NIM : 200312614062
Offering : J
Bab 5.1
A. Rate
Contoh kasus Rate : pada tahun 2019 di kota X terdapat kasus 8000 orang yang terkena malaria
dari total populasi penduduk 25.000.000 . Rata rata kasus di kota X pada tahun 2019 adalah ….
8.000
Jawab : Rate = =0.00032
25.000.000
B. Ratio
a
dapat dinyatakan dengan bentuk dimana b≠ 0 .
b
Contoh kasus Ratio : dalam suatu sekolah RvN, terdapat sebanyak 900 perempuan dan 2100 laki
laki. Berapa rasio laki laki : perempuan di sekolah RvN?
Contoh kasus Proporsi : pada kota AKL, ada sebanyak 200 keluarga. Terdapat 15 keluarga di kota
tersebut mengalami penyakit tipes. Berapa proporsi yang mengalami tipes?
15
Jawab : Proporsi = ×100 %=7.5 %
( 15+185 )
Proporsi juga dapat disebut suatu kalimat di mana dua Rate atau dua Ratio adalah
a c
setara. = adalah proporsi dengan a sebagai variabel pertama, b sebagai variabel kedua, c
b d
sebagai variabel ketiga, dan d sebagai variabel keempat. A dan D disebut juga sebagai extremes,
lalu B dan C sebagai means.
D. Property
Property 1 ( Means – Extremes Property)
a c
dengan perkalian dari extremes. Maka, jika = ( b ≠0 dan d ≠ 0), maka a × d=b × c .
b d
Contoh :
Gunakan Means – Extremes Property untuk mencari solusi dari permasalahan berikut :
x+ 4 7
= .
5 8
Jawab : 8 ( x +4 )=7 ×5
8 x +32=35
8 x=3
3
x=
8
Contoh :
Bila seekor kuda dapat menempuh jarak perjalanan 80 km dalam 12 liter air, berapa liter
air ia habiskan bila menempuh jarak perjalanan 140 km?
Jawab :
80 140
=
12 x
80 x=1680
x=21
Jadi, kuda tersebut menghabiskan 21 liter air saat menempuh perjalanan 140 km.
a b
Di dalam kasus = , di mana variabel kedua dan ketiga adalah identic, b dapat
b c
juga disebut sebagai geometric means dari a dan c . Sebagai contoh 8 dan −8 adalah
2 8 2 −8
geometric means dari 2 dan 32 karena = dan = . Karena aplikasi dari
8 32 −8 32
permasalahan geometri membutuhkan nilai positif, maka biasanya menggunakan 8
daripada −8 .
Contoh permasalahan :
C
B D
A
Jika diketahui panjang BD = 15, CD = 5, maka tentukan panjang AC!
Jawab :
CD AC
=
AC BC
Misalkan AC = x
5 x
=
x 10
x 2=50
Property Ratio
Contoh :
Diketahui sudut dari segitiga adalah 180 ° dan perbandingan ketiga sudutnya adalah
2 :4 :6 . Hitunglah besar tiap sudutnya.
Jawab :
2 x+ 4 x +6 x=180 °
12 x=180°
x=15 °
a c a b
memungkinkan untuk bertukar tempat, jika = di mana a , b , c , d ≠ 0 , maka = ,
b d c d
d c d b
= , dan = .
b a c a
4 16
=
6 24
4 6
o = (means bertukar tempat)
16 24
24 16
o = (extremes bertukar tempat)
6 4
6 24
o = (keduanya bertukar tempat)
4 16
Property 3
5 10
Diketahui = maka
6 12
5+6 10+12 11 11
o = ( = )
6 12 6 6
5−6 10−12 −1 −1
o = ( = )
6 12 6 6
Bab 5.2
Bila dua polygon mempunyai bentuk yang sama, maka kedua polygon itu similar (sama),
simbolnya adalah . Bila dua polygon mempunyai bentuk yang sama dan
bagian yang sesuai memiliki panjang dan besar yang sama (length and size) maka
mereka disebut congruent (kongruen), simbolnya adalah ≅ .
Untuk 2 poligon yang similar, tiap sudut dari polygon harus kongruen dengan sudut yang
lain. Tetapi kekongruenan sudut tidak cukup untuk menunjukkan kesamaan dari
polygon.
Jika ∠ A di polygon pertama kongruen dengan ∠ X di polygon kedua, dapat
disimbolkan A ↔ X . ∠ A sesuai dengan ∠ X dapat dituliskan ∠ A=∠ X . Pasangan
dari ∠ A=∠ X disebut juga corresponding angles (sudut yang sesuai). Lalu, sisi yang
ditentukan dari sudut yang sesuai adalah corresponding sides. Sebagai contoh jika
A ↔ X dan B ↔Y , maka AB sesuai dengan XY .
Dua polygon dikatakan sama jika dan hanya jika dua kondisi berikut dipenuhi :
o Semua pasangan sudut yang sesuai adalah kongruen.
o Semua pasangan sisi yang proporsional.
Reflektif : CVB ≅ CVB (karena polygon akan sama dengan polygon itu sendiri)
Simetris : CVB ≅ ERT → ERT ≅ CVB (CVB sama dengan ERT, maka ERT juga similar
terhadap CVB)
Transitif : CVB ≅ ERT dan ERT ≅ DFG → CVB ≅ DFG (CVB sama dengan ERT, ERT
sama dengan DFG, maka dapat disimpulkan CVB sama dengan DFG.)
Dalam proporsi yang lebih luas, semua rasio harus sama dengan nilai konstan yang
sama.
F
Contoh :
C
10 20
6 12
A B
8
D E
16
Dengan menunjukkan bahwa angka berikut adalah k maka didapat bahwa:
DF DE FE
=k , =k , =k .
AC AB CB
JIka k > 1, maka disebut perbesaran. Jika 0< k <1 ,maka disebut penyusutan.
Metode shadow reckoning, metode penghitungan ini sudah ada sejak lebih dari 2500
tahun lalu ketika digunakan ahli Matematika Yunani, Thales untuk memperkirakan
ketinggian piramida di Mesir.
Contoh : hitunglah h
D
35
A
10
Jawab :
AC BC AC DF
Maka, = atau = dengan menukar tempat dari means.
DF EF BC EF
10 35
=
8 h
10 h=280
h=28
Jadi nilai h adalah 28 cm.
Similar Kongruen
Bentuk bangun sama Bentuk bangun sama dan bagian yang sesuai
mempunyai besar yang sama
Sisi yang bersesuaian harus sama besar Sisi yang bersesuaian harus sama panjang.