Anda di halaman 1dari 17

LANSKAP ENTREPRENEURSHIP

Disusun Oleh :

1. Sr. Yoselin KSSY (032016016)


2. Novia Theressa (032017001)
3. Rini Yolanda Sitorus (032017018)
4. Gracia F. Hasibuan (032017025)
5. Reni L. Simanjorang (032017030)
6. Rizka O. Hasugian (032017033)
7. Deskrisman S. Mendrofa (032017034)
8. Yuleen N. Telaumbanua (032017037)
9. Quinta G. Sihotang (032017056)

Dosen Pembimbing : Ibu Amnita A. Ginting, S. Kep,. Ns., M.Kep

Mata Kuliah : Entrepreneurship

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Lanskap Enterpreneuship”. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu
Aminta A Ginting, S. Kep., N.s., M. Kep selaku dosen mata kuliah
Enterprenuship.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita mengenai definisi entrepreneurship, spirit of
entrepreneurship, the key of entrepreneurship, entrepreneurship, dan faktor-faktor
keberhasilan dan kegagalan usaha.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan-kekurangan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi para pembaca dan sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 17 Agustus 2020


Penulis,

Kelompok 2 A
DAFTAR ISI

Cover

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

1.1......................................................................................................Latar
Belakang..................................................................................... 1
1.2......................................................................................................Tujuan
.....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 3

2.1. Definisi Entrepreneurship....................................................... 3

2.2. Spirit Of Entrepreneurship..................................................... 4

2.3. The Key Of Entrepreneurship................................................ 4

2.4. Faktor-Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Usaha............ 5

BAB III PENUTUP............................................................................... 12

3.1. Kesimpulan.............................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa tidak hanybergantung


pada pertumbuhan ekonomi atau kestabilan polititetapi sebagian besar terletak
pada kemampuan dan kemauan serta semangat sumber daya manusia sebagai aset
utama dan terbesar dalam mengembangkan potensi bangsa. Semua sadar bahwa
mereka yang hidup pada masa sekarang selalu menginginkan kehidupan yang
lebih badari hari kemarin. Padahal, kehidupan masa sekarang merupakan hari
kemarin bagi mereka yang hidup pada masa yang akan dating. Keadaan masa
depan tidak mudah diramal, tetapi dapat dipastikan bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) merupakan sumber penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan
kemajuan kehidupan masyarakat di sebagian besar negara dunia.
Semakin maju suatu negara dan semakin banyak orang yang terdidik,
dunia wirausaha semakin dirasakan penting. Hal ini karena pembangunan akan
lebih mantap jika ditunjang oleh wirausahawan yang andal. Secara etimologis,
istilah wirausaha berasal dari kata “wira” dan “usaha”. Kata “Wira” bermakna:
berani, utama, atau perkasa. Sedangkan “usaha” bermakna kegiatan dengan
mengerahkan tenaga pikiran dan fisik untuk mencapai sesuatu maksud. Secara
terminologis, wirausaha adalah kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan
memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai dengan yang
diidealkan (Rusdiana, 2018).
Istilah wirausaha berdekatan dengan istilah wiraswasta, meski terdapat
perbedaan. Wiraswasta lebih fokus pada objek, sedangkan wirausaha lebih
menekankan pada jiwa dan semangat kemudian diaplikasikan dalam segala aspek
kehidupan. Jadi perbedaan seorang wiraswasta dengan seorang wirausaha adalah
wirausaha cenderung bermain dengan risiko dan tantangan. Artinya, wirausaha
lebih bermain dengan cara memanfaatkan peluang-peluang tersebut. Sedangkan
wiraswasta lebih cenderung kepada seseorang yang memanfaatkan modal yang
dimilikinya untuk membuka suatu usaha tertentu. Seorang wirausaha bisa jadi
merupakan wiraswastawan, namun wiraswastawan belum tentu seorang
wirausaha.

Motivasi seseorang untuk memulai usaha dengan memanfaatkan


peluang sehingga menghasilkan pendapatan dan keuntungan di masa mendatang
disebut opportunity entrepreneurship. Sedangkan necessity entrepreneurship
merupakan motivasi memulai usaha karena faktor keterpaksaan dan tidak ada
pilihan lain selain,w-endirikan usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup (Ananda,
2016).

Hal itulah yang mendorong para remaja mulai tertarik dan melirik
profesi bisnis yang cukup menjanjikan masa depan cerah. Dengan latar belakang
profesi orangtua yang beragam, mereka mulai mengarahkan pandangannya pada
bidang bisnis. Hal ini juga didorong oleh kondisi persaingan di antara pencari
kerja yang mulai ketat Lowongan pekerjaan mulai terasa sempit.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa/I mampu memahami dan megetahui lanskap
kewirausahaan.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/I mampu memahami dan megetahui spirit of
entrepreneuship.
b. Mahasiswa/I mampu memahami dan megetahui the ke of
entrepreneurship.
c. Mahasiswa/I mampu memahami dan megetahui faktor-faktor
keberhasilan dan kegagalan usaha.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Spirit Of Entrepreneuship


Awalnya kewirausahaan didefinisikan secara sederhana. Pada zaman
dahulu orang sering memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang berbeda dalam
rangka melakukan pertukaran atau perdagangan  yang biasa disebut go-
between (Robert. Entrepreneurship. 6 Edition. Boston: McGraw Hill). Ia
melakukan kesepakatan kontrak kerja atas permintaan suatu barang, pada saat itu
rempah-rembah dengan seseorang yang akan menukar  yaitu pembeli dengan
sejumlah uang atas jerih payahnya. Awal dari kewirausahaan
adalah contractor yaitu orang yang melakukan kesepakatan kontrak kerja atas
sejumlah pekerjaan yang ditentukn sebelumnya dengan kompensasi sejumlah
uang yang segala risikonya ditanggung oleh penerima kontrak. Oleh sebab itu,
kewirausahaan pada zaman dahulu disebut risk taker (pengambil risiko).
Pada era industri  kewirausahaan adalah orang yang berani 
mengambil risiko dan tidak memiliki modal yang selalu diukur oleh uang yang
melakukan kesepakatan dengan pemilik modal untuk mengerjakan proyek-proyek
tertentu atas sumber dayanya namun tidak memiliki pengetahuan yang cukup.
Mereka-mereka yang berani mengambil risiko pada zamannya disebut sebagai
kewirausahaan berbasis join venture capital (satu pihaknya adalah intelectual
capital, pihak lainnya adalah equety capital). Pada abad ini yang menjadi tulang
punggung kesuksesan dalam sebuah bisnis adalah  kreativitas seorang
wirausahawan itu sendiri (Creativepreneur).

2.1.1 Munculnya Spirit of Entrepreneurship sehubungan dengan Perkembangan


Ekonomi.
Perkembangan ilmu pengetahuan , sosial,ekonomi, politik, budaya,
teknologi dan kesejahteraan telah menciptakan gap diantara faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan tersebut. Misalnya gap yang terjadi akan
menciptakan perubahan status sosial, perilaku, gaya hidup, kebutuhan, keinginan,
selera sehingga bisa membangkitkan sebuah inspirasi bisnis yang pada akhirnya
memunculkan peluang bisnis.
Munculnya peluang bisnis yang baru akan akan menstimulus
munculnya entrepreneur muda. Hal inilah yang mendorong timbulnya wirausaha
seiring dengan perubahan dan perkembangan ekonomi. Menurut Ir. Hendro, M.M,
ada beberapa yang menstimulus spirit of entrepreneurship, yaitu:
a. Evolusi produk
Perubahan produk akan menimbulkan perubahan kebutuhan yang
memunculkan sebuah peluang baru.
b. Evolusi ilmu pengetahuan
Perubahan ilmu pengetahuan akan menimbulkan keinginan akan produk
yang berbeda.
c. Perubahan gaya hidup, selera dan hobi
Perubahan gaya hidup yang akan mempengaruhi keinginan produk yang
berbeda
d. Perubahan teknologi
Berkembangnya teknologi dan semakin canggihnya teknologi akan
menciptakan produk , suasana dan gaya hidup yang berbeda.
e. Perubahan budaya
Berkembangnya gaya hidup, pendapatan, selera , teknologi dan sebagainya
akan mengubah budaya seseorang, sehingga hal ini mempengaruhi
kebutuhan akan produk yang berbeda di setiap tempat.
f. Perubahan struktur pemerintahan dan politik
Perubahan politik akan mempengaruhi perubahan struktur pemerintahan
yang berujung pada perubahan peraturan, kebijakan dan arah
perekonomian, sehingga muncullah sebuah gap kebutuhan akan produk
yang lalu dan pasca perubahan.
g. Intrapreneurship
Kemampuan intrapreneurship yang semakin baik dan kuat akan
memunculkan gairah entrepreneur. Hal ini disebabkan karena kreativitas,
inovasi, ketatnya persaingan, hasrati ingin tantangan  yang lebih baru,
perubahan organisasi dan lain-lain. Jadi organisasi secara tidak langsung
mengembangkan jiwa  kewirausahaan seseorang. (Ir. Hendro,M.M. 2011).

2.2. The Key Of Entrepreneuship


Menurut Hendro (2011) Kunci untuk menjadi seorang enterprenurship
yaitu terdiri dari 3 bagian yaitu :
a. Bagian pemutar (pengungkit) – leverage key, yaitu:
a) Great decision – mengambil keputusan untuk menjadi entrepreneur.
b) Lingkaran menemukan peluang emas ( golden opportunity):
1. AKU, BISNIS, dan PASAR – benang merah bisnis anda.
2. Segitiga terori kreativitas (terori kesempurnaan, the basic of creative
thinking, dan inspirasi dan intuisi).
3. PELUANG, dari kata PELUANG juga.
4. Riset dan trial (latihan) untuk memastikan peluang anda bisa
diindustrikan.
5. Memberdayakan peluang anda.
b. Bagian batang (tubuh) kunci – the body of key
Bagian tubuh kunvi ini untuk mewujudkan sebuah bisnis yang bagus
setelah anda memulai berbisnis, yang mencakup :
a) Bagian sambungan (translation joint), yang terdiri dari :
1. Membentuk business team skill atau secara individu.
2. The brilliant strategy of enter the market – sebelum bisnis dimulai.
3. Sefining your business system and structure – konsep organisasi dan
operasional.
b) Bagian batang (transitional) tentang konsep – konsep penunjang
manajemen:
1. Qualitu concept – is a foundation of business growth
2. 8-S: The key success of business is a good managerial skill.
3. 10-C: How to create an operational excellence. 4. Final aspect: cash
flow and investment strategy.
c) Bagian anak kunci – the primary key, sebagai pembuka jalan terdiri
dari:
1. Marketing concept.
2. How to promote your business.
3. Selling skill in an embryo of entrepreneurial skill
Dari tahapan tersebut menunjukan bahwa menjadi seorang entrepreneur
mempuyai kunci untuk menjadi seorang enerpreneur yang berkualitas yaiu
menjadi seorang entrepreneur harus bias mengambil keputusan (Hendro, 2011).

2.3. Faktor-Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Usaha


2.3.1. Definisi kegagalan dan keberhasilan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gagal adalah tidak berhasil,
tidak tercapai maksudnya (KBBI, 2014). Kegagalan berkebalikan dengan
keberhasilan. Tidak berhasil berarti pula tidak tercapainya target yang telah
ditetapkan. Karena adanya target untuk dapat dipakai sebagai pengukur suatu
keberhasilan. Maka dari itu selalu ada kriteria-kriteria sebagai parameter guna
menentukan, apakah suatu target telah tercapai atau belum tercapai. Dari logika
ini dapatlah ditarik suatu pengertian, kegagalan adalah tidak tercapainya target
yang telah ditetapkan. Itu berarti, ketiadaan target akan meniadakan pula
kegagalan. Maksudnya, tidaklah dapat seseorang itu dinyatakan gagal tentang
sesuatu bilamana seseorang tersebut tidak memiliki target yang diharapkan
(Jannah & IAIN, 2018).

Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana usaha mengalami


peningkatan dari hasil yang sebelumnya. Keberhasilan usaha merupakan tujuan
utama dari sebuah perusahaan, dimana segala aktivitas yang ada di dalamnya
ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan. (Jannah & IAIN, 2018)

2.3.2. Faktor Kegagalan Enterpreneurship

a. Menurut Suparyanto
Menurut Suparyanto kelemahan yang paling pokok yang adalah pada
aspek manajemen. Beberapa kelemahan umum yang sering terjadi pada
aspek manajemen dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Kelemahan Aspek Manajemen Pemasaran
a) Hanya memasarkan produk ke satu pasar.
Menjual produk yang dihasilkan hanya ke satu pasar tertentu
berbahaya untuk kelangsungan hidup karena pada saat pasar tersebut
mendapatkan sumber produk lain, maka secara sepihak pasar
tersebut akan menghentikan pesanan dari pengusaha kecil yang
bersangkutan.
b) Kelemahan riset pemasaran
Riset pemasaran dapat memberikan informasi tentang perilaku
konsumen di daerah tertentu, daya beli konsumen, strategi pesaing,
dan lain sebagainya. Usaha kecil sering mengabaikan arti pentingnya
riset pemasaran, mereka langsung mengambil keputusan tanpa
melakukan riset pemasaran terlebih dahulu. Banyak kerugian
akhirnya dialami usaha kecil karena mengabaikan riset pemasaran
ini.
c) Terlalu mudah untuk menjual secara kredit
Pembayaran oleh konsumen secara kredit akan mengganggu aktiva
lancar. Jika hal tersebut sering terjadi maka usaha tersebut tinggal
menunggu saat kehancurannya tiba.
d) Menjual produk tidak sesuai pesanan
Konsumen yang merasa kecewa saat menerima produk yang
dipesannya dapat berimbas buruk kepada pembuatn. Konsumen bisa
melakukan komplain atau bahkan mengembalikan barang tersebut
dan menuntut uangnya dikembalikan.
e) Melebihi batas waktu yang disepakati
Pengusaha kecil tidak akan dipercaya oleh pemasok bahan baku jika
pembayaran terhadap bahan baku tersebut sering terlambat.
Pengusaha kecil tidak akan dipercaya oleh pelanggan jika
penyelesaian produk yang dipesan jauh melewati waktu yang telah
disepakati bersama.
f) Menjual hanya satu jenis produk
Selera konsumen beragam dan berubah-ubah dari waktu ke waktu
sehingga dapat merugikan perusahaan jika pada saat konsumen
sedang cenderung kepada produk lainnya. Pengusaha kecil harus
melakukan diversifikasi produk baik yang berkaitan maupun yang
tidak berkaitan dengan produk utamanya.
2) Kelemahan Aspek Manajemen Operasi
a) Teknologi yang digunakan relatif sederhana
Peralatan yang relatif sederhana yang digunakan perusahaan kecil
tentunya akan sangat berpengaruh kepada kualitas dan kuantitas
produk yang dihasilkan. Kualitas produk cenderung rendah jika
dibandingkan dengan pengusaha yang menggunakan peralatan atau
mesin yang layak.
b) Skala produksi yang rendah
Penggunaan peralatan atau teknologi yang sederhana akan langsung
berdampak kepada jumlah hasil produksi. Pada umumnya jumlah
produksi yang dihasilkan oleh pengusaha kecil relatif rendah.
c) Biaya produksi tinggi
Sudah merupakan hukum ekonomi, jika skala produksi suatu produk
sedikit, maka konsekuensinya harga pokok produksi per satuan unit
menjadi tinggi. Akibat yang terjadi adalah harga jual yang ditetapkan
menjadi tinggi, maka keuntungan yang diperoleh menjadi kecil.
Sehubungan dengan keuntungan yang kecil maka sulit membuat
anggaran untuk meningkatkan penggunaan peralatan dan mesin yang
layak dengan teknologi tinggi.
3) Kelemahan Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia
a) Sulit untuk mengatakan tidak
Pengusaha kecil sering terlalu banyak pertimbangan saat harus
menetapkan suatu keputusan bagi karyawannya. Dia mengetahui
kelalaian yang dilakukan oleh karyawannya, tetapi untuk
menegurnya secara tegas apalagi memberikan sanksi kepada
karyawan tersebut sering tidak mampu dilakukan dengan alasan
kasihan, tidak tega, mencari waktu yang tepat untuk menegurnya,
susah mengungkapkannya dan lain sebagainya. Alasan yang paling
sering karena secara kebetulan karyawan tersebut masih memiliki
hubungan saudara, teman, atau tetangga dan unsur nepotisme
lainnya.
b) Unsur keluarga masih sangat dominan
Jika seorang pengusaha sudah dihadapkan dengan urusan perusahaan
yang berkaitan dengan kepentingan keluarga maka muncul dilema.
Pengusaha kecil akan menemukan masalah, mana yang harus
dipenuhi apakah mengutamakan roda operasi perusahaan walaupun
harus mengesampingkan kepentingan keluarga. Tidak sedikit
pengusaha mengambil keputusan sebaliknya yaitu mengutamakan
kepentingan keluarga walaupun akan membahayakan atau
merugikan perusahaan.
c) Semua tugas dilakukan sendiri
Sangat banyak pemilik usaha kecil di mana semua aktivitas mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dikerjakan dengan
bertumpu kepada kemampuan sendiri. Hanya sebagian kecil saja dari
tugas, wewenang, tanggung jawab yang didistribusikan kepada
karyawannya. Keuntungannya akan merasakan tingkat kepuasan
maksimum dan keuntungan finansial yang diperoleh perusahaan
akan dinikmati sendiri juga dipandang sebagai tipe pekerja keras.
Tetapi jika perusahaan mengalami kerugian atau kemunduran
sebenarnya itu adalah kesalahannya.
d) Tidak mampu menanggapi umpan balik
Pihak manajemen seharusnya harus mawas diri menjadikan semua
tanggapan dari pihak lain sebagai umpan balik yang akan menambah
baik usaha yang dijalankan demi mencapai keuntungan dan
kesinambungan perusahaan.
4) Kelemahan Aspek Manajemen Keuangan
a) Tidak ada pemisah harta perusahaan dan harta pribadi.
Seorang pengusaha sebagai sosok pribadi atau bagian dari keluarga
pasti memiliki kebutuhan atau keinginan yang menuntut untuk
dipenuhi. Masalah baru muncul ketika kebutuhan atau keinginan
pribadi pengusaha mengambil harta yang merupakan harta atau
modal perusahaan. Dengan kata lain aset yang ada diperusahaan di
samping digunakan untuk kepentingan usaha juga untuk urusan
pribadi. Jika hal tersebut berulang-ulang apalagi dalam jumlah yang
besar, maka perusahaan hanya tinggal menunggu waktu bangkrut
saja.
b) Tidak melakukan pencatatan
Pencatatan merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
aktivitas usaha sehari-hari. Banyak manfaat yang dapat diperoleh
dengan melakukan pencatatan yaitu menjadi alat perencanaan, tolak
ukur kinerja perusahaan, laporan tertulis perusahaan, dan menjadi
syarat pengajuan kredit.
c) Besarnya piutang yang tidak tertagih
Banyak faktor penyebab piutang tidak tertagih. Penyebab ini bisa
muncul dari perusahaan, misalnya perusahaan tidak melakukan
pencatatan sehingga lupa kepada siapa telah melakukan penjualan
secara kredit. Akibatnya perusahaan tidak dapat menagih sama
sekali. Walaupun tahu piutang terhadap konsumen, perusahaan lupa
berapa besar konkretnya piutang tersebut sehingga konsumen dapat
saja membayar lebih rendah dari yang seharusnya. Faktor lainnya
adalah secara psikologis malas atau enggan menagih piutang kepada
orang tertentu karena adanya hubungan keluarga, saudara, teman,
atau pejabat tertentu, dan lain sebagainya. Disisi lain disebabkan
oleh pihak yang memiliki hutang. Dia memang tidak memiliki itikad
baik membayar utang atau mengundurkan waktu pembayaran
maupun menunggu sampai ada orang yang menagih.
d) Mengabaikan anggaran penyusutan
Anggaran penyusutan adalah jumlah uang yang harus disisihkan atau
ditabung dari pendapatan perusahaan secara berkala dalam rangka
mempersiapkan penggantian atau pembelian suatu peralatan/mesin
tertentu. Dengan mesin sudah tidak dapat dipergunakan lagi bagi
aktivitas produksi, perusahaan sudah memiliki cukup dana untuk
membeli peralatan atau mesin yang baru.
e) Mengabaikan penghargaan untuk diri sendiri
Kita harus membedakan posisi pengusaha yang merangkap jabatan
sebagai direktur sekaligus pemilik. Sebagai pemilik dia berhak
mendapatkan keuntungan perusahaan. Di samping itu posisi dia
sebagai seorang direktur berhak mendapatkan gaji. Tidak jarang kita
menemui bahwa posisi sebagai direktur tidak diberikan kompensasi
berupa gaji dengan alasan karena perusahaan tersebut miliknya
sendiri. Hal ini merupakan suatu kekeliruan karena walau bagaimana
pun seorang direktur harus diberikan gaji. Setelah gaji tersebut
diterima seorang direktur, uangnya dapat digunakan untuk
kepentingan pribadi, keluarga, sosial, keagamaan, dan yang lainnya.
Tidak menutup kemungkinan uang tersebut ditanamkan kembali ke
perusahaan untuk menambah dan memperkuat modal lancar (Jannah
& IAIN, 2018)

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Enterpreneurship

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha dapat diketahui dari dua


faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal :

a. Faktor internal yang diantaranya yaitu; kualitas sdm, penguasaan


organisasi, struktur organisasi, sistem manajemen, partisipasi,
kultur/budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar,
dan tingkat entrepreneurship.
b. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor pemerintah dan non
pemerintah. Faktor pemerintah diantaranya, kebijakan ekonomi, birokrat,
politik, dan tingkat demokrasi. Faktor non pemerintah yaitu; sistem
perekonomian, sosio-kultur budaya masyarakat, sistem perburuhan dan
konsidisi perburuhan, kondisi infrastrukur, tingkat pendidikan masyarakat,
dan lingkungan global.

Menurut Suyatno (2010:179) berkaitan dengan faktor penentu


keberhasilan Usaha, hasil penelitiannya menemukan bahwa keberhasilan usaha
kecil ditandai oleh inovasi, perilaku mau mengambil resiko, kerja keras, dedikasi,
dan komitmen terhadap pelayanan dan kualitas,cerminan dari kemampuan usaha
(pengetahuan, sikap dan keterampilan), pengalaman yang relevan, motivasi kerja
dan tingkat pendidikan seseorang pengusaha. (Pamungkas, 2014)

Menurut Geoffrey G. Meredith (1996 : 5-6) mengemukakan ciri-ciri


dan watak kewirausahaan seperti berikut :

a. Percaya diri dan optimis


Memiliki kepercayaan diri yang kuat, ketidaktergantungan terhadap orang
lain, dan individualistis.
b. Berorientasi pada tugas dan hasil
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat,
energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta inisiatif.
c. Percaya diri dan optimis
Memiliki kepercayaan diri yang kuat, ketidaktergantungan terhadap orang
lain, dan individualistis.
d. Berani mengambil resiko dan mempunyai tantangan
e. Kepemimpinan
Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka
terhadap saran serta kritik.
f. Keorisinilan
Inovatif, kreatif dan fleksibel
g. Berorientasi masa depan
Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan (Pamungkas, 2014)
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kewirausahaan (entrepreneur) merupakan persoalan penting di dalam
perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Kemajuan atau
kemunduran ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberadaan dan
peranan dari kelompok wirausahawan ini. Tidak ada satu bangsa di dunia ini yang
mampu menjadi negara maju tanpa ditopang oleh sejumlah pemuda dan
masyarakat yang berwirausaha.

Perkembangan ilmu pengetahuan , sosial,ekonomi, politik, budaya,


teknologi dan kesejahteraan telah menciptakan gap diantara faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan tersebut . Misalnya gap yang terjadi akan
menciptakan perubahan status sosial, perilaku, gaya hidup, kebutuhan, keinginan,
selera sehingga bisa membangkitkan sebuah inspirasi bisnis yang pada akhirnya
memunculkan peluang bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Rusdi. 2016. Pengantar Kewirausahaan : Rekayasa Akademik
Melahirkan Entrepreneuship. Medan: Perdana Publishing.
Jannah, M., & IAIN. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEGAGALAN USAHA. 25–42.
Pamungkas, R. (2014). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN USAHA PEMEGANG USAHA WARALABA.
Rusdiana. 2018. Kewirausahaan Teori dan Praktik. Bandung : Pustaka Setia
Srihadiastuti, R. (2018). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KENDALA
PENYEBAB KEGAGALAN MENDIRIKAN USAHA BARU PADA
PARA LULUSAN PROGRAM WIRAUSAHA BARU JAWA BARAT
KELAS IDE BISNISitle. Manajemen Bisnis Telekomunikasi Dan
Informatika .Universitas Telkom.Bandung.

Anda mungkin juga menyukai