Anda di halaman 1dari 51

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) adalah makanan untuk bayi. Air susu ibu khusus
dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan
sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI
mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat
dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak
(Maryunani, 2012).
ASI merupakan bahan makanan pertama dan tunggal yang paling baik,
paling sesuai dan paling sempurna bagi bayi, terutama pada saat-saat
permulaan kehidupan.Kecukupan jumlah serta kualitas ASI yang harus
diberikan sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan bayi, agar
tetap dalam keadaan sehat.Kecukupan jumlah maupun kualitas ASI sangat
dipengaruhi oleh keadaan gizi ibunya sewaktu hamil hingga
menyusui.Karena , selama kehamilan dengan Periode Menyusui si ibu
tidak boleh menderita kekurangan gizi (Sitepoe, 2013).
Oleh karna itu, setiap ibu yang menyusui bayinya, produksi air susunya
harus tetap dipertahankan sesuai kebutuhan bayi. Untuk itu perlu
diperhatikan untuk tetap menjaga kesehatan ibu dengan cara memberikan
makanan yang bergizi setiap hari, terutama makanan yang terdiri dari
protein, lemak karbo hidrat, mineral, dan vitamin-vitamin kepadanya
(Sitepoe, 2013).
Menurut para ahli, sampai usia 6 bulan bayi tidak membutuhkan
makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu
ibu saja tanpa tambahan cairan lain, baik susu formula, jeruk, madu, air
teh, bahkan air putih sekalipun. Bayi juga tidak diberi makanan padat lain
seperti pisang, bubur susu, pepaya, biskuit, bubur nasi, tim, atau yang lain
(Sitepoe, 2013)

6
Institut Kesehatan Prima Nusantara
7

B. Manfaat ASI
Merekomendasikan untuk menyusui secara ekslusif dalam 6 bulan
pertama kehidupan bayi dan melanjutkanya untuk waktu dua tahun atau
lebih, Karena ASI sangat seimbang dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi yang baru lahir dan merupakan satu-satunya makanan yang
dibutuhkan sampai usia enam bulan. Keuntungan dalam menyusui adalah
bahwa ASI langsung tersedia, tidak mengeluarkan biaya, dapat diberikan
langsung bila dibutuhkan dan pada suhu yang tepat, dan bayi dapat
mengatur jumlah yang dibutuhkanya pada setiap waktu menyusu. Bahan-
bahan yang terdapat dalam ASI sifatnya ekslusif, tidak dapat ditiru oleh
susu formula, dan memberi banyak manfaat bagi ibu maupun bayi.
Sekalipun banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari ASI (Pollard,
2015).
1. Manfaat ASI bagi bayi :
a. Kesehatan
Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI tetap paling baik
sepanjang masa.Oleh karna itu, bayi yang mendapat ASI ekslusif lebih
sehat dan lebih kuat disbanding yang tidak mendapat ASI.ASI juga
mampu mencegah terjadinya kangker limfomaligna (kangker
kalenjar).ASI juga menghindarkan anak dari busung
lapar/malnutrisi.Sebab komponen gizi ASI paling lengkap, termasuk
protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan zat-zat penting
lainya.
ASI adalah cairan hidup yang mampu diserap dan digunakan tubuh
dengan cepat, manfaat ini tetap diperoleh meskipun status gizi ibu
kurang.
b. Kecerdasan
Manfaat bagi kecerdasan bayi, antara lain karena:
Dalam ASI terkandung DHA terbaik, selain laktosa yang berfungsi
untuk proses mielinisasi otak.
1. Seperti diketahui, mielinisasi otak adalah salah satu proses
pematangan otak agar bias berfungsi optimal.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


8

2. Saat ibu memberikan ASI, terjadi pula proses stimulasi yang


merangsang terbentuknya networking antar jaringan otak hingga
menjadi lebih banyak dan terjadi sempurna.
3. Ini terjadi melalui suara, tatapan mata, detak jantung, elusan,
pancaran dan rasa ASI.
c. Emosi
1. Pada saat disusui, bayi berada dalam dekapan ibu.
2. Hal ini akan merangsang terbentuknya “Emotional
Intelligence/El”.
3. Doa dan harapan yang didengungkan ditelinga bayi/ anak selama
proses menyusuipun akan mengasah kecerdasan spiritual anak.
2. Manfaat memberikan ASI untuk Ibu:
a. ASI ekslusif adalah diet alami bagi ibu.
Dengan memberikan ASI ekslusif, berat badan ibu yang bertambah
selama hamil, akan segera kembali mendekati berat semula.
Naiknya hormone oksitosin selagi menyusui, menyebabkan kontraksi
semua otot polos, termasuk otot-otot uterus.karena hal ini berlangsung
terus-menerus, nilainya hamper sama dengan senam perut.
Dengan demikian, memberikan ASI juga membantu memperkecil
ukuran Rahim ke ukuran sebelum hamil.Demikian juga halnya dengan
aktivitas bangun malam untuk menyusui bayi yang haus dan
mengganti popok basahnya, setara dengan olahraga.Berbagai kegiatan
seperti menggendong, memberikan makanan dan mengajak bermain
juga merupakan kegiatan yang dapat menurunkan berat badan.Dengan
demikian, menyusui (ASI) dapat membakar kalori sehingga
membantu penurunan berat badan lebih cepat.
b. Mengurangi risiko anemia
1. Pada saat memberikan ASI, otomatis risiko pendarahan pasca-
bersalin berkurang.
2. Naiknya kadar hormone oksitosin selama menyusui akan
menyebabkan semua otot polos mengalami kosentrasi

Institut Kesehatan Prima Nusantara


9

3. Kondisi inilah yang mengakibatkan uterus mengecil sekaligus


menghentikan pendarahan.
4. Perlu diketahui, perdarahan yang berlangsung dalam tenggang
waktu lama merupakan salah satu penyebab anemia.
5. Dengan demikian, memberikan ASI segera setelah melahirkan
akan meningkatkan kontraksi Rahim, yang berarti mengurangi
risiko perdarahan.
c. Mencegah kangker
1. Dalam berbagai penelitian diketahui bahwa ASI dapat mencegah
kangker, khusunya kangker payudara.
2. Pada saat menyusui tersebut, hormone estrogen mengalami
penurunan
3. Sementara tanpa aktivitas menyusui, kadar hormone estrogen tetap
tinggi dan hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu
kangker payudara karena tidak adanya keseimbangan antara
hormone estrogen dan progesterone.
d. Manfaat Ekonomis
1. Dengan menyusui, ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk
membeli susu/suplemen bagi bayi.
2. Cukup dengan ASI ekslusif, kebutuhan bayi selama 6 bulan
terpenuhi dengan sempurna.
3. Selain itu, ibu tidak perlu repot untuk mensterilkan peralatan bayi
seperi dot, cangkir, gelas, atau sendok untuk memberikan susu
kepada bayi (Maryunani, 2012).
C. Anatomi Payudara
Payudara terletak secara vertical diantara kosta II dan IV, secara
horizontal mulai sternum sampai linea aksilaris medialis.Payudara
bentuknya bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya pembesaran
disebabkan oleh karena pertumbuhan stroma jaringan dan penimbunan
lemak (Rukiyah, 2011).

Institut Kesehatan Prima Nusantara


10

Gambar 2.1
Anatomi Payudara (Wilson, 2013)

a. Payudara terdiri dari beberapa bagian yakni:


1. Kalang payudara : letaknya mengelilingi putting susu, warna
kegelapan, mengandung kalenjar-kalenjar mont-gomery yang
menghasilkan kelenjar sebum yang bertindak sebagai pelumas
selama kehamilan dan sepanjang masa post partum.
2. Putting susu: terdiri dari jaringan yang erektil, terdapat lubang-
lubang kecil merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung
serat syaraf, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang
memiliki kerja seperti spincter dalam mengendalikan aliran susu.
3. Lobus yang terdiri dari 15 sampai 20 lobus, masing-masing lobus
terdiri dari dari 20-40 lobulus terdiri dari 10-100 alveoli.
4. Alveoli mengandung sel-sel acini yang menghasilkan susu serta
dikeliling oleh sel-sel mioepitel yang berkontraksi mendorong
susu keluar dari alveoli.
5. Laktiferus sinus/Ampula: bertindak sebagai waduk sementara bagi
air susu. Payudara mendapat pasokan darah dari arteri mammary
internal dan eksternal serta bercabang dari arteri-arteri intercostalis.
Venanya diatur dalam bentuk bundar disekeliling putting susu.
Cairan limfa mengalir bebas keluar diantara payudara dan terus ke
node-node limfe di dalam axial dan mediastinum.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


11

Gambar 2.2 Anatomi Payudara (Rukiyah, 2011)

6. Bentuk luar payudara


Keterangan gambar : korpus mammae (A), areola (B), papilla mammae
(C).
a. Korpus mammae: stroma: jaringan ikat, lemak, pembuluh darah, syaraf,
getah bening; parenchym : kelenjar susu, terdiri dari duktus, duktulus,
lobus, lobules, alveolus.
b. Areola: daerah yang hiperpigmentasi, di dalam daerah ini saluran susu
melebar (sinus laktiferus).
c. Papilla mammae : muara pengeluaran susu, terdiri dari jaringan erektil,
dan ujung syaraf sensoris.
d. Alveolus merupakan unit terminal yang mengandung sel asiner berfungsi
untuk sekresi susu; duktulus sebagai saluran terkecil; myoepitel
mengandung otot polos.
D. Produksi ASI
Pasca kelahiran hewan mamalia, termasuk manusia sangat
bergantung atau terkait pada si induk atau sang ibu kandng melalui
kalenjar susu sebagai sumber makanan yang pertama dan yang utama.
(Sitepoe, 2013).
Susu yang pertama di produksi kalenjar susu adalah kolostrum, 24-
36 jam sesudah kelahiran sanga bayi sampai umur 5 hari atau umur si
pedet sampai 7 hari. Kolostrum disusul dengan susu tradisional pada

Institut Kesehatan Prima Nusantara


12

manusia, tetapi yang tidak muncul pada sapi. Yang terakhir diproduksi
adalah ASI (air susu ibu).(Sitepoe, 2013).
Kolostrum bukan saja berfungsi sebagai nutrisi bagi sang bayi atau
si pedet, tetapi juga berfungsi sebagai memberikan imunitas tubuh.
Memberikan vaksin polio per-oral, sang bayi cukup mengkonsumsi
kolostrum ibunya saja dan ia sudah memiliki imunitas. Fungsi kolostrum
lainya adalah sebagai faktor pada pertumbuhan dan sebagai laksansia (obat
pencahar untuk memperlancar buang air besar) (Sitepoe, 2013).
Kalenjar susu pada hewan maupun manusia dijumpai pada garis
susu (milk-line) dengan jumlah tergantung pada jenis hewan. Pembekuan
susu telah dimulai saat kehamilan semester pertama sang ibu dan
mempengaruhi oleh banyak faktor, antara lain hormon-hormon yang
terkait. Produksi susu atau keluar ASI dimulai saat pasca kelahiran atau
saat permulaan periode kehidupan extro-gestate, yang dirangsang antara
lain oleh kecupan mulut sang bayi ke putting susu sang ibu atau sundulan
si pedet ke ambing susu si induk sapi.(Sitepoe, 2013).
Kehidupan jasmani dan batin pasca kelahiran berlangsung sampai
umur periode ektrogestate. Selama periode ini sang jabang bayi tergantung
dan terkait pada ASI melalui kecupan ke putting susu sang ibu kandung,
yang disebut menyusui sebagai ASI ekslusif. Kalenjar susu, putting susu,
dan ASI merupakan sumber kehidupan bagi sang jabang bayi umur 4-6
bulan pasca kelahiran. Breast feeding (menyusui melalui kecupan putting
susu ibu kandung) merupakan interdependensi/interelationship antara sang
bayi dengan sang ibu, dan inilah dikatagorikan sebagai ASI ekslusif.
Menyusui pada ibu kandung merupakan proses yang dimulai
dengan kontraksi putting susu yang identik dengan rangsangan seksual,
yang di ikuti kuluman mulut bayi dilanjutkan dengan isapan, dan akhirnya
gerakan menelan ASI oleh bayi, yang semua ini merupakan reflex supaya
ASI dapat dikonsumsi (Sitepoe, 2013).

Institut Kesehatan Prima Nusantara


13

Keluarnya hormon oksitosin mestimulasi susu (milk ejaction/let


down reflex) oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk
memeras ASI keluar.
Reflek turunya susu yang kurang baik adalah akibat dari putting
lecet terpisah dari bayi, pembedahan payudara sebelum melahirkan atau
kerusakan payudara. Apabila ibu mengalami kesulitan menyusui akibat
kekurangannya reflek ini dapat di bantu dengan pemijatan payudara
dengan mandi air hangat atau menyusui dalam situasi yang tenang.
(Yohana 2014)
a. Mekanisme Produksi ASI
1. Hormon Prolaktin
Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak.
Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk
kedalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon prolaktin
merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu
2. Hormon oksitosin
Setelah menerima rangasangan dari payudara, otak juga
mengeluarkan hormone oksitosin selain hormone prolaktin. Hormon
oksitosin diproduksi lebih cepat dari pada prolaktin. Hormon ini juga
masuk kedalam aliran darah menuju payudara, di payudara hormone
oksitosin ini merangsang sel-sel otak untuk berkontraksi. Kontraksi
ini melalui pembuluh menuju muara saluran ASI. Mengalirnya ASI
ini disebut reflek pelepasan ASI. Produksi hormon oksitosin bukan
hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari payudara. Hormon oksitosin
juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi jika ibu
mendengar suara tangisan bayi, sentuhan bayi, atau ketika ibu berfikir
akan menyusui bayinya atau bahkan ketika ibu memikirkan betapa
sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluarnya.
3. Pemberian ASI Eksklusif
Banyak sudah diantaranya kita yang diketahui, bahwa bayi akan
mendapatkan empat manfaat dari ASI, yaitu mendapatkan nutrisi
terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan,

Institut Kesehatan Prima Nusantara


14

dan meningkatkan jalinan kasih saying. Sebaliknya pengetahuan


tentang manfaat menyusui bagi ibu, belum banyak yang tau padahal
dengan mengetahui manfaat ASI bagi bayi dan juga dirinya sendiri,
akan tercipta motivasi yang kuat.dengan motivasi itu, diharapkan ibu
akan berkemauan keras untuk dapat menyusui anaknya.
E. Kandungan ASI
1. Kolostrum
Kolostrum diproduksi sejak kira-kira minggu ke-16 kehamilan
(laktogenesis 1) dan siap untuk menyongsong kelahiran, kolostrum ini
berkembang menjadi ASI yang matang/matur pada sekitar tiga sampai
empat hari setelah persalinan. Kolostrum merupakan suatu cairan kental
berwarna kuning/jingga yang sangat pekat, tetapi terdapat dalam
volume yang kecil pada hari-hari awal kelahiran, yang menjadikannya
makanan ideal bagi bayi yang baru lahir.Volume yang kecil ini
mefasilitasi koordinasi penghisapan, menelan, dan bernapas pada saat
yang bersamaan pada hari-hari awal kehidupan.Bayi yang baru lahir
mempunyai ginjal yang belum sempurna dan hanya sanggup menyaring
cairan dengan volume kecil. Kolostrum juga mempunyai efek
membersihkan yang membantu membersihkan perut dari mekonium,
yang mempunyai kosentrasi empedu yang tinggi, pada giliranya akan
mengurangi kemungkinan terjadinya kuning/icterus (Pollard, 2015)
1. Kolostrum berisi antibodi serta zat-zat anti-infeksi, seperti 1Ga, lisosom,
laktoferin, dan sel-sel darah putih dalam kosentrasi tinggi dibaningkan air
susu biasa. Juga kaya akan faktor-faktor pertumbuhan serta vitamin-
vitamin yang larut dalam lemak, khusunya vitamin A (Pollard, 2015)
2. Susu transisi (transitional milk)
Susu ini adalah susu yang diproduksi dalam 2 minggu awal (laktogensis
II) volume susu secara bertahap bertambah, kosentrasi imunoglobin
menurun, dan terjadi penambahan unsur yang menghasilkan panas
(calorific content), lemak, dan laktosa
3. Susu matur

Institut Kesehatan Prima Nusantara


15

Kandungan susu matur dapat bervariasi antara waktu menyusu. Pada awal
menyusui, susu ini akan kaya protein, laktosa dan air “foremilk” dan
ketika penyusuan berlanjut, kadar lemak secara bertahap bertambah
sementara volume susu berkurang “bindmilk” hal ini penting ketika
mengajarkan kepada para ibu tentang pola normal dalam menyusui.
Terjadinya penambahan lemak yang signifikan pada pagi hari dan awal
sore hari.(Pollard, 2015)
ASI berisi banyak unsur atau zat yang memenuhi kebutuhan individu dan
walupun terjadi kemajuan teknologi, ASI tidak dapat digantikan secara
akurat oleh susu bantuan, ASI sering kali dirujuk sebagai cairan kehidupan
(living fluid), mengandung air, lemak, protein, karbohidrat, elektrolit,
mineral serta imunoglobulin.
a. Lemak
Lemak merupakan sumber energi utama dan menghasilkan kira-kira
setengah dari total seluruh kalori susu. Lipid terutama terdiri dari
butiran-butiran trigliserid, yang mudah dicerna dan yang merupakan
98% dari seluruh lemak susu ibu. ASI terdiri dari asam lemak tak-
jenuh rantai panjang yang membantu perkembangan otak dan mata,
serta saraf dan sistem vaskuler. Namun, lemak yang terdapat dalam
susu ibu bervariasi sepanjang menyusui, bertambah apabila payudara
kosong. Payudara penuh diasosiasikan dengan jumlah minimum lemak
dalam susu, sementara payudara yang lebih kosong diasosiasikan
dengan jumlah lemak yang lebih tinggi.
b. Protein
ASI matur mengandung kira-kira 40% kasein dan 60% protein dadih,
yang membentuk dadih lunak di dalam perut dan mudah dicerna.
Protein dadih mengandung protein anti-infeksi, sementara kasein
penting untuk mengangkat kalsium dan fosfat, laktoferin mengikat zat
besi, memudahkan absorpsi dan mencegah pertumbuhan bakteri di
dalam usus.Faktor bifidus yang tersedia untuk mendukung
pertumbuhan lactobacillus bifidus (bakteria baik) untuk menghambat
bakteri jahat dengan jalan meningkatkan pH tinja bayi.Taurin juga

Institut Kesehatan Prima Nusantara


16

dibutuhkan untuk menggabungkan atau mengkonjugasikan garam-


garam empedu dan menyerap lemak pada hari-hari awal, serta
membentuk mielin sistem saraf.
c. Prebiotik (oligosakarid)
Prebiotik berinteraksi dengan sel-sel epitel usus untuk merangsang
sistem kekebalan menurunkan pH usus guna mencegah bakteri-bakteri
patogen agar tidak menimbulkan infeksi, dan menambah jumlah
bakteri-bakteri bifido pada mukosa.
d. Karbohidrat
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI (98 persen) dan
dengan cepat dapat diurai menjadi glukosa. Laktosa penting bagi
pertumbuhan otak dan terdapat dalam kosentrasi tinggi dalam susu
manusia dibandingkan dengan susu mamalia lainya. Laktosa juga
penting bagi pertumbuhan lactobacillus bifidus. Jumlah laktosa dalam
ASI juga mengatur volume produksi susu melalui cara osmosis.
e. Zat besi
Bayi-bayi yang berisi ASI tidak membutuhkan suplemen sebelum usia
enam bulan karena rendahnya kadar zat besi dalam ASI yang terikat
oleh laktoferin, yang menyebabkanya menjadi lebih terserap
(bioavailable) dan dengan demikian mencegah pertumbuhan bakteri-
bakteri dalam usus. Susu formula mengandung kira-kira enam kali
lipat “zat besi bebas” yang kuran terserap sehingga memacu
perkembangan bakteri dan resiko infeksi. Elemen lainya terdapat
dalam kosentrasi lebih rendah dibandingkan dengan yang ada dalam
susu formula, tetapi dianggap ideal karena mudah diserap.
f. Vitamin yang larut dalam lemak
Kosentrasi vitamin A dan E cukup bagi bayi.Namun, vitamin D dan K
tidak selalu berada dalam jumlah di inginkan.Vitamin D penting untuk
pembentukan tulang, tetapi jumlahnya tergantung pada jumlah pajanan
ibu terhadap sinar matahari.Departemen kesehatan merekomendasikan
agar para ibu yang menyusui minum suplemen vitamin D 10 ug
perhari.Vitamin K dibutuhkan untuk pembekuan darah. Kolostrum

Institut Kesehatan Prima Nusantara


17

mempunyai kadar vitamin K rendah dan oleh karna itu vitamin K


diberikan secara rutin pada bayi ketika lahir. Ketika laktasi matur dan
usus bayi terkononi oleh bakteri, kadar vitamin K meningkat.
g. Elektrolit dan Mineral
Kandungan elektrolit dalam ASI sepertiga lebih rendah dari susu
formula, dan 0,2 persen natrium, kalium dan klorida. Kalsium, fosfor
dan magnesium terkandung dalam ASI dalam kosentrasi lebih tinggi
dibandingkan dalam plasma
h. Imunoglobin
Imunoglobin terkandung dalam ASI dalam 3 cara dan tidak dapat
ditiru susu formula:
1. Antibodi yang berasal dari infeksi yang pernah dialami oleh ibu
2. S1gA (imumunoglobin A sekretori), yang terdapat dalam saluran
pencernaan
3. Jaras entero-mamari dan bronko-mamaria gul-associaled lymphatic
tissue (GALT) dan bronchus-associated lymphatic tissue (BALT).
Keduanya mendeteksi infeksi dalam lambung atau saluran napas
ibu dan menhasilkan antibodi.
Sel darah putih ada dan bertindak sebagai mekanisme pertahanan
terhadap infeksi fragmen virus menguji sistem kekebalan bayi dan
molekul-molekul anti-inflamasi diperkirakan melindungi bayi
terhadap radang akut mukosa usus (necrotising enterocolitis)
dengan jalan mengurangi infeksi dalam merespons bakteri-bakteri
patogen usus (Pollard, 2015).
F. Faktor Mempengaruhi Produksi ASI
1. Frekuensi menyusui
Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi
hormone dalam kelenjar payudara.Berdasarkan beberapa penelitian,
maka direkomendasikan untuk frekuensi penyusuan paling sedikit 8
kali per hari pada periode awal setelah melahirkan.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


18

2. Berat Lahir
Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara berat lahir
bayi dengan volume ASI, yaitu berkaitan dengan kekuatan menghisap,
frekuensi dan lama penyusuan.Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah
dibandingkan dengan berat lahir normal. Kemampuan Menghisap ASI
yang rendah ini termasuk didalamnya frekuensi dan lama menyusui,
yang lebih rendah yang akan mempengaruhi stimulasi hormone
prolactin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan saat melahirkan akan mempengaruhi terhadap asupan
ASI si bayi. Bila umur kehamilan kurang dari 34 minggu (bayi lahir
premature), maka bayi dalam kondisi sangat lemah dan tidak mampu
menghisap secara efektif, sehingga produksi ASI lebih rendah daripada
bayi yang lahir normal atau tidak premature.Lemahnya kemampuan
menghisap pada bayi premature ini dapat disebabkan oleh karena berat
badanya yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ tubuh bayi
tersebut.
4. Usia dan Paritas
Usia dan paritas tidak berhubungan dengan produksi ASI. Pada ibu
menyusui yang masih berusia remaja dengan gizi baik, intake ASI
mencukupi.Sementara itu, pada ibu yang melahirkan lebih dari satu
kali, produksi ASI pada hari ke empat post partum jauh lebh tinggi
dibandingkan pada ibu yang baru melahirkan pertama kalinya.
5. Stress dan Penyakit Akut
Adanya stress dan kecemasan pada ibu menyusui dapat mengganggu
proses laktasi, oleh karena pengeluaran ASI terhambat, sehingga akan
mempengaruhi produksi ASI, ASI akan keluar dengan baik apabila ibu
dalam kondisi rileks dan nyaman.
6. Konsumsi rokok
Konsumsi rokok dapat mengganggu kerja hormone prolactin dan
oksitosin dalam memproduksi ASI. Rokok akan menstimulasi

Institut Kesehatan Prima Nusantara


19

pelepasan adrenalin, dan adrenalin akan menghambat pelepasan


oksitosin, sehingga Volume ASI yang dihasilkan akan berkurang.
Penelitian akan menunjukan bahwa pada ibu yang merokok lebih dari
15 batang per hari mempunyai prolactin 30-50% lebih rendah pada
hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan, dibandingkan dengan
yang tidak merokok.
7. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dalam dosis rendah dapat membuat ibu merasa lebih
rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI, tetapi etanol dalam
alcohol tersebut juga dapat menghambat produksi oksitosin.
8. Pil kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI.Sedangkan pil
yang hanya mengandung progestin tidak ada dampak terhadap volume
ASI.Berdasarkan hal ini maka WHO merekomendasikan pil progestin
bagi ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.
G. Tanda-tanda bayi cukup dan kurang ASI
1. Tanda bayi cukup ASI:
a. Bayi tumbuh sehat sesuai usianya dan tampak bahagia
b. Bayi mengompol sampai 6 kali atau lebih setiap hari, dan membuang
kotoran sekitar 1-3 kali selama sehari semalam
c. Berat badan bayi, panjang tubuh, lingkar kepala selalu menunjukkan
perkembangan sesuai usia bayi.
2. Tanda bayi kurang ASI:
a. Berat badan bayi stabil atau kurang dibanding bulan sebelumnya.
b. Pertumbuhan motoriknya lebih lamban dibanding bayi yang sehat.
c. Bayi sering murung, menangis rewel, yang biasanya terjadi karena
bayi kelaparan (Rukiyah, 2011)
H. Fisiologi Laktasi
ASI dihasilkan pada alveoli, yang merupakan permulaan dari
saluran-saluran kecil kelenjar air susu. Jaringan sekitar saluran kalenjar
air susu dan alveoli terdiri dari lemak dan jaringan ikat ditentukan oleh

Institut Kesehatan Prima Nusantara


20

besarnya payudara. Selama kehamilan, payudara bertambah besar 2-3


kali dari besar yang normal (semula).Sedangkan saluran-saluranya serta
alveoli dipersiapkan untuk laktasi. Setelah persalinan, pada ibu ada 2
macam reflek yang berperan mengontrol keberhasilan laktasi, yaitu:
1. Reflek Prolactin = the milk production reflex = reflex produksi ASI
Ketika bayi menghisap payudara, hormon prolactin yang dihasilkan
menyebabkan sel-sel alveoli mengeluarkan ASI yang selanjutnya
terkumpul pada saluran ASI (ductus lactife rus)
2. Reflex let down = the let down reflex = reflek pemancara air susu
Bayi yang sedang menghisap payudara juga merangsang pengeluaran
hormon lain yang disebut Oksitosin. Hormon ini menyebabkan otot-otot
sel disekeliling alveoli berkontraksi, sehingga air susu yang diperas
keluar dari alveoli dan mengalir ke arah putting susu, sehingga bayi
mudah menghisapnya. Hormon oksitosin juga mempengaruhi otot-otot
rahim (uterus). Setelah persalinan, ketika bayi segera menghisap
payudara, oksitosin yang dihasilkan menyebabkan otot-otot rahim
berkontraksi, sehingga dapat membantu berhentinya perdarahan pasca
persalinan.Reflex let doen mudah terpengaruh oleh suatu keadaan emosi
akibat kecemasan, stress, kelelahan, dan nyeri atau luka pada putting
susu. Gambar 2 memperlihatkan bagaimana ASI diproduksi oleh
hormone (Pollard, 2015).
Reflek-reflek pada bayi:
A. Reflek menangkap (rooting reflex)
Penjelasan ini terdapat beberapa uraian yang menjelaskan tentang rooting
reflex:
1. Sentuhan dipipi, bayi menengok dan sentuhan putting bayi yang akan
membuka mulut berusaha menangkap.
2. Dalam hal ini, refleks ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya,
dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan.
3. Bibir bayi merangsang dengan papila mamae, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkap putting susu.
Penjelasan tentang refleks menangkap (rooting reflex)

Institut Kesehatan Prima Nusantara


21

a. Bisa juga disebut sebagai refleks memalingkan muka, dengan


mendekatkan obyek tertentu, terutama putting susu ibu.
b. Refleks ini menjadi sangat kuat bila bayi sedang lapar
c. Pada mulanya, reflek lapar dan selera makan pada bayi masih termasuk
lemah dan belum teratur
d. Menjelang usia 1 (satu) bulan rasa lapar akan terjadi secara ritmis,
hingga perilaku menyusu dan selanjutnya perilaku makan akan terjadi
secara teroganisir.
e. Pada fase ini, orang tua dapat lebih memanfaatkan keadaan tersebut
untuk mengatur kebiasaan makan bayi sejak dini.
B. Refleks menghisap (sucking reflex)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
putting.Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk
kedalam mulut bayi dengan demikan sinus laktiferus yang berada dibawah
areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar. Bila
langit-langit tersentuh putting susu usahakan sebagian besar areola masuk
kemulut bayi refleks ini merupakan refleks tersendiri dan nampaknya
kebanyakan bayi pada fase perkembangan ini menikmati kegiatan
menghisap secara khusus. Refleks ini akan bertahan tetap kuat sampai bayi
berusia 1,5 – 2 tahun dan baru menghilang pada usia 3 tahun. Proses
menyusui atau makan pada bayi tidak sekedar memberi kepuasan biologik
padanya, tetapi hendaknya kepuasan emisonal-sosial sekaligus. Bayi
mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sebagian dasar
pembentukan “rasa aman” dan “rasa percaya” yang mendasar tersebut
misalnya bila ibu waktu akan menyusukan sedang dalam keadaan emosi
yang tegang, gelisah, jengkel ataupun perasaan marah pada
seseorang/suami, sehingga akan mempengaruhi produksi ASI, dimana ASI
akan keluar sedikit. Bayi kecewa dan menangis hebat. Ibu akan bertambah
cemas dan gelisah. Pada akhirnya bayi akan kehilangan minat untuk
menyusu, bayi akan di kuasai oleh semacam “rasa tidak aman dan rasa
tidak percaya” terhadap lingkungan. Hal ini akan mengakibatkan
hambatan dalam perkembangan selanjutnya (Maryunani, 2012).

Institut Kesehatan Prima Nusantara


22

C. Refleks menelan
1. Refleks ini timbul apabila mulut bayi yang terisi oleh ASI, maka ia
akan menelanya
2. Refleks kenyang, puas: bila bayi suda cukup kebutuhan akan susu,
maka refleks menghisap akan dihentikan oleh refleks lain, yaitu refleks
kenyang.
3. Melalui reflek ini dapat diamati tingkah laku bayi, yaitu misalnya:
a. Sebagian bayi mungkin bereaksi “serius”, yaitu bila mereka merasa
kenyang, maka akan berhenti menyusu
b. Bayi lain mungkin lebih suka bermain-main dengan susu ibunya
dan tidak menunjukkan tanda-tanda ingin segera berhenti.
(Maryunani, 2012)
I. Masalah dalam pemberian ASI
Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) terkadang ada beberapa
masalah yang dapat menyebabkan akhirnya ASI yang harusnya didapatkan
bayi dari ibunya akan mengalami hambatan bahkan adakalanya bayi tidak
mendapatkan sama sekali ASI dari ibunya, padahal bayi mempunyai hak
penuh terhadap ASI tersebut, terkadang tenaga kesehatan melupakan hak-
hak bayi untuk mendapatkan ASI ibunya, atau bahkan ibunya sendiri
melupakan hak anaknya untuk mengkonsumsi ASI ibunya, hal ini
mungkin bukan suatu kesengajaan akan tetapi karena ketidaktahuan ibu
karena beberapa masalah yang dihadapinya antara lain :
1. Bayi dengan binggung puting, artinya bayi mengalami kebinggungan
apakah yang masuk ke mulutnya putting susu ibu atau bukan karena
kadang bayi diberikan minuman bergantian dengan susu botol, hal ini
ditandai dengan : bayi menolak menyusu dari ibu, menyusu dengan
mulut mencucu, waktu menyusu terputus-putus, untuk mencegah
kondisi ini maka berikan ASI perah dan berikan dengan cangkir.
2. Bayi enggan menyusu, dapat disebabkan karena : bayi sakit daerah
mulut (sariawan), bayi mengalami bingung putting, bayi telah diberi
minum lain, tekhnik menyusui yang salah, ASI kurang lancer
keluarnya atau terlalu deras.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


23

3. Kondisi bayi sering menangis, hal ini merupakan cara bayi


mengkomunikasikan keadaanya kepada orang disekitarnya yang dapat
disebabkan karena bayi haus, lapar, basah, kotor, bosan, kesepian, rasa
ASI berubah, sakit, kolik yang akhirnya bayi sering menangis sehingga
bayi kelelahan kemudian daya menghisap kurang ibunya juga akhirnya
kesal dampaknya proses laktasi terganggu.
4. Bayi kembar, terkadang kondisi bayi kembar membuat perkiraan salah
yakni dengan menyangka ASI tidak cukup sehingga menyusu
bergantian atau bersama, bila bersama berbagai posisi dan setiap bayi
disusukan pada payudara bergantian.
5. Kondisi bayi premature atau BBLR, jika bayi mempunyai berat > 1800
gr boleh langsung menyusu, jika berat bayi antara 1500-1800 gr maka
harus dibantu suplemen dan minum ASI memakai cangkir, berat bayi
antara 1250-1500 gr bayi harus di infus dan setelah 24 jam ASI
diperah diberikan dengan cangkir atau nasogastric (pipa lambung) jika
berat bayi < 1250 maka ASI diperah dan diberikan lewat pipa lambung
serta (Rukiyah, 2011).
J. Cara Mengukur Volume ASI
Menurut Pollard (2015), penilaian produksi ASI dapat dilakukan dengan
banyak cara, salah satunya dengan mengukur volume ASI menggunakan
Pompa ASI.
Langkah-langkah melakukan Pompa ASI:
a. Mempersiapkan lingkungan untuk mengurangi rasa cemas dan
menambah kenyamanan
b. Dekatkan semua kebutuhan yang diperlukan
c. Cuci tangan dengan sabun dan air, dan gunakan seperangkat pompa
ASI yang bersih
d. Membersih kan payudara ibu dengan air hangat menggunakan handuk
atau tisu kering
e. Pastikan ibu merasa nyaman dan bayi tidak rewel.
f. Kemudian letakkan alat pemompa ASI dan gelas ukur untuk
menampung ASI nya

Institut Kesehatan Prima Nusantara


24

g. Massase payudara untuk mendorong terjadinya let down dan teruskan


selama prosedur berjalan
h. Cari lah posisi yang nyaman untuk dapat mempertahankan
i. Sanggah lah payudara dengan jari-jari yang mendatar pada iga di
bayah payudara dan ibu jari membentuk sudut yang tepat terhadap
jari-jari
j. Pastikan bahwa puting berada di tengah-tengah corong pelindung
payudara, ibu tidak boleh menekan corong terlalu keras pada jaringan
payudara karena dapat menimbulkan trauma.
k. Mulailah vakum dari yang paling rendah dan secara bertahap
meningkat.
l. Durasi pemompaan dapat dilakukan selama 15 menit untuk pompa
tunggal
m. Catat lah dan lihat berapa banyak pengeluaran ASInya
n. Minum air putih setelah memerah ASI.

K. Deskripsi Tanaman Kelor


Kelor (Moringa Oleifera Lam) merupakan tanaman perdu yang tinggi
pohonya dapat mencapai 10 meter, tumbuh subur mulai dari dataran rendah
sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut.Juga dapat tumbuh dengan
baik pada berbagai jenis tanah kecuali tanah ber-lempung berat dan menyukai
pH tanah netral sampai sedikit asam. Tanaman yang berasal dari dataran sekitar
himalaya, india, pakistan, dan afganistan ini tidak asing bagi keseharian
masyarakat di Nusa Tenggara Barat karena selain berfungsi sebagai pagar
hidup di pekarangan dan kebun, kelor merupakan salah satu jenis sayuran yang
banyak di konsumsi rumah tangga tani (Kurniasih, 2018).
Diberbagai belahan dunia seperti di Afrika, Etiopia, Sunda, Somalia,
Kenya dan Juga dipergunakan sebagai tanaman pionir karena tahan kekeringan
dan juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak.Pemberian daun kelor pada sapi
dilaporkan dapat meningkatkan pertambahan berat badan. Daun dan buah kelor
sebenarnya mempunyai nilai ekonomis karena sebagai petani dapat menjual
daun dan buah mudanya kepasar namun budidayanya belum banyak

Institut Kesehatan Prima Nusantara


25

dikembangkan dan dipelajari untuk dapat menghasilkan produksi daun yang


optimal dengan kualitas yang tinggi (Kurniasih, 2018)
Sebgai tanaman nonbudidaya, kelor dikenal dengan ketahananya terhadap
kekeringan dan penyakit kelor tumbuh dengan cepat dan mudah untuk
mengolah. Daun kelor, segar atau diolah menjadi bubuk kering, dapat
digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari dalam banyak cara: dalam siap
pakai makanan, jus, roti, pasta, goreng, bumbu, sup instan. Makanan ini dapat
digunakan dalam rumah tangga, sekolah kafetaria, apotek, bangsal bersalin,
pusat rehabilitasi gizi, serta restoran dan supermarket (Kurniasih, 2018)
L. Ragam Sebutan Tanaman Kelor

Di indonesia saja, tanaman kelor dikenal dengan berbagai nama. Di sunda


dan di melayu disebut kelor. Masyarakat sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo,
atau keloro. Orang-orang madura menyebutnya maronggih.Di aceh disebut
murong. Di Ternate dikenal sebagai kelo. Di sumbawa disebut kawona.
Sedangkan orang-orang minang mengenalnya dengan nama munggai.

Tabel 2.1 Nama Tanaman Kelor di Berbagai Negara

No Negara Nama Kelor


1 Benin Pattima
2 Burkina Faso Argentiga
3 Chad Kag n’dongue
4 Ethiopia Aleko, Haleko
5 Ghana Yevu-ti
6 Malawi Cham’mwanba
7 Nigeria Ewe ile
8 Senegal Neverday
9 Brazil Cedro
10 Colombia Angela
11 Costa Rica Marango
12 Cuba Palo jeringa
13 El Savador Teberinto
14 Somalia Dangap
15 Sudan Ruwang
16 Tanzania Mlong
17 Guetamala Perlas
18 Panama Jacinto
19 Zimbabwe Mupulanga
20 Bangladesh Sajina
21 Trinidad Saijan
22 Burma Candalonbin

Institut Kesehatan Prima Nusantara


26

23 Fiji Sajina
24 Pakistan Suhanjna
25 Thailand Marum
Sumber : Khatharina (2018)

P. Klasifikasi dan Penyebaran Tanaman Kelor

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Devisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera lam

2. Penyebaran

Kelor merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya Asia Selatan, dari
timur laut Pakistan, sebelah utara bengala barat di india dan timur laut
bengladesh di mana sering ditemukan pada ketinggian 1400 m dari permukaan
laut, di atas tanah aluvial baru atau dekat aliran sungai. Kelor dibudidayakan
dan telah beradaptasi dengan baik di luar jangkauan daerah asalnya, termasuk
seluruh Asia Selatan, dan di banyak negara Asia Tenggara, Semenanjung Arab,

Institut Kesehatan Prima Nusantara


27

tropis Afrika, Amerika Tengah, Karabia dan tropis Amerika Selatan. Kelor
menyebar dan telah menjadi naturalisasi di bagian lain pakistan, india dan
nepal, serta di Afganistan, Bangladesh, Sri lanka, Asia Tenggara, Asia Barat,
Jazirah Arab, Timur dan Afrika Barat, sepanjang Hindia Barat dan Selatan
Florida, di tengah dan selatan Amerika dari Meksiko ke Peru, serta di Brazil
dan Paraguay.

Pada mulanya, sebagian besar kelor tumbuh liar. Kini, seiring dengan
menyebarnya informasi tentang manfaat dan khasiatnya, kelor mulai
dibudidayakan untuk diambil polong yang dapat dimakan, daun, bunga, akar,
dan bijinya untuk dibuat minyak, dan digunakan secara luas dalam pengobatan
tradisional di seluruh negara dimana tanaman ini tumbuh dengan baik.

Q. Morfologi Tanaman Kelor

a. Akar (radix)

Tanaman kelor memiliki akar tunggang, berwarna putting. Kulit akar


berasa pedas dan berbau tajam, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris
halus tapi terang dan melintang.Tidak keras, bentuk tidak beraturan,
permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian
kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian besar
terpisah.Akar tunggang berwarna putih, membesar seperti lobak.

Akar yang berasal dari biji akan mengembang menjadi bonggol,


membengkak. Akar tunggang berwarna putih dan memiliki daun tajam yang
khas. Pohon yang tumbuh dari biji akan memiliki perakaran yang dalam,
membentuk akar tunggang yang lebar dan serabut yang tebal. Akar
tunggang tidak terbentuk pada pohon yang diperbanyak dengan stek.

b. Batang (Caulis)

Institut Kesehatan Prima Nusantara


28

Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki


ketinggian batang 7-12 meter, merupakan tumbuhan yang berbatang dan
termasuk jenis batang berkayu, sehingga batangnya keras dan
keras.Bentuknya sendiri adalah bulat (teres) dan permukaanya kasar.Arah
tumbuhnya lurus ke atas atau biasa yang disebut dengan tegak lurus
(erectus).
Percabangan pada batangnya terjadi secara simpodial dimana
batang pokok sukar ditentukan, karena dalam perkembangan selanjutnya,
batang pokok menghentikan pertumbuhanya atau mungkin kalah besar dan
kalah cepat pertumbuhanya dibandingkan cabangnya.Arah percabanganya
tegak (fastigiatus) karena sudut antara batang dan cabang amat kecil,
sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit lebih
serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokonya.

c. Daun (folium)

Daun kelor berasal dari pohon kelor, yang punya nama latin
moringa oleifera.Daun kelor di dukung oleh rentetan nutrisi yang penting
bagi tubuh, seperti vitamin A, B, dan C. Per 100 gram daun kelor juga
mengandung 95 kalori, 6,80 gram protein, 12,5 gram karbohidrat, dan 440
mg kalsium. Selain itu, daun kelor mengandung zat besi yang bias
mencegah anemia. Total kandungan nutrisi dalam 200 mg daun kelor
bahkan setara dengan 4 butir telur dan 2 gram susu.

Kelor memiliki daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun


berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat
muda berwarna hijau muda, setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun
bulat telur, panjang 1-2 cm, lebar 1-2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal
tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate),
permukaan atas dan bawah halus.

Daun kelor termasuk jenis daun bertangkai karena hanya terdiri


atas tangkai dan helaian saja.Tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi
atas agak pipih, menebal pada pangkalnya dan permukaannya

Institut Kesehatan Prima Nusantara


29

halus.Bangun daunya berbentuk bulat atau bundar (orbicularis), pangkal


daunya tidak bertoreh dan termasuk ke dalam bentuk bangun bulat telur.
Ujung dan pangkal daunya membulat (rotundatus) dimana ujungya tumpul
dan tidak membentuk sudut sama sekali hingga ujung daun merupakan
semacam busur. Susunan tulang daunya menyirip (penninervis), dimana
daun kelor mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke
ujung, dan merupakan terusan tangkai daun.

d. Bunga

Bunga kelor muncul di ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang,


kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas.Bunganya
berwarna putih kekuning-kuningan terkumpul dalam puncuk lembaga di
bagian ketiak dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau.Malai terkulai
10-15 cm, memiliki 5 kelopak yang mengelilingi 5 benang sari dan 5
staminodia.Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau
semerbak.

e. Buah atau Polong

Kelor berbuah sebelah berumur 12-18 bulan.Buah atau polong


kelor berbentuk segitiga memanjang yang disebut klentang (Jawa) dengan
panjang 20-60 cm. ketika muda berwarna hijau, setelah tua menjadi
cokelat.Biji di dalam polong berbentuk bulat, ketika muda berwarna hijau
terang dan berbuah berwarna cokelat kehitaman ketika polong matang dan
kering.Ketika kering, polong membuka menjadi 3 bagian.Dalam setiap
polong rata-rata berisi antara 12 dan 35 biji.

f. Biji
Biji kelor berbentuk bulat dengan lambung semi-permeabel berwarna
kecoklatan.Lambung sendiri memiliki tiga sayap putih yang menjalar dari
atas ke bawah.Setiap pohon dapat menghasilkan antara 15.000 hingga
25.000 biji/tahun. Berat rata-rata per biji adalah 0,3 g.

R. Manfaat bagian-bagian tanaman kelor di antaranya adalah :

Institut Kesehatan Prima Nusantara


30

Setiap bagian pohon kelor (Moringa oleifera) kaya akan manfaat bagi
kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut.

a. Daun

Gambar 2.3 Daun Kelor Segar (Katharina, 2018)

Manfaat daun kelor terdapat gizi, obat-obatan. Daun kelor adalah


bagian yang mengandung banyak manfaat.Secara umum, dapat
dikonsumsi karena mengandung gizi dan protein tinggi. Yang mana sangat
dibutuhkan oleh ibu menyusui untuk produksi ASI
Kelor merupakan sumber gizi berkhasiat obat yang kandunganya di
luar kebiasaan kandungan tanaman pada umunya.Hal ini terbukti secara
ilmiah.Sehingga kelor diyakini memiliki potensi untuk mengakhiri
kekurangan gizi, kelaparan, serta mencegah dan menyembuhkan berbagai
penyakit di seluruh dunia.Kelor benar-benar tanaman ajaib, dan karunia
dari tuhan untuk hambanya.(Katharina, 2018)

b. Akar
Akar bermanfaat sebagai antilithic (pencegah/penghancur
terbentuknya batu urine), rubefacient (obat kulit kemerahan), vasicant
(menghilangkan kutil), karminatif (perut kembung), antifertilitas, anti-
inflamasi (peradangan), stimulan bagi penderita lumpuh, bertindak sebagai
tonik/memperbaiki peredaran darah jantung, digunakan sebagai

Institut Kesehatan Prima Nusantara


31

penghancar, mengobati rematik, radang, sakit artikular, punggung bawah


atau nyeri ginjal dan sembelit.
c. Biji
Ekstrak biji memberikan efek perlindungan yang menurunkan lipid
peroksida hati, antihipertensi, senyawa isothiocyanate thiocarbamate dan
glycosids telah diisolasi dari fase asetat dari ekstrak etanol polong kelor.
d. Getah
Getah dari tanaman kelor digunakan untuk karies gigi, dan zat
rubefacient, getahnya dicampur dengan minyak wijen, digunakan untuk
meredakan sakit kepala, demam, keluhan usus, disentri, asam dan kadang-
kadang digunakan sebagai aborsi, serta untuk mengobati sifilis dan
ramatik.
e. Batang
Batang kelor memiliki fungsi sebagai rubefacient, vasicant dan
gunakan untuk menyembuhkan penyakit mata dan untuk pengobatan
pasien mengigau, mencegah pembesaran limpa dan pembentukan kalenjar
TB leher (gondok), untuk menghancurkan tumor dan untuk
menyembuhkan bisul. Jus dari kulit akar yang dimasukkan kedalam
telinga untuk meredakan sakit telinga dan juga ditempatkan di rongga gigi
sebagai penghilang rasa sakit, dan memiliki aktivitas anti-TBC.
S. Kandungan Daun Kelor

Gambar 2.4
Kesetaraan Kandungan Unsur Gizi dalam Daun Kelor (Katharina, 2018)

Institut Kesehatan Prima Nusantara


32

Orang-orang dulu, berdasarkan pengalaman (belum ada data


penelitian pendukung) mengatakan bahwa daun kelor dapat mencegah
ratusan macam apa penyakit.Sekarang, dalam perkembangan ilmu
pengetahuan, berhasil diteliti bahwa ternyata di dalam daun-daun kecil
kelor terkandung unsur gizi yang “tidak masuk akal” yang dapat
memperkuat tubuh manusia dan mencegah berbagai macam penyakit.

Dibandingkan dengan buah atau minuman yang serat dengan


kandungan unsur gizi tertentu, maka setiap setiap lembaran daun kelor
segar dalam satuan berat yang sama, setara dengan (lihat tabel kesetaraan
kandungan unsur gizi dalam daun kelor, pada hal. 41).

Semua unsur gizi yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak,


vitamin, dan mineral, terkandung di dalam daun kelor tersebut.Oleh karna
itu, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa daun kelor merupakan
tumbuhan yang mampu memenuhi hampir seluruh kebutuhan gizi
manusia.

Hasil analisa menunjukkan bahwa daun kelor memiliki kandungan


gizi yang sangat penting untuk mencegah berbagai macam penyakit.Di
samping itu, juga mengandung semua unsur asam amino yang penting
(esensial).Ini merupakan suatu sumber yang luar biasa dari
tumbuhan.Semua kandungan gizi yang terdapat dalam daun kelor segar
akan mengalami peningkatan (konsentrasinya) apabila dikonsumsi setelah
dikeringkan dan dilumatkan dalam bentuk serbuk (tepung).

Perbandingan vitamin-vitamin yang terdapat dalam daun kelor


segar dengan daun kelor yang telah dikeringkan dan dilumatkan dalam
bentuk serbuk (tepung) dalam satuan berat yang sama dapat dilihat pada
tabel berikut.

Jumlah kandungan gizi yang terkandung dalam buah-buahan


maupun sayur-sayuran dapat berbeda-beda tergantung pada varietas,
musim, iklim, dan kondisi tanah tempat ditanam. Analisa yang berbeda
akan menghasilkan perhitungan yang berbeda pula.Sebagai contoh,

Institut Kesehatan Prima Nusantara


33

beberapa studi menunjukkan bahwa kandungan kalium yang terdapat


dalam daun kelor lebih rendah dan kandungan zat besi lebih tinggi dari
pada yang ditampilkan dalam tabel berikut.

Unsur asam amino yang dikemukakan pada kolom “daun segar”


dalam tabel menggambarkan kandungan asam amina dalam tiap 100 g
daun kelor segar yang dikonversi dari penemuan C. Gopalan, et al., dalam
setiap g nitrogen.

Informasi kandungan gizi daun kelor segar yang dipaparkan di atas


merupakan hasil analisa C. Gopalan, et al., yang telah dilakukan di
National Institute of Nutrition in Hyderabad, India.

Sementara, informasi mengenai kandungan gizi “Daun Kelor


Kering” merupakan hasil analisa Lowell J. Fuglie yang disponsori oleh
Church World Service and the Departement of Engineering at the
University of Leicester and performed by Campden and Chorleywood
Food Research Association in Gloucestershire, Inggris dalam rangka
proyek Alternative Action for African Development (AGADA).

Table 2.2 Kandungan Protein, Lemak, Vitamin, dan Mineral Daun


Kelor ( tiap 100 g daun)

Unsur Daun Kelor

Protein 6,80 g

Lemak 1,70 g

Beta Cerotene (Vit.A) 6,78 mg

Thiamin (B1) 0,06 mg

Institut Kesehatan Prima Nusantara


34

Riboflavin (B2) 0,05 mg

Niacin (B3) 0,8 mg

Vitamin C 220 mg

Kalsium 440 mg

Kalori 92 kal

Karbohidrat 12,5 g

Tembaga 0,07 mg

Serat 0,90 g

Zat Besi 0,85 mg

Magnesium 42 mg

Fosfor 70 mg

Seng 0,16mg

Fitosteros 3 gr

Sumber :Katharina (2018)

T. Kandungan Daun Kelor Dibandingkan dengan Makanan Umum.

Kandungan gizi antara daun kelor segar dengan makanan umum


dalam g per g (g/g).

Institut Kesehatan Prima Nusantara


35

Gambar 2.5
Minuman Suplemen-obat-parfum dari tumbuhan kelor (Katharina, 2018)

Perlu diketahui, kandungan gizi makanan umum juga sangat


tergantung pada varietas, musim, iklim, dan kondisi tanah tempat sumber
atau penghasil makanan itu ditanam, sebagai contoh, beberapa studi
menunjukkan kandungan zat besi yang lebih tinggi pada bayam dan
kandungan kalium yang lebih tinggi pada pisang.

Badan Dan Cara membuat air seduhan daun kelor

Bahan:

a. Daun kelor 100 g


b. Air matang 250 ml
c. Daun salam 1 buah
d. Bawang merah ½ suing
e. Bawang putih ½ suing
f. Garam ¼ sendok
g. Gula merah ½ bagian
Cara mengolah:
1. Ambillah satu sampai tiga tangkai daun kelor
2. Cuci bersih daun kelor lalu bersihkan

Institut Kesehatan Prima Nusantara


36

3. Masukkan air matang 250 ml tunggulah mendidih lantas masukkan


daun kelor
4. Tambahkan 1 lembar daun salam, irisan bawang merah ½ suing
serta bawang putih ½ suing, garam ¼ sendok teh serta dapat pula
di tambah sedikit gula merah ½ bagian
5. Cukup rebus kurang lebih 30 menit (Purwanto, 2015).
Rebusan daun kelor diberikan sebanyak 250 cc dalam sehari dan
diberikan selama 1 kali sehari dalam seminggu. Kebutuhan ibu
menyusui protein per harinya yaitu sebanyak 17 gram, sehingga
pemberian rebusan daun kelor dapat membantu untuk produksi ASI.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


37

W. Kerangka Teori
Pada penelitian ini dapat digambarkan kerangka teori yang
digunakan sebagian besar penelitian dimana daun kelor mempengaruhi
produksi ASI pada ibu menyusui sebagai berikut:

Daun Kelor

Mengandung
senyawa fitosterol

Senyawa yang
mempunyai efek
laktogagum Kualitas ASI baik
diantaranya sterol

Sterol merupakan Produksi ASI Meningkat


senyawa golongan
steroid

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian


Sumber : Maryunani (2012), Kurniasih (2018), Katharina (2018)

Institut Kesehatan Prima Nusantara


38

X. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah mencoba untuk
melihat pengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap produksi ASI
pada ibu menyusui sebagai berikut:

Produksi ASI Setelah di


Produksi ASI Sebelum di Rebusan Daun
Berikan Daun Kelor
Berikan Daun Kelor Kelor

Skema 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Rebusan Daun Kelor


Terhadap produksi ASI pada Ibu Menyusui.

Y. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian
(Notoatmodjo, 2012)
Hipotesis penelitian yang di uji yaitu:
Ha: Ada pengaruh antara rebusan daun kelor terhadap produksi ASI pada
ibu menyusui di PMB Bidan “L” dan Bidan “R” Bukittinggi Tahun
2019.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


39

Z. Definisi Operasional Penelitian


Definisi Operasional Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Kelor
Terhadap Produksi ASI pada Ibu Menyusui.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala


Operasional
ukur Ukur
1. Rebusan daun Daun tanaman kelor Timbangan Observasi - -
kelor memiliki
karakteristik
bersirip tak
sempurna, kecil,
berbentuk telur,
sebesar ujung jari.
Rebusan daun kelor
dibeikan 1 kali
sehari dalam
seminggu.
2. Produksi ASI ASI dihasilkan oleh Pompa/gelas Observasi Dalam Rasio
Sebelum kalenjar payudara
ukur Volume
diberikan wanita melalui
rebusan daun proses laktasi, Asi
kelor produksi ASI dapat
meningkat atau
menurun pada
stimulasi pada
kalenjar payudara
terutama pada
minggu pertama
laktasi .
3. Produksi ASI ASI dihasilkan oleh Pompa/gelas Observasi Dalam Rasio
Setelah kalenjar payudara
ukur volume
diberikan wanita melalui
rebusan daun proses laktasi, ASI
kelor produksi ASI dapat
meningkat atau
menurun pada
stimulasi pada
kalenjar payudara
terutama pada
minggu pertama
laktasi .

Institut Kesehatan Prima Nusantara


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif


dengan menggunakan metode pre eksperimen yang berfungsi untuk
mengetahui segala gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari
adanya perlakuan tertentu, pendekatan yang digunakan pada pra
eksperimen ini adalah “one grup pretest posttes” dalam “one grup pretest
posttes” ini penelitian membandingkan sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan (intervensi) (Notoadmojo, 2010).

INPUT PROSES OUPUT

pretest Intervensi posttest

01 02

Keterangan :
01 : pengukuran kecukupan ASI sebelum dilakukan intervensi
X : pemberian rebusan daun kelor
02 : Pengukuran kecukupan ASI setelah dilakukan intervensi

B. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti yang
(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
post partum yang berada di PMB Sekota Bukittinggi Kabupaten
Agamyaitu sebanyak 25 orang.

40
Institut Kesehatan Prima Nusantara
41

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(Suharsimi Arikunto, 2010). Sampel penelitian ini adalah ibu post
partum di PMB Sekota Bukittinggi Kabupaten Agam
Besar sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti
atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Dengan perhitungan menggunakan Rumus Isaac dan Michael (2013)
sebagai berikut:
N ( z)2 . p . q
n=
d ( N −1 )+ z 2 . p . q

Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui (50%=0,5)
d = Tingkat kepercayaan (95% atau 0.05)
z = nilai standar untuk α = 0,05 atau 1.96
q = 1-p (100%-p)

Maka
N ( z)2 . p . q
n=
d ( N −1 )+ z 2 . p . q

25(1.96)2 .0.5 .0 .5
n=
0.05 ( 25−1 ) +1.962 .0 .5 .0 .5

25(3.8416).0 .5 .0 .5
n=
0.05 ( 24 ) +3,8416.0.5 .0 .5

25(3.8416).0 .5 .0 .5
n=
0.05 ( 24 ) +3,8416.0.5 .0 .5

Institut Kesehatan Prima Nusantara


42

24.01
n=
2.1604

n=11.11
= 11
di bulatkan menjadi 11 sampel
perhitungan yang dilakukan mendapatkan benar sampel 11 responden
Sampel harus memenuhi criteria sebagai berikut:
a. Criteria inklusi
Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
yang dapat diambil sebagai sampel dan memenuhi syarat sebagai sampel
(Notoadmojo, 2010). Sampel yang di ambil sebanyak
1. Ibu nifas 10 hari Post Partum
2. Ibu nifas yang bersedia menjadi responden
3. Ibu yang tidak menggunakan KB hormone yang mengandung hormone
estrogen
4. Ibu menyusui tidak menggunakan obat pelancar ASI.
5. Ibu yang tidak mengkonsumsi Rokok
6. Ibu yang tidak mengkonsumsi Alkohol
b. Kriteria ekslusif
Kriteria esklusif adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak akan dijadikan
sampel, karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Notoadmojo, 2010).
1. Ibu tidak bersedia menjadi responden
C. Metode Pengumpulan Data
Data hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta maupun angka. Data
dalam pen elitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Saryono
(2013), ada 2 metode untuk memperoleh data yaitu :
1. Data Primer
Merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari responden. Data
primer peneliti menggunakan pre test, pemberian Daun kelor dan post test yang
dibuat oleh peneliti yang terdiri pernyataan dari variabel pemberian daun kelor
terhadap variabel volume ASI. Setelah semua data terkumpul, kemudian barulah
peneliti melakukan perhitungan komputerisasi .

Institut Kesehatan Prima Nusantara


43

Tahapan-tahapan pengumpulan data antara lain :


a. Tahapan persiapan
Tahapan persiapan merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian.
1) Permohonan izin dari pihak Prodi Sarjana Terapan Kebidanan untuk
melakukan studi pendahuluan.
2) Menentukan lokasi penelitian yaitu di PMB Bidan “L” dan Bidan “R”
Bukittinggi Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang akan
mendukung penelitian
3) Menyusun proposal penelitan
4) Konsultasi dengan pembimbing.
b. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian setelah tahap persiapan
dilakukan, adapun langkah-langkah yang akan dilakukan pada tahan
pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1) Penelitian memohon surat izin penelitian kepada Jurusan Sarjana Terapan
Kebidanan.
2) Peneliti mengumpulkan data Primer Dan Sekunder.
3) Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.
4) Peneliti memberikan informed consent atau lembar persetujuan klien untuk di
tanda tangani sebagai bentuk bukti persetujuan menjadi responden.
5) Peneliti melakukan pengukuran Volume ASI yang pertama sebelum diberikan
rebusan daun kelor
6) Responden yang diberikan Rebusan daun kelor di berikan selama 7 hari.
Dengan berat 100 gram .
7) Peneliti melakukan pengukuran volume ASI setelah diberikan rebusan daun
kelor
B. Tahap Akhir
Pada tahap akhir dilakukan perekapan data, pengelolahan data
menggunakan komputerisasi, penarikan kesimpulan, dan
pendokumentasian hasil penelitian sebagai bukti uji instrument penelitian.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


44

1. Data Sekunder
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung dari objek peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari data ibu menyusui yang ada di PMB Bidan “L” dan Bidan
“R” Bukittinggi tahun 2019.
1. Tempat dan Waktu Peletian
Tempat penelitian telah dilakukan di PMB Bidan “L” dan Bidan
“R” Bukittingi. Waktu penelitian dilaksanakan di bulan Agustus s/d
September.
A. Etika penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari
institusi tempat penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut
Milton dalam Notoatmodjo,2010;202) :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian
tersebut.Disamping itu, penneliti juga memberikan kebebasan kepada
subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi
(berpatisipasi).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap
orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada
orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek.
3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian.Untuk itu, lingkungan
penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip
keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


45

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing


harms and benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada
khususnya.Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subjek.
2. Teknik Analisis Data
1. Pengolahan data
Analisis data dilakukan untuk memberikan kemudahan dalam
menginterprestasikan hasil penelitian. Untuk itu data diolah
terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data menjadi informasi.
Data yang diperoleh di olah dengan komputer menggunakan
program SPSS. Dalam Notoadmojo (2012) proses pengolahan data
tersebut melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan data (Editing)
Hasil wawancara, pengamatan dari lapangan telah dilakukan
penyuntingan(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah
merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan formulir atau
lembar ceklis tersebut:
1. Apakah lengkap
2. Apakah tulisan cukup jelas terbaca
b. Pengkodean (Coding)
Coding kegiatan pemberian kode atau peng “kodean” yakni
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan untuk memudahkan dalam menginterprestasikan
hasil penelitian.
c. Processing (memperoleh data)
Memperoleh data agar dapat dianalisis.
d. Tabulating
Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diingginkan oleh peneliti.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


46

e. Cleaning (pembersihan)
Merupakan bagian pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan untuk memastikan data tersebut ada kesalahan atau
tidak.
2. Analisi Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka komponen variabel
penelitian dapat dilakukan analisis. Analisis data yang dilakukan
dalam 2 tahap yaitu:
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, pada
umumnya dalam analisa univariat ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentasi setiap variable (Notoatmodjo,
2015)
b. Analisis Bivariat
Pengaruh pemberian daun kelor terhadap produksi ASI dengan
melihat pretest dan posttest.Data pada penelitian ini tidak
berdistribusi normal sehingga peneliti menggunakan uji Wilcoxon,
di dapatkan p Value 0,003 kurang dari 0,005 sehingga Ha diterima.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian


rebusan daun kelor terhadap produksi ASI pada ibu menyusui di PMB
Bidan “L” dan Bidan “R” Bukittinggi tahun 2019. Tekhnik pengambilan
sampel ini dilakukan dengan cara non probality sampling dengan
menggunakan purposive sampling. Adapun sampel dalam penelitian ini
berjumlah 11 orang. Data dikumpulkan dengan cara melakukan
pengukuran volume ASI sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun
kelor. Penelitian ini dilakukan di PMB Bidan “L” dan Bidan “R”
Bukittinggi mulai Agustus 2019 – September 2019.
1. Analisa Univariat
a. Rata-Rata Produksi ASI ibu sebelum pemberian rebusan daun kelor
di PMB Sekota Bukittinggi Kabupaten Agam Tahun 2019. Analisa
univariat ini membahas tentang rata-rata produksi ASI pada ibu
menyusui sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikan
rebusan daun kelor. Hasil analisa univariat tersebut dapat dilihat
pada penjelasan di bawah ini

Tabel 4.1
Diketahui Rata-rata Produksi ASI Sebelum diberikan rebusan daun
kelor Pada Ibu Menyusui Di PMB Sekota Bukittinggi Kabupaten
Agam Tahun 2019
Variabel Mean SD Min-Max 95% CI n

Pretest 15.27 5.461 5-20 11.60-18.94 11

Berdasarkan Tabel 4.1 di dapatkan bahwa diketahui rata-rata


Produksi ASI pada kelompok intervensi (pretest) yaitu 15.27 dengan
standar deviasi 5.461 nilai minimum adalah 5 dan maksimum 20 Dari hasil
istimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% di yakini rata-rata

47
Institut Kesehatan Prima Nusantara
48

produksi ASI pada kelompok intervensi pretest antara 11.60 sampai


dengan 18.94

Tabel 4.2
Diketahui Rata-Rata Produksi ASI Sesudah diberikan daun kelor
Pada Ibu Menyusui Di PMB Sekota Bukittinggi Kabupaten Agam
Tahun 2019

Variabel Mean SD Min-Max 95% CI n


Posttest 47.91 14.439 20-65 38.21-57.61 11

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa diketahui rata-rata


produksi ASI pada kelompok intervensi (posttest) yaitu 47.91 dengan
standar deviasi 14.439 Nilai minimum adalah 20 dan maksimum 65. Dari
hasil istimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% di yakini rata-rata
produksi ASI pada kelompok intervensi posttest antara 38.21 sampai
dengan 57.61
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan tingkat normalitas
sebaran data hasil penelitian dan merupakan uji prasyarat untuk
menentukan jenis uji hipotesa yang digunakan.
Tabel 4.3
Uji normalitas Shapiro-Wilk
Variabel n Sig
Pretest Produksi ASI 11 0,021
Posttest Produksi ASI 11 0,029

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa hasil uji normalitas


(Shapiro Wilk) didapatkan nilai p value < 0,05 dan hal ini
menunjukkan sebaran data hasil penelitian adalah normal, sehingga
memenuhi syarat untuk melanjutkan pada uji statistic parametric,
dalam hal ini menggunakan uji Wilcoxon.

2. Analisa Bivariat
Analisi bivariat dilakukan untuk mengetahui keterkaitan anatara dua
variable atau lebih yang diduga memiliki keterkaitan antara satu dengan yang

Institut Kesehatan Prima Nusantara


49

lainya.Pada penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui


pengaruh rebusan daun kelor terhadap produksi ASI pada ibu menyusui di
PMB Bidan “L” dan Bidan “R” Bukittinggi Tahun 2019.

Tabel 4.4
pengaruh dari pemberian rebusan daun kelor terhadap
peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui di PMB Sekota
Bukittinggi Kabupaten Agam Tahun 2019

Variable Mean SD P Value n


Sebelum 15.27 5.461 0,003 11
Sesudah 47.91 14.439

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa rata-rata produksi ASI


sebelum diberikan intervensi pada kelompok intervensi adalah pada
kelompok intervensi 15.27 dengan standar deviasi 5.461 sedangkan rata-
rata produksi ASI setelah diberikan intervensi adalah 47.91 dengan standar
deviasi 14.439 hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p = (0,003<0,05)
menunjukkan adanya pengaruh rebusan daun kelor terhadap produksi ASI
pada ibu menyusui di PMB Bidan “L” dan Bidan “R” Bukittinggi Tahun
2019.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


BAB V
PEMBAHASAN

A. Interprestasi dan Diskusi

1. Analisa Univariat
a. Diketahui Rata-Rata Produksi ASI Sebelum Intervensi Pada Ibu
Menyusui di PMB Bidan “L” dan Bidan “R” Bukittinggi Tahun
2019.
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui rata-rata produksi ASI sebelum
konsumsi rebusan daun kelor adalah 15.27 dengan standar 5.461
Volume ASI minimum adalah 5 dan maximum 20 hasil estimasi dapat
disimpulkan bahwa 95% CI (Confident Interval) diyakini rata-rata
Produksi ASI konsumsi rebusan daun kelor adalah 11.60-18.94.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan untuk bayi. Air Susu Ibu
Khusus dibuat untuk bayi manusia.Kandungan gizi dari ASI sangat
khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang
bayi.ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang
sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi
yang terdapat dalam ASI tersebut.ASI mengandung zat-zat gizi
berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan bayi/anak (Maryunani, 2012).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan bahan makanan pertama dan
tunggal yang paling baik, paling sesuai dan paling sempurna bagi bayi,
teruama pada saat-saat permulaan kehidupan.Kecukupan jumlah serta
kualitas ASI yang harus diberikan sangat menentukan perkembangan
dan pertumbuhan bayi, agar tetap dalam keadaan sehat.Kecukupan
jumlah maupun kualitas ASI sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi
ibunya sewaktu hamil hingga menyusui. Karena, selama kehamilan
dengan periode menyusui si ibu tidak boleh menderita kekurangan gizi
(Astutik, 2015)
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh

50
Institut Kesehatan Prima Nusantara
51

kelenjar mamae ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Maryunani,


2012).
Beberapa kendala dalam hal pemberian ASI karena produksi ASI
ibu yang sedikit, ibu tidak percaya diri bahwa dirinya mampu menyusui
dengan baik sehingga mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lingga Murtiana
(2011), dimana didalam penelitian tersebut dijelaskan salah satu faktor
yang menghambat produksi ASI ibu menyusui tersebut yaitu faktor
makanan yang bergizi dan psikologis ibu.Dimana hasil penelitian
lakukan sebelum diberikan daun kelor di dapatkan volume ASI 10-25
cc.
Menurut penelitian Zakaria (2016) penyebab rendahnya pemberian
ASI ekslusif, salah satu diantaranya adalah asupan gizi yang rendah dan
ibu menyusui merasa jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup untuk
memenuhi permintaan bayi, disamping masih ada promosi susu formula
pengganti ASI.
Menurut Roslin (2018) terdapat beberapa alasan responden gagal
memberikan ASI ekslusif, alasan utama adalah karena kesibukan ibuk
yang harus bekerja sehingga tidak dapat memberikan ASI secara terus
menerus selama kerja sehingga perlu memberikan susu formula sebagai
pengganti ASI.
Menurut asumsi peneliti bahwa, kelompok intervensi pretest pada
hari ke 10 seluruhnya didapatkan volume ASI minimum adalah 5 dan
maksimum adalah 20. Dari hasil wawancara ternyata salah satu faktor
yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah kurangnya asupan
gizi yang didapatkan oleh ibu sehingga kelenjar pembuat ASI tidak
dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup untuk
membentuk produksi ASI yang baik makanan yang dikonsumsi ibu
harus memenuhi jumlah kalori, protein, dan vitamin serta mineral yang
cukup. Daun kelor mampu meningkatkan ASI karena mengandung gizi
dan protein yang tinggi yang mana sangat dibutuhkan oleh ibu
menyusui untuk produksi ASI. Rata-rata dari mereka masih kurang

Institut Kesehatan Prima Nusantara


52

mengetahui tentang manfaat dari daun kelor. Peneliti sudah


memberikan edukasi tentang cara untuk meningkatkan produksi ASI
salah satunya yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang memiliki gizi
dan protein yang tinggi, perawatan payudara, dan istirahat yang cukup.

b. Diketahui Rata-rata Produksi ASI Sesudah Intervensi Pada Ibu


Menyusui di PMB Sekota Bukittinggi Kabupaten Agam Tahun
2019.
Berdasarkan table 4.2 diketahui rata-rata produksi ASI konsumsi
rebusan daun kelor adalah 47.91 dengan standard deviasi 14.439
produksi ASI minimum adalah 20 dan maksimum adalah 65 hasil
estimasi dapat disimpulkan bahwa 95% CI (Confident Interval) diyakini
rata-rata produksi ASI sesudah konsumsi daun kelor adalah 38.21-
57.61.
Untuk mendukung produksi ASI yang cukup dan agar bayi ibu
memiliki status gizi yang baik, maka bahan makanan yang dianjurkan
pada ibu menyusui berupa sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
dan mineral (Maryunani, 2012).Ibu menyusui harus memperhatikan
hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas ASI.Salah satu yang dapat
dilakukan oleh ibu menyusui yaitu dengan mengkonsumsi sayur-
sayuram dan buah-buahan yang dapat meningkatkan volume ASI
seperti mengkonsumsi Daun Kelor, daun kacang panjang, pucuk daun
labu kuning, dan daun katuk.
Hasil penelitian yang peneliti lakukan setelah diberikan rebusan
daun kelor pada ibu menyusui mengalami peningkatan karna pada daun
kelor tersebut terdapat kandungan nutrisi dalam setiap 100 gram daun
kelor mengandung 95 kalori, 6,80 gram protein, 12,5 gram kerbohidrat,
dan 440 mg kalsium. Selain itu, daun kelor mengandung zat besi yang
bias mencegah anemia. Total kandungan nutrisi dalam 200 mg daun
kelor bahkan setara dengan 4 butir telur dan 2 gram susu.
Daun kelor juga mengandung senyawa fitosterol yang dapat
meningkatkan produksi ASI kadar prolaktin. Berbagai substansi dalam

Institut Kesehatan Prima Nusantara


53

laktogogum memiliki potensi dalam menstimulasi hormone oksitosin


dan prolactin seperti Alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan
substansi lainya paling efektif dalam meningkatkan memperlancar
produksi ASI.
Menurut asumsi peneltian, kelompok intervensi yang diberikan
rebusan daun kelor ini mengalami peningkatan produksi ASI dimana
volume ASI yang minimum adalah 20 dan maksimum adalah 65
dikarnakan ibu telah mengkonsumsi rebusan daun kelor dimana
kandungan yang terdapat pada daun kelor adalah protein 6,80 gram,
lemak 1,7 gram, vitamin C 220 mg, kalsium 440 mg, kalori 92 kal,
karbohidrat 12,5 garm, zat besi 0,85 mg, dimana hal tersebut sudah
mencukupi kebutuhan ibu menyusui sehingga dengan mencukupi
kebutuhan nutrisi pada masa menyusui juga dapat memberikan dampak
positif terhadap proses laktasi dalam proses menyusui dan secara tidak
langsung akan membantu dalam program ASI ekslusif selama 6 bulan.
2. Analisis Bivariat
a. Diketahui rata-rata sebelum dan sesudah intervensi terhadap
peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui di PMB Sekota
Bukittinggi Kabupaten Agam Tahun 2019.
Dapat diketahui rata-rata produksi ASI sebelum pemberian
rebusan daun kelor yaitu 15.27 sedangkan rata-rata produksi ASI
yang didapatkan sesudah diberikan daun kelor yaitu 47.91
perbedaan rata-rata produksi ASI sebelum dan sesudah intervensi
adalah 32.64 Hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Wilcoxon
di dapatkan hasil nilai p value = 0.003 (p<0,05) menunjukkan
adanya pengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap produksi
ASI pada ibu menyusui di PMB Sekota Bukittinggi Kabupaten
Agam Tahun 2019.
Adanya peningkatan produksi ASI Karena senyawa
fitosterol dan kandungan lainya yang terkandung di dalam daun
kelor yang sangat berperan penting dalam proses meningkatkan

Institut Kesehatan Prima Nusantara


54

kadar prolaktin dan menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin


sehingga produksi ASI menjadi meningkat.
Menurut Zakaria (2016) bahwa faktor makanan
berpengaruh signifikan terhadap produksi ASI selain faktor psikis
dan isapan bayi.Daun kelor merupakan bahan makanan local
memiliki potensi untuk dikembangkan dalam kuliner ibu
menyusui, karena mengandung senyawa fitosteros yang berfungsi
meningkatkan dan memperlancar produksi ASI (efek laktagogum).
Reflek prolaktin secara hormonal untuk memproduksi ASI, waktu
bayi menghisap putting payudara ibu, terjadi rangsangan
neorohormonal pada puting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini
diteruskan ke hipofise melalui vagus, kemudian lobus anterior.
Dari lobus ini akan mengeluarkan hormone prolaktin, masuk ke
peredaran darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI.
Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
Hal ini sejalan dengan penelitian Endang Suwanti (2016).
Pengaruh konsumsi ekstrak daun katuk terhadap kecukupan ASI
pada ibu menyusui di klaten yaitu uji pengaruh chi square
diperoleh hasil nilai p = 0,002, kesimpulan ada pengaruh yang
signifikan konsumsi daun katuk terhadap kecukupan ASI (p =
0.000).
Menurut asumsi peneliti, bahwa ada pengaruh pemberian
rebusan daun kelor terhadap produksi ASI dikarnakan ibu yang
sebelumnya yang tidak pernah mengkonsumsi daun kelor ataupun
tidak mengetahui manfaat dari daun kelor untuk meningkatkan
produksi ASI ditambah lagi ada beberapa ibu menyusui tidak mau
mengkonsumsi sayur-sayuran dan kurang juga mengkonsumsi
buah-buahan, jadi dengan peneliti memfasilitasi ibu untuk
mengkonsumsi rebusan daun kelor setiap hari sehingga asupan gizi
dan protein ibu tercukupi untuk peningkatan produksi ASI.

Institut Kesehatan Prima Nusantara


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian tentang pengaruh rebusan daun kelor terhadap


produksi ASI pada ibu menyusui di PMB Bidan “L” dan Bidan “R”
Bukittinggi Tahun 2019 yang telah dilakukan pada tanggal 20 Agustus
sampai dengan 5 September 2019, dapat di tarik kesimpulan:
1. Bahwa rata-rata produksi ASI sebelum pemberian daun kelor adalah
Mean 15.27
2. Rata-rata produksi ASI sesudah pemberian daun kelor adalah mean
47.97
3. Pengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap produksi ASI pada
ibu menyusui adalah di dapatkan hasil signifikan sebesar 0,03 kurang
dari 0,05 sehingga Ha diterima yang artinya ada pengaruh pemberian
rebusan daun kelor terhadap produksi ASI pada ibu menyusui di PMB
Bidan “L” dan Bidan “R” Bukittinggi tahun 2019.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk
melakukan penelitian bagi peneliti selanjutnya. Serta penelitian ini
hendaknya dapat menambah referensi mahasiswa tentang peningkatan
produksi ASI, sehingga mahasiswa dapat meningkatkan
kemampuanya agar terampil dalam memberikan konseling tentang
pentingnya membantu ibu menyusui dalam peningkatan produksi ASI
sehingga dapat meningkatkan pemberian ASI ekslusif.
2. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
serta pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Dengan
adanya penelitian ini peneliti dapat mengetahui tentang pengaruh
rebusan daun kelor terhadap produksi ASI pada ibu menyusui di PMB
sekota bukittinggi kabupaten agam tahun 2019.

55
Institut Kesehatan Prima Nusantara
56

3. Bagi Responden
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu
tentang pengaruh mengkonsumsi daun kelor terhadap peningkatan
produksi ASI dengan mengkonsumsinya secara rutin sehingga ibu bisa
memberikan ASI ekslusif.

Institut Kesehatan Prima Nusantara

Anda mungkin juga menyukai