Kelas XI
F IS IK A
Elastisitas dan Hukum
Hooke
Tujuan Pembelajaran
Gambar 1. (a) Keadaan awal tali busur, (b) keadaan tali busur ketika ditarik, dan (c) keadaan tali busur
setelah gaya tarik dihilangkan
Pada Gambar 1, terlihat bahwa keadaan awal tali busur sebelum ditarik dan keadaan
akhir tali busur setelah gaya tariknya dihilangkan adalah sama. Dengan demikian, tali
busur termasuk bahan elastis. Kebalikan dari elastis adalah plastis. Plastis merupakan
sifat suatu bahan yang tidak bisa kembali ke bentuk awalnya setelah gaya luar yang
diberikan pada bahan tersebut dihilangkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar
berikut.
Gambar 2. (a) Keadaan awal plastisin, (b) keadaan plastisin ketika ditarik, dan (c) keadaan plastisin
setelah gaya tarik dihilangkan
Pada Gambar 2, terlihat bahwa keadaan awal plastisin sebelum ditarik dan keadaan
akhir plastisin setelah gaya tariknya dihilangkan adalah tidak sama. Dengan demikian,
plastisin termasuk bahan plastis.
2. Batas Elastisitas
Elastisitas setiap benda memiliki batas-batas tertentu. Jika benda elastis diberikan
gaya terus-menerus, benda tersebut mungkin saja tidak dapat kembali 100% ke
bentuk awalnya. Hal ini disebabkan karena benda mengalami kelelahan (fatigue).
Elastisitas suatu benda berkaitan dengan gaya yang diberikan pada benda tersebut.
Jika gaya yang diberikan kurang dari batas elastisitasnya, benda akan kembali ke
bentuk semula saat gayanya dihilangkan. Sementara itu, jika gaya yang diberikan
lebih dari batas elastisitasnya, benda tidak akan kembali ke bentuk semula saat
gayanya dihilangkan. Dengan kata lain, bentuk benda akan berubah secara permanen.
Perhatikan grafik berikut.
Benda bersifat elastis dari titik O sampai titik B. Titik A merupakan batas Hukum
Hooke yang berarti pada titik O sampai titik A, Hukum Hooke masih berlaku. Hukum
Hooke berlaku jika perbandingan gaya dan pertambahan panjang bernilai konstan.
Sementara itu, titik A sampai titik B menunjukkan bahwa benda mengalami kelelahan
atau fatigue. Dari titik B sampai titik D, benda bersifat plastis. Pada titik ini, benda
tidak akan kembali ke bentuk semula saat gaya yang diberikan dihilangkan. Titik C
adalah titik tekuk, yaitu keadaan di mana hanya dibutuhkan gaya tarik yang kecil
untuk membuat pertambahan panjang yang besar. Titik E merupakan titik patah. Jika
tegangan yang diberikan mencapai titik E, benda akan putus atau patah.
Contoh Soal 1
Perhatikan grafik hubungan gaya tarik F terhadap pertambahan panjang Δx pada suatu
pegas berikut ini.
Berdasarkan grafik tersebut, pegas akan bersifat elastis dan memenuhi Hukum Hooke
jika gaya tariknya sebesar … dengan nilai konstanta ….
A. 0 sampai 12 N; 2 N/cm
B. 0 sampai 8 N; 4 N/cm
Pembahasan:
Pegas akan bersifat elastis jika masih di dalam ruang deformasi elastis dan akan
memenuhi Hukum Hooke jika perbandingan perubahan gaya dan pertambahan panjang
pegas bernilai konstan. Perhatikan bahwa:
4
k1 = = 2 N/cm
2
8
k2 = = 2 N/cm
4
12
k3 = = 2 N/cm
16 4
k4 = = N/cm (sudah tidak konstan lagi)
12 3
Jadi, pegas akan bersifat elastis dan memenuhi Hukum Hooke jika gaya tariknya sebesar
0 sampai 12 N dengan nilai konstanta 2 N/cm.
Jawaban: A
Contoh Soal 2
Perhatikan grafik hubungan gaya tarik F terhadap pertambahan panjang Δx pada suatu
pegas berikut ini.
Pembahasan:
Pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika sudah berada dalam ruang deformasi
plastis. Pada ruang ini, benda elastis akan berubah menjadi benda plastis karena gaya
yang diberikan melewati batas elastisitas benda tersebut. Sementara itu, pegas akan
rusak dan tidak dapat digunakan lagi jika gaya yang diberikan melebihi titik patahnya.
Berdasarkan grafik, titik patah pegas tersebut adalah 16 N.
Jadi, pegas akan rusak dan tidak dapat digunakan lagi jika gaya tariknya lebih dari 16 N.
Jawaban: C
F
σ=
A
Keterangan:
σ = tegangan (N/m2);
F = gaya tarik (N); dan
A = luas penampang benda (m2).
Tegangan dapat dianggap sebagai gangguan luar yang memberikan dampak pada
benda.
2. Regangan
Regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang suatu benda dan
panjang awalnya. Besarnya regangan yang dialami oleh suatu benda dapat dituliskan
dengan persamaan berikut.
Δl
e=
l
Keterangan:
e = regangan;
∆l = pertambahan panjang benda (m); dan
l = panjang awal benda (m).
Regangan dapat dianggap sebagai akibat yang ditimbulkan oleh adanya tegangan.
3. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas atau modulus Young adalah ukuran ketahanan suatu benda
terhadap perubahan panjangnya ketika diberikan gaya. Perhatikan grafik berikut.
σ
E=
e
Keterangan:
E = modulus elastisitas atau modulus Young (N/m2);
σ = tegangan (N/m2); dan
e = regangan.
F
A atau E Fl
=E =
Δl AΔl
l
Tabel berikut ini merupakan nilai modulus elastisitas dari berbagai zat.
Modulus Elastis
Zat
E (N/m2)
Aluminium 70 x 109
Beton 20 x 109
Marmer 50 x 109
Granit 45 x 109
Nilon 5 x 109
Seutas kawat logam memiliki jari-jari 0,7 cm dengan panjang 15,4 cm. Ketika pada kawat
digantungkan sebuah beban yang massanya 0,1 kg, kawat tersebut bertambah panjang
0,02 cm. Modulus Young kawat tersebut adalah …. (g = 10 m/s2)
A. 1 × 106 N/m2
B. 2 × 106 N/m2
C. 3 × 106 N/m2
D. 4 × 106 N/m2
E. 5 × 106 N/m2
Pembahasan:
Diketahui:
r = 0,7 cm = 0,7 × 10−2 m
l = 15,4 cm = 0,154 m
m = 0,1 kg
∆l = 0,02 cm = 0,02 × 10−2 m
g = 10 m/s2
Ditanya: E = …?
Dijawab:
Modulus Young dapat dirumuskan sebagai berikut.
Fl
E=
AΔl
mgl
=
π r 2 Δl
0,1 × 10 × 0,154
=
22
× 0,7 × 10−2 × 0,7 × 10−2 × 0,02 × 10 −2
7
0,154
=
0,0308 × 10 −6
= 5 × 106 N/m2
Jawaban: E
Seutas kawat memiliki jari-jari 0,7 cm. Panjang kawat tersebut sebelum diberikan gaya
adalah 15,4 cm. Kemudian, pada kawat digantungkan sebuah beban yang massanya
0,1 kg sehingga kawat bertambah panjang 0,02 cm. Regangan yang timbul pada kawat
tersebut adalah …. (g = 10 m/s2)
A. 0,013
B. 0,0013
C. 0,031
D. 0,0031
E. 0,01
Pembahasan:
Diketahui:
r = 0,7 cm = 0,7 × 10−2 m
l = 15,4 cm = 0,154 m
m = 0,1 kg
∆l = 0,02 cm = 0,02 × 10−2 m
g = 10 m/s2
Ditanya: e = …?
Dijawab:
Regangan dapat dirumuskan sebagai berikut.
Δl
e =
l
0,02 × 10 −2
=
0,154
= 0,0013
Jawaban: B
Gambar 8. (a) Pegas diregangkan sejauh Δx, (b) pegas tertekan sejauh Δx, dan (c) pegas dalam posisi
setimbang
Gambar 8(a) menunjukkan saat pegas ditarik ke kanan dengan gaya F, pegas akan
mengalami gaya pemulih (Fp) yang arahnya ke kiri. Gaya pemulih tesebut menyebabkan
pegas kembali ke posisi awalnya setelah gaya F dihilangkan. Gaya F dan Fp memiliki nilai
yang sama karena merupakan pasangan gaya aksi-reaksi. Gambar 8(b) menunjukkan
saat pegas ditekan oleh gaya F, pegas akan mengalami gaya pemulih (Fp) yang arahnya
ke kanan. Gaya pemulih tesebut menyebabkan pegas kembali ke posisi semula setelah
gaya F dihilangkan. Sementara Gambar 8(c) menunjukkan ketika pegas tidak diberikan
gaya (baik ditarik maupun ditekan), pegas tetap dalam posisi setimbang. Pada posisi
tersebut, pegas tidak mengalami gaya pemulih. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa gaya pemulih (Fp) memiliki arah yang berlawanan dengan gaya F yang diberikan
pada pegas. Gaya pemulih dapat dirumuskan sebagai berikut.
Fp = −k∆x
Keterangan:
Fp = gaya pemulih (N);
k = tetapan pegas (N/m); dan
∆x = pertambahan panjang pegas (m).
F = kΔx
Contoh Soal 5
Sebuah pegas memiliki panjang 30 cm. Pegas tersebut digantung secara vertikal dan
bertambah panjang menjadi 35 cm saat diberikan beban seberat 20 N. Konstanta pegas
tersebut adalah ….
A. 100 N/m
B. 200 N/m
C. 300 N/m
D. 400 N/m
E. 500 N/m
Pembahasan:
Diketahui:
x0 = 30 cm
x1 = 35 cm
∆x = x1 − x0 = (35 − 30) cm = 5 cm = 5 × 10−2 m
F = 20 N
Ditanya: k = …?
Dijawab:
Gaya yang diberikan pada pegas dirumuskan sebagai berikut.
F = k Δx
F
⇔k=
Δx
20
⇔k=
5 × 10−2
⇔k=
400 N/m
Jawaban: D
Sebuah pegas dengan panjang 50 cm memiliki konstanta sebesar 600 N/m. Saat pegas
ditarik dengan suatu gaya tertentu, panjangnya menjadi 80 cm. Besar gaya tarik yang
diberikan pada pegas tersebut adalah ….
A. 60 N
B. 120 N
C. 180 N
D. 200 N
E. 240 N
Pembahasan:
Diketahui:
xo = 50 cm = 0,5 m
k = 600 N/m
x1 = 80 cm = 0,8 m
∆x = x1 − xo = (0,8 − 0,5) m = 0,3 m
Ditanya: F = …?
Dijawab:
Gaya yang diberikan pada pegas dirumuskan sebagai berikut.
F = k∆x
= 600 × 0,3
= 180 N
Jadi, besar gaya tarik yang diberikan pada pegas tersebut adalah 180 N.
Jawaban: C
Fl
E=
AΔl
Jika persamaan (1) disubtitusikan ke dalam persamaan (2), akan diperoleh persamaan
sebagai berikut.
EAΔl
= k Δx
l
Oleh karena x dan l memiliki makna yang sama yaitu panjang, maka persamaannya
dapat diubah menjadi sebagai berikut.
EAΔl
= k Δl
l
EA
=k
l
Dengan demikian, hubungan antara tetapan gaya dan modulus elastisitas dapat
dituliskan sebagai berikut.
EA
k=
l
Contoh Soal 7
Seutas kawat dengan panjang 40 cm memiliki tetapan gaya sebesar 4 × 10−3 N/m. Jika
luas penampang kawat tersebut 1 mm2, nilai modulus elastisitasnya adalah ….
A. 100 N/m2
B. 400 N/m2
C. 900 N/m2
D. 1.600 N/m2
E. 2.500 N/m2
Diketahui:
l = 40 cm = 0,4 m
k = 4 × 10−3 N/m
A = 1 mm2 = 1 x 10−6 m2
Ditanya: E = …?
Dijawab:
Hubungan antara tetapan gaya dan modulus elastisitas dapat dituliskan sebagai berikut.
EA
k=
l
E × 1 × 10−6
⇔ 4 × 10−3 =
0, 4
1.600 N/m2
⇔E =
Jawaban: D
Contoh Soal 8
Sebatang kawat baja memiliki luas penampang 0,2 cm2 dan panjang 20 m. Jika modulus
elastisitas kawat baja adalah 2 × 1011 N/m2, tetapan gaya kawat baja tersebut adalah ….
A. 1 × 105 N/m
B. 2 × 105 N/m
C. 3 × 105 N/m
D. 4 × 105 N/m
E. 5 × 105 N/m
Pembahasan:
Diketahui:
A = 0,2 cm2 = 0,2 × 10−4 m2
l = 20 m
E = 2 × 1011 N/m2
Ditanya: k = …?
Dijawab:
Hubungan antara tetapan gaya dan modulus elastisitas dapat dituliskan sebagai berikut.
Jawaban: B
E. Susunan Pegas
Pegas dapat disusun dengan berbagai jenis susunan, yaitu seri, paralel, maupun
campuran. Setiap jenis susunan tentu saja memiliki kekhasan masing-masing. Untuk
memahaminya, perhatikan penjelasan berikut.
Jika pegas disusun secara seri, gaya yang dialami setiap pegas akan sama. Berdasarkan
Hukum Hooke, gaya yang dialami pegas adalah sebagai berikut.
F = kΔx
F F
= +
k1 k2
1 1
= F +
k1 k2
1
= F
kseri
Berdasarkan persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa tetapan gaya pegas yang
disusun secara seri dapat dirumuskan sebagai berikut.
1 1 1
= + +…
kseri k1 k2
Jika pegas disusun secara paralel, pertambahan panjang yang dialami setiap pegas
akan sama. Berdasarkan Hukum Hooke, gaya yang dialami pegas adalah sebagai
berikut.
F = k∆x
Gaya total pegas (Ftot) yang disusun secara paralel merupakan jumlah gaya yang
dialami setiap pegasnya. Ini berarti:
Berdasarkan persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa tetapan gaya pegas yang
disusun secara paralel dapat dituliskan sebagai berikut.
kparalel = k1 + k2 + ...
Contoh Soal 9
Soal HOTS
Nilai k1, k2, k3, k4, dan k5 berturut-turut adalah 1 N/cm, 2 N/cm, 3 N/cm, 4 N/cm, dan
2 N/cm. Jika pertambahan panjang pada pegas 4 sebesar 3 cm, gaya yang bekerja pada
pegas 1 adalah ….
A. 1 N
B. 3 N
C. 5 N
D. 7 N
E. 9 N
Diketahui:
k1 = 1 N/cm
k2 = 2 N/cm
k3 = 3 N/cm
k4 = 4 N/cm
k5 = 2 N/cm
∆x4 = 3 cm
Ditanya: F1 = …?
Dijawab:
Perhatikan gambar berikut.
kP1= k1 + k2 + k3
=1+2+3
= 6 N/cm
kP2= k4 + k5
=4+2
= 6 N/cm
Oleh karena pertambahan panjang pegas pada rangkaian paralel adalah sama, maka
∆x4 = ∆xP2 = 3 cm. Ini berarti:
FP2 = kP2 ∆xP2
=6×3
= 18 N
Oleh karena besar gaya tarik yang dialami pegas pada rangkaian seri adalah sama, maka
FP2= FP1 = 18 N. Ini berarti:
Jawaban: B
Contoh Soal 10
Soal HOTS
Ketiga pegas tersebut identik dengan konstanta sebesar 3.000 N/m. Pegas-pegas
tersebut diberi beban sehingga panjangnya bertambah 18 cm. Pertambahan panjang
pada pegas 2 adalah ….
A. 3 cm
B. 6 cm
C. 9 cm
D. 12 cm
E. 15 cm
Pembahasan:
Diketahui:
k1 = k2 = k3 = 3.000 N/m
∆xtot = 18 cm = 0,18 m
Dijawab:
Pada rangkaian seri, berlaku:
1 1 1 1
= + +
kseri k1 k2 k3
1 1 1 1
⇔ = + +
kseri 3.000 3.000 3.000
1 3
⇔ =
kseri 3.000
3.000
⇔ kseri =
3
⇔ kseri =
1.000 N/m
Ini berarti, gaya total pada rangkaian seri tersebut adalah sebagai berikut.
Ftot = k∆xtot
= 1.000 × 0,18
= 180 N
Oleh karena rangkaiannya seri, maka gaya total sama dengan gaya yang dialami setiap
pegas. Dengan demikian, diperoleh:
F2 = k2 ∆x2
⇔ 180 = 3.000 × ∆x2
⇔ ∆x2 = 0,06 m
⇔ ∆x2 = 6 cm
Oleh karena pegasnya identik, maka pertambahan panjang untuk setiap pegasnya
adalah sama. Ini berarti:
Δx
Δx2 = tot
n
0,18
=
3
= 0,06 m
=6 m
Jawaban: B
1
Ep
= F Δx
2
1
Ep
= k Δx 2
2
Keterangan:
Ep = energi potensial pegas (J);
k = tetapan gaya pegas (N/m); dan
Δx = pertambahan panjang pegas (m).
Contoh Soal 11
Sebuah pegas memiliki panjang awal 1 meter dengan konstanta pegas 200 N/m. Pada
pegas tersebut digantungkan sebuah beban sebesar F. Jika energi potensial pegas adalah
0,04 J, pertambahan panjang pegas tersebut adalah ….
A. 0,02 cm
B. 0,2 cm
C. 2 cm
D. 20 cm
E. 200 cm
Pembahasan:
Diketahui:
xo = 1 m
k = 200 N/m
Ep = 0,04 J
Ditanya: ∆x = …?
Dijawab:
Berdasarkan rumus energi potensial pegas, diperoleh:
x
⇔ Δ= 4 × 10−4
⇔ Δx = 2 × 10−2 m
⇔ Δx =2 cm
Jawaban: C
Contoh Soal 12
Grafik tersebut menunjukkan hubungan antara gaya tarik dan pertambahan panjang
pegas dalam sebuah percobaan. Energi potensial di titik B adalah ….
A. 0,2 J
B. 0,3 J
C. 0,4 J
D. 0,6 J
E. 0,9 J
Pembahasan:
Diketahui:
FA = 20 N
∆xA = 4 cm = 0,04 m
FB = 30 N
∆xB = 6 cm = 0,06 m
Dijawab:
Mula-mula, tentukan konstanta pegasnya.
FA = k∆xA
⇔ 20 = k × 0,04
⇔ k = 500 N/m
Selain dengan cara tersebut, energi potensial di titik B juga dapat ditentukan dengan
rumus berikut.
1
E=
pB
F Δx
2 B B
1
= × 30 × 0,06
2
= 0,9 J
Jawaban: E