Anda di halaman 1dari 1

NAMA : GEDE FARIZ RENAWAN

KELAS : XII.MIPA 2
NO. :07

KASUS PELANGGARAN HAM TERHADAP SEORANG AKTIVIS HAM


*Kronologis Pembunuhan Munir:
Tiga jam setelah pesawat GA-974 lepas landas dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot
Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G
menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi
Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi
dokter yang juga berusaha menolongnya pada saat itu. Penerbangan menuju Amsterdam menempuh
waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam
di bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia.
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda)
menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi
Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa
oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.
Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara atas
pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang
sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah
tersebut. Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima
beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi tidak
menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden SBY juga membentuk tim investigasi independen,namun
hasil penyelidikan tim tersebut tidak pernah diterbitkan ke publik.

*Analisis penyebab kematian Munir:


Berdasarkan hasil autopsi, diketahui bahwa penyebab kematian sang aktivis yang terkesan mendadak
adalah karena adanya kandungan arsenik yang berlebihan di dalam tubuhnya. Munir meninggal ketika
melakukan perjalanan menuju Belanda. Ia berencana melanjutkan studi S2 Hukum di Universitas
Utrecht, Belanda, pada 7 September 2004. Dia menghembuskan nafas terakhirnya ketika pesawat
sedang mengudara di langi Rumania.

*Upaya pemerintah dalam menangani kasus tersebut:


Pada awalnya hakim pengadilan negeri jakarta pusat menetapkan vonis 14 tahun penjara, tetapi
putusan kasasi mahkamah agung menyatakan pelaku tidak terbukti membunuh. ia hanya dihukum dua
tahun penjara atas penggunaan surat palsu. kemudian tim pengacara munir mengajukan peninjauan
kembali (PK) atas putusan mahkamah agung tersebut. akhirnya pelaku dihukum 20 tahun penjara
karena terbukti dan menyakinkan telah melakukan pembunuhan terhadap munir.

Anda mungkin juga menyukai