Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAULUAN

1.1 Latar Belakang

Fitokimia dalam arti luas adalah cabang ilmu yang

mempelajari senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh

tumbuhan, yaitu mencakup struktur kimia, biosintesis, perubahan

serta metabolisme, penyebaran secara alamiah, dan fungsi

biologis. Tanaman dari zaman dahulu sering digunakan sebagai

obat-obatan secara turun-temurun, dan khasiatnya hanya diketahui

dari cerita orang bukan berdasarkan suatu penelitian (Abd. Malik,

dkk. 2019).

Sampai saat ini juga masih banyak yang menggunakan

tanaman sebagai obat terutama di daerah-daerah pedalaman,

namun ada juga tamanan yang mempunyai efek samping yang

dapat membahayakan yang tidak diketahui oleh masyarakat. Oleh

karena itulah perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

kandungan dari berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat

sebagai obat, serta efek berlawanan yang ditimbulkan (Abd. Malik,

dkk. 2019).

Di mana dapat dilakukan dengan menggunakan kromatografi

kolom konvensional adalah metode pemisahan berdasarkan pada

prinsipnya yaitu adsorpsi, partisi dan dengan bantuan gravitasi. Dan

dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu seperti secara


kering, secara basah ataupun secara kemas basa

(Sastrohamidjojo, Hardjono. 2017).

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan adalah agar mahasiswa dapat

mengetahui dan memahami cara penggunaan kolom konvensional

dalam metode isolasi komponen bahan alam.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui

suatu kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat

yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan

menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2018).

Kromatografi kolom merupakan suatu metode yang

digunakan untuk memisahkan dan memurnikan sampel yang

berbentuk pada dan cairan yang jumlahnya kurang dari 10 gram.

Kromatografi kolom adalah suatu teknik pemisahan yang dilakukan

berdasarkan pada perbedaan daya adsorpsi suatu absorban

tertentu terhadap hasil suatu senyawa (Magfirah, 2021).

Cara pembuatannya ada dua macam :

1. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom

yang telah diberi kapas kemudian ditambahkan

cairan pengelusi.

2. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan

dengan cairan pengelusi yang akan digunakan kemudian

dimasukkan kedalam kolom melalui dinding kolom secara

kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran

kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah

silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas


adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang

terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh

kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan

dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi

sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur

tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan.Tetesan yang

keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi.

2.2 Uraian Bahan

1. Benzen (Ditjen POM, 1979 : 658)

Nama Resmi : BENZEN

Nama Lain : Benzena

RM/BM : C6H6

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, mudah

terbakar

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai eluen

2. Etil Asetat (Exipients. Edisi 6 Hal : 253)

Nama Resmi : ETHYL ACETATE

Nama Lain : Etil Asetat

RM/BM : C4H5O8/88,1

Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau seperti eter


Kelarutan : Larut dalam air, dalam methanol, dapat

bercampur dengan asetat. Dietil eter dan

benzene

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai eluen

3. Methanol (FI III, Hal. 706)

Nama Resmi : METHANOLUM

Nama Lain : Metanol

Rumus Molekul : CH3OH

Berat Molekul : 34,08 g/Mol

Bobot jenis : 0,796-798 g/Mol

Pemerian : Jernih tidak berwarna, memiliki bau khas

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai eluen

4. Silika Gel (2 : 729)

Nama Resmi : SILIKA SIP

Nama Lain : Silika Gel Kromatografi

Pemerian : Serbuk halus homogeny dengan ukuran

antara 10 cm dan 40 cm, warna putih


2.3 Uraian Tanaman

2.3.1 Klasifikasi Tanaman Daun Sirsak (Annona muricata L.)

Kingdom  : Plantae

Division  : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo  : Magnoliales

Family  : Annonaceae

Genus  : Annona L.

Species : Annona muricata L.

2.3.2 Morfologi Tanaman

Morfologi dari daun sirsak adalah berbentuk bulat dan

panjang,dengan bentuk daun menyirip dengan ujung daun

meruncing, permukaan daun mengkilap, serta berwarna hijau muda

sampai hijau tua. Terdapat banyak putik di dalam satu bunga

sehingga diberi nama bunga berpistil majemuk. Sebagian bunga

terdapat dalam lingkaran,dan sebagian lagi membentuk spiral atau

terpencar, tersusun secara hemisiklis. Mahkota bunga yang

berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari dua lingkaran, bentuknya

hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih-putiham,

dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya. Bunga

umumnya keluar dari ketiak daun, cabang, ranting atau pohon

bentuknya sempurna (hermaprodit) (Sunarjono, 2016)


2.3.3 Kandungan Kimia

Daun sirsak mengandung alkaloid, tanin, dan beberapa

kandungan kimia lainnya termasuk Annonaceous acetogenins.

Acetogenins merupakan senyawa yang memiliki potensi sitotoksik.

Senyawa sitotoksik adalah senyawa yang dapat bersifat toksik

untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker

(Mardiana, 2017).
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, erlenmeyer,

gelas kimia, kolom konvensional, pipet tetes dan vial

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu ekstrak, etil asetat, larutan benzene,

methanol dan silica gel

3.2 Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Kolom dikemas secara basah : silica gel (fase diam)

dimasukkan kedalam kolom (1/2 kolom) lalu ketuk hingga

turun/mampat.

3. Selanjutnya keluarkan fase diam (silica gel) kemudian timbang,

untuk mengetahui dan menentukan jumlah ekstrak yang

digunakan (4 : 1).

4. Fase diam disuspensikan ke fase gerak (eluen) yang telah

dipilih, kocok hingga terbentuk suspensi (suspensi yang

terbentuk, mudah dituang).

5. Pasang kolom, masukkan kapas/glass woll kemudian

tambahkan suspensi fase diam laly ketuk-ketuk dinding kolom


secara perlahan untuk menghilangkan gelembung udara,

kemudian tambahkan sedikit fase gerak (eluen/pelarut)

6. Buka hati-hati kran kolom dan biarkan fase gerak mengalir

dengan lambat hingga tinggi cairan supernatant diatas kolom ±

2 cm, lalu tutup kran

7. Sampel dilarutkan dengan fase gerak yang digunakan pada

kolom, lalu tuang kedalam cairan supernatant dengan hati-hati

menggunakan pipet

8. Bukalah kran dengan hati-hati dan biarkan fase gerak mengalir

hingga letak supernatant pada permukaan tepat difase diam

lalu tutup kran.

9. Tambahkan fase gerak pertama pada bagian atas kolom

10. Buka kran dan atur aliran. Kecepatan aliran untuk kolom yang

panjangnya 15 cm dan diameter 2 cm tidak boleh lebih besar

dari 1 ml/menit

11. Urutan cairan pengelusi yaitu : benzene : etil asetat (20:1, 15:1,

10:1, 5:1, 3:1, 1:1), etil asetat : methanol (1:1). Volume yang

digunakan untuk semua eluen adalah 10 ml

12. Kumpulkan alikuot tiap fraksi dengan volume 5 ml tiap eluen,

selanjutnya dianalisis dengan menggunakan KLT

13. Amati hasil KLT pada sinar tampak 254 dan 366 nm

14. Hitung nilai RF masing-masing noda pada setiap fraksi.


BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. Gambar Keterangan


1. Benzen : etil asetat ( 20:1 dan 15:1)  Jarak tempuh

noda :

20:1 = 3.8 cm

15:1 =4.2 cm

 Jarak tempuh

eluen : 6 cm
2. Benzen : etil asetat ( 10:1 dan 5:1)  Jarak tempuh

noda :

10:1 = 3,6 cm

5:1 = 3.8 cm

 Jarak tempuh

eluen : 6 cm
3. Benzen : etil asetat ( 1:1 dan 3:1)  Jarak tempuh

noda :

3:1 = 3.5 cm

1:1 = 3.5 cm

 Jarak tempuh

eluen : 6 cm
4. etil asetat : metanol ( 1:1)  Jarak tempuh

noda :

1:1 = 3.9 cm
 Jarak tempuh

eluen : 6 cm

4.2 Perhitungan

Jarak Tempuh Noda


Rf =
Jarak Tempuh Eluen

Penyelesaian :

1. Benzen : etil asetat ( 20:1)

3,8 cm
Rf = =0,63 cm
6 cm

2. Benzen : etil asetat ( 15:1)

4,2 cm
Rf = =0,7 cm
6 cm

3. Benzen : etil asetat ( 10:1)

3,6 cm
Rf = =0,6 cm
6 cm

4. Benzen : etil asetat ( 5:1)

3,8 cm
Rf = =0.63 cm
6 cm

5. Benzen : etil asetat ( 3:1)

3,5 cm
Rf = =0,58 cm
6 cm
6. Benzen : etil asetat ( 1:1)

3,5 cm
Rf = =0,58 cm
6 cm

7. etil asetat : metanol ( 1:1)

3,9 cm
Rf = =¿0,65 cm
6 cm

4.3 Pembahasan

Kromatografi kolom merupakan suatu metode yang

digunakan untuk memisahkan dan memurnikan sampel yang

berbentuk pada dan cairan yang jumlahnya kurang dari 10 gram.

Kromatografi kolom adalah suatu teknik pemisahan yang dilakukan

berdasarkan pada perbedaan daya adsorpsi suatu absorban tertentu

terhadap hasil suatu senyawa (Magfirah, 2021).

Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu pertama

menyiapkan alat dan bahan, kemudian kolom dikemas secara

basah : silica gel (fase diam) dimasukkan kedalam kolom (1/2 kolom)

lalu ketuk hingga turun/mampat, selanjutnya keluarkan fase diam

(silica gel) kemudian timbang, untuk mengetahui dan menentukan

jumlah ekstrak yang digunakan (4 : 1) lalu fase diam disuspensikan

ke fase gerak (eluen) yang telah dipilih, kocok hingga terbentuk

suspensi (suspensi yang terbentuk, mudah dituang), selanjutnya

pasang kolom, masukkan kapas/glass woll kemudian tambahkan

suspensi fase diam lalu ketuk-ketuk dinding kolom secara perlahan

untuk menghilangkan gelembung udara, kemudian tambahkan


sedikit fase gerak (eluen/pelarut) buka hati-hati kran kolom dan

biarkan fase gerak mengalir dengan lambat hingga tinggi cairan

supernatant diatas kolom ± 2 cm, lalu tutup kran kemudian sampel

dilarutkan dengan fase gerak yang digunakan pada kolom, lalu tuang

kedalam cairan supernatant dengan hati-hati menggunakan pipet,

bukalah kran dengan hati-hati dan biarkan fase gerak mengalir

hingga letak supernatant pada permukaan tepat difase diam lalu

tutup kran lalu tambahkan fase gerak pertama pada bagian atas

kolom, buka kran dan atur aliran. Kecepatan aliran untuk kolom yang

panjangnya 15 cm dan diameter 2 cm tidak boleh lebih besar dari 1

ml/menit. Urutan cairan pengelusi yaitu : benzene : etil asetat (20:1,

15:1, 10:1, 5:1, 3:1, 1:1), etil asetat : methanol (1:1). Volume yang

digunakan untuk semua eluen adalah 10 ml kemudian kumpulkan

alikuot tiap fraksi dengan volume 5 ml tiap eluen, selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan KLT lalu amati hasil KLT pada sinar

tampak 254 dan 366 nm dan hitung nilai RF.

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu

pada perbandingan benzen : etil asetat dengan perbandingan 20:1

didapatkan nilai rf 0,63 cm, perbandingan 15:1 didapatkan nilai rf

0,7 cm, perbandingan 10:1 didapatkan nilai rf 0,6 cm, perbandingan

5:1 didapatkan nilai rf 0.63 cm, perbandingan 3:1 didapatkan nilai rf

0,58 cm, perbandingan 1:1 didapatkan nilai rf 0,58 cm. Pada


perbandingan etil asetat : methanol dengan perbandingan 1:1

didapatkan hasil rf 0,65 cm.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan yaitu :

1. Kromatografi kolom merupakan suatu metode yang digunakan

untuk memisahkan dan memurnikan sampel yang berbentuk

pada dan cairan yang jumlahnya kurang dari 10 gram.

Kromatografi kolom adalah suatu teknik pemisahan yang

dilakukan berdasarkan pada perbedaan daya adsorpsi suatu

absorban tertentu terhadap hasil suatu senyawa.

2. Pada perbandingan benzen : etil asetat dengan perbandingan 20:1

didapatkan nilai rf 0,63 cm, perbandingan 15:1 didapatkan nilai rf

0,7 cm, perbandingan 10:1 didapatkan nilai rf 0,6 cm, perbandingan

5:1 didapatkan nilai rf 0.63 cm, perbandingan 3:1 didapatkan nilai rf

0,58 cm, perbandingan 1:1 didapatkan nilai rf 0,58 cm. Pada

perbandingan etil asetat : methanol dengan perbandingan 1:1

didapatkan hasil rf 0,65 cm.

5.2 Saran

5.2.1 Asisten

Diharapkan kepada asiaten agar lebih sabar dalam

menghadapi praktikan dan dalam menjelaskan materi praktikum.


5.2.2 Praktikan

Diharapkan kepada praktikan agar lebih memperhatikan

asisten dan lebih teliti lagi dalam melakukan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Abd. Malik, dkk. 2019. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia II
.Makassar:Fakultas Farmasi Universitas muslim Indonesia.

Khopkar, S.M. 2018. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta

Magfirah, S.Farm., M.Si., Apt, 2021. Penuntun Praktikum Fitokimia II.


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Pelita Mas Palu

Mardiana L, Ratnasari J. 2017. Ramuan dan khasiat sirsak.


Jakarta:Penebar Swadya

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2017. Kromatografi Edisi kedua,


Liberty.Yogyakarta

Sunarjono H. 2016. Sirsak dan Srikaya: Budidaya untuk Menghasilkan


Buah Prima. Penebar Swadaya: Depok

Anda mungkin juga menyukai