menyatakan bahwa dari aspek keamanan pangan, ZA atau urea yang digunakan
dalam pengolahan pangan haruslah yang “food-grade”, yang memang khusus
untuk makanan. Hal ini karena dikhawatirkan pada pupuk ZA masih terdapat logam
berat, seperti kadmium, arsen, merkuri, dan timbal, dan mungkin masih terikut pada
hasil akhir olahan pangan. Pupuk ZA dan amonium sulfat untuk pangan sebenarnya
adalah bahan yang sama, yaitu senyawa kimia yang memiliki rumus kimia
(NH4)2SO4, yang membedakan adalah kemurniannya. Pembuatan ZA dilakukan
dengan mencampurkan asam sulfat dengan amonium hidroksida, sehingga
menghasilkan amonium sulfat dan air. Pada ZA pro analysis, pemurnian sudah
sedemikian sehingga menghasilkan senyawa yang murni. Sedangkan untuk
makanan, kualitas kemurniannya di bawah pro analysis. Sementara untuk pupuk
tertentu di bawahnya lagi dimana batas maksimal untuk cemaran lebih tinggi. Hal
ini tentu berimplikasi pada harganya.
lontar. Fungsi gula dalam produk antara lain sebagai bahan penambah rasa dan
sebagai bahan perubah warna kulit produk (Subagyo, 2007).
Penggunaan gula pada nata de coco akan mempengaruhi proses fermentasi
karena gula merupakan sumber karbon bagi nata de coco dan sebagian gula yang
digunakan tersebut akan disintesis menjadi selulosa dan asam. Air kelapa juga
mengandung sebagian nutrisi seperti karbon yang dibutuhkan dalam proses
pembuatan nata de coco. Banyaknya gula yang ada pada media fermentasi akan
mempengaruhi produksi nata de coco, hal ini karena semakin banyak gula yang
digunakan maka selulosa ekstraseluler yang terbentuk dari pemecahan gula juga
semakin banyak (Yanti et al, 2017).
meningkatkan keasaman air kelapa. Asam cuka yang baik adalah asam cuka glacial
(99,8%). Asam cuka dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk
mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5-5,5 dibutuhkan dalam
jumlah banyak. Selain asam cuka, bisa menggunakan asam organik atau anorganik
lainnya.
Tabel 2.2 Material Safety Data Sheet Asam cuka (Merck, 2018)
8. Titik nyala 39 °C
BAB III
METODE PERCOBAAN
Air kelapa yang dipanaskan, ditambahkan gula pasir dan pupuk ZA.
• Karet : 7 Buah
• Koran : 1 Buah
• Baskom : 1 Buah
3.2.2 Bahan Percobaan :
• Air kelapa : 1 liter
• Starter nata de coco : 20 mL
• Pupuk ZA : 5 gram
• Gula pasir : sesuai variabel
• Asam cuka : sesuai variabel
• Variabel
Tabel 3.1 Variabel Percobaan Nata de Coco
Bahan Variabel
Percobaan A B C D E F
100 90 80 80 90 100
Gula
gram gram gram gram gram gram
Asam
25 mL 30 mL 35 mL 35 mL 30 mL 25 mL
Cuka
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Variabel
No Analisis
A B C D E F
5. Ketebalan - - - - - -
Hasil Variabel
No Analisis
A B C D E F
1. pH 3 3 3 3 3 3
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembahasan oleh Alief Dias Afrizal (Variabel A)
Nata de coco adalah produk makanan yang mengandung serat selulosa
tinggi yang baik untuk melancarkan pencernaan serta mempunyai kandungan
kalori yang tergolong rendah. Nata de coco terbentuk dari aktivitas
bakteri Acetobacter xylinum dalam sari buah yang mengandung glukosa yang
diubah menjadi asam cuka dan serat-serat selulosa, kemudian akan terbentuk
suatu serat-serat dan mencapai ketebalan beberapa sentimeter (Harianingsih
proses fermentasi pada nata de coco, serta mengetahui rasa, tekstur, aroma,
warna, dan pH dari nata de coco.
Mikroba pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum memerlukan
sumber nutrisi C, H, dan N serta mineral dan dilakukan dalam proses yang
terkontrol. Air kelapa mengandung sebagian sumber nutrisi yang dibutuhkan
sehingga kekurangan nutrisi yang diperlukan harus ditambahkan. Sebagai
sumber carbon dapat ditambahkan sukrosa, glukosa, fruktosa, dan tepung.
Sebagai sumber nitrogen dapat ditambahkan urea atau amonium sulfat serta
ekstrak yeast (khamir) (Iguchi et al., 2000).
Percobaan dimulai dengan menyaring air kelapa sebanyak 1 liter
dengan penyaring agar lebih efektif. Penyaringan bertujuan untuk
memisahkan impurities yang tercampur dengan air kelapa, seperti sisa sabut.
Setelah disaring, air kelapa dipanaskan hingga menguap lalu
didinginkan, sebelum menguap ditambahkan gula pasir sebanyak 90 gram
sedikit demi sedikit sambil diaduk agar lebih mudah larut dan homogen.
Setelah homogen, menambahkan pupuk ZA sebanyak 5 gram sambil diaduk
hingga homogen kembali.
Homogenitas larutan ini juga sangat menentukan kualitas nata yang
dihasilkan. Apabila pengadukan tidak homogen, maka nata yang terbentuk
akan mempunyai permukaan yang bergelombang dengan ketebalan yang
tidak homogen (Pambayun, 2006). Penggunaan gula pada nata juga akan
mempengaruhi proses fermentasi karena gula merupakan sumber karbon bagi
nata dan sebagian gula yang digunakan tersebut akan disintesis menjadi
selulosa dan asam.
Langkah selanjutnya yaitu, menambahkan asam cuka sebanyak 30 ml
ke dalam larutan yang telah didinginkan tersebut sambil diaduk hingga
homogen kembali. Tujuan penambahan asam cuka ini ialah untuk
menurunkan pH air kelapa dari sekitar 6,5 sampai mencapai pH 4,3. Kondisi
4,3 merupakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum.
Namun penggunaan asam cuka dapat diganti dengan asam cuka glasial karena
lebih cepat menurunkan pH air kelapa menjadi 4,3.
perubahan yang terjadi setiap 2 hari. Setelah beberapa hari pengamatan pada
media muncul seperti gumpalan-gumpalan busa yang kering. Setelah hari ke
7 pada saat akan melakukan penyiraman didapati tidak terbentuk lapisan nata
pada media yang digunakan, bagian bawah dari loyang bertekstur cair dengan
busa yang mengering pada bagian atasnya. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembuatan nata de coco gagal. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pembuatan nata de coco gagal antara lain:
1. pH
Pada pengamatan hari ke 7 dilakukan analisa pH menggunakan
indikator universal dan didapatkan pH dari larutan adalah 3 yang
dimana terlalu asam untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum yang dapat tumbuh pada range pH 3,5–7,5 dengan pH
optimal 4 sehingga pH yang terlalu asam ini dapat menyebabkan
bakteri Acetobacter xylinum tidak tumbuh dan tidak dapat terbentuk
lapisan nata.
2. Kertas koran sebagai penutup media
Bakteri Acetobacter xylinum adalah bakteri aerob yang bersifat
anhidrat sehingga membutuhkan sedikit oksigen dalam
pertumbuhannya ataupun untuk kelangsungan hidupnya, pada
praktikum pembuatan nata digunakan koran untuk menutupi loyang
pada saat fermentasi bertujuan untuk melindungi media dari
kontaminasi bakteri atau kotoran dari luar yang dapat mengganggu
pertumbuhan bakteri, pemilihan penggunaan koran daripada plastik
transparan karena koran adalah kertas yang memiliki pori sehingga
tetap memungkinkan udara (oksigen) untuk masuk, namun
kesalahan pada praktikum kali ini adalah loyang ditutupi
menggunakan koran dan ditutup kembali menggunakan cover
plastik dari loyang sehingga menyebabkan loyang menjadi kedap
udara dan tidak memungkinkan udara (oksigen) untuk masuk.
3. Kebersihan alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam pembuatan harus disterilisasi
terlebih dahulu. Alat yang tidak steril dapat menyebabkan
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan pembuatan nata de coco, yaitu :
1. Peran bakteri Acetobacter xylinum dalam pembuatan nata de coco adalah
menguraikan sukrosa pada gula yang terdapat dalam air kelapa menjadi
serat selulosa pada proses fermentasi dengan nutrient dan sumber energi
berupa karbon dan nitrogen sebagai sumber energi melalui proses
terkontrol.
2. Pada praktikum ini menghasilkan nata de coco dengan tekstur cair, aroma
asam, rasa masam, warna putih keruh, dan tidak ada ketebalan.
3. pH yang dihasilkan pada praktikum ini adalah 3.
5.2 Saran
Adapun saran dari percobaan pembuatan nata de coco, yaitu :
1. Asam cuka yang digunakan tidak terlalu banyak agar pH yang dihasilkan
tidak terlalu asam.
2. Perlu dilakukan sterilisasi pada peralatan yang digunakan.
3. Loyang tidak perlu ditutup terlalu rapat agar bakteri Acetobacter xylinum
tetap mendapatkan oksigen.
4. Gunakan air kelapa yang fresh (tidak disimpan terlebih dahulu) agar pH
tidak semakin asam.
5. Tempat yang digunakan saat fermentasi harus terhindar dari goncangan.
6. Gunakan starter yang berkualitas baik agar memperoleh kualitas nata de
coco yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 1996. Syarat Mutu Nata dalam Kemasan (SNI 01 -
4317, 1996). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Buckle.K.A, R.A. Edwards, G.H. Fleet And M. Wooton. 2010. Food Science.
Penerjemah Hari Purnomo Dan Adiono Dalam Ilmu Pangan. UI Press.
Jakarta.
Darmansyah. 2010. Evaluasi Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Material Komposit
Serat/Resin Berbahan Dasar Serat Nata de coco dengan Penambahan
Nanofiller. Universitas Indonesia. Jakarta.
Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Sinar Ilmu. Yogyakarta.
Fauziah, R., Prihatin, J., & Suratno. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA pada
Tanaman Murbei terhadap Kokon Ulat Sutera Alam. Junal Bioeksperimen,
4(1), 37–41. https://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v4i1.5929. (Diakses
pada tanggal 29 Mei 2021).
Iguchi M., Yamanaka S., dan Budhiono A. 2000. Review Bacterial Cellulose–A
Masterpiece of Nature’s Art. J. Mater. Sci, 35: 261-270. Bacterial cellulose—
a masterpiece of nature's arts, Journal of Materials Science |
10.1023/A:1004775229149 | DeepDyve. (Diakses pada tanggal 29 Mei
2021).
Majesty J, Dwi A.B, Agung N.W. (2015). Pengaruh Penambahan Sukrosa dan
Lama Fermentasi Terhadap Kadar Serat Nata Dari Sari Nanas. Pengaruh
Penambahan Sukrosa dan Lama Fermentasi terhadap Kadar Serat Nata dari
Sari Nanas (Nata de Pina) | Majesty | Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem (ub.ac.id). (Diakses pada tanggal 29 Mei 2021).
Putriana, I., Aminah, S. 2013. Mutu fisik, Kadar Serat dan Sifat Organoleptik Nata
De Cassava Berdasarkan Lama Fermentasi. Jurnal Pangan dan Gizi 4(1):
29-38.
Salim, E., dan Ryan, M. 2011. Menjadi Wirausahawan Sukses Berkat Bisnis Nata
de coco. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Suzanni, M. A., Munandar, A., & Saudah, S. 2020. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak
Nanas (Ananas Comosus) Dan Waktu Fermentasi Pada Pembuatan Nata de
coco Dari Limbah Air Kelapa. Jurnal Serambi Engineering, 5(2).
Warisno. 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata de coco. Argomedia Pustaka.
Jakarta.
Yanti, N. A., Ahmad, S. W., Tryaswaty, D., & Nurhana, A. 2017. Pengaruh
Penambahan Gula dan Nitrogen pada Produksi Nata de coco. pengaruh
penambahan gula dan nitrogen pada produksi nata de coco | yanti |
biowallacea: jurnal penelitian biologi (journal of biological research)
(uho.ac.id). (Diakses pada tanggal 29 Mei 2021).
LAMPIRAN
A. Gambar Percobaan
1. Gambar Percobaan oleh Alief Dias Afrizal (Variabel A)
No Keterangan Hasil
No Keterangan Hasil
No Keterangan Hasil
No Keterangan Hasil
No Keterangan Hasil
No Keterangan Hasil
KATA PENGANTAR,
1. 1 Juni 2021 ABSTRAK, DAFTAR ISI, BAB
1, BAB 2, BAB 3
Chusnul Chotimah
Chusnul Chotimah
Chusnul Chotimah
Chusnul Chotimah
Chusnul Chotimah
6.
7.
8.