Anda di halaman 1dari 2

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Peningkatan mutu beton untuk kuat tekan yang dihasilkan dengan campuran
dramix 2%, 4%, dan 6% secara berturut-turut didapat 20 Mpa, 19,2 Mpa, dan 20
Mpa.
2. Peningkatan nilai kuat tekan beton yang dihasilkan dengan campuran dramix 2%,
4%, dan 6% terhadap beton normal secara berturut-turut didapat sebesar 32%,
27%, dan 32%.
3. Peningkatan mutu beton untuk kuat tarik belah yang dihasilkan dengan campuran
dramix 2%, 4%, dan 6% secara berturut-turut didapat 2,2 Mpa, 2,65 Mpa, dan
3,3 Mpa.
4. Peningkatan nilai kuat tarik belah beton yang dihasilkan dengan campuran
dramix 4%, dan 6% terhadap beton normal secara berturut-turut didapat sebesar
29%, dan 61%. Sedangkan pada 2% mengalami penurunan sebesar 6%.
5. Peningkatan mutu beton untuk kuat lentur yang dihasilkan dengan campuran
dramix 2%, 4%, dan 6% secara berturut-turut didapat 6,15 Mpa, 5,7 Mpa, dan
5,8 Mpa.
6. Peningkatan nilai kuat tekan beton yang dihasilkan dengan campuran dramix 2%,
4%, dan 6% terhadap beton normal secara berturut-turut didapat sebesar 18%,
9%, dan 11%.
7. Nilai FAS pada jobmix sebesar 0,5 sedangkan pada faktor koreksi di lapangan
ketika akan melakukan pengecoran sebesar 0,2.

70
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka sebagai bahan
pertimbangan diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Pada saat pengecoran yang menggunakan serat dramix, perlu diperhatikan
masalah pengerjaan, terutama adalah memperhatikan waktu pengadukannya.
Waktu pengadukan tidak boleh terlalu lama, karena hal ini akan menyebabkan
penggumpalan serat dramix yang telah dicampurkan kedalam pengecoran
tersebut.
2. Pada saat proses pemadatan di dalam mould atau cetakan, adukan beton harus
ditusuk-tusuk dan diketuk menggunakan palu karet agar tidak terjadi keropos
pada permukaan beton.
3. Penelitian ini tidak bisa dijadikan acuan, karena nilai FAS pada jobmix tidak
sesuai dengan faktor koreksi pada saat di lapangan ketika akan melakukan
pengecoran sampel.
4. Perlu adanya perhitungan lebih lanjut untuk faktor koreksi di lapangan sebelum
pengecoran, agar tidak terjadi kesalahan nilai FAS.
5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan agregat dari tempat
yang berbeda atau dengan menggunakan serat yang berbeda.

71

Anda mungkin juga menyukai