Penanganan nyeri sangat beragam tergantung jenis nyeri yang dialami, penanganan bisa
dilakukan dengan pengobatan medis, terapi, dan juga bisa dengan pemberian obat Pereda
nyeri.
Berikut beberapa penanganan nyeri dengan terapi atau obat-obatan,
a. Terapi sinar laser, yakni prosedur noninvasif yang dapat menembus jauh ke dalam
jaringan tubuh.
b. Terapi dengan alat radio frequency, yakni terapi untuk mengurangi nyeri pada leher
dan nyeri punggung menggunakan gelombang radio
c. Terapi dengan modalitas listrik seperti TENS, yakni terapi menggunakan arus listrik
untuk meredakan rasa sakit melalui sinyal yang dikirim ke sumsum tulang belakang
dan otak
d. Terapi pemanasan dengan diatermi atau ultrasound yang menonjolkan suhu panas
atau hangat yang memiliki rentang 38-45 derajat Celcius
e. Injeksi dry needle pada titik yang terasa nyeri, yaitu tindakan memasukkan jarum
tanpa obat kebagian tubuh yang nyeri
2. Skala nyeri lainnya :
A. Numeric Rating Scale (NRS). Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif
terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS
terutama untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah keterbatasan
pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk
membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama
antar kata yang menggambarkan efek analgesik.
Merupakan instrumen yang cukup valid untuk evaluasi efektivitas dan pengobatan
nyeri kronis secara subjektif. Terdiri atas 4 komponen penilaian tentang nyeri
meliputi intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengurangan nyeri dan mood.
3. Pengkajian Keperawatan
Verbal
i. Menangis
ii. BeteriakTanda-tanda
Vital
i. Tekanan darah
ii. Nadi
iii. Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa yang tidak nyaman
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi dan Rasional Keperawatan
a. Nyeri akut
Tujuan yang diharapkan :
1. Adanya penurunan intensitas nyeri
2. Ketidaknayaman akibat nyeri berkurang
3. Tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri akut
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
b. Nyeri kronis
Tujuan yang diharapkan :
1. Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
2. Tidak ada posisi tubuh yang melindungi
3. Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
4. Tidak kehilangan nafsu makan
5. rekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan
Rencana Tindakan
Intervensi Rasional
Kaji keadaan umum, karakteristiknyeri, Untuk mengetahui keadaan umum pasien,
tanda-tanda vital serta efek penggunaan mengetahui daerah nyeri,kualitas, kapan
obat jangka panjang nyeri dirasakan, faktor pencetus,berat
ringannya nyeriyang dirasakan serta
mengetahui efek penggunaan obat secara
jangka panjang.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi, evaluasi merupakan tahap terakhir proses keperawatan dengan
cara
menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
mengevaluasi, perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami
respon terhadap interventasi keperawatan, kemampuan menggambarkan
menghubungkan tindakan keperawatan pada criteria hasil. Tahan evaluassi ini terjadi
dari
evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi terbagi menjadi dua jenis, antara lain :
1. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi ini dilakukan setelah perawat mengimplementasikan
rencana keperawatan untuk menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah
di laksanakan. Perumusan evaluasi ini meliputi empat komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yaitu :
a. Subjektif adalah data yang berupa keluhan klien.
b. Objektif adalah data hasil pemeriksaan.
c. Analisis data adalah pembandingan data dengan teori.
d. Perencanaan adalah rencana tindak lanjut yang akan dilanjutkan.
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan semua aktifitas proses
keperawatan selesai di lakukan. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.Metode yang
digunakan dalam evaluasi ini adalah melakukan wawancara pada akhir layanan
dan menanyakan respon klien dan keluarga atau orang terdekat klien dalam
pelayanan
keperawatan. (Handayaningsih, 2009 ;Asmati, 2008).