TINJAUAN PUSTAKA
Air susu ibu (ASI) adalah makanan untuk bayi. Air susu ibu khusus
dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan
sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI
mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat
dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak
(Maryunani, 2012).
ASI merupakan bahan makanan pertama dan tunggal yang paling baik,
paling sesuai dan paling sempurna bagi bayi, terutama pada saat-saat
permulaan kehidupan.Kecukupan jumlah serta kualitas ASI yang harus
diberikan sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan bayi, agar
tetap dalam keadaan sehat.Kecukupan jumlah maupun kualitas ASI sangat
dipengaruhi oleh keadaan gizi ibunya sewaktu hamil hingga
menyusui.Karena , selama kehamilan dengan Periode Menyusui si ibu
tidak boleh menderita kekurangan gizi (Sitepoe, 2013).
Oleh karna itu, setiap ibu yang menyusui bayinya, produksi air susunya
harus tetap dipertahankan sesuai kebutuhan bayi. Untuk itu perlu
diperhatikan untuk tetap menjaga kesehatan ibu dengan cara memberikan
makanan yang bergizi setiap hari, terutama makanan yang terdiri dari
protein, lemak karbo hidrat, mineral, dan vitamin-vitamin kepadanya
(Sitepoe, 2013).
Menurut para ahli, sampai usia 6 bulan bayi tidak membutuhkan
makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu
ibu saja tanpa tambahan cairan lain, baik susu formula, jeruk, madu, air
teh, bahkan air putih sekalipun. Bayi juga tidak diberi makanan padat lain
seperti pisang, bubur susu, pepaya, biskuit, bubur nasi, tim, atau yang lain
(Sitepoe, 2013)
6
Institut Kesehatan Prima Nusantara
7
B. Manfaat ASI
Merekomendasikan untuk menyusui secara ekslusif dalam 6 bulan
pertama kehidupan bayi dan melanjutkanya untuk waktu dua tahun atau
lebih, Karena ASI sangat seimbang dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi yang baru lahir dan merupakan satu-satunya makanan yang
dibutuhkan sampai usia enam bulan. Keuntungan dalam menyusui adalah
bahwa ASI langsung tersedia, tidak mengeluarkan biaya, dapat diberikan
langsung bila dibutuhkan dan pada suhu yang tepat, dan bayi dapat
mengatur jumlah yang dibutuhkanya pada setiap waktu menyusu. Bahan-
bahan yang terdapat dalam ASI sifatnya ekslusif, tidak dapat ditiru oleh
susu formula, dan memberi banyak manfaat bagi ibu maupun bayi.
Sekalipun banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari ASI (Pollard,
2015).
1. Manfaat ASI bagi bayi :
a. Kesehatan
Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI tetap paling baik
sepanjang masa.Oleh karna itu, bayi yang mendapat ASI ekslusif lebih
sehat dan lebih kuat disbanding yang tidak mendapat ASI.ASI juga
mampu mencegah terjadinya kangker limfomaligna (kangker
kalenjar).ASI juga menghindarkan anak dari busung
lapar/malnutrisi.Sebab komponen gizi ASI paling lengkap, termasuk
protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan zat-zat penting
lainya.
ASI adalah cairan hidup yang mampu diserap dan digunakan tubuh
dengan cepat, manfaat ini tetap diperoleh meskipun status gizi ibu
kurang.
b. Kecerdasan
Manfaat bagi kecerdasan bayi, antara lain karena:
Dalam ASI terkandung DHA terbaik, selain laktosa yang berfungsi
untuk proses mielinisasi otak.
1. Seperti diketahui, mielinisasi otak adalah salah satu proses
pematangan otak agar bias berfungsi optimal.
Gambar 2.1
Anatomi Payudara (Wilson, 2013)
manusia, tetapi yang tidak muncul pada sapi. Yang terakhir diproduksi
adalah ASI (air susu ibu).(Sitepoe, 2013).
Kolostrum bukan saja berfungsi sebagai nutrisi bagi sang bayi atau
si pedet, tetapi juga berfungsi sebagai memberikan imunitas tubuh.
Memberikan vaksin polio per-oral, sang bayi cukup mengkonsumsi
kolostrum ibunya saja dan ia sudah memiliki imunitas. Fungsi kolostrum
lainya adalah sebagai faktor pada pertumbuhan dan sebagai laksansia (obat
pencahar untuk memperlancar buang air besar) (Sitepoe, 2013).
Kalenjar susu pada hewan maupun manusia dijumpai pada garis
susu (milk-line) dengan jumlah tergantung pada jenis hewan. Pembekuan
susu telah dimulai saat kehamilan semester pertama sang ibu dan
mempengaruhi oleh banyak faktor, antara lain hormon-hormon yang
terkait. Produksi susu atau keluar ASI dimulai saat pasca kelahiran atau
saat permulaan periode kehidupan extro-gestate, yang dirangsang antara
lain oleh kecupan mulut sang bayi ke putting susu sang ibu atau sundulan
si pedet ke ambing susu si induk sapi.(Sitepoe, 2013).
Kehidupan jasmani dan batin pasca kelahiran berlangsung sampai
umur periode ektrogestate. Selama periode ini sang jabang bayi tergantung
dan terkait pada ASI melalui kecupan ke putting susu sang ibu kandung,
yang disebut menyusui sebagai ASI ekslusif. Kalenjar susu, putting susu,
dan ASI merupakan sumber kehidupan bagi sang jabang bayi umur 4-6
bulan pasca kelahiran. Breast feeding (menyusui melalui kecupan putting
susu ibu kandung) merupakan interdependensi/interelationship antara sang
bayi dengan sang ibu, dan inilah dikatagorikan sebagai ASI ekslusif.
Menyusui pada ibu kandung merupakan proses yang dimulai
dengan kontraksi putting susu yang identik dengan rangsangan seksual,
yang di ikuti kuluman mulut bayi dilanjutkan dengan isapan, dan akhirnya
gerakan menelan ASI oleh bayi, yang semua ini merupakan reflex supaya
ASI dapat dikonsumsi (Sitepoe, 2013).
Kandungan susu matur dapat bervariasi antara waktu menyusu. Pada awal
menyusui, susu ini akan kaya protein, laktosa dan air “foremilk” dan
ketika penyusuan berlanjut, kadar lemak secara bertahap bertambah
sementara volume susu berkurang “bindmilk” hal ini penting ketika
mengajarkan kepada para ibu tentang pola normal dalam menyusui.
Terjadinya penambahan lemak yang signifikan pada pagi hari dan awal
sore hari.(Pollard, 2015)
ASI berisi banyak unsur atau zat yang memenuhi kebutuhan individu dan
walupun terjadi kemajuan teknologi, ASI tidak dapat digantikan secara
akurat oleh susu bantuan, ASI sering kali dirujuk sebagai cairan kehidupan
(living fluid), mengandung air, lemak, protein, karbohidrat, elektrolit,
mineral serta imunoglobulin.
a. Lemak
Lemak merupakan sumber energi utama dan menghasilkan kira-kira
setengah dari total seluruh kalori susu. Lipid terutama terdiri dari
butiran-butiran trigliserid, yang mudah dicerna dan yang merupakan
98% dari seluruh lemak susu ibu. ASI terdiri dari asam lemak tak-
jenuh rantai panjang yang membantu perkembangan otak dan mata,
serta saraf dan sistem vaskuler. Namun, lemak yang terdapat dalam
susu ibu bervariasi sepanjang menyusui, bertambah apabila payudara
kosong. Payudara penuh diasosiasikan dengan jumlah minimum lemak
dalam susu, sementara payudara yang lebih kosong diasosiasikan
dengan jumlah lemak yang lebih tinggi.
b. Protein
ASI matur mengandung kira-kira 40% kasein dan 60% protein dadih,
yang membentuk dadih lunak di dalam perut dan mudah dicerna.
Protein dadih mengandung protein anti-infeksi, sementara kasein
penting untuk mengangkat kalsium dan fosfat, laktoferin mengikat zat
besi, memudahkan absorpsi dan mencegah pertumbuhan bakteri di
dalam usus.Faktor bifidus yang tersedia untuk mendukung
pertumbuhan lactobacillus bifidus (bakteria baik) untuk menghambat
bakteri jahat dengan jalan meningkatkan pH tinja bayi.Taurin juga
2. Berat Lahir
Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara berat lahir
bayi dengan volume ASI, yaitu berkaitan dengan kekuatan menghisap,
frekuensi dan lama penyusuan.Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah
dibandingkan dengan berat lahir normal. Kemampuan Menghisap ASI
yang rendah ini termasuk didalamnya frekuensi dan lama menyusui,
yang lebih rendah yang akan mempengaruhi stimulasi hormone
prolactin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan saat melahirkan akan mempengaruhi terhadap asupan
ASI si bayi. Bila umur kehamilan kurang dari 34 minggu (bayi lahir
premature), maka bayi dalam kondisi sangat lemah dan tidak mampu
menghisap secara efektif, sehingga produksi ASI lebih rendah daripada
bayi yang lahir normal atau tidak premature.Lemahnya kemampuan
menghisap pada bayi premature ini dapat disebabkan oleh karena berat
badanya yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ tubuh bayi
tersebut.
4. Usia dan Paritas
Usia dan paritas tidak berhubungan dengan produksi ASI. Pada ibu
menyusui yang masih berusia remaja dengan gizi baik, intake ASI
mencukupi.Sementara itu, pada ibu yang melahirkan lebih dari satu
kali, produksi ASI pada hari ke empat post partum jauh lebh tinggi
dibandingkan pada ibu yang baru melahirkan pertama kalinya.
5. Stress dan Penyakit Akut
Adanya stress dan kecemasan pada ibu menyusui dapat mengganggu
proses laktasi, oleh karena pengeluaran ASI terhambat, sehingga akan
mempengaruhi produksi ASI, ASI akan keluar dengan baik apabila ibu
dalam kondisi rileks dan nyaman.
6. Konsumsi rokok
Konsumsi rokok dapat mengganggu kerja hormone prolactin dan
oksitosin dalam memproduksi ASI. Rokok akan menstimulasi
C. Refleks menelan
1. Refleks ini timbul apabila mulut bayi yang terisi oleh ASI, maka ia
akan menelanya
2. Refleks kenyang, puas: bila bayi suda cukup kebutuhan akan susu,
maka refleks menghisap akan dihentikan oleh refleks lain, yaitu refleks
kenyang.
3. Melalui reflek ini dapat diamati tingkah laku bayi, yaitu misalnya:
a. Sebagian bayi mungkin bereaksi “serius”, yaitu bila mereka merasa
kenyang, maka akan berhenti menyusu
b. Bayi lain mungkin lebih suka bermain-main dengan susu ibunya
dan tidak menunjukkan tanda-tanda ingin segera berhenti.
(Maryunani, 2012)
I. Masalah dalam pemberian ASI
Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) terkadang ada beberapa
masalah yang dapat menyebabkan akhirnya ASI yang harusnya didapatkan
bayi dari ibunya akan mengalami hambatan bahkan adakalanya bayi tidak
mendapatkan sama sekali ASI dari ibunya, padahal bayi mempunyai hak
penuh terhadap ASI tersebut, terkadang tenaga kesehatan melupakan hak-
hak bayi untuk mendapatkan ASI ibunya, atau bahkan ibunya sendiri
melupakan hak anaknya untuk mengkonsumsi ASI ibunya, hal ini
mungkin bukan suatu kesengajaan akan tetapi karena ketidaktahuan ibu
karena beberapa masalah yang dihadapinya antara lain :
1. Bayi dengan binggung puting, artinya bayi mengalami kebinggungan
apakah yang masuk ke mulutnya putting susu ibu atau bukan karena
kadang bayi diberikan minuman bergantian dengan susu botol, hal ini
ditandai dengan : bayi menolak menyusu dari ibu, menyusu dengan
mulut mencucu, waktu menyusu terputus-putus, untuk mencegah
kondisi ini maka berikan ASI perah dan berikan dengan cangkir.
2. Bayi enggan menyusu, dapat disebabkan karena : bayi sakit daerah
mulut (sariawan), bayi mengalami bingung putting, bayi telah diberi
minum lain, tekhnik menyusui yang salah, ASI kurang lancer
keluarnya atau terlalu deras.
23 Fiji Sajina
24 Pakistan Suhanjna
25 Thailand Marum
Sumber : Khatharina (2018)
1. Klasifikasi
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
2. Penyebaran
Kelor merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya Asia Selatan, dari
timur laut Pakistan, sebelah utara bengala barat di india dan timur laut
bengladesh di mana sering ditemukan pada ketinggian 1400 m dari permukaan
laut, di atas tanah aluvial baru atau dekat aliran sungai. Kelor dibudidayakan
dan telah beradaptasi dengan baik di luar jangkauan daerah asalnya, termasuk
seluruh Asia Selatan, dan di banyak negara Asia Tenggara, Semenanjung Arab,
tropis Afrika, Amerika Tengah, Karabia dan tropis Amerika Selatan. Kelor
menyebar dan telah menjadi naturalisasi di bagian lain pakistan, india dan
nepal, serta di Afganistan, Bangladesh, Sri lanka, Asia Tenggara, Asia Barat,
Jazirah Arab, Timur dan Afrika Barat, sepanjang Hindia Barat dan Selatan
Florida, di tengah dan selatan Amerika dari Meksiko ke Peru, serta di Brazil
dan Paraguay.
Pada mulanya, sebagian besar kelor tumbuh liar. Kini, seiring dengan
menyebarnya informasi tentang manfaat dan khasiatnya, kelor mulai
dibudidayakan untuk diambil polong yang dapat dimakan, daun, bunga, akar,
dan bijinya untuk dibuat minyak, dan digunakan secara luas dalam pengobatan
tradisional di seluruh negara dimana tanaman ini tumbuh dengan baik.
a. Akar (radix)
b. Batang (Caulis)
c. Daun (folium)
Daun kelor berasal dari pohon kelor, yang punya nama latin
moringa oleifera.Daun kelor di dukung oleh rentetan nutrisi yang penting
bagi tubuh, seperti vitamin A, B, dan C. Per 100 gram daun kelor juga
mengandung 95 kalori, 6,80 gram protein, 12,5 gram karbohidrat, dan 440
mg kalsium. Selain itu, daun kelor mengandung zat besi yang bias
mencegah anemia. Total kandungan nutrisi dalam 200 mg daun kelor
bahkan setara dengan 4 butir telur dan 2 gram susu.
d. Bunga
f. Biji
Biji kelor berbentuk bulat dengan lambung semi-permeabel berwarna
kecoklatan.Lambung sendiri memiliki tiga sayap putih yang menjalar dari
atas ke bawah.Setiap pohon dapat menghasilkan antara 15.000 hingga
25.000 biji/tahun. Berat rata-rata per biji adalah 0,3 g.
Setiap bagian pohon kelor (Moringa oleifera) kaya akan manfaat bagi
kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut.
a. Daun
b. Akar
Akar bermanfaat sebagai antilithic (pencegah/penghancur
terbentuknya batu urine), rubefacient (obat kulit kemerahan), vasicant
(menghilangkan kutil), karminatif (perut kembung), antifertilitas, anti-
inflamasi (peradangan), stimulan bagi penderita lumpuh, bertindak sebagai
tonik/memperbaiki peredaran darah jantung, digunakan sebagai
Gambar 2.4
Kesetaraan Kandungan Unsur Gizi dalam Daun Kelor (Katharina, 2018)
Protein 6,80 g
Lemak 1,70 g
Vitamin C 220 mg
Kalsium 440 mg
Kalori 92 kal
Karbohidrat 12,5 g
Tembaga 0,07 mg
Serat 0,90 g
Magnesium 42 mg
Fosfor 70 mg
Seng 0,16mg
Fitosteros 3 gr
Gambar 2.5
Minuman Suplemen-obat-parfum dari tumbuhan kelor (Katharina, 2018)
Bahan:
W. Kerangka Teori
Pada penelitian ini dapat digambarkan kerangka teori yang
digunakan sebagian besar penelitian dimana daun kelor mempengaruhi
produksi ASI pada ibu menyusui sebagai berikut:
Daun Kelor
Mengandung
senyawa fitosterol
Senyawa yang
mempunyai efek
laktogagum Kualitas ASI baik
diantaranya sterol
X. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah mencoba untuk
melihat pengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap produksi ASI
pada ibu menyusui sebagai berikut:
Y. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian
(Notoatmodjo, 2012)
Hipotesis penelitian yang di uji yaitu:
Ha: Ada pengaruh antara rebusan daun kelor terhadap produksi ASI pada
ibu menyusui di PMB Bidan “L” dan Bidan “R” Bukittinggi Tahun
2019.
A. Desain Penelitian
01 02
Keterangan :
01 : pengukuran kecukupan ASI sebelum dilakukan intervensi
X : pemberian rebusan daun kelor
02 : Pengukuran kecukupan ASI setelah dilakukan intervensi
40
Institut Kesehatan Prima Nusantara
41
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(Suharsimi Arikunto, 2010). Sampel penelitian ini adalah ibu post
partum di PMB Sekota Bukittinggi Kabupaten Agam
Besar sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti
atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Dengan perhitungan menggunakan Rumus Isaac dan Michael (2013)
sebagai berikut:
N ( z)2 . p . q
n=
d ( N −1 )+ z 2 . p . q
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui (50%=0,5)
d = Tingkat kepercayaan (95% atau 0.05)
z = nilai standar untuk α = 0,05 atau 1.96
q = 1-p (100%-p)
Maka
N ( z)2 . p . q
n=
d ( N −1 )+ z 2 . p . q
25(1.96)2 .0.5 .0 .5
n=
0.05 ( 25−1 ) +1.962 .0 .5 .0 .5
25(3.8416).0 .5 .0 .5
n=
0.05 ( 24 ) +3,8416.0.5 .0 .5
25(3.8416).0 .5 .0 .5
n=
0.05 ( 24 ) +3,8416.0.5 .0 .5
24.01
n=
2.1604
n=11.11
= 11
di bulatkan menjadi 11 sampel
perhitungan yang dilakukan mendapatkan benar sampel 11 responden
Sampel harus memenuhi criteria sebagai berikut:
a. Criteria inklusi
Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
yang dapat diambil sebagai sampel dan memenuhi syarat sebagai sampel
(Notoadmojo, 2010). Sampel yang di ambil sebanyak
1. Ibu nifas 10 hari Post Partum
2. Ibu nifas yang bersedia menjadi responden
3. Ibu yang tidak menggunakan KB hormone yang mengandung hormone
estrogen
4. Ibu menyusui tidak menggunakan obat pelancar ASI.
5. Ibu yang tidak mengkonsumsi Rokok
6. Ibu yang tidak mengkonsumsi Alkohol
b. Kriteria ekslusif
Kriteria esklusif adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak akan dijadikan
sampel, karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Notoadmojo, 2010).
1. Ibu tidak bersedia menjadi responden
C. Metode Pengumpulan Data
Data hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta maupun angka. Data
dalam pen elitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Saryono
(2013), ada 2 metode untuk memperoleh data yaitu :
1. Data Primer
Merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari responden. Data
primer peneliti menggunakan pre test, pemberian Daun kelor dan post test yang
dibuat oleh peneliti yang terdiri pernyataan dari variabel pemberian daun kelor
terhadap variabel volume ASI. Setelah semua data terkumpul, kemudian barulah
peneliti melakukan perhitungan komputerisasi .
1. Data Sekunder
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung dari objek peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari data ibu menyusui yang ada di PMB Bidan “L” dan Bidan
“R” Bukittinggi tahun 2019.
1. Tempat dan Waktu Peletian
Tempat penelitian telah dilakukan di PMB Bidan “L” dan Bidan
“R” Bukittingi. Waktu penelitian dilaksanakan di bulan Agustus s/d
September.
A. Etika penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari
institusi tempat penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut
Milton dalam Notoatmodjo,2010;202) :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian
tersebut.Disamping itu, penneliti juga memberikan kebebasan kepada
subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi
(berpatisipasi).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap
orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada
orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek.
3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian.Untuk itu, lingkungan
penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip
keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.
e. Cleaning (pembersihan)
Merupakan bagian pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan untuk memastikan data tersebut ada kesalahan atau
tidak.
2. Analisi Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka komponen variabel
penelitian dapat dilakukan analisis. Analisis data yang dilakukan
dalam 2 tahap yaitu:
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, pada
umumnya dalam analisa univariat ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentasi setiap variable (Notoatmodjo,
2015)
b. Analisis Bivariat
Pengaruh pemberian daun kelor terhadap produksi ASI dengan
melihat pretest dan posttest.Data pada penelitian ini tidak
berdistribusi normal sehingga peneliti menggunakan uji Wilcoxon,
di dapatkan p Value 0,003 kurang dari 0,005 sehingga Ha diterima.
A. HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1
Diketahui Rata-rata Produksi ASI Sebelum diberikan rebusan daun
kelor Pada Ibu Menyusui Di PMB Sekota Bukittinggi Kabupaten
Agam Tahun 2019
Variabel Mean SD Min-Max 95% CI n
47
Institut Kesehatan Prima Nusantara
48
Tabel 4.2
Diketahui Rata-Rata Produksi ASI Sesudah diberikan daun kelor
Pada Ibu Menyusui Di PMB Sekota Bukittinggi Kabupaten Agam
Tahun 2019
2. Analisa Bivariat
Analisi bivariat dilakukan untuk mengetahui keterkaitan anatara dua
variable atau lebih yang diduga memiliki keterkaitan antara satu dengan yang
Tabel 4.4
pengaruh dari pemberian rebusan daun kelor terhadap
peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui di PMB Sekota
Bukittinggi Kabupaten Agam Tahun 2019
1. Analisa Univariat
a. Diketahui Rata-Rata Produksi ASI Sebelum Intervensi Pada Ibu
Menyusui di PMB Bidan “L” dan Bidan “R” Bukittinggi Tahun
2019.
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui rata-rata produksi ASI sebelum
konsumsi rebusan daun kelor adalah 15.27 dengan standar 5.461
Volume ASI minimum adalah 5 dan maximum 20 hasil estimasi dapat
disimpulkan bahwa 95% CI (Confident Interval) diyakini rata-rata
Produksi ASI konsumsi rebusan daun kelor adalah 11.60-18.94.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan untuk bayi. Air Susu Ibu
Khusus dibuat untuk bayi manusia.Kandungan gizi dari ASI sangat
khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang
bayi.ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang
sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi
yang terdapat dalam ASI tersebut.ASI mengandung zat-zat gizi
berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan bayi/anak (Maryunani, 2012).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan bahan makanan pertama dan
tunggal yang paling baik, paling sesuai dan paling sempurna bagi bayi,
teruama pada saat-saat permulaan kehidupan.Kecukupan jumlah serta
kualitas ASI yang harus diberikan sangat menentukan perkembangan
dan pertumbuhan bayi, agar tetap dalam keadaan sehat.Kecukupan
jumlah maupun kualitas ASI sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi
ibunya sewaktu hamil hingga menyusui. Karena, selama kehamilan
dengan periode menyusui si ibu tidak boleh menderita kekurangan gizi
(Astutik, 2015)
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh
50
Institut Kesehatan Prima Nusantara
51
A. Kesimpulan
55
Institut Kesehatan Prima Nusantara
56
3. Bagi Responden
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu
tentang pengaruh mengkonsumsi daun kelor terhadap peningkatan
produksi ASI dengan mengkonsumsinya secara rutin sehingga ibu bisa
memberikan ASI ekslusif.